Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat-
Nya makalah Mata Kuliah agama islam dengan judul ”Perawatan Jenazah” ini dapat selesai
tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Dalam kesempatan yang berbahagia ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan demi kemajuan penulis untuk
kedepannya. Karena seperti pepatah mengatakan ”Tiada gading yang tak retak”. Akhir kata
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis :
Kelompok 5
BAB I
PENDAHULUAN
Berdasarkan dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka pokok
permasalahannya adalah:
Bagaimana adab terhadap jenazah?
Bagaimana tata cara memandikan jenazah?
Bagaimana tata cara mengkafani jenazah?
Bagaimana tata cara menshalatkan jenazah?
Bagaimana tata cara menguburkan jenazah?
A. Tujuan
Berdasarkan pokok masalah yang telah dirumuskan di atas, maka makalah ini bertujuan
untuk:
(1) Mengetahui adab terhadap jenazah.
(2) Mengetahui tata cara memandikan jenazah.
(3) Mengetahui tata cara mengkafani jenazah.
(4) Mengetauhi tata cara menshalatkan jenazah
(5) Mengetahui tata cara menguburkan jenazah
Dengan adanya seorang Muslim yang meninggal dunia,maka timbul kewajiban bagi
umat islam untuk merawat jenazah.Dalam islam hukum merawat jenazah adalah fardhu
kifayah.1[1]
Adapun fardhu kifayah yang berkaitan dengan kematian seorang muslim adalah
memandikan,mengkafani,menyalatkan,dan menguburkannya. Dibawah ini akan dijelaskan
tentang hal-hal tersebut :
1. ADAB – ADAB TERHADAP JENAZAH
Kewajiban yang ditunjukkan kepada orang banyak. Apabila sebagian dari mereka telah
mengerjakannya, maka terlepaslah yang lain dari kewajiban itu. Tetapi jika tidak ada
seorangpun yang mengerjakannya,maka mereka berdosa semuanya.
“Jiwa seorang mukmin itu bergantung dengan hutangnya hingga terbayar.” (HR. At-
Tirmizi no. 1079, Ibnu Majah no. 2404, dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam
Shahih Al- Jami’ no. 6779)
Penjelasan ringkas:
Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-
anak Adam.” (QS. Al-Isra`: 70) Karenanya disyariatkan untuk memuliakan seluruh manusia
secara umum, baik yang muslim maupun yang kafir, tentunya sesuai dengan bentuk
pemuliaan yang dibenarkan oleh syariat Islam itu sendiri. Pemuliaan ini baik ketika mereka
masih hidup maupun setelah mereka meninggal.
Di antara bentuk pemuliaan kepada orang yang telah meninggal adalah beradab kepada
mereka dan memperlakukan mereka sesuai dengan tuntunan Islam. Di antara adab tersebut
adalah:
2. Dilarang mencela jenazah walaupun itu jenazah orang fasik dan orang kafir. Kecuali jika
pada celaan itu ada maslahat besar kepada yang mendengarnya agar mereka waspada
dari amalan jelek jenazah tersebut.
3. Dilarang menyebarkan aib dan kejelekan fisik dan sifat si mayit kecuali ada maslahat
yang besar seperti di atas.
6. Keluarga melunasi semua hutang jenazah. Pelunasannya bisa diambil dari harta jenazah
atau kalau dia tidak mempunyai harta maka dianjurkan ahli warisnya atau keluarganya yang
lain membayarkannya karena jiwanya tergantung dengan utangnya.
7. Dilarang duduk dan menginjak kuburan. Ini telah kami sebutkan pada artikel tersendiri.
2. MEMANDIKAN JENAZAH
Memandikan mayat dalam Islam merupakan suatu ibadah yang mutawatir,baik dalam
bentuk ungkapannya maupun dalam bentuk prakteknya. Nabi Shalallohu alaihi wa salam
yang telah suci dan disucikan juga dimandikan.
Syarat wajib mandi:
a. Mayat orang Islam
b. Ada tubuhnya walaupun sedikit
c. Mayat itu bukan mati syahid2[2]
Pria maupun wanita boleh memandikan mayat anak dibawah umur tujuh tahun,baik
mayat laki-laki maupun perempuan,sebaimana ibrahim putra Nabi Shalallohu Alaihi
Wasalam dimandikan oleh para wanita. Ibnul Mundzir berkata, “Seluruh ahli ilmu yang kami
ketahui sepakat bahwa wanita boleh memandikan mayat anak kecil” Dikarenakan anak kecil
itu belum memiliki aurat dalam hidupnya dan demikian pula setelah kematiannya. Dengan
demikian, wanita tidak boleh memandikan mayat laki-laki yang telah berumur diatas tujuh
tahun, pria juga tidak boleh memandikan mayat perempuan yang telah berumur di atas tujuh
tahun.3[3]
Persiapan
1. Menyediakan air yang suci dan mensucikan secukupnya, diutamakan air yang dingin,
terkecuali jika diperukan untuk menghilangkan suatu kotoran dari tubuh mayat atau
dalam keadaan dingin, maka tidak mengapa airnya dihangatkan.
2. Mempersiakan perlengkapan mandi, seperti handuk, sabun, wangi-wangian, kapur barus,
dan lain-lain.
3. Mengusahakan tempat yang tertutup dari pandangan untuk memandikan mayat sehingga
hanya orang-orang yang berkepentingan saja yang ada di situ.
4. Menyediakan kain kafan secukupnya.
Tata cara memandikan jenazah
1. Menutup bagian tubuhnya antara pusar hingga kedua lututnya
2. Melepaskan semua pakaiannya serta perhiasan dan gigi palsuny bila memungkinkan
3. Orang yang memandikan mengankat kepala mayat ke dekat tempat duduknya, lalu
mengurut perutnya dan menekannya dengan lembut dan pelan untuk mengeluarkan
kotoran yang masih ada dalam perutnya dan hendaknya memperbanyak siraman air
untuk membersihkan kotoran-kotoran yang keluar.
4. Bagi yang memandikan jenazah hendaklah mengenakan lipatan kain pada tangannya
atau sarung tangan untuk membersihkan jasad si mayit (membersihkan qubul dan
dubur si mayit) tanpa harus melihat atau menyentuh langsung auratnya, jika si mayit
berusia tujuh tahun ke atas.
5. Apabila kuku-kuku jenazah itu panjang, maka dipotongi. Demikian pula bulu ketiaknya.
Adapun bulu kelamin, maka jangan mendekatinya, karena itu merupakan aurat besar
6. Mewudhukan jenazah Berniat dalam (dalam hati) untuk memandikan jenazah serta membaca
basmalah. Lalu mewudhukannya sebagaimana wudhu untuk shalat, (kecuali dalam hal kumur-
kumur dan memasukkan air ke dalam hidung, cukup dengan menggosok gigi dan kedua lubang
hidung dengan dua jarinya yang telah dibasahi atau dengan kain yang telah dibasahi.
Selanjutnya, dianjurkan mencuci rambut dan jenggotnya dengan busa perasan daun
bidara atau sabun dan sisa perasan daun bidara tersebut digunakan untuk membasuh
sekujur jasad si mayit.
7. Membasuh atau memandikan tubuh jenazah
Kemudian membasuh atau mencuci bagian kanan badannya, yakni: dari leher, pundak,
tangan kanan, dadanya bagian kanan, perut bagian kanan, paha kanan betis kanan, dan
kaki kanan. Lalu memiringkannya bertumpu di atas sisi kirinya dan mulai mencuci
punggungnya yang sebelah kanan dan sisi kirinya sekalius.4[4] Kemudian dengan cara
yang sama membasuhanggota tubuh mayat yang sebelah kiri, lalu membalikkannya
hingga miring ke sebelah kanan dan membasuh punggung yang sebelah kiri.
Yang wajib dalam memanikan mayat adalah sekali saja jika telah tercapai tingkat
kebersihan, sedangkan memandikan tiga kali adalah sunnah.5[5]
Imam Syafi’i berkata: Anas bin Malik berkata: “Memandikan jenazah tidak memiliki
batas akhir, akan tetapi-harus- dimandikan sampai bersih.”
Diriwayatkan dari Muhammad bin Sirin, dari Ummu Athiyah, bahwa Rasululloh
Shalalloh alaihi wasalam berkata pada para wanita yang memandikan jenazah putrinya:
“ Mandikanlah tiga kali, lima kali atau lebih dari itu apabila kalian menganggap hal itu
baik dengan air dan daun pohon bidara, dan akhirilah dengan kapur barus atau sesuatu
dari kapur barus.”6[6]
Disunnahkan pada pemandiannya kali terakhir dengan menggunakan kapur barus, karena
berkhasiat memadatkan, menjadikan wangi dan mendinginkan badan mayat.
8. Kemudian mayat dikeringkan dengan kain atau lainnya. Kumisnya dipendekkan.
Kukunya dipotong jika panjang. Bulu ketiaknya dicabut.7[7]
Apabila jenazah adalah seorang wanita, maka rambut keplanya dibuat menjadi tiga
ikatan; dua bagian berada pada tepi kepalanya dan yang satu pada bagian ubun-ubun,
kemudian meletakkannya ke bagian belakang tubuhnya.8[8]
9. Obat pengawet dan kapur barus diletakkan di atas kapas, kemudian diletakkan pada
kedua lubang hidungnya, mulut, kedua telinga dan duburnya. Apabila si mayat
mempunyai luka yang berlubang, maka diletakkan juga pada lubang yang luka itu.9[9]
2. MENGKAFANI JENAZAH
Demikian pula pada lipatan-lipatan tubuh: kedua ketiak,kedua lipatan belakang lutut,dan
pusar.Wewangian diberikan pada kain kafan dan kepala mayit.Ujung kain kafan lembaran
yang paling atas bagian kiri ditutupkan ke bagian kanan mayit,lalu ujung kain kafan sebelah
kanan ditutupkan ke bagian kiri badan mayit.Demikian pula lembaran kedua dan
ketiga.Sisa. ujung kain kafan diatas kepala lebih banyak daripada sisa ujung kain kafan
dibawah kedua kakinya.
Ujung kain kafan diatas kepala dikumpulkan dan diarahkan kewajahnya,sedangkan sisa
kain kafan bagian bawah kaki dikumpulkan dan diarahkan keatas kedua kakinya.Semua
lapisan itu diikat dengan pengikat agar tidak pudar dan terlepasdidalam kubur.
Cara mengafani mayit perempuan :
Untuk mayit perempuan dikafani dengan lima lembar kain: sarung untuk
menyarunginya,dipakaikan baju,dipakaikan kerudung diatas kepalanya,lalu dibalut dengan
dua lembar kain kafan.10[10]
2. MENYALATKAN JENAZAH
Shalat Jenazah merupakan salah satu praktik ibadah shalat yang dilakukan umat Muslim
jika ada Muslim lainnya yang meninggal dunia. Hukum melakukan shalat jenazah ini adalah
fardhu kifayah. Artinya jika dalam suatu wilayah tak ada seorang pun yang
menyelenggarakan shalat jenazah,maka seluruh penduduk wilayah itu akan menanggung
dosa. Akan tetapi jika ada beberapa orang saja yang menyelenggarakannya, maka penduduk
yang lain bebas akan kewajiban tersebut.
Jenazah yang boleh di shalati adalah jenazah orang islam yang bukan mati syahid
(yaitu mati dalam keadaan melawan orang kafir atau orang musyrik). Sedangkan orang yang
mati syahid dan bayi yang gugur dalam kandungan (atau sejak dilahirkan, sebelum
mati,belum dapat bersuara atau menangis) tidak boleh di sholati, juga tidak boleh
dimandikan. Shalat jenazah ini boleh dikerjakan di setiap waktu, karena shalat ini termasuk
shalat yang mempunyai sebab. Shalat jenazah boleh dikerjakan kaum wanita. Beberapa
jenazah boleh di shalati secara bersama-sama. 11[11]
a. Syarat-syarat shalat jenazah
Suci dari hadast besar atau kecil, badan, pakaian atau tempat suci dari najis,
menghadap kiblat, serta menutup aurat.
Shalat jenazah baru didirikan jika jenazah sudah selesai dimandikan dan dikafani.
Jenazah diletakkan disebelah kiblat orang yang menshalatkan.12[12]
Artinya :
Saya niat shalat atas mayit ini empat kali takbir fardhu kifayah karena menjadi
makmum karena Allah Ta’ala.
a. jika jenazah orang perempuan:
Artinya :
Saya niat shalat atas mayit perempuan ini empat kali takbir fardhu kifayah karena
menjadi makmum karena Allah Ta’ala.
Setelah selesai membaca lafal niat tersebut, kedua belah tangan diangkat, sejajar dengan
kedua bahu sambil mengucap “ALLAHU AKBAR”. Pada saat tangan diangkat dan
mulut mengucapkan kalimat takbir ini,dihati mengatakan: “aku niat shalat atas jenazah
ini,4 takbir, fardhu kifayah mengikuti imam, karna Allah Ta’ala.
Setelah takbir pertama membaca surat Al-fatihah
Selesai membaca sholawat, di lanjutkan dengan terakhir yang ke tiga,dan membaca do’a
yang di tunjukan untuk jenazah:
3. MENGUBURKAN JENAZAH
Telah disepakati kaum muslimin bahwa menguburkan jenazah merupakan fardhu
kifayah. Adapun yang wajib dilakukan,paling sedikit dengan membaringkannnya dalam
sebuah lubang lalu menutup kembali lubng tersebut dengan tanah,sehingga tidak terlihat lg
jasadnya,tidak tercium baunya,dan terhindar dari binatang buas dan sebagainya.Akan tetapi
yang lebih sempurna ialah dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Memperdalam lubang kuburan kira-kira 2 meter atau lebih dari permukaan tanah.
2. Lubang untuk menguburkan mayit sebaiknya berbentuk lahd (lahad) , yaitu liang yang
bagian bawahnya dikeruk sebelah ke kiblat,dan setelah jenazah dibaringkan disana,liang
tersebut ditutupi dengan bilah-bilah papan yang di tegakkan,kemudian di timbun dengan
tanah.Akan tetapi jika tanah kuburan itu kurang keras,dan dikhawatirkan dapat longsor
boleh juga menguburkan jenazah dengan membaringkannya ditengah-tengah lubang
kemudian menutupinya dengan papan,ranting dan dedaunan seperti di atas.
3. Ketika memasukkan mayit kedalam kubur,sebaiknya membaca Bismillah wa ‘ala millati
Rasulillah atau Bismillah wa ‘alasunnati Rasulillah.Kemudian meletakannya dengan
tubuhnya di miringkan ke sebelah kanan dan wajahnya menghadap kiblat.Disamping
itu,para ulama menganjurkan agar kepala si mayitdi letakkan diatas bantal dari tanah liat
atau batu,kemudian ikatan-ikatan kafannya dilepaskan,dan bagian dari kafannya di
pipinya dibuka sedikit agar pipinya itu menempel danga tanah.Dianjurkan pula bagi yang
menghadiri penguburan,menebarkan sedikit tanah kearah kepala si mayitsetelah
dibaringkan kedalam kuburannya sebanyak 3 kali,sambil mengucapkan bagian dari ayat
al-qur’an,pada kali pertama : Minha Khalaqnakum (yang artinya: Dari tanah Kami
menciptakanmu); pada yang kedua : wa fihanu’idukum (artinya : dan kepada tanah Kami
mengembalikanmu); dan pada yang ketiga: wa minha nukhrijukum taratan ukhra(artinya
:dan dari tanah pula Kami mengeluarkanmu lagi).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Syariat Islam mengajarkan bahwa manusia pasti akan mati, namun kita tidak akan pernah
mengetahui kapan kematian itu tiba.Manusia adalah ciptaan Allah Subhanahu wa ta’ala yang
sempurna.
diantara ciptaan Allah subhanahu wa ta’ala yang lain. Allah swt akan memulihkan manusia yang
beramal saleh dan memberi balasan atas apa yang dilakukan di dunia. Yang beramal saleh akan
mendapat balasan dengan kebaikan dan barakah-Nya. Sementara itu, yang tidak beramal saleh
akan menerima azab-Nya.
Orang yang meninggal wajib dihormati karena ia adalah makhluk Allah Subhanahu
wa ta’ala yang mulia. Oleh sebab itu, sebelum jenazah meninggalkan dunia menuju alam
baru (kubur) hendaklah dihormati dengan cara dimandikan, dikafani, disholatkan, dan
dikuburkan.Hukum merawat jenazah dalam islam adalah fardhu kifayah.
B. Saran
Sebagai seorang muslim apabila ada seseorang yang meninggal dunia maka
disunahkan bagi kita untuk merawat jenazah tersebut mulai dari
memandikannya,mengafani,menyalatkan dan menguburkannya.Oleh karena itu apabila kita
tahu dan mampu maka janganlah ragu untuk melakukannya serta kita harus senantiasa
melakukan amr ma’ruf nahi munkar dan selalu mengingat bahwa kematian itu dapat datang
kapan dan dimana saja.
DAFTAR PUSTAKA
Pasha, kamal dan Musthafa .2003. Fiqih Islam sesuai dengan putusan majlis tarjih.
Yogyakarta: Citra Karsa Mandiri.
PelangiBintang.2011.pelangibintang.http://pelangibintang.blogspot.com/2011/11/12.html.
http://santriema.blogspot.co.id/2015/10/niat-sholat-jenazah-perempuan-dan-laki.html.
http://al-atsariyyah.com/adab-adab-kepada-jenazah.html.
“Abu Bakar radhiallahu ‘anhu mencium Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam setelah beliau
wafat.” (HR. Al-Bukhari no. 1241)
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha dia berkata: Nabi Shallallahu’alaihiwasallam telah bersabda: