Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ADAB TERHADAP JENAZAH


( TATA CARA MENGKAFANI JENAZAH)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas :

Mata Kuliah : Agama Islam


Dosen Pengampu : H. Sahwan, S.Sos.,MM

Disusun Oleh Kelompok 5 :

1. Linda Isnaini Jannati (093STYC22)


2. Manik Chindra Widari(105STYC22)
3. Nirmala Putri (126STYC22)
4. M. Aditya (096STYC22)
5. Maria Sucianti (107STYC22)
6. Khairunnufus (086STYC22)
7. Muhammad Rauhi (117STYC22)
8. Nurfarianti (130STYC22)
9. Muhammad Zakwan Syahid (120STYC22)
10. Lalu Wahyu Dirgantara Aji (090STYC22)

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM PROGRAM STUDI
S1 KEPERAWATAN TAHAP AKADEMIK
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat-
Nya makalah Mata Kuliah agama islam dengan judul ”Perawatan Jenazah” ini dapat selesai
tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Dalam kesempatan yang berbahagia ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan demi kemajuan penulis untuk
kedepannya. Karena seperti pepatah mengatakan ”Tiada gading yang tak retak”. Akhir kata
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Mataram, 15 Novenver 2022

Penulis :

Kelompok 5

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Syariat Islam mengajarkan bahwa manusia pasti akan mati, namun tidak akan pernah
diketahui kapan kematian itu tiba. Karena manusia adalah makhluk sebaik-baik ciptaan Allah
swt dan ditempatkan pada derajat yang tinggi, Islam sangat memperhatikan dan menghormati
orang-orang yang meninggal dunia.
Orang yang meninggal dunia perlu dihormati karena orang yang meninggal adalah
makhluk Allah swt yang sangat mulia. Oleh sebab itu, menjelang menghadap ke haribaan
Allah swt, orang meninggal perlu mendapat perhatian khusus dari yang masih hidup.
Pengurus jenazah termasuk syariat Islam yang perlu diketahui oleh seluruh umat
Islam. Hal itu dimaksudkan agar dalam penyelenggaraan atau pengurusan jenazah sesuai
dengan tuntunan syariat Islam. Akan tetapi masih banyak masyarakat islam yang masih
belum mengerti tentang apa-apa yang harus dilakukan ketika ada ada saudara kita yang
muslim meninggal dunia. Oleh karena itu penting sekali mengetahui tentang penyelenggaraan
jenazah.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka pokok
permasalahannya adalah:
Bagaimana adab terhadap jenazah?
Bagaimana tata cara memandikan jenazah?
Bagaimana tata cara mengkafani jenazah?
Bagaimana tata cara menshalatkan jenazah?
Bagaimana tata cara menguburkan jenazah?

A. Tujuan
Berdasarkan pokok masalah yang telah dirumuskan di atas, maka makalah ini bertujuan
untuk:
(1) Mengetahui adab terhadap jenazah.
(2) Mengetahui tata cara memandikan jenazah.
(3) Mengetahui tata cara mengkafani jenazah.
(4) Mengetauhi tata cara menshalatkan jenazah
(5) Mengetahui tata cara menguburkan jenazah

D. Metode Pengumpulan Data


Studi Pustaka
Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara mengkaji berbagai literatur yang
berhubungan yang berhubungan dengan materi dan pokok permasalahan. Adapun kegiatan-
kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Mengumpulkan data dari berbagai literature yang sesuai dengan pokok permasalahan.
b. Mendiskripsikan data yang tepat untuk diambil sebagai dasar materi.
BAB II
PEMBAHASAN

Dengan adanya seorang Muslim yang meninggal dunia,maka timbul kewajiban bagi
umat islam untuk merawat jenazah.Dalam islam hukum merawat jenazah adalah fardhu
kifayah.1[1]
Adapun fardhu kifayah yang berkaitan dengan kematian seorang muslim adalah
memandikan,mengkafani,menyalatkan,dan menguburkannya. Dibawah ini akan dijelaskan
tentang hal-hal tersebut :
1. ADAB – ADAB TERHADAP JENAZAH

Dari Aisyah dan Ibnu Abbas radhiallahu anhuma keduanya berkata:


“Abu Bakar radhiallahu ‘anhu mencium Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam setelah beliau
wafat.” (HR. Al-Bukhari no. 1241)
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha dia berkata: Nabi Shallallahu’alaihiwasallam telah bersabda:
“Janganlah kalian mencela orang-orang yang telah meninggal karena mereka telah
mendapatkan apa yang telah mereka kerjakan”. (HR. Al-Bukhari no. 6516)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa bersabda:

Kewajiban yang ditunjukkan kepada orang banyak. Apabila sebagian dari mereka telah
mengerjakannya, maka terlepaslah yang lain dari kewajiban itu. Tetapi jika tidak ada
seorangpun yang mengerjakannya,maka mereka berdosa semuanya.

“Bersegeralah kalian menyelesaikan penyelenggaraan jenazah. Karena bila jenazah itu


orang saleh maka berarti kalian telah mempercepat kebaikan untuknya, dan jika dia bukan
orang saleh maka berarti kalian telah menyingkirkan kejelekan dari pundak kalian”. (HR. Al-
Bukhari no. 1315 dan Muslim no. 944)
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda

“Jiwa seorang mukmin itu bergantung dengan hutangnya hingga terbayar.” (HR. At-
Tirmizi no. 1079, Ibnu Majah no. 2404, dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam
Shahih Al- Jami’ no. 6779)

Penjelasan ringkas:

Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-
anak Adam.” (QS. Al-Isra`: 70) Karenanya disyariatkan untuk memuliakan seluruh manusia
secara umum, baik yang muslim maupun yang kafir, tentunya sesuai dengan bentuk
pemuliaan yang dibenarkan oleh syariat Islam itu sendiri. Pemuliaan ini baik ketika mereka
masih hidup maupun setelah mereka meninggal.
Di antara bentuk pemuliaan kepada orang yang telah meninggal adalah beradab kepada
mereka dan memperlakukan mereka sesuai dengan tuntunan Islam. Di antara adab tersebut
adalah:

1. Dibolehkan untuk mencium jenazah.

2. Dilarang mencela jenazah walaupun itu jenazah orang fasik dan orang kafir. Kecuali jika
pada celaan itu ada maslahat besar kepada yang mendengarnya agar mereka waspada
dari amalan jelek jenazah tersebut.

3. Dilarang menyebarkan aib dan kejelekan fisik dan sifat si mayit kecuali ada maslahat
yang besar seperti di atas.

4. Menyegerakan pengurusan jenazahnya secepat mungkin, mulai dari pemandian sampai


penguburan.

5. Dilarang memperlambat penyelenggaraan jenazah tanpa uzur yang dibenarkan syariat


apalagi jika uzurnya melanggar syariat.

6. Keluarga melunasi semua hutang jenazah. Pelunasannya bisa diambil dari harta jenazah
atau kalau dia tidak mempunyai harta maka dianjurkan ahli warisnya atau keluarganya yang
lain membayarkannya karena jiwanya tergantung dengan utangnya.

7. Dilarang duduk dan menginjak kuburan. Ini telah kami sebutkan pada artikel tersendiri.

2. MEMANDIKAN JENAZAH
Memandikan mayat dalam Islam merupakan suatu ibadah yang mutawatir,baik dalam
bentuk ungkapannya maupun dalam bentuk prakteknya. Nabi Shalallohu alaihi wa salam
yang telah suci dan disucikan juga dimandikan.
Syarat wajib mandi:
a. Mayat orang Islam
b. Ada tubuhnya walaupun sedikit
c. Mayat itu bukan mati syahid2[2]

Yang berhak memandikan mayat


Mayat laki-laki dimandikan oleh orang laki-laki. Utamanya untuk memandikan.Mayat
dengan memilih orang yang terpecaya dan mengerti hukum-hukum dan tata cara
memandikan mayat,karena memandikan mayat memiliki hukum syar’i dan sifat(tata cara)
yang khusus sesuai syariat.
Diutamakan dalam memandikan mayat adalah orang yang disebutkan dalam wasiatnya
jika mayat telah berwasiat agar dimandikan oleh orang tertentu, hal itu dikarenakan Anas
Radhiallohu anhu berwasiat agar jasadnya dimandikan oleh Muhammad bin Sirin.
Setelah wasiat berkenaan orang yang harus memandikan mayat, berikutnya adalah ayah
mayat. Dia adalah orang yang paling utama untuk memandikan anaknya karena dia memiliki
hal yang khusus dalam menyayangi dan belas kasih (lembut) kepada anaknya.
Kemudian berikutnya adalah kakeknya, karena ia sama dengan seorang ayah dalam hal-
hal tersebut.
Disusul kemudian oleh orang yang lebih dekat dari kerabatnya yang menerima ashabah
dalam warisan, barulah kemudian orang asing dari selain kerabatnya.
Urutan dalam prioritas ini adalah jika mereka semua pandai dalam perkara memandikan
mayat dan telah banyak mempelajarinya.Jika tidak demikian, maka diutamakan orang
mengerti hukum-hukum dalam memandikan mayat dari pada orang yang tidak mengerti
perkara itu.
Adapun jika mayat itu perempuan,maka ia di mandikan oleh perempuan pula; tidak boleh laki-
laki memandikan perempuan begitupun sebaliknya,kecuali bila mereka adalah sepasang suami
istri, Abu bakar Radiallahu anhu berwasiat akan jasadnya di amndikan oleh istrinya, Asma’
bintu umais, begitu juga ali Radiallahu anhu memandikan fatimah.

Pria maupun wanita boleh memandikan mayat anak dibawah umur tujuh tahun,baik
mayat laki-laki maupun perempuan,sebaimana ibrahim putra Nabi Shalallohu Alaihi
Wasalam dimandikan oleh para wanita. Ibnul Mundzir berkata, “Seluruh ahli ilmu yang kami
ketahui sepakat bahwa wanita boleh memandikan mayat anak kecil” Dikarenakan anak kecil
itu belum memiliki aurat dalam hidupnya dan demikian pula setelah kematiannya. Dengan
demikian, wanita tidak boleh memandikan mayat laki-laki yang telah berumur diatas tujuh
tahun, pria juga tidak boleh memandikan mayat perempuan yang telah berumur di atas tujuh
tahun.3[3]
Persiapan
1. Menyediakan air yang suci dan mensucikan secukupnya, diutamakan air yang dingin,
terkecuali jika diperukan untuk menghilangkan suatu kotoran dari tubuh mayat atau
dalam keadaan dingin, maka tidak mengapa airnya dihangatkan.
2. Mempersiakan perlengkapan mandi, seperti handuk, sabun, wangi-wangian, kapur barus,
dan lain-lain.
3. Mengusahakan tempat yang tertutup dari pandangan untuk memandikan mayat sehingga
hanya orang-orang yang berkepentingan saja yang ada di situ.
4. Menyediakan kain kafan secukupnya.
Tata cara memandikan jenazah
1. Menutup bagian tubuhnya antara pusar hingga kedua lututnya
2. Melepaskan semua pakaiannya serta perhiasan dan gigi palsuny bila memungkinkan
3. Orang yang memandikan mengankat kepala mayat ke dekat tempat duduknya, lalu
mengurut perutnya dan menekannya dengan lembut dan pelan untuk mengeluarkan
kotoran yang masih ada dalam perutnya dan hendaknya memperbanyak siraman air
untuk membersihkan kotoran-kotoran yang keluar.
4. Bagi yang memandikan jenazah hendaklah mengenakan lipatan kain pada tangannya
atau sarung tangan untuk membersihkan jasad si mayit (membersihkan qubul dan
dubur si mayit) tanpa harus melihat atau menyentuh langsung auratnya, jika si mayit
berusia tujuh tahun ke atas.
5. Apabila kuku-kuku jenazah itu panjang, maka dipotongi. Demikian pula bulu ketiaknya.
Adapun bulu kelamin, maka jangan mendekatinya, karena itu merupakan aurat besar
6. Mewudhukan jenazah Berniat dalam (dalam hati) untuk memandikan jenazah serta membaca
basmalah. Lalu mewudhukannya sebagaimana wudhu untuk shalat, (kecuali dalam hal kumur-
kumur dan memasukkan air ke dalam hidung, cukup dengan menggosok gigi dan kedua lubang
hidung dengan dua jarinya yang telah dibasahi atau dengan kain yang telah dibasahi.
Selanjutnya, dianjurkan mencuci rambut dan jenggotnya dengan busa perasan daun
bidara atau sabun dan sisa perasan daun bidara tersebut digunakan untuk membasuh
sekujur jasad si mayit.
7. Membasuh atau memandikan tubuh jenazah
Kemudian membasuh atau mencuci bagian kanan badannya, yakni: dari leher, pundak,
tangan kanan, dadanya bagian kanan, perut bagian kanan, paha kanan betis kanan, dan
kaki kanan. Lalu memiringkannya bertumpu di atas sisi kirinya dan mulai mencuci
punggungnya yang sebelah kanan dan sisi kirinya sekalius.4[4] Kemudian dengan cara
yang sama membasuhanggota tubuh mayat yang sebelah kiri, lalu membalikkannya
hingga miring ke sebelah kanan dan membasuh punggung yang sebelah kiri.
Yang wajib dalam memanikan mayat adalah sekali saja jika telah tercapai tingkat
kebersihan, sedangkan memandikan tiga kali adalah sunnah.5[5]
Imam Syafi’i berkata: Anas bin Malik berkata: “Memandikan jenazah tidak memiliki
batas akhir, akan tetapi-harus- dimandikan sampai bersih.”
Diriwayatkan dari Muhammad bin Sirin, dari Ummu Athiyah, bahwa Rasululloh
Shalalloh alaihi wasalam berkata pada para wanita yang memandikan jenazah putrinya:
“ Mandikanlah tiga kali, lima kali atau lebih dari itu apabila kalian menganggap hal itu
baik dengan air dan daun pohon bidara, dan akhirilah dengan kapur barus atau sesuatu
dari kapur barus.”6[6]
Disunnahkan pada pemandiannya kali terakhir dengan menggunakan kapur barus, karena
berkhasiat memadatkan, menjadikan wangi dan mendinginkan badan mayat.
8. Kemudian mayat dikeringkan dengan kain atau lainnya. Kumisnya dipendekkan.
Kukunya dipotong jika panjang. Bulu ketiaknya dicabut.7[7]

Apabila jenazah adalah seorang wanita, maka rambut keplanya dibuat menjadi tiga
ikatan; dua bagian berada pada tepi kepalanya dan yang satu pada bagian ubun-ubun,
kemudian meletakkannya ke bagian belakang tubuhnya.8[8]
9. Obat pengawet dan kapur barus diletakkan di atas kapas, kemudian diletakkan pada
kedua lubang hidungnya, mulut, kedua telinga dan duburnya. Apabila si mayat
mempunyai luka yang berlubang, maka diletakkan juga pada lubang yang luka itu.9[9]
2. MENGKAFANI JENAZAH

Setelah selesai memandikan dan mengeringkan mayit,disyariatkan mengafani mayit.


Dipersyaratkan mengafani agar bisa menutupi. Disunahkan agar bisa berwarna putih dan
bersih baik baru (itu yang afdhal) atau yang baru dicuci.Batasan/ukuran kafan yang wajib
adalah kain yang mentupi seluruh badan mayit.
Disunahkan mengafani mayit laki-laki dengan tiga lapisan kain dan mengafani mayit
perempuan dengan lima lembar kain yang terdiri dari: sarung,kerudung,dan dua lembar
pembungkus.Mayit anak kecil dikafani dengan satu lapis kain dan boleh dikafani dengan tiga
lapis kain.Sedangkan mayit anak kecil wanita dikafani dengan satu baju dan dua lapis
kain.Disunahkan mengharumkan dengan dupa yang dibakar setelah kain kafan itu diperciki
dengan air mawar atau yang lainnya agar baunya harum dan tetap lengket dengan kain kafan
itu.
Cara mengkafani mayit laki-laki :
Dengan membeberi tiga lapis kain secara ditumpuk,lalu mayit itu diletakkan dengan
wajib ditutup dengan kain atau semisalnya,lalu diletakkan di atas lapis-lapis kafan dengan
terlentang.Berikutnya diberi wewangian yang diletakkan pada kapas untuk diletakkan
diantara kedua bokongmayit yang diikat denagn sepotong kain.Kemudian sisa kapas yang
diberi wewangian untuk kedua mata,kedua lubang hidung,mulut,kedua lubang telinga,dan di
anggota sujudnya: dahi,hidung kedua tangan,kedua lutut dan ujung kedua kakinya.

Demikian pula pada lipatan-lipatan tubuh: kedua ketiak,kedua lipatan belakang lutut,dan
pusar.Wewangian diberikan pada kain kafan dan kepala mayit.Ujung kain kafan lembaran
yang paling atas bagian kiri ditutupkan ke bagian kanan mayit,lalu ujung kain kafan sebelah
kanan ditutupkan ke bagian kiri badan mayit.Demikian pula lembaran kedua dan
ketiga.Sisa. ujung kain kafan diatas kepala lebih banyak daripada sisa ujung kain kafan
dibawah kedua kakinya.
Ujung kain kafan diatas kepala dikumpulkan dan diarahkan kewajahnya,sedangkan sisa
kain kafan bagian bawah kaki dikumpulkan dan diarahkan keatas kedua kakinya.Semua
lapisan itu diikat dengan pengikat agar tidak pudar dan terlepasdidalam kubur.
Cara mengafani mayit perempuan :
Untuk mayit perempuan dikafani dengan lima lembar kain: sarung untuk
menyarunginya,dipakaikan baju,dipakaikan kerudung diatas kepalanya,lalu dibalut dengan
dua lembar kain kafan.10[10]
2. MENYALATKAN JENAZAH

Shalat Jenazah merupakan salah satu praktik ibadah shalat yang dilakukan umat Muslim
jika ada Muslim lainnya yang meninggal dunia. Hukum melakukan shalat jenazah ini adalah
fardhu kifayah. Artinya jika dalam suatu wilayah tak ada seorang pun yang
menyelenggarakan shalat jenazah,maka seluruh penduduk wilayah itu akan menanggung
dosa. Akan tetapi jika ada beberapa orang saja yang menyelenggarakannya, maka penduduk
yang lain bebas akan kewajiban tersebut.
Jenazah yang boleh di shalati adalah jenazah orang islam yang bukan mati syahid
(yaitu mati dalam keadaan melawan orang kafir atau orang musyrik). Sedangkan orang yang
mati syahid dan bayi yang gugur dalam kandungan (atau sejak dilahirkan, sebelum
mati,belum dapat bersuara atau menangis) tidak boleh di sholati, juga tidak boleh
dimandikan. Shalat jenazah ini boleh dikerjakan di setiap waktu, karena shalat ini termasuk
shalat yang mempunyai sebab. Shalat jenazah boleh dikerjakan kaum wanita. Beberapa
jenazah boleh di shalati secara bersama-sama. 11[11]
a. Syarat-syarat shalat jenazah
 Suci dari hadast besar atau kecil, badan, pakaian atau tempat suci dari najis,
menghadap kiblat, serta menutup aurat.
 Shalat jenazah baru didirikan jika jenazah sudah selesai dimandikan dan dikafani.
 Jenazah diletakkan disebelah kiblat orang yang menshalatkan.12[12]

b. Rukun shalat jenazah


 Niat
 Berdiri bagi yang mampu
 Empat kali (termasuk takbiratul ikhram)
 Membaca surat Al-fatihah setelah takbir yang pertama (takbiratul ikhram)
 Membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, setelah takbir kedua
 Membaca do’a untuk jenazah setelah takbir yang ketiga 13[13]
 Membaca do’a untuk jenazah dan orang yang menyhalatinya setelah takbir yang keempat
 Membaca salam ke kanan dan ke kiri

c. Sunah shalat jenazah


 Mengangkat kedua tangan saat bertakbir
 Merendahkan suara pada setiap bacaan (israr)
 Membaca isu’adzah (A’uudzu billaahi minasy syaithaanir rajlim)
 Disamping itu, posisi imam hendaknya didekat kepala jenazah laki-laki atau didekat
pinggul jenazah perempuan
 Shaf hendaknya dijadikan 3 shaf atau lebih. Satu shaf sekurang-kurangnya 2 orang.

d. Cara Melaksanakan Shalat Jenazah 14[14]


 Berdiri tegak menghadap kiblat, kedua belah tangan berada disamping sejajar dengan
pinggul,menghadap kiblat, sedangkan kepala agak tunduk ke sajadah. Hati dan fikiran
berkonsentrasi, Lalu membaca lafal niat sholat jenazah yaitu,

a. jika jenazah orang laki-laki :

USHOLLI 'ALAA HAADZALMAYYITI ARBA'A TAKBIRAATIN FARDHOL


KIFAAYATI MA'MUUMAN LILLAAHI TA'AALA.

Artinya :
Saya niat shalat atas mayit ini empat kali takbir fardhu kifayah karena menjadi
makmum karena Allah Ta’ala.
a. jika jenazah orang perempuan:

USHOLLI 'ALAA HAADZIHIL MAYYITATI ARBA'A TAKBIRAATIN


FARDHOL KIFAAYATI MA'MUUMAN LILLAAHI TA'AALA.

Artinya :
Saya niat shalat atas mayit perempuan ini empat kali takbir fardhu kifayah karena
menjadi makmum karena Allah Ta’ala.
 Setelah selesai membaca lafal niat tersebut, kedua belah tangan diangkat, sejajar dengan
kedua bahu sambil mengucap “ALLAHU AKBAR”. Pada saat tangan diangkat dan
mulut mengucapkan kalimat takbir ini,dihati mengatakan: “aku niat shalat atas jenazah
ini,4 takbir, fardhu kifayah mengikuti imam, karna Allah Ta’ala.
 Setelah takbir pertama membaca surat Al-fatihah

 Setelah takbir kedua membaca shalawat kepada Nabi SAW


: Shalawat yang lengkap :

 Selesai membaca sholawat, di lanjutkan dengan terakhir yang ke tiga,dan membaca do’a
yang di tunjukan untuk jenazah:

a. jika jenazah laki-laki :

b. Jika jenazah perempuan :


 Setelah membaca do’a untuk jenazah, dilanjutkan dengan takbir yang keempat sambil
mengangkat kedua tangan,tanpa ruku’ dan membaca:
a. Jika jenazah laki-laki:

b. Jika jenazah perempuan:


c. Jika ingin lebih sempurna maka di tambah dengan lafal.
 Setelah itu dilanjutkan dengan membaca salam sambil menoleh ke kanan dan ke kiri:

3. MENGUBURKAN JENAZAH
Telah disepakati kaum muslimin bahwa menguburkan jenazah merupakan fardhu
kifayah. Adapun yang wajib dilakukan,paling sedikit dengan membaringkannnya dalam
sebuah lubang lalu menutup kembali lubng tersebut dengan tanah,sehingga tidak terlihat lg
jasadnya,tidak tercium baunya,dan terhindar dari binatang buas dan sebagainya.Akan tetapi
yang lebih sempurna ialah dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Memperdalam lubang kuburan kira-kira 2 meter atau lebih dari permukaan tanah.

2. Lubang untuk menguburkan mayit sebaiknya berbentuk lahd (lahad) , yaitu liang yang
bagian bawahnya dikeruk sebelah ke kiblat,dan setelah jenazah dibaringkan disana,liang
tersebut ditutupi dengan bilah-bilah papan yang di tegakkan,kemudian di timbun dengan
tanah.Akan tetapi jika tanah kuburan itu kurang keras,dan dikhawatirkan dapat longsor
boleh juga menguburkan jenazah dengan membaringkannya ditengah-tengah lubang
kemudian menutupinya dengan papan,ranting dan dedaunan seperti di atas.
3. Ketika memasukkan mayit kedalam kubur,sebaiknya membaca Bismillah wa ‘ala millati
Rasulillah atau Bismillah wa ‘alasunnati Rasulillah.Kemudian meletakannya dengan
tubuhnya di miringkan ke sebelah kanan dan wajahnya menghadap kiblat.Disamping
itu,para ulama menganjurkan agar kepala si mayitdi letakkan diatas bantal dari tanah liat
atau batu,kemudian ikatan-ikatan kafannya dilepaskan,dan bagian dari kafannya di
pipinya dibuka sedikit agar pipinya itu menempel danga tanah.Dianjurkan pula bagi yang
menghadiri penguburan,menebarkan sedikit tanah kearah kepala si mayitsetelah
dibaringkan kedalam kuburannya sebanyak 3 kali,sambil mengucapkan bagian dari ayat
al-qur’an,pada kali pertama : Minha Khalaqnakum (yang artinya: Dari tanah Kami
menciptakanmu); pada yang kedua : wa fihanu’idukum (artinya : dan kepada tanah Kami
mengembalikanmu); dan pada yang ketiga: wa minha nukhrijukum taratan ukhra(artinya
:dan dari tanah pula Kami mengeluarkanmu lagi).

4. Selesai penguburannya,yaitu ketika lubang telah ditimbuni kembali dengan


tanah,hendaknya mereka yang hadir mendo’akan bagi mayit tersebut dan memohon
ampunan baginya dari Allah SWT.Sebagian ulama terutama dari kalangan madzhab
Syafi’i,menganjurkan agar dibacakan talqin(do’a yang biasa di baca di atas kuburan guna
menuntun si mayit untuk menjawab pertanyaan malaikat).15[15]
Berbagai Tata Cara Berkaitan Dengan Kuburan
1. Menurut Syafi’i dalam Al-Mukhtashar,sebaiknya tidak menggunakan tanah tambahan
untuk menimbuni kuburan,selain yang telah dikeluarkan ketika menggalinya.
2. Dibolehkan menaikkan kuburan kira-kira sejengkal lebih tinggi dari permukaan
tanah,semata-mata agar diketahuibahwa itu adalah kuburan,sehingga tidak diinjak atau
diduduki.
3. Dianjurkan memercikkan air serta meletakkan kerikil(batu-batu kecil) diatas kuburan
Kemudian meletakkan sepotong batuatau kayu dan sebagainya diatas kuburan sebagai
tanda agar diketahui oleh para peziarah.
4. Sebaiknya tidak membuat bangunan diatas kuburan ataupun memoles permukaannya
dengan plester semen.,kapur dan sebagainya.Sebagian ulama mengharamkan hal itu,dan
sebagiannnya lagi meski tidak mengharamkan namun menegaskan bahwa perbuatan
seperti itu tidak disukai.16[16]

Ta’ziah (Pernyataan turut Berdukacita)


Ucapan ta’ziah terutama dari para kerabat,kawan-kawan serta para tetangga yang
ditunjukkan kepada keluarga yang kematian salah seorang diantara mereka adalah perbuatan
yang dianjurkan dalam agama. Yaitu demi menghibur keluarga yang sedang berduka cita dan
mendoakan bagi si mayit.
Waktu Berta’ziah
Sebagian ulama membatasi waktu berta’ziah hanya selama tiga harisetelah kematian
atau setelah mayit dikuburkan dengan maksud agar tidak memperbarui kenangan duka
anggota keluarga yang ditinggalkan. Kecuali bagi orang yang tidak beradadi kota pada waktu
itu,dibolehkan mengucapkan ta’ziah ketika pulang walaupn setelah lewat tiga hari.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Syariat Islam mengajarkan bahwa manusia pasti akan mati, namun kita tidak akan pernah
mengetahui kapan kematian itu tiba.Manusia adalah ciptaan Allah Subhanahu wa ta’ala yang
sempurna.

diantara ciptaan Allah subhanahu wa ta’ala yang lain. Allah swt akan memulihkan manusia yang
beramal saleh dan memberi balasan atas apa yang dilakukan di dunia. Yang beramal saleh akan
mendapat balasan dengan kebaikan dan barakah-Nya. Sementara itu, yang tidak beramal saleh
akan menerima azab-Nya.
Orang yang meninggal wajib dihormati karena ia adalah makhluk Allah Subhanahu
wa ta’ala yang mulia. Oleh sebab itu, sebelum jenazah meninggalkan dunia menuju alam
baru (kubur) hendaklah dihormati dengan cara dimandikan, dikafani, disholatkan, dan
dikuburkan.Hukum merawat jenazah dalam islam adalah fardhu kifayah.
B. Saran
Sebagai seorang muslim apabila ada seseorang yang meninggal dunia maka
disunahkan bagi kita untuk merawat jenazah tersebut mulai dari
memandikannya,mengafani,menyalatkan dan menguburkannya.Oleh karena itu apabila kita
tahu dan mampu maka janganlah ragu untuk melakukannya serta kita harus senantiasa
melakukan amr ma’ruf nahi munkar dan selalu mengingat bahwa kematian itu dapat datang
kapan dan dimana saja.
DAFTAR PUSTAKA

Muhdiyat. 2008.Tuntunan Pengurusan Jenazah, Bandung: YPP Sumber Sari


Bandung.

Pasha, kamal dan Musthafa .2003. Fiqih Islam sesuai dengan putusan majlis tarjih.
Yogyakarta: Citra Karsa Mandiri.

Shalih, Syaikh.2008. Ringkasan Fiqih Lengkap. Jakarta: PT Darul Falah

PelangiBintang.2011.pelangibintang.http://pelangibintang.blogspot.com/2011/11/12.html.

http://santriema.blogspot.co.id/2015/10/niat-sholat-jenazah-perempuan-dan-laki.html.

http://al-atsariyyah.com/adab-adab-kepada-jenazah.html.
“Abu Bakar radhiallahu ‘anhu mencium Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam setelah beliau
wafat.” (HR. Al-Bukhari no. 1241)

Dari Aisyah radhiallahu ‘anha dia berkata: Nabi Shallallahu’alaihiwasallam telah bersabda:

Anda mungkin juga menyukai