Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PANCASILA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas :

Mata Kuliah : Pancasila


Dosen Pengampu : Marzuki.,S.PD.,M,Pd

Disusun Oleh Kelompok 6:

1. Manik Chindra Widari (105STYC22)


2. Nadya Mujada Ulfa (121STYC22)
3. M. Sukron Hadi (099STYC22)
4. Muhammad Wahyu Saripudin (119STYC22)
5. Nila Andriani (124STYC22)
6. Mirnawati (114STYC22)
7. Marjan (109STYC22)
8. Muhammad Deny Wahyudi (101STYC22)
9. Khairunnufus (086STYC22)
10. Muhammad Wildan Putra Wardani (100STYC22)

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN NERS TAHAP AKADEMIK
2023

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................5
1.1 Latar Belakang............................................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................7
1.2.1 Pengertian Etika...................................................................................................7
1.2.2 Pengertian Politik.................................................................................................7
1.2.3 Pengertian Etika Politik dan Pemerintahan..........................................................7
1.2.4 Bagaimana Pancasila sebagai Etika Politik..........................................................7
1.2.5 Bagaimana Nilai-nilai yang terkandung dalam Etika Politik...............................7
1.2.6 Bagaimana Pancasila sebagai Ciri/Prinsip Etika Politik......................................7
1.2.7 Bagaimana Pancasila Sebagai Dampak Etika Politik..........................................7
1.3 Tujuan..........................................................................................................................7
1.3.1 Dapat mengetahui pengertian etika......................................................................7
1.3.2 Dapat mengetahui pengertian politik...................................................................7
1.3.3 Dapat mengetahui apa itu etika politik dan pemerintahan...................................7
1.3.4 Dapat mengetahui bagaimana Pancasila sebagai etika politik.............................7
1.3.5 Dapat mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam etika politik.....................7
1.3.6 Dapat mengetahui Pancasila sebagai ciri/prinsip etika politik.............................7
1.3.7 Dapat mengetahui Pancasila sebagai dampak etika politik..................................7
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................8
2.1 Pengertian Etika..........................................................................................................8
2.2 Pengertian Politik........................................................................................................8
2.3 Pengertian Etika Politik dan Pemerintahan.................................................................9
2.4 Pancasila Sebagai Etika Politik.................................................................................11
2.5 Nilai-nilai Terkandung dalam Etika Politik...............................................................12
2.5.1 Ketuhanan Yang Maha esa.................................................................................12
2.5.2 Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab................................................................12
2.5.3 Persatuan Indonesia............................................................................................12
2.5.4 Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksaan Dalam permusyawaratan
Perwakilan...................................................................................................................13
2.5.5 Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia................................................13
2.6 Pancasila Sebagai Ciri/Prinsip Etika Politik.............................................................13
2.6.1 Pluralisme...........................................................................................................13
2
2.6.2 Hak asasi manusia..............................................................................................14
2.6.3 Solidaritas Bangsa..............................................................................................14
2.6.4 Demokrasi..........................................................................................................14
2.6.5 Keadilan Sosial...................................................................................................14
2.7 Pancasila sebagai Dampak Eika politik....................................................................15
BAB III PENUTUP.............................................................................................................16
3.1 Kesimpulan................................................................................................................16
3.2 Saran..........................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................17

3
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Pancasila. Adapun tujuan dari
penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen mata kuliah Pancasila
selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan lebih
dalam lagi.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Marzuki,S.,Pd.,M,Pd selaku dosen
mata kuliah Pancasila yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuan nya sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari makalah yang kelompok kami buat ini masih jauh dari kata sempurna, sebab
itu, kritikan dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.

Mataram, 29 Maret 2023

Penulis
Kelompok 6

4
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sekarang ini memang sudah tidak rahasia lagi kalau
semakin memudar saja bentuk pemahaman etika sehingga sangat sulit untuk
ditemukan watak kesusilaan yang sesuai dengan sebagaimana mestinya. Tidak
terkecuali dikalangan intelektual dan kaum elit politik bangsa Indonesia tercinta
ini. Kehidupan berpolitik, ekonomi, dan hukum serta hankam (Pertahanan
Keamanan) merupakan beberapa ranah kerja etika. Masih banyak penyimpangan
yang dilakukan para elit politik dalam berbagai pengambilan keputusan yang
seharusnya menjunjung tinggi nilai-nilai Etika dan keadilan bagi seluruh
warga negara. Sebagai contoh Indonesia, Keadilan yang seharusnya mengacu
pada Pancasila dan UUD 1945 yang mencita-citakan rakyat yang adil dan makmur
sebagaimana mana termuat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea 1 dan 2 hilanglah
sudah ditelan kepentingan politik pribadi.
Etika yang termasuk dalam kelompok filsafat pada hakikatnya merupakan
suatu nilai sehingga merupakan suatu sumber dari segala penjabaran norma baik
norma hukum, norma moral, maupun norma kenegaraan lainnya. Dalam Filsafat
terkandung didalamnya suatu pemikiran-pemikiran yang bersifat kritis, mendasar,
rasional, sistematis dan komprehensif (menyeluruh) dan sistem pemikiran ini
merupakan suatu nilai. Oleh karena itu suatu pemikiran filsafat tidak secara
langsung menyajikan norma-norma yang merupakan pedoman dalam tindakan
atau suatu aspek praksis melainkan suatu nilai-nilai yang bersifat mendasar.
Sebagai suatu nilai, etika merupakan dasar-dasar yang bersifat fundamental dan
universal bagi manusia baik dalam hidup bermasyarakat, berbangasa dan
bernegara.
Perilaku individu dalam setiap segi kehidupan memberikan pengaruh bagi
keadaan di sekitarnya. Dalam berorganisasi khususnya organisasi pemerintah, hal
ini menjadi hal yang sangat penting karena ini merupakan bekal dasar yang harus
dimiliki oleh seorang individu saat berada di dalam suatu lingkungan, selain itu

5
hal ini pun menjadi sangat penting karena menyangkut kehidupan bangsa dan
warga negara.
Pada makalah ini membahas mengenai etika dalam politik dan
pemerintah karena ini merupakan cikal bakal terciptanya suatu sistem
pemerintahan yang sukses dan tidak melenceng dari jalur norma-norma yang
ada. Sedangkan dari menurut Pancasila sendiri yaitu
Pancasila sebagai dasar Negara, pedoman dan tolok ukur kehidupan
berbangsa dan bernegara di Republik Indonesia. Tidak lain dengan kehidupan
berpolitik, etika politik Indonesia tertanam dalam jiwa Pancasila. Kesadaran
etik yang merupakan kesadaran relational akan tumbuh subur bagi warga
masyarakat Indonesia ketika nilai-nilai pancasila  itu diyakini kebenarannya,
kesadaran etik juga akan lebih berkembang ketika nilai dan moral pancasila
itu dapat di implementasikan kedalam norma-norma yang di berlakukan di
Indonesia.
Nilai-nilai pancasila dijabarkan dalam suatu norma yang jelas
sehingga merupakan suatu pedoman. Norma tersebut meliputi norma moral
yaitu yang berkaitan dengan tingkah laku manusia yang dapat diukur dari
sudut baik maupun buruk. Kemudian yang kedua adalah norma hukum yaitu
suatu sistem perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.
Maka pancasila berkedudukan sebagai sumber dari segala hukum di
Indonesia, pancasila merupakan suatu cita-cita moral yang luhur yang
terwujud dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia sebelum membentuk
negara dan berasal dari bangsa indonesia sendiri sebagai asal mula (kausa
materialis). Pancasila merupakan suatu sistem nilai-nilai etika yang
merupakan sumber hukum baik meliputi norma moral maupun norma hukum,
yang pada giliranya harus dijabarkan lebih lanjut dalam norma-norma etika,
moral maupun norma hukum dalam kehidupan kenegaraan maupun
kebangsaan.

6
I.2 Rumusan Masalah
I.2.1 Pengertian Etika
I.2.2 Pengertian Politik
I.2.3 Pengertian Etika Politik dan Pemerintahan
I.2.4 Bagaimana Pancasila sebagai Etika Politik
I.2.5 Bagaimana Nilai-nilai yang terkandung dalam Etika Politik
I.2.6 Bagaimana Pancasila sebagai Ciri/Prinsip Etika Politik
I.2.7 Bagaimana Pancasila Sebagai Dampak Etika Politik
I.3 Tujuan
I.3.1 Dapat mengetahui pengertian etika
I.3.2 Dapat mengetahui pengertian politik
I.3.3 Dapat mengetahui apa itu etika politik dan pemerintahan
I.3.4 Dapat mengetahui bagaimana Pancasila sebagai etika politik
I.3.5 Dapat mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam etika politik
I.3.6 Dapat mengetahui Pancasila sebagai ciri/prinsip etika politik
I.3.7 Dapat mengetahui Pancasila sebagai dampak etika politik

7
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Pengertian Etika


Secara etimologi “etika” berasal dari bahasa Yunani yaitu “ethos” yang
berarti watak, adat ataupun kesusilaan. Dalam konteks filsafat, etika membahas
tentang tingkah laku manusia dipandang dari segi baik dan buruk. Yang dapat
dinilai baik atau buruk adalah sikap manusia yang menyangkut perbuatan, tingkah
laku, gerakan-gerakan, kata-kata dan sebagainya. Sedangkan motif, watak, suara
hati sulit untuk dinilai. Perbuatan atau tingkah laku yang dikerjakan dengan
kesadaran sajalah yang dapat dinilai, sedangkan yang dikerjakan dengan tak sadar
tidak dapat dinilai baik atau buruk.

Menurut Sunoto (1982: 5), etika dapat dibagi menjadi etika deskriptif dan
etika normatif. Etika deskriptif hanya melukiskan, menggambarkan, menceritakan
apa adanya, tidak memberikan penilaian, tidak mengajarkan bagaimana
seharusnya berbuat. Contohnya sejarah etika. Sedangkan etika normatif sudah
memberikan penilaian yang baik dan yang buruk, yang harus dikerjakan dan yang
tidak.

Etika normatif dapat dibagi menjadi etika umum dan etika khusus. Etika
umum membicarakan prinsip-prinsip umum, seperti pengertian dan pemahaman
tentang nilai, motivasi suatu perbuatan, suara hati, dan sebagainya. Etika khusus
adalah pelaksanaan prinsip-prinsip umum di atas, seperti etika pergaulan, etika
dalam pekerjaan, dan sebagainya.
Pembagian etika yang lain adalah etika individual dan etika sosial. Etika
individual membicarakan perbuatan atau tingkah laku manusia sebagai individu.
Misalnya tujuan hidup manusia. Etika sosial membicarakan tingkah laku atau
perbuatan manusia dalam hubungannya dengan orang lain. Misalnya; baik/buruk
dalam kehidupan keluarga, masyarakat, negara. (Sunoto, 1982: 5-6).

8
II.2 Pengertian Politik
Pengertian politik berasal dari kata politics yang memiliki makna
bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik atau negara yang
menyangkut proses tujuan penentuan-penentuan tujuan dari sistem itu dan diikuti
dengan pelaksanaan tujuan-tujuan itu. Pengambilan keputusan atau decisions
making mengenai apakah yang menjadi tujuan dari sistem politik itu yang
menyangkut seleksi antara beberapa alternatif dan penyusunan skala prioritas dari
tujuan-tujuan yang dipilih.

Untuk pelaksanaan tujuan-tujuan itu perlu ditentukan kebijaksanaan-


kebijaksanaan umum atau public policies, yang menyangkut pengaturan dan
pembagian atau distributions dari sumber-sumber yang ada. Untuk melakukan
kebijaksanaan-kebijaksanaan itu diperlukan suatu kekuasaan (power), dan
kewenangan (authority) yang akan dipakai baik untuk membina kerjasama
maupun menyelesaikan konflik yang mungkin timbul dalam proses ini. Cara-cara
yang dipakai dapat bersifat persuasi, dan jika perlu dilakukan suatu pemaksaan
(coercion). Tanpa adanya suatu paksaan kebijaksanaan ini hanya merupakan
perumusan keinginan belaka (statement of intents) yang tidak akan pernah
terwujud.

Politik selalu menyangkut tujuan-tujuan dari seluruh masyarakat (public


goals), dan bukan tujuan pribadi seseorang (privat goals). Selain itu politik
menyangkut kegiatan berbagai kelompok termasuk partai politik, lembaga
masyarakat maupun perseorangan.

II.3 Pengertian Etika Politik dan Pemerintahan


Dalam hubungan dengan etika politik, pengertian politik harus dipahami
dalam pengertian yang lebih luas yaitu menyangkut seluruh unsur yang
membentuk suatu persekutuan hidup yang disebut masyarakat negara. Hukum dan
kekuasaan negara merupakan aspek yang berkaitan langsung dengan etika politik.
Hukum sebagai penataan masyarakat secara normatif, serta kekuasaan negara

9
sebagai lembaga penata masyarakat yang efektif pada hakikatnya sesuai dengan
struktur sifat kodrat manusia sebagai individu dan makhluk sosial.

Etika politik adalah filsafat moral tentang dimensi politik kehidupan


manusia. Karena itu, etika politik mempertanyakan tanggung jawab dan kewajiban
manusia sebagai manusia dan sebagai warga negara terhadap negara, hukum dan
sebagainya (lihat suseno, 1986). Selanjutnya dijelaskan bahwa “Dimensi Politis
Manusia” adalah dimensi masyarakat sebagai keseluruhan. Jadi yang menjadi ciri
khas suatu pendekatan yang disebut “Politis” adalah pendekatan itu terjadi dalam
kerangka acuan yang berorientasi pada masyarakat secara keseluruhan.

Dimensi politis itu sendiri memiliki dua segi fundamental yang saling
melengkapi, sesuai kemampuan fundamental manusia yaitu pengertian dan
kehendak untuk bertindak. Struktur ganda ini, “tahu” dan “mau” dapat diamati
dalam semua bidang kehidupan manusia. Sesuai kemampuan ganda manusia,
maka ada dua cara menata masyarakat yaitu penataan masyarakat yang normatif
dan efektif. Lembaga penataan normatif masyarakat adalah hukum. Hukumlah
yang memberitahukan kepada semua anggota masyarakat bagaimana mereka harus
bertindak. Hukum terdiri dari norma-norma bagi perilaku yang benar dan salah
dalam masyarakat. Tetapi hukum hanya bersifat normatif dan tidak efektif.
Artinya, hukum sendiri tidak bisa menjamin agar anggota masyarakat patuh
kepada norma-normanya. Sedangkan penataan yang efektif dalam menentukan
perilaku masyarakat hanyalah lembaga yang mempunyai kekuasaan untuk
memaksakan kehendaknya. Lembaga itu adalah Negara, Karena itu hukum dan
kekuasaan Negara menjadi bahasan utama etika politik. Tetapi perlu di pahami
bahwa baik “hukum” maupun “Negara” memerlukan legitimasi. Sebagai salah satu
cabang etika, khususnya etika politik termasuk dalam lingkungan filsafat. Filsafat
yang langsung mempertanyakan praksis manusia adalah etika.

Etika pemerintahan bersumber pada norma sosial dan norma hukum.


Penerapan etika pemerintahan dapat menjadi kontrol daripada aparatur
pemerintahan dalam rangka melaksanakan apa yang menjadi tugas, fungsi dan

10
kewenangannya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat Salah satu
maksud atau tujuan ditetapkannya etika pemerintahan ialah untuk menciptakan
atau mengembangkan kualitas aparatur Negara atau aparatur pemerintah, terutama
menyangkut sikap dan perilakunya sehingga dapat melaksanakan tugas dan
pekerjaan dengan sebaik-baiknya.

II.4 Pancasila Sebagai Etika Politik


Sejauh ini, sudah terbukti bahwa Pancasila menjadi pusat perhatian di
dalam berbagai warna politik yang dapat kita amati. Makna ideology melekat pada
pancasila. Sebagai suatu system kepercayaan, Pancasila hanya bias bermakna jika
nilai-nilainya tercermin di dalam tingkah laku abdi Negara dan warga masyarakat
secara keseluruhan. Idealnya, Pancasila hadir di dalam praktek kekuasaan Negara,
menjiwai setiap kebijakan pemerintah, menjadi landasan di dalam berbagai
interaksi politik, serta menyemangati hubungan ekonomi, sosila, dan budaya
bangsa Indonesia.

Dalam praktik pemerintahan, pengamalan nilai-nilai Pancasila seharusnya


menjadi landasan etis. Pancasila sepatutnya hadir sebagaisuatu sistem yang
mewakili kepribadian bangsa. Pemerintah yang berdasarka Demokrasi Pancasila
sepantasnya menjadi acuan yang jelas bagi semua WNI dalam berbagai tingkatan
dan ruang lingkup politik. Melihat semua kemungkinan itu, sangat wajar jika pada
tataran analisis lebih lanjut Pancasila sebagai etika politik perlu ditegaskan sebagai
tolak ukur untuk menilai keberhasilan bangsa membangun sebuah system
pemerintahan yang memihak kepada kepentingan rakyat.

Berdasarkan etika politik bangsa Indonesia, dapat dipahami bahwa sila


pertama adalah dasar etika politik yang bersifat rohaniah, dan atas dasar itu
dibangun hubungan etika politik bangsa Indonesia dalam empat fondasi gerak dan
aktivitas politik yang mempertimbangkan nilai Pancasila. Dengan dasar-dasar ini
sebagi pimpinan dan pegangan pemerintah Negara pada hakikatnya tidak boleh
menyimpang dari jalan lurus untuk mencapai kebahagiaaan rakyat. Dengan

11
bimbingan dasar yang tinggi dan murni akan dilaksanakan tugas yang tidak ringan
(Kaelan dan Achmad Zubaidi. 2004. 62-69).

II.5 Nilai-nilai Terkandung dalam Etika Politik


Sebagai dasar filsafat negara, Pancasila tidak hanya merupakan sumber
derivasi peraturan perundang-undangan, melainkan juga merupakan sumber
moralitas terutama dalam hubungannya dengan legitimasi kekuasaan hukum serta
berbagai kebijakan dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara. Berikut nilai-
nilai yang terkandung dalam Pancasila dalam etika politik:

II.5.1 Ketuhanan Yang Maha esa


adanya pengakuan dan keyakinan bangsa terhadap adanya Tuhan sebagai
pancipta alam semesta. Dengan nilai ini menyatakan bangsa indonesia
merupakan bangsa yang religius bukan bangsa yang ateis. Nilai ketuhanan juga
memilik arti adanya pengakuan akan kebebasan untuk memeluk agama,
menghormati kemerdekaan beragama, tidak ada paksaan serta tidak berlaku
diskriminatif antarumat beragama. Berdasarkan sila I, Indonesia bukanlah negara
Teokrasi yang mendasarkan kekuasaan negara dan penyelenggaraannya dalam
legitimasi religious Kekuasaan pemimpin negara tidak mutlak berdasarkan
legitimasi religious melainkan berdasarkan legitimasi hukum dan legitimasi
demokrasi. Oleh karena itu, sila “Ketuhanan Yang Maha Esa” lebih berkaitan
dengan legitimasi moral.
II.5.2 Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
kesadaran sikap dan perilaku sesuai dengan nilai-nilai moral dalam
kehidupan bersama atas dasar tuntutan hati nurani dengan memperlakukan
sesuatu hal sebagaimana mestinya. Sila II juga merupakan sumber nilai-nilai
moralitas dalam kehidupan masyarakat, Secara moral kehidupan negara harus
sesuai dengan nilai-nilai yang berasal dari Tuhan. Terutama hukum serta moral
kehidupan negara.

12
II.5.3 Persatuan Indonesia
Proses penyelenggaraan negara didasari oleh asas persatuan, dimana setiap
kebijakan yang ditetapkan oleh penguasa tidak ditujukan untuk memecah belah
bangsa, tetapi untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa. Pada sila III
Negara pada prinsipnya merupakan persekutuan hidup manusia sebagai makhluk
yang memiliki Tuhan Yang Maha Esa. Bangsa Indonesia sebagian dari umat
manusia di dunia hidup secara bersama dalam suatu wilayah dengan suatu cita-
cita serta prinsip-prinsip hidup demi kesejahteraan Bersama.
II.5.4 Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksaan Dalam
permusyawaratan Perwakilan
Berasal dari rakyat dan segala kebijaksanaan dan kekuasaan yang
dilakukan senantiasa untuk rakyat, oleh karena itu rakyat adalah merupakan asal
mula kekuasan negara dengan cara musyawarah mufakat melalui lembaga-
lembaga perwakilan. Rakyat merupakan asal mula kekuasaan negara. Oleh karena
itu pada sila IV dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara segala
kebijaksanaan, kekuasaan serta kewenangan harus dikembalikan kepada rakyat
sebagai pendukung pokok kenegaraan.
II.5.5 Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Merupakan tujuan dalam kehidupan negara. oleh karena itu dalam
pelaksanaan dan penyelenggaraan negara, segala kebijakan, kekuasaan,
kewenangan, serta pembagian senantiasa harus berdasarkan atas hukum yang
berlaku. Dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan bernegara, etika politik
menuntut agar kekuasaan dalam negara dijalankan sesuai dengan: (1) asas
legalitas (2) disahkan dan dijalankan secara demokratis (3) dilaksanakan
berdasarkan prinsip-prinsip moral. Selain itu dalam pelaksanaan dan
penyelengaraan negara harus berdasarkan legitimasi hukum yaitu prinsip
legalitas. Negara Indonesia adalah negara hukum. Oleh karena itu keadilan dalam
hidup bersama (keadilan sosial) sebagaimana terkandung pada sila V, merupakan
tujuan dalam kehidupan negara.

13
II.6 Pancasila Sebagai Ciri/Prinsip Etika Politik
II.6.1 Pluralisme
Pluralisme adalah kesediaan untuk menerima pluralitas,artinya untuk
hidup dengan positif, damai, toleran, dan biasa atau normal bersama
masyarakat yang berbeda pandangan hidup, agama, budaya, adat. Pluralisme
mengimplikasikan penyatuan terhadap kebebasan beragama, kebebasan
berpikir,dan toleransi.

II.6.2 Hak asasi manusia


Jamninan hak-hak Asasi Manusia adalah bukti kemanusiaan yang adil
dan beradap. Karena hak-hak asasi manusia menyatakan bagaiamana manusia
wajib diberlakukan dan wajib tidak diberlakukan. Jadi manusia diberlakjukan
selakyaknya sebagai manusia. Karena itu, hak-hak asasi manusia adalah baik
mutlak maupun kontektiual dalam pengertian sebagai berikut :

1. Mutlak karena manusia memilikinya bukan karena pemberian Negara,


masyarakat, melainkan karena pemberian Sang Pencipta.
2. Kontekstual karena baru mempunyai fungsi dank arena itu mulai disadari,
diimbang modernitas dimana manusia tidak lagi dilindungi oleh adat/tradisi,
dan sebaiknya diancam oleh Negara modern.

II.6.3 Solidaritas Bangsa


Solidaritas bermakna manusia tidak hanya hidup demi diri sendiri,
melainkan juga demi orang lain, bahwa kita bersatu senaip sepenanggungan.
Manusia hanya hidup menurut harkatnya apabila tidak hanya bagi dirinya
sendiri, melainkan menyumbang sesuatu pada hidup manusia-manusi lain.
Sosialitas manusia berkembang secara melingkar yaitu keluarga, kampung,
kelompok etnis, kelompok agama, kebangsaan, solidaritas sebagai manusia.
Maka ini termasuk rasa kebangsaan.

II.6.4 Demokrasi
Prinsip “kedaulatan rakyat” menyatakan bahwa taka ada manusia atau
sebuah elit atau kelompok ideologi berhak untuk menentukan dan
mamaksakan orang lain harus atau boleh hidup. Jadi demokrasi berhak

14
menentukan sebuah sistem penerjemah kehendak masyarakat ke dalam
tindakan politik.

II.6.5 Keadilan Sosial


Keadilan adalah norma moral paling dasar dalam kehidupan
masyarakat. Mayoritas masyarakat mulai dengan penolakan terhadap
ketidakadilan. Keadilan sosial adalah keadilan yang terlaksana. Dalam
kenyataannya keadilan sosial diusahakan dengan membongkar ketidakadilan
yang ada dalam masyarakat. Untuk itu tantangan etika politik paling serius di
Indonesia sekarang adalah:
1. Kemiskinan, ketidakadilan dan kekerasan social.
2. Ekstremisme ideologis yang anti pluralisme
3. Korupsi

II.7 Pancasila sebagai Dampak Eika politik


Dalam dampaknya, Pancasila sebagai ciri etika politik di Indonesia
memberikan manfaat bagi negara dan masyarakat Indonesia. Diantaranya
adalah:
1. Meningkatkan Kestabilan Politik Dengan Pancasila sebagai pedoman
dalam berpolitik, maka akan tercipta kestabilan politik di Indonesia.
Setiap keputusan politik yang diambil akan selalu mengutamakan
kepentingan nasional dan moralitas.
2. Memperkuat Kesatuan dan Persatuan Bangsa Pancasila menjadi alat
untuk memperkuat kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia. Dengan
memandang perbedaan sebagai kekuatan, maka akan tercipta
kerukunan antar suku, agama, dan budaya di Indonesia.
3. Meningkatkan Kesejahteraan Sosial Dengan memandang keadilan
sosial sebagai salah satu prinsip Pancasila, maka akan tercipta
kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Setiap kebijakan
ekonomi dan sosial yang diambil akan selalu mengutamakan
kepentingan rakyat dan menjamin keadilan sosial.

15
16
BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Etika adalah sebuah ilmu yaitu sebagai salah satu cabang Ilmu Filsafat. Politik
berasal dari kata politics yang memiliki makna bermacam-macam kegiatan dalam
suatu sistem politik atau negara yang menyangkut proses penentuan tujuan-tujuan
dari sistem itu dan diikuti dengan pelaksanaan tujuan-tujuan itu. Jadi, etika politik
adalah suatu tata kelakuan atau hal yang sewajarnya dilakukan dalam bermacam-
macam kegiatan dalam suatu sistem politik atau negara yang menyangkut proses
penentuan tujuan-tujuan dari sistem itu dan diikuti dengan pelaksanaan tujuan-tujuan
kenegaraan. Sedangkan etika politik berdasarkan Pancasila adalah etika berpolitik
sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

III.2 Saran
Pancasila hendaknya disosialisasikan secara mendalam sehingga dalam
kehidupan bermasyarakat dalam berbagai segi terwujud dengan adanya
kesianambungan usaha pemerintah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur
dengan kepastian masyarakat untuk mengikuti dan mentaati peraturan yang
ditetapkan, karena kekuatan politik suatu negara ditentukan oleh kondisi pemerintah
yang absolut dengan adanya dukungan rakyat sebagai bagian terpenting dari
terbentuknya suatu negara.

17
DAFTAR PUSTAKA

Surajiyo, Jurnal Ultima Humaniora, ”Pancasila Sebagai Etika Politik di Indonesia”,


Vol.2 Nomor 1, Maret 2014, ISSN 2302-5719.
Kaelan, Prof. DR. M.S., Pendidikan Pancasila, (Yogyakarta: Paradigma.
Hasan, M. Iqbal, M.M, 2002, Pokok-pokok Materi Pendidikan Pancasila, penerbit PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta

18

Anda mungkin juga menyukai