Anda di halaman 1dari 12

PENYELENGGARAAN JENAZAH

DALAM ISLAM

DOSEN PENGAMPU:

Benny A.J. Gosari, S.Kel., M.Si

PENYUSUN:

Moch Ardiansyah A Dwi Nugraha


Muh. Reska Pramana S
Taufiq
Muhammad Zidane MJ
Sultan Salahuddin H

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2024

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul
“Penyelenggaraan Jenazah Dalam Islam”. Tidak lupa pula dukungan baik secara materil dan
non-materil yang diberikan kepada kami dalam penyusunan tugas makalah ini. Oleh karena itu,
izinkan kami mengucapkan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Benny A.J. Gosari, S.Kel., M.Si, selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan
Agama Islam yang telah membimbing kami serta atas dorongan dan masukan untuk kami
sebagai penunjang tugas makalah ini hingga akhirnya selesai.
2. Ayah dan Ibu kami, selaku orang tua yang tiada henti memberikan doa dan dukungan
kepada kami.
3. Semua pihak yang tidak dapat kami rincikan satu per satu yang telah membantu kami
dalam proses penulisan tugas makalah ini.

Tugas makalah ini disusun sebagai bentuk refleksi, penelitian, dan dedikasi terhadap
penyelenggaraan jenazah dalam Islam. Tujuan utama penulisan tugas makalah ini adalah untuk
menggali lebih dalam, mengurai, dan menyajikan informasi yang dapat memberikan pemahaman
yang lebih mendalam mengenai bagaimana penyelenggaraan jenazah dalam Islam.

Kami menyadari bahwa tugas makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih terdapat beberapa
kekurangan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca untuk penyempurnaan tugas makalah ini. Akhir kata, kami berharap semoga tugas
makalah ini berguna bagi para pembaca dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.

Makassar, 4 Maret 2024

Kelompok Kami

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2
BAB 1 PENDAHULUAN 4
A. Latar Belakang Masalah 4
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan 4
BAB 2 PEMBAHASAN 5
A. Langkah-Langkah Penyelenggaraan Jenazah Dalam Islam 5
BAB 3 PENUTUP 11
A. Kesimpulan 11
DAFTAR PUSTAKA 12

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Ketergesa-gesaan biasa dikatakan dari setan kecuali dalam lima perkara, yaitu merawat
dan menyelenggarakan jenazah, menyajikan makanan ketika ada tamu, menikahkan
seorang gadis jika sudah bertemu jodohnya, melunasi utang ketika sudah jatuh tempo,
dan segera bertaubat jika berbuat dosa besar mauoun dosa kecil. Merawat dan
menyelenggarakan jenazah bagi umat Islam hukumnya fardhu kifayah, yang mana
apabila telah ada seseorang atau beberapa kelompok orang telah melaksanakan kewajiban
tersebut, maka gugurlah sudah kewajiban bagi orang lain untuk melaksanakannya.
Sebagaimana diajarkan dalam agama Islam bahwa salah satu di antara masalah penting
yang terkait dengan hubungan manusia dengan manusia lain adalah masalah
penyelenggaraan jenazah itu. Maka dari itu, agama Islam menaruh perhatian yang sangat
serius dalam masalah ini, sehingga hal ini termasuk dalam salah satu kewajiban yang
harus dipenuhi oleh masyarakat, khususnya masyarakat Islam (Hartati, 2013).
Syariat Islam telah mengajarkan kepada kita bahwa setiap manusia pasti akan mengalami
kematian yang tidak pernag diketahui kapan waktunya. Sebagai makhluk sebaik-baik
ciptaan Allah SWT dan ditempatkan pada derajat yang tinggi, maka dari itu Islam
sangatlah menghormati orang muslim yang telah meninggal dunia. Oleh karena itu,
menjelang menghadapi keharibaan Allah SWT orang yang telah meninggal dunia
mendapatkan perhatian khusus dari muslim lainnya yang masih hidup.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada di atas, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana langkah-langkah dalam penyelenggaraan jenazah?
C. Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini, yaitu:
1. Mampu memahami lebih mendalam mengenai penyelenggaran jenazah dalam Islam.

4
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Langkah-Langkah Penyelenggaraan Jenazah Dalam Islam


Mengurus atau menyelenggarakan jenazah merupakan kewajiban yang harus dilakukan
setiap muslim terhadap saudaranya yang telah meninggal dunia. Dalam syariat Islam, ada
beberapa langkah yang harus dipenuhi saat mengurus orang yang sudah meninggal.
Mengingat hukum mengurus jenazah adalah fardhu kifayah, tentu tata cara mengurus
jenazah perlu diketahui setiap muslim. Pengurusan atau penyelenggaraan jenazah dalam
Islam terdiri dari beberapa langkah, yaitu:
a. Memandikan jenazah
Setelah kematian seseorang maka hendaknya jenazah itu dimandikan
sebagaimana mandi wajib karena junub, baik itu jenazah laki-laki maupun
perempuan, baik kecil maupun besar. Memandikan jenazah adalah tindakan
wajib. Dengan kata lain, ini merupakan perintah kepada semua kaum muslim
kecuali orang-orang yang mati syahid maka tidak dimandikan. Memandikan
jenazah dimaksudkan agar segala bentuk hadas dan Najis yang ada pada jenazah
tersebut hilang dan bersih, sehingga jenazah yang akan dikafani dan dishalatkan
dalam keadaan suci dari hadas dan najis. Hal ini didasarkan atas perintah
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam (Khawaja Muhammad Islam 2004:76).
Sebagaimana hadis Rasulullah yang diriwayatkan oleh Ummu Athiyah
radhiyallahu anhu.
Yang artinya:
“Nabi Shalallahu ‘alahi wasallam masuk menemui kami dan kami memandikan
putri beliau, maka lalu beliau bersabda, “mandikanlah ia tiga kali, lima kali atau
lebih dari itu jika kalian menganggapnya perlu, dengan air dan daun bidara. Dan
jadikan pada tuangan terakhir kapur barus atau sedikit dari kapur barus. (Lalu
apabila kalian telah selesai, beritahulah aku). Setelah kami selesai, kami
memberitahu beliau, maka beliau menyodorkan kain sarungnya seraya bersabda,
“bungkuslah dirinya dengannya” (HR. Muslim no. 939).
Adapun syarat-syarat dalam memandikan jenazah, yaitu:

5
1. Mayitnya orang islam.
2. Ada tubuhnya walaupun sedikit.
3. Mayat itu bukan mati syahid.

Memandikan jenazah mempunyai beberapa ketentuan, pertama: memandikan


dengan air yang dicampur dengan sedikit daun bidara, air kapur barus, dan air
murni tanpa dicampur apapun. Kedua: wajib bersegera dalam memandikan
jenazah, tidak perlu menunggu kedatangan kerabat atau yang lainnya, terlihat jika
dikhawatirkan badan mayat rusak dan berubah baunya. Ketiga: yang memandikan
disyariatkan orang Muslim, baligh, berakal dan mengetahui masalah-masalah
yang terkait dengan mandi jenazah. Keempat: jika jenazah meninggal dalam
keadaan mati syahid di medan perang, maka jenazah tidak dimandikan meski
diketahui sebelum peperangan jenazah dalam keadaan junub. Demikian pula
jenazah meninggal dalam peperangan maka tidak perlu untuk dishalatkan,
syuhada dalam peperangan dimakamkan dalam keadaan memakai baju dan luka-
luka pada tubuhnya. Diutamakan yang memandikan adalah keluarga terdekat,
apabila tidak ada keluarga terdekat, maka hendaknya memandikan jenazah
diserahkan kepada orang yang alim, yang mengerti dengan baik proses
memandikan jenazah dan mampu menjaga dan menutup aib si mayit.

Adapun siapa saja yang berhak dalam memandikan jenazah, yaitu jika mayat itu
laki-laki, maka yang memandikannya laki-laki pula. Perempuan tidak boleh
memandikan jenazah laki-laki kecuali istri dan mahramnya, begitupun sebaliknya
jika mayat itu perempuan. Jika suami, istri dan mahramnya sama-sama ada maka
yang berhak memandikan adalah suami atau istri dari mayit tersebut. Bila seorang
perempuan meninggal dan di tempat itu tidak ada perempuan, suami atau
mahramnya, maka mayit itu hendaklah “ditayammumkan” saja, tidak boleh
dimandikan oleh laki-laki yang lain. Kecuali kalau mayit itu adalah anak-anak,
maka laki-laki boleh memandikannya begitu juga kalau yang meninggal adalah
anak laki-laki. Jika ada beberapa orang yang berhak memandikan, maka yang
lebih berhak ialah keluarga yang terdekat dengan si mayit, dengan syarat ia

6
mengetahui kewajiban mandi serta dapat dipercaya. Kalau tidak, berpindahlah
hak itu kepada keluarga jauh yang berpengetahuan serta amanah.

Berikut tata cara dalam memandikan jenazah sesuai dengan syariat Islam:

1. Mempersiapkan terlebih dahulu segala keperluan untuk memandikan jenazah.


2. Mempersiapkan air mutlak, yaitu air suci dan mensucikan.
3. Tempat memandikan sebaiknya pada tempat tertutup.
4. Sewaktu memandikan jenazah, agar badan ditutup terutama auratnya.
5. Menyediakan air secukupnya, sabun, air kapur barus, dan wewangian.
6. Sarung tangan satu atau dua stel, handuk atau kain, kain basahan dan lain-lain
yang diperlukan.
7. Memandikan dengan bilangan ganjil 3, 5, 7, 9, atau lebih 8. Bersihkan semua
kotoran, najis dari seluruh badan jenazah, sebersih-bersihnya dengan hati-hati
dan lembut. Sebaiknya menggunakan sarung tangan.
8. Memijit atau menekan perutnya perlahan-lahan dengan hati-hati sekali, lalu
membersihkan auratnya dengan menggunakan kain atau sarung tangan.
9. Mewudhukan jenazah.
10. Menyiramkan air ke anggota badan sebelah kanan, kemudian menyiram pada
anggota badan sebelah kiri. Bersihkan dengan sabun atau daun bidara, lalu
terakhir siram dengan air kapur barus.
11. Setelah selesai memandikan dengan baik, bersihkan atau keringkan badannya
dengan handuk.
b. Mengafani jenazah
Mengafani atau membungkus jenazah dengan kain putih merupakan fardhu
kifayah. Kewajiban mengkafankan dan segala penyelenggaraan jenazah diambil
dari harta peninggalan mayit. Apabila jenazah tidak meninggalkan apa-apa atau
harta khusus untuk keperluan ini maka yang wajib membiayai adalah orang yang
memikul, yang memberi nafkah ketika masih hidup. Jika yang tersebut di atas
juga tidak ada, maka dari harta Baitul Mal umat Islam, atau ditanggung oleh kaum
muslimin yang mampu untuk mengurusi. Adapun kain kafan untuk jenazah laki-
laki terdiri dari 3 (tiga) lembar kain putih. Kain kafan untuk jenazah perempuan

7
terdiri dari 5 (lima) lembar. Utamanya kain kafan adalah kain putih, bersih, suci,
sederhana, dan kuat.
Berikut cara dalam mengafani jenazah laki-laki:
1. Pertama, siapkan tali-tali pengikat kafan secukupnya. Kemudian, letakkan
secara vertikal tepat di bawah kain kafan yang akan menjadi lapis pertama.
Bentangkan kain kafan lapis pertama yang sudah dipotong sesuai ukuran
jenazah.
2. Langkah berikutnya, beri wewangian pada kain kafan lapis pertama. Setelah
itu, bentangkan kain kafan lapis kedua yang sudah dipotong sesuai ukuran
jenazah.Beri wewangian pada kain kafan lapis kedua.
3. Setelah itu, bentangkan kain kafan lapis ketiga yang sudah dipotong sesuai
ukuran jenazah. Beri wewangian pada kain kafan lapis ketiga dan letakkan
jenazah di tengah-tengah kain kafan lapis ketiga.
4. Tutup dengan kain lapis ketiga dari sisi kiri ke kanan, kemudian kain dari sisi
kanan ke kiri. Kemudian tutup dengan kain lapis kedua dari sisi kiri ke kanan,
kemudian kain dari sisi kanan ke kiri.
5. Selanjutnya,tutup dengan kain lapis pertama dari sisi kiri ke kanan, kemudian
kain dari sisi kanan ke kiri dan Ikat dengan tali pengikat yang telah
disediakan.

Berikut cara dalam mengafani jenazah perempuan:

1. Langkah pertama, bentangkan dua lembar kain kafan yang sudah dipotong
sesuai ukuran jenazah. Letakkan kain sarung tepat pada badan antara pusar
dan kedua lututnya. Setelah itu, persiapkan baju gamis dan kerudung di
tempatnya.
2. Selanjutnya, sediakan 3–5 utas tali dan letakkan di paling bawah kain kafan.
Sediakan juga kapas yang sudah diberikan wangi-wangian, yang nantinya
diletakkan pada anggota badan tertentu. Jika kain kafan sudah siap, angkat
dan baringkan jenazah di atas kain kafan.
3. Letakkan kapas yang sudah diberi wangi-wangian tadi ke tempat anggota
tubuh seperti halnya pada jenazah laki-laki. Kemudian, selimutkan kain

8
sarung pada badan jenazah, antara pusar dan kedua lutut. Pasangkan baju
gamis berikut kain kerudung. Untuk yang rambutnya panjang bisa dikepang
menjadi 2/3, dan diletakkan di atas baju gamis di bagian dada.
4. Terakhir, selimutkan kedua kain kafan selembar demi selembar mulai dari
yang lapisan atas sampai paling bawah. Setelah itu ikat dengan beberapa utas
tali yang tadi telah disediakan.
c. Shalat jenazah
Shalat jenazah hukumnya fardhu kifayah. Fardhu kifayah artinya sesuatu
perbuatan yang cukup dikerjakan oleh beberapa orang saja atau apabila suatu
perbuatan itu telah dilakukan oleh seseorang maka gugurlah yang lain dari
kewajibannya. Akan tetapi apabila jenazah itu sampai terlantar tidak ada yang
melaksanakan, maka semua kaum muslimin yang ada berdosa.
Adapun tata cara shalat jenazah adalah sebagai berikut:
1. Untuk jenazah laki-laki posisi berdiri imam searah kepala jenazah atau searah
dada ke atas. Untuk jenazah perempuan posisi imam searah lambung atau
pertengahan mayat.
2. Shalat jenazah sebaiknya dilakukan dengan berjamaah. Bagi perempuan
diperbolehkan shalat jenazah secara bersama-sama kaum laki-laki atau
bergantian. Shalat jenazah boleh dilakukan di dalam masjid atau di rumah
jenazah atau di tempat lainnya.
3. Rukun shalat jenazah adalah: niat (dalam hati) untuk menyolatkan jenazah,
berdiri, takbir empat kali, membaca al-Fatihah, membaca shalawat atas Nabi
Muhammad saw, membaca doa untuk jenazah, salam.
4. Shalat jenazah tidak memakai ruku dan tidak memakai sujud serta tidak
dengan azan dan iqamah, cukup berdiri saja. Yang harus dipersiapkan oleh
seseorang dalam melakukan shalat jenazah adalah suci dari hadats kecil
maupun besar, suci badan, pakaian dan tempat, menutup aurat, menghadap
kiblat.
d. Pemakaman
Apabila dalam perawatan jenazah dirasakan telah cukup, maka sesegera mungkin
membawa jenazah ke kuburan untuk dimakamkan. Diusahakan jangan sampai

9
terlalu lama jenazah berada di rumah. Hendaklah dalam rangka mengiringkan
jenazah, suasana tetap sepi dan tenang dengan berjalan kaki. Pengiring berada di
sekitar jenazah, di depan, di belakang, di samping kiri, dan di samping kanan.
Dalam pembuatan liang kubur ada dua macam, yaitu: 1) dengan cara yang disebut
syaq, yakni tempat jenazah berada di tengah-tengah liang kubur; 2) Dengan cara
yang disebut liang lahat, yakni tempat jenazah berada di luar dinding liang kubur.
Panjang liang kubur disesuaikan dengan panjangnya jenazah, lebar kurang lebih
80 cm, dan dalamnya kurang lebih 150 atau 200 cm.
Adapun tata cara menguburkan jenazah adalah sebagai berikut:
1. Masukkan jenazah dengan meletakkan dari arah kirinya.
2. Letakkan badan miring sebelah kanan dan mukanya menghadap kiblat,
diganjal diberi sandaran dengan tanah supaya tidak terbalik ke belakang,
sambil mengucapkan Bismillah wa ‘alaa millati Rasulillah yang artinya:
dengan nama Allah dan atas agama Rasulullah.
3. Melepaskan tali ikatan kafan, kemudian ditutup dengan tanah bekas galian
kuburan tersebut.
4. Kuburan dirimbun dan diberi penanda seperti batu nisan.
5. Membaca doa bersama-sama pengiring jenazah agar jenazah diampuni
dosanya.

10
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan
Mengurus atau menyelenggarakan jenazah merupakan kewajiban yang harus dilakukan
setiap muslim terhadap saudaranya yang telah meninggal dunia. Dalam syariat Islam, ada
beberapa langkah yang harus dipenuhi saat mengurus orang yang sudah meninggal.
Mengingat hukum mengurus jenazah adalah fardhu kifayah, tentu tata cara mengurus
jenazah perlu diketahui setiap muslim.
Adapun pengurusan atau penyelenggaraan jenazah dalam Islam memiliki beberapa
langkah, yaitu dimulai dengan memandikan jenazah guna menghilangkan segala bentuk
hadas kecil maupun besar dari jenazah, sehingga jenazah berada dalam keadaan bersih
dan suci ketika hendak dikafani. Kemudian mengafani jenazah, yang mana jenazah laki-
laki hanya membutuhkan tiga lembar, sedangkan jenazah perempuan lima lembar.
Kemudian menyolati jenazah yang hukumnya adalah fardhu kifayah. Untuk yang terakhir
adalah pemakaman.

11
DAFTAR PUSTAKA

Alghifari Mahdi Igamo, I. H., Dirta Pratama Atiyatna,. (n.d.). Penyuluhan Tata Cara
Penyelenggaraan Jenazah Bagi ... https://media.neliti.com/media/publications/338593-
penyuluhan-tata-cara-penyelenggaraan-jen-8a0dba25.pdf

Anton Sofyan, 4ntonsofyan@gmail.com. (n.d.). SMA Negeri 1 pasaman. SMA NEGERI 1


PASAMAN. https://www.sman1pasaman.sch.id/read/173/pesantren-ramadhan-1444-h-
penyelenggaraan-jenazah

Samsu, P. A., Muhammad Hasdin Has,. (n.d.). Iainkendari.


https://ejournal.iainkendari.ac.id/index.php/Al-Munazzam/article/download/3583/1676/

Sulfikar K, I., Hardiyanti Ridwan,. (n.d.). Pelatihan Penyelenggaraan Jenazah di Dusun ...
https://journal.uiad.ac.id/index.php/inkamku/article/download/1680/805/

12

Anda mungkin juga menyukai