Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

CIRI-CIRI FILSAFAT PANCASILA

DISUSUN OLEH:

GHINA NURZANAH ( 211030690073 )

02RKMP002 ( 2B )

PRODI REKAM MEDIS INFORMASI KESEHATAN

DOSEN PEMBIMBING ( SRI HARYANTO S.PD., M.M )

STIKES WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG

TAHUN AJARAN 2022/2023

PROVINSI BANTEN
Kata Pengantar
Alhamdulillah, Puji dan Syukurkehadiran Allah SWT. yang telah memberi
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “Ciri-ciri Filsafat Pancasila”.

Makalah disusun atas dasar memenuhi tugas mata kuliah Pancasila. Selain
itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang ciri-ciri filsafat
pancasila bagi penulis dan pembaca khususnya para mahasiswa/i jurusan Rekam
Medis.

Saya ucapkan terimakasih kepada dosen pebimbing Pak Sri Haryanto


selaku dosen pembimbing mata kuliah Pancasila. Saya ucapkan juga terimakasih
kepada para pihak yang terlibat. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna baik dari segi teknik penilisan maupun segi materi. Oleh sebab
itu, saya berharap untuk tanggapan, kritik dan sarannya atas makalah yang saya
kerjakan.

Tangerang, 10 Mei 2022

Penyusun

Ghina Nurzanah
Daftar Isi

Cover........................................................................................................................1
Kata Pengantar.........................................................................................................2
Daftar Isi..................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................5
1.1 Latar Belakang..........................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................6
1.3 Tujuan........................................................................................................6
1.4 Manfaat......................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................8
2.1 Pengertian Pancasila dan Filsafat..............................................................8
2.1.1 Pengertian Pancasila..........................................................................8
2.1.2 Pengertian Filsafat............................................................................10
2.1.3 Bukti Pancasila Sebagai Dasar Falsafat Negara..............................12
2.1.4 Ciri-Ciri Filsafat Pancasila...............................................................13
2.2 Pancasila Merupakan Suatu Filsafat........................................................13
2.3 Objek Filsafat Pancasila..........................................................................14
2.4 Pancasila Melalui Pendekatan Dasar Ontologis, Epistemologis,
Aksiologis...........................................................................................................15
2.4.1 Dasar Ontologis (Hakikat Manusia) Sila–sila Pancasila..................16
2.4.2 Dasar Epistemologis (Pengetahuan) Sila–sila Pancasila.................16
2.4.3 Dasar Aksiologis Pancasila..............................................................17
2.5 Hakekat Pancasila....................................................................................18
2.6 Fugsi filsafat pancasila bagi bangsa Indonesia........................................20
2.6.1 Filasafat Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia...20
2.6.2 Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia......................22
2.6.3 Pancasila Sebagai Jiwa Dan Kepribadian Bangsa Indonesia...........23
2.6.4 Sistem Filsafat Pancasila Sebagai Sistem Ideologi Nasional...........24
2.6.5 Filsafat Pancasila Sebagai Dasar Filsafat Negara Indonesia...........24
2.7 Makna Nilai-Nilai Setiap Sila Pancasila.................................................25
BAB III PENUTUP...............................................................................................28
3.1 Kesimpulan..............................................................................................28
3.2 Saran........................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................29
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada umumnya di dunia ini terdapat berbagai macam dasar negara yang
menyokong negara itu sendiri agar tetap berdiri kokoh, teguh, serta agar tidak
terombang ambing oleh persoalan yang muncul pada masa kini. Pada hakikatnya
ideologi merupakan hasil refleksi manusia berkat kemampuannya mengadakan
distansi terhadap dunia kehidupannya. Maka terdapat sesuatu yang bersifat
dialektis antara ideologi dengan masyarat negara. Di suatu pihak membuat
ideologi semakin realistis dan pihak yang lain mendorong masyarakat mendekati
bentuk yang ideal. Ideologi mencerminkan cara berpikir masyarakat, bangsa
maupun negara, namun juga membentuk masyarakat menuju cita-citanya.
Indonesia pun tak terlepas dari hal itu, dimana Indonesia memiliki dasar negara
yang sering kita sebut Pancasila.

Pancasila sebagai ideologi menguraikan nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi


negara dan karakteristik Pancasila sebagai ideologi negara. Sejarah indonesia
menunjukan bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, yang memberi
kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta membimbingnya dalam mengejar
kehidupan yang layak dan lebih baik, untuk mencapai masyarakat Indonesia yang
adil dan makmur.

Pancasila merupakan kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, karena dalam


masing-masing sila tidak bisa di tukar tempat atau dipindah. Bagi bangsa
Indonesia, Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa dan negara Indonesia.
Bahwasanya Pancasila yang telah diterima dan ditetapkan sebagai dasar negara
seperti tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan
kepribadian dan pandangan hidup bangsa, yang telah diuji kebenaran, kemampuan
dan kesaktiannya, sehingga tak ada satu kekuatan manapun juga yang mampu
memisahkan Pancasila dari kehidupan bangsa Indonesia. Mempelajari Pancasila
lebih dalam menjadikan kita sadar sebagai bangsa Indonesia yang memiliki jati
diri dan harus diwijudkan dalam pergaulan hidup sehari-hari untuk menunjukkan
identitas bangsa yang lebih bermatabat dan berbudaya tinggi. Melalui makalah ini
diharapkan dapat membantu kita dalam berpikir lebih kritis mengenai arti
Pancasila.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari Pancasila dan Filsafat?
2. Apa Bukti Pancasila sebagai dasar filsafat negara?
3. Bagaimana ciri-ciri filsafat Pancasila?
4. Bagaimana pengertian Pancasila sebagai suatu filsafat?
5. Apa saja objek dari filsafat Pancasila?
6. Bagaimana Pancasila melalui pendekatan dasar Ontologis, Epistemologis,
serta Aksikologis?
7. Apa hakekat dari Pancasila?
8. Apa fungsi filsafat Pancasila bagi bangsa Indonesia?
9. Bagaimana makna nilai-nilai setiap sila Pancasila?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Pancasila dan Filsafat.
2. Untuk mengetahui Bukti Pancasila sebagai dasar filsafat negara
3. Untuk mengetahuiciri-ciri dari filsafat pancasila
4. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari Pancasila sebagai suatu
filsafat.
5. Untuk mengetahui objek dari filsafat Pancasila
6. Untuk mengetahui dan memahami Pancasila melalui pendekatan dasar
Ontologis, Epistemologis, serta Aksikologis.
7. Untuk mengetahui hakekat dari Pancasila.
8. Untuk mengetahui fungsi filsafat Pancasila bagi bangsa Indonesia
9. Untuk mengetahui makna nilai-nilai setiap sila Pancasila

1.4 Manfaat
1. Seluruh lapisan masyarakat khususnya kaum muda Bangsa Indonesia
dapat memahami bagaimana arti penting dari pancasila sebagai filsafat.
2. Para pembaca diharapkan dapat mengamalkan seluruh ajaran dari
pancasila.
3. Dapat memotivasi seluruh generasi muda agar lebih mencintai dasar
negaranya
4. Dapat mendidik bagaimana seharusnya perilaku masyarakat dalam
mengartikan, memaknai, serta mengimplementasikan arti pancasila
sebagai filsafat.
5. Dapat mengamalkan pada diri sendiri bagaimana prilaku hukum yang baik
untuk kedepannya
6. Dapat membedakan mana yang benar untuk diamalkan dan mana yang
salah untuk dijauhkan
7. Dapat menjadikan generasi cerdas yang berprilaku baik sesuai ketentuan
Pancasila dan filsafat Pancasila.
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pancasila dan Filsafat
2.1.1 Pengertian Pancasila
A. Secara Etimologis
Secara etimologis istilah “pancasila” berasal dari sansekerta dari India
(bahasa kata brahmana) adapun bhasa rakyat biasa adalah bahasa Prakerta.
Menurut Muhammad Yamin, dalam bahasa sansekerta perkataan “pancasila”
memiliki dua macam arti secara leksikal yaitu :
 “panca” artinya “lima”
 “syila” vokal i pendek artinya “batu sendi”, “alas”, atau “dasar”
 “syila” vokal i panjang artinya “peraturan tingkah laku yang baik, yang
penting atau senonoh”

Kata-kata tersebut kemudian dalam bahasa Indonesia terutama bahasa


Jawa diartikan “susila” yang memiliki hubungan dengan moralitas. Oleh
karena itu secara etimologis kata “pancasila” yang dimaksudkan adalah istilah
“Panca Syiila” dengan vokal i pendek yang memiliki makna leksikal “berbatu
sendi lima” atau secara harfiah “dasar yang memiliki lima unsur”. Adapun
istilah “Panca Syiila” dengan huruf Dewanagari i bermakna 5 aturan tingkah
laku yang penting.

B. Secara Historis

Proses perumusan Pancasila diawali ketika dalam sidang BPUPKI pertama


dr. Radjiman Widyodiningrat, mengajukan suatu masalah, khususnya akan
dibahas pada sidang tersebut. Masalah tersebut adalah tentang suatu calo
rumusan dasar negara Indonesia yang akan dibentuk. Kemudian tampilah pada
sidang tersebut tiga orang pembicara yaitu Mohammad Yamin, Soepomo, dan
Soekarno.

Pada tanggal 1 Juni 1945 di dalam sidang tersebut Ir. Soekarno berpidato
secara lisan mengenai calon rumusan dasar negara Indonesia. Kemudian untuk
memberikan nama “Pancasila” yang artinya lima dasar, hal ini menurut
Soekarno atas saran dari salah seorang temannya yaitu seorang ahli bahasa
yang tidak disebutkan namanya.

Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamirkan


kemerdekaannya, kemudian keesokan harinya tanggal 18 Agustus 1945
disahkannya Undang-Undang Dasar 1945 termasuk pembukaa UUD 1945
dimana didalamnya termuat isi rumusan lima prnsip sebagai satu dasar negara
yang diberi nama Pancasila.

Sejak saat itulah perkataan Pancasila menjadi bahasa Indonesia dan


merupakan istilah umum. Walaupun dalam linea IV Pembukaan UUD 1945
tidak termuat istilah “Pancasila”, namun yang dimaksudkan Dasar Negara
Republik Indonesia adalah disebut dengan istilah “Pancasila”. Hal ini
didasarkan atas interpretasi historis terutama alam rangka pembentukancalon
rumusan dasar negara, yang secara spontan diterima oleh peserta sidang secara
bulat.

C. Secara Terminologis

Proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 itu telah melahirkan


negara Republik Indonesia. Untuk melengkai alat-alat perlengkapan negara
sebagaimana lazimnya negara-negara yang merdeka, maka Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) segera megadakan sidang. Dalam sidangnya
tanggal 18 Agustus 1945 telah berhasil mengesahkan UUD negara Republik
Indonesia yang dikenal dengan UUD 1945. Adapun UUD 1945 yang berisi 37
pasal, 1 Aturan Peralihan yang terdiri atas 4 pasal dan 1 Aturan Tambahan
terdiri atas 2 ayat.

Dalam bagian pembukaan UUD 1945 yang terdiri atas empat alinea
tersebut tercantum rumusan Pancasilla sebagai berikut :

1. Ketuhanan Yang Maha Esa


2. Kemanusiaan yang adildan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Rumusan Pancasila sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945


inilah yang secara konstitusional sah dan benar sebagai dasar negara Republik
Indonesia, yang disahkan oleh PPKI yang mewakili seluruh rakyat Indonesia.

2.1.2 Pengertian Filsafat


A. Secara Umum

Filsafat adalah suatu kebijaksanaan hidup (filosofia) untuk memberikan


suatu pandangan hidup yang menyeluruh berdasarkan refleksi atas
pengalaman hidup maupun pengalaman ilmiah. Filsafat merupakan suatu ilmu
pengetahuan karena memiliki logika, metode dan sistem. Namun filsafat
berbeda dari ilmu-ilmu pengetahuan kehidupan lainnya oleh karena memiliki
obyek tersendiri yang sangat luas.

Sebagai contoh, dalam ilmu psikologi mempelajari tingkah laku kehidupan


manusia, namun dalam ilmu filsafat tidak terbatas pada salah satu bidang
kehidupan saja, melainkan memberikan suatu pandangan hidup yang
menyeluruh yaitu tentang hakiki hidup yang sebenarnya. Pandangan hidup
tersebut merupakan hasil pemikiran yang disusun secara sistematis menurut
hukum-hukum logika.

Seorang yang berfilsafat (filsuf) akan mengambil apa yang telah ditangkap
dalam pengalaman hidup maupun pengalaman ilmiah kemudiaan
memandangnya di bawah suatu horizon yang lebih luas, yakni sebagai unsur
kehidupan manusia yang menyeluruh.

B. Menurut Para Ahli

Pengertian filsafat menurut menurut para ahli memiliki perbedaan dalam


mendefinisikan filsafat yang disebabkan oleh berbedaan konotasi filsafat dan
keyakinan hidup yang dianut mereka. Perbedaan pendapat muncul juga
dikarenakan perkembangan filsafat itu sendiri sehingga akhirnya
menyebabkan beberapa ilmu pengetahuan memisahkan diri dari ilmu filsafat.

Berikut beberapa pengertian filsafat menurut menurut para ahli yang


memiliki pengertian jauh lebih luas dibandingkan dengan pengertian menurut
bahasa.

 Cicero (106 – 43 SM) Filsafat adalah seni kehidupan sebagai ibu dari
semua seni.
 Aristoteles (384 – 322 SM) Filsafat adalah memiliki kewajiban untuk
menyelidiki sebab dan asas segala benda.
 Plato (427 – 347 SM) Filsafat itu adalah tidaklah lain dari pengetahuan
tentang segala yang ada.
 Al Farabi (wafat 950 M) Filsafat itu ialah ilmu pengetahuan tentang
alam yang maujud dan bertujuan menyelidiki hakekatnya yang
sebenarnya.
 Thomas Hobbes (1588 – 1679) Filsafat ialah ilmu pengetahuan yang
menerangkan perhubungan hasil dan sebab atau sebab dari hasilnya, dan
oleh karena itu senantiasa adalah suatu perubahan.
 Johann Gotlich Fickte (1762-1814) Filsafat merupakan ilmu dari ilmu-
ilmu, yakni ilmu umum, yang jadi dasar segala ilmu. Filsafat
membicarakan seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu untuk mencari
kebenaran dari seluruh kenyataan.
 Imanuel Kant (1724 – 1804) Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang
menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang didalamnya
tercakup empat persoalan yaitu metafisika, etika agama dan antropologi.
 Paul Nartorp (1854 – 1924) Filsafat sebagai ilmu dasar hendak
menentukan kesatuan pengetahuan manusia dengan menunjukan dasar
akhir yang sama, yang memikul sekaliannya.
 Harold H. Titus (1979) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan
kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara
tidak kritis.
Selain tokoh-tokoh dunia, adapun pendapat dari tokoh bangsa Indonesia
mengenai filsafat, yaitu:

 Notonegoro: Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari


sudut intinya yang mutlak, yang tetap tidak berubah, yang disebut
hakekat.
 Driyakarya: filsafat sebagai perenungan yang sedalam-dalamnya tentang
sebab-sebabnya ada dan berbuat, perenungan tentang kenyataan yang
sedalam-dalamnya sampai “mengapa yang penghabisan”.
 Sidi Gazalba: Berfilsafat ialah mencari kebenaran dari kebenaran untuk
kebenaran, tentang segala sesuatu yang dipermasalahkan, dengan
berfikir radikal, sistematik dan universal.
 Hasbullah Bakry: Ilmu Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala
sesuatu dengan mendalam mengenai Ke-Tuhanan, alam semesta dan
manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana
sikap manusia itu sebenarnya setelah mencapai pengetahuan itu.
 Prof. Dr. Ismaun, M.Pd.: Filsafat ialah usaha pemikiran dan renungan
manusia dengan akal dan qalbunya secara sungguh-sungguh , yakni
secara kritis sistematis, fundamentalis, universal, integral dan radikal
untuk mencapai dan menemukan kebenaran yang hakiki (pengetahuan,
dan kearifan atau kebenaran yang sejati.
 Prof. Mr.Mumahamd Yamin: Filsafat ialah pemusatan pikiran, sehingga
manusia menemui kepribadiannya seraya didalam kepribadiannya itu
dialamiya kesungguhan.

2.1.3 Bukti Pancasila Sebagai Dasar Falsafat Negara


Bukti yangmenyatakan Falsafat Pancasila digunakan sebagai dasar falsafat
Negara Indonesia dapat kita temukan dalam dokumen-dokumen histori dan
perundang-undagan negara Indonesia antara lain:
1. Naskah Pidato Ir.Soekarno tanggal 1 Juni 1945
2. Naskah Politik bersejarah, tanggal 22 Juni 1945 alinea IV yang
kemudian dijadikan naskah rancangan Pembukaan UUD 1945 (Piagam
Jakarta)
3. Naskah Pembukaan UUD Proklamasi 1945, Alinea IV
4. Mukacimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS) tanggal 27
Desember 1945, Alinea IV
5. Mukadimah UUD Sementara Republik Indonesia Tanggal 17 Agustus
1950
6. Pembukaan UUD 1945, Alinea IV setelah Dekrit Presiden RI tanggal 5
Juli 1959

Pancasila sebgaai dasar filsafat negara Indonesia pada hakikatnya adalah


sebagaimana nilai-nilainya yang bersifat fundamental menjadi suatu sumber
dari suatu segala sumber hukum dalam negara Indonesia, menjadiwadah yang
fleksibel bagi paham-paham positif untuk berkembang dan menjadi dasar
ketentuan yang menolak paham-paham yang bertentangan seperti Ateisme dan
segala bentuk kekhafiran tak beragama, kolonialisme, diktatorisme,
kapitalisme dll.

2.1.4 Ciri-Ciri Filsafat Pancasila


 Sila-sila Pancasila merupakan satu kesatuan system yang bulat dan utuh.
Dengan kata lain, apabila tidak bbulat dan utuh/satu sila dengansila lainya
terpisah-pisah maka itu bukan Pancasila.
 Susunan Pancasila dengan suatu sistemm yang bulat dan utuh itu dapat
digamarkan sebagai berikut:
 Tuhan, yang sebagai kuasa yang prima
 Manusia, yaitu makhluk individu dan makhluk social
 Satu, yaitu satu kesatuan yang memiliki kepribadian sendiri
 Rakyat, yaitu unsur suatu negara, harus bekerja sama dan gotong roying
 Adil, yaitu memberikan keadilan kepada diri sendiri sendiri dan orang
lain yang menjadi haknya

2.2 Pancasila Merupakan Suatu Filsafat


Menurut Ruslan Abdulgani, Pancasila adalah filsafat negara yang lahir
sebagai ideologi kolektif (cita-cita bersama) seluruh bangsa Indonesia. Hal itu
dikarenakan pancasila merupakan hasil perenungan jiwa yang mendalam yang
dilakukan oleh para pendahulu kita, yang kemudian dituangkan dalam suatu
sistem yang tepat. Menurut Notonagoro, Filsafat Pancasila ini memberikan
pengetahuan dan pengertian ilmiah yaitu tentang hakikat pancasila.
Filsafat pancasila dapat didefinisikan sebagai refleksi kritis dan rasionl
tentang pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan budaya bangsa, dengan
tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok pengertiannya yang mendasar dan
menyeluruh. Pancasila dikatakan sebagai filsafat karena pancasila merupakan
hasil perenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh the founding fathers
Indonesia, yang di tuangkan dalam suatu system (Abdul Gani 1998).
Pengertian filsafat pancasila secara umum adalah hasil berfikir atau
pemikiran yang sedalam-dalamnya dari bangsa Indonesia yang dianggap,
dipercaya dan diyakini sebagai kenyataan, norma-norma dan nilai-nilai yang
benar, adil, bijaksana dan paling sesuai dengan kehidupan dan kepribadian
bangsa Indonesia. Filsafat pancasila kemudian dikembangkan oleh Soekarno
sejak 1955 sampai kekuasaannya berakhir pada 1965. Pada saat itu Soekarno
selalu menyatakan bahwa pancasila merupakan filsafat asli Indonesia yang
diambil dari budaya dan tradisi Indonesia, serta merupakan akulturasi budaya
India (hindu-buddha), Barat (Kristen), Arab (Islam).
Filsafat pancasila dapat digolongkan sebagai filsafat praktis sehingga filsafat
pancasila tidak hanya mengandung pemikiran yang sedalam-dalamnya atau
tidak hanya bertujuan mencari, tetapi hasil pemikiran yang berwujud filsafat
pancasila tersebut dipergunakan sebagai pedoman hidup sehari-hari (way of life
atau weltanschauung) agar hidup bangsa Indonesia dapat mencapai kebahagiaan
lahir dan batin, baik dunia maupun di akhirat (Salam, 1988:23-24).

2.3 Objek Filsafat Pancasila


Ditinjau dari segi obyektifnya, filsafat meliputi hal-hal yang ada atau
dianggap dan diyakini ada, seperti manusia, dunia, Tuhan dan seterusnya.
Ruang lingkup obyek filsafat :
a) Obyek material
b) Obyek formal

Lebih jauh E.C. Ewing dalam bukunya Fundamental Questions of


Philosophy (1962) menyatakan bahwa pertanyaan-pertanyaan pokok filsafat
(secara tersirat menunjukan objek filsafat) ialah: Truth (kebenaran), Matter
(materi), Mind (pikiran), The Relation of matter and mind (hubungan antara
materi dan pikiran), Space and Time (ruang dan waktu), Cause (sebab-sebab),
Freedom (kebebasan), Monism versus Pluralism (serba tunggal lawan serba
jamak), dan God (Tuhan).

Pendapat-pendapat tersebut diatas menggambarkan betapa luas dan


mencakupnya objek filsafat baik dilihat dari substansi masalah maupun sudut
pandangnya terhadap masalah, sehingga dapat disimpulkan bahwa objek filsafat
adalah segala sesuatu yang berwujud dalam sudut pandang dan kajian yang
mendalam (radikal). Secara lebih sistematis para ahli membagi objek filsafat ke
dalam objek material dan obyek formal. Obyek material adalah objek yang
secara wujudnya dapat dijadikan bahan telaahan dalam berfikir, sedangkan
obyek formal adalah objek yang menyangkut sudut pandang dalam melihat
obyek material tertentu.

Menurut Endang Saefudin Anshori (1981) objek material filsafat adalah


sarwa yang ada (segala sesuatu yang berwujud), yang pada garis besarnya dapat
dibagi atas tiga persoalan pokok yaitu:

1) Hakekat Tuhan
2) Hakekat Alam; dan
3) Hakekat manusia,

sedangkan objek formal filsafat ialah usaha mencari keterangan secara


radikal terhadap objek material filsafat. Dengan demikian objek material filsafat
mengacu pada substansi yang ada dan mungkin ada yang dapat difikirkan oleh
manusia, sedangkan objek formal filsafat menggambarkan tentang cara dan sifat
berfikir terhadap objek material tersebut, dengan kata lain objek formal filsafat
mengacu pada sudut pandang yang digunakan dalam memikirkan objek material
filsafat.

2.4 Pancasila Melalui Pendekatan Dasar Ontologis, Epistemologis, Aksiologis


2.4.1 Dasar Ontologis (Hakikat Manusia) Sila–sila Pancasila
Manusia sebagai pendukung pokok sila–sila pancasil secara ontologis
memiliki hal–hal yg mutlak, yaitu terdiri atas susunan kodrat, raga dan jiwa
jasmani dan rohani, sifat kodrat manusia adalah sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial, serta keddukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi
berdiri sendiri dan sebagai makhluk tuhan yang maha esa. Oleh karena
kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri dan
sebagai makhluk tuhan inilah maka secara hierarkis sila pertama ketuhanan
yang maha esa mendasari dan menjiwai keempat sila – sila pancasila yg
lainnya (Notonagoro, 1975:53).
1) Sila pertama: Tuhan adalah sebagai asal mula segala sesuatu, tuhan
adalah mutlak, sempurna dan kuasa, tidak berubah, tidak terbatas pula
sebagai pengatur tata tertib alam (Notonagoro, 1975:78)
2) Sila kedua: kemanusiaan yg adil dan beradab, negara adalah lembaga
kemanusiaan, yg diadakan oleh manusia (Notonagoro, 1975:55)
3) Sila ketiga: persatuan indonesia. Persatuan adalah sebagai akibat adanya
manusia sebagai makhluk tuhan yg maha esa,adapun hasil persatuan
adalah rakyat sehingga rakyat adalah merupakan unsur pokok negara
4) Sila keempat: maka pokok sila keempat ialah kerakyatan yaitu
kesesuaiannya dengan hakikat rakyat
5) Sila kelima: dengan demikian logikanya keadilan sosial didasari dan
dijiwai oleh sila kedua yaitu kemanusiaan yg adil dan beradab
(Notonagoro, 1975:140,141)

2.4.2 Dasar Epistemologis (Pengetahuan) Sila–sila Pancasila


Sebagai suatu ideologi maka pancasila memiliki tiga unsur pokok agar
dapat menarik loyalitas dan pendukungnya yaitu

1. Logos yaitu rasionalitas atau penalarannya


2. Pathos yaitu penghayatannya
3. Ethos yaitu kesusilaannya (wibisono, 1996:3)

Dasar epistemologis pancasila pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan


dengan dasar ontologisnya. Pancasila sebagai suatu ideologi bersumber pada
nilai – nilai dasarnya yaitu filsafat pancasilaa (Soeryanto, 1991:51). Terdapat
tiga persoalan yang mendasar dalam epistemologi yaitu: pertama tentang
sumber pengetahuan manusia, kedua tentang teori kebenaran pengetahuan
manusia, ketiga tentang watak pengetahuan manusia (titus, 1984:20). Adapun
potensi atau daya untuk meresapkan pengetahuan atau dengan lain perkataan
transformasi pengetahuan terdapat tingkatan sebagai berikut: demonstrasi,
imajinasi, asosiasi, analogi, refleksi, intuisi, inspirasi dan ilham (Notonagoro,
tanpa tahun:3).

2.4.3 Dasar Aksiologis Pancasila


Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan
bagaimana manusia menggunakan ilmunya. Aksiologi adalah istilah yang
berasal dari kata Yunani yaitu; axios yang berarti sesuai atau wajar.
Sedangkan logos yang berarti ilmu. Aksiologi dipahami sebagai teori nilai.
Jujun S.Suriasumantri mengartika aksiologi sebagai teori nilai yang berkaitan
dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Menurut John Sinclair,
dalam lingkup kajian filsafat nilai merujuk pada pemikiran atau suatu sistem
seperti politik, sosial dan agama. sedangkan nilai itu sendiri adalah sesuatu
yang berharga, yang diidamkan oleh setiap insan.
Aksiologi adalah ilmu yang membicarakan tentang tujuan ilmu
pengetahuan itu sendiri. Jadi Aksiologi merupakan ilmu yang mempelajari
hakikat dan manfaat yang sebenarnya dari pengetahuan, dan sebenarnya ilmu
pengetahuan itu tidak ada yang siasia kalau kita bisa memanfaatkannya dan
tentunya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dan di jalan yang baik pula.
Karena akhir-akhir ini banyak sekali yang mempunyai ilmu pengetahuan yang
lebih itu dimanfaatkan di jalan yang tidak benar.
Pembahasan aksiologi menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu. Ilmu
tidak bebas nilai. Artinya pada tahap-tahap tertentu kadang ilmu harus
disesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan moral suatu masyarakat; sehingga
nilai kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dalam usahanya
meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya malahan
menimbulkan bencana.

2.5 Hakekat Pancasila


Kata ‘hakikat’ dapat didefinisikan sebagai suatu inti yang terdalam dari
segala sesuatu yang terdiri dari sejumlah unsur tertentu yang mewujudkan
sesuatu tersebut, sehingga terpisah dengan sesuatu lain dan bersifat mutlak.
Contohnya pada hakikat air yang tersusun atas dua unsur mutlak, yaitu hidrogen
dan oksigen. Kebersatuan kedua unsur tersebut bersifat mutlak untuk
membentuk air. Artinya kedua unsur tersebut secara bersamasama menyusun air
sehingga terpisah dari benda yang lainnya, misalnya dengan batu,kayu, dan lain
sebagainya.
Terkait dengan hakikat sila-sila pancasila, pengertian kata ‘hakikat’ dapat
dipahami dalam tiga kategori yaitu:
1. Hakikat Abstrak yang disebut sebagai hakikat jenis atau hakikat umum
yang mengandung unsur-unsur yang sama, tetap dan tidak berubah.
Hakikat abstrak sila-sila Pancasila menunjuk pada kata: ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Kata-kata tersebut
merupakan kata-kata yang dibubuhi awalan dan akhiran ke dan an (sila I,
II, IV, dan V) sedangkan yang satunya per dan an (sila ke III). Awalan
dan akhiran ini memiliki kesamaan dalam maksudnya yang pokok, ialah
membuat abstrak daripada kata dasarnya
2. Hakikat Pribadi sebagai hakikat yang memiliki sifat khusus. Hakikat
pribadi Pancasila menunjuk pada ciri-ciri khusus sila-sila Pancasila yang
ada pada bangsa Indonesia, yaitu adat istiadat, nilai-nilai agama, nilai-
nilai kebudayaan, sifat dan karakter yang melekat pada bangsa indonesia
sehingga membedakan bangsa indonesia dengan bangsa yang lainnya.
3. Hakikat Kongkrit yang bersifat nyata sebagaimana dalam kenyataannya.
Hakikat kongkrit Pancasila terletak pada fungsi Pancasila sebagai dasar
filsafat negara. Dalam realisasinya, pancasila adalah pedoman praktis,
yaitu dalam wujud pelaksanaan praktis dalam kehidupan negara, bangsa
dan negara Indonesia yang sesuai dengan kenyataan sehari hari, tempat,
keadaan dan waktu. Sehingga pelaksanaan Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari bersifat dinamis, antisipatif, dan sesuai dengan
perkembangan waktu, keadaan, serta perubahan zaman.

Pancasila yang berisi lima sila, menurut Notonagoro (1967:32) merupakan


satu kesatuan utuh. Kesatuan sila-sila Pancasila tersebut, diuraikan sebagai
berikut:

A. Diungkapkan oleh Notonagoro (1984: 61 dan 1975: 52, 57) bahwa hakikat
adanya Tuhan ada karena dirinya sendiri, Tuhan sebagai causa prima. Oleh
karena itu segala sesuatu yang ada merupakan akibat sebagi adanya tuhan
(sila pertama). Adapun manusia sebagai subjek ciptaan manusia
pendukung pokok negara, karena negara adalah lambang kemanusiaan,
negara adalah sebagai persekutuan hidup bersama yang anggotanya adalah
manusia (sila kedua). Dengan demikian, negara adalah sebagai akibat
adanya manusia yang bersatu (sila ketiga). Selanjutnya terbentuklah
persekutuan hidup yang dinamakan rakyat. Rakyat merupakan totalitas
individu-individu dalam negara yang bersatu (sila keempat). Adapun
keadilan yang pada hakikatnya merupakan tujuan bersama atau keadilan
sosial (sila kelima) pada hakikatnya sebagai tujuan dari lembaga hidup
bersama yang disebut negara.
B. Hubungan kesatuan sila-sila Pancasila yang saling mengisi dan
mengkualifikasi silasila Pancasila sebagai kesatuan dapat dirumuskan pula
dalam hubungannya saling mengisi atau mengkualifikasi dalam kerangka
hubungan hirarkis piramidal seperti diatas. Dalam rumusan ini, tiap-tiap
sila mengandung empat sila lainnya. Berikut disampaikan kesatuan sila-
sila Pancasila yang saling mengisi dan mengkualifikasi.
1. Sila pertama; Ketuhanan Yang Maha Esa adalah Ketuhanan yang
berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan Indonesia,
yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, yang berkeadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
2. Sila kedua; Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab adalah kemanusiaan
yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, yang berpesatuan Indonesia, yang
berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, yang berkeadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
3. Sila ketiga; Persatuan Indonesia adalah persatuan yang ber-Ketuhanan
Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berkerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, yang berkeadilan sosial bagi seluruh
rakyat indonesia.
4. Sila keempat, Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, adalah kerakyatan yang ber-Ketuhanan
Yang Maha Esa, Berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang
berpersatuan Indonesia, yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
5. Sila kelima; Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia adalah
keadilan yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang
adil dan bearadab, yang berpersatuan Indonesia, yang berkerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat dalam permusyawaratan/perwakilan
(Notonagoro, 1975:43-44)

2.6 Fugsi filsafat pancasila bagi bangsa Indonesia


2.6.1 Filasafat Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia
Setiap bangsa yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas ke
arah mana tujuan yang ingin dicapainya sangat memerlukan pandangan hidup
(filsafat hidup). Dengan pandangan hidup inilah suatu bangsa akan
memandang persoalan-persoalan yang dihadapinya dan menentukan arah serta
cara bagaimana memecahkan persoalan-persoalan tadi. Tanpa memiliki
pandangan hidup maka suatu bangsa akan merasa terombang-ambing dalam
menghadapi persoalan-persoalan besar yang pasti akan timbul, baik persoalan-
persoalan di dalam masyarakatnya sendiri, maupun persoalan-persoalan besar
umat manusia dalam pergaulan masyarakat bangsa-bangsa di dunia ini.
Dengan pandangan hidup yang jelas sesuatu bangsa akan memiliki pegangan
dan pedoman bagaimana ia memecahkan masalah-masalah politik, ekonomi,
sosial dan budaya yang timbul dalam gerak masyarakat yang makin maju.
Dengan berpedoman pada pandangan hidup itu pula suatu bangsa akan
membangun dirinya.
Dalam pergaulan hidup itu terkandung konsep dasar mengenai kehidupan
yang dicita-citakan oleh suatu bangsa, terkandung pikiran-pikiran yang
terdalam dan gagasan sesuatu bangsa mengenai wujud kehidupan yang
dianggap baik. Pada akhirnya pandangan hidup sesuatu bangsa adalah
pencerminan dari nilai-nilai yang dimiliki suatu bangsa itu sendiri, yang
diyakini kebenarannya dan menimbulkan tekad pada bangsa itu untuk
mewujudkannya. Disamping itu maka bagi kita Pancasila sekaligus menjadi
tujuan hidup bangsa Indonesia. Pancasila ialah suatu kebudayaan yang
mengajarkan bahwa hidup manusia ini akan mencapai kebahagiaan jika kita
dapat baik dalam hidup manusia sebagai manusia dengan alam dalam
hubungan manusia dengan Tuhannya, maupun dalam mengejar kemajuan
lahiriyah dan kebahagiaan rohaniah.
Bangsa Indonesia lahir sesudah melalui perjuangan yang sangat panjang,
dengan memberikan segala pengorbanan dan menahan segala macam
penderitaan akibat penjajahan. Bangsa Indonesia lahir menurut cara dan jalan
yang ditempuhnya sendiri yang merupakan hasil antara proses sejarah di masa
lampau, tantangan perjuangan dan cita-cita hidup di masa datang yang secara
keseluruhan membentuk kepribadian sendiri. Sebab itu bangsa Indonesia lahir
dengan kepribadiannya sendiri yang bersamaan lahirnya bangsa dan negara
itu, kepribadian itu ditetapkan sebagai pandangan hidup dan dasar negara
Pancasila. Karena itulah, Pancasila bukan lahir secara mendadak pada tahun
1945, melainkan telah berjuang, denga melihat pengalaman bangsa-bangsa
lain, dengan diilhami dengan oleh gagasan-gagasan besar dunia., dengan tetap
berakar pada kepribadian bangsa kita dan gagasan besar bangsa kita sendiri.
Karena Pancasila sudah merupakan pandangan hidup yang berakar dalam
kepribadian bangsa, maka ia diterima sebagai dasar negara yang mengatur
hidup ketatanegaraan. Pancasila yang selalu menjadi pegangan bersama saat-
saat terjadi krisis nasional dan ancaman terhadap eksistensi bangsa kita,
merupakan bukti sejarah sebagai dasar kerohanian negar, dikehendaki oleh
bangsa Indonesia karena sebenarnya ia telah tertanam dalam setiap rakyat
indonesia. Oleh karena itu, ia juga merupakan dasasr yang mampu
mempersatukan seluruh rakyat Indonesia.

2.6.2 Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia


Pancasila yang dikukuhkan dalam sidang I dari PPKI pada tanggal 1 Juni
1945 adalah di kandung maksud untuk dijadikan dasar bagi negara Indonesia
merdeka. Adapun dasar itu haruslah berupa suatu filsafat yang menyimpulkan
kehidupan dan cita-cita bangsa dan negara Indonesa yang merdeka. Di atas
dasar itulah akan didirikan Negara Republik Indonesia sebagai perwujudan
kemerdekaan politik yang menuju kepada kemerdekaan ekonomi, sosial dan
budaya.
Sidang PPKI telah menerima secara bulat Pancasila itu sebagai dasar
negara Indonesia merdeka. Dalam keputusan sidang PPKI kemudian pada
tanggal 18 Agustus 1945 Pancasila tercantum secara resmi dalam Pembukaan
UUD RI, Undang-Undang Dasar yang menjadi sumber ketatanegaraan harus
mengandung unsur-unsur pokok yang kuat yang menjadi landasan hidup bagi
seluruh bangsa dan negara, agar peraturan dasar itu tahan uji sepanjang masa.
Karena Pancasila tercantum dalam UUD 1945 dan bahkan menjiwai
seluruh isi peraturan dasar tersebut yang berfungsi sebagai dasar negara
sebagaimana jelas tercantum dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945 tersebut,
maka semua peraturan perundang-undangan Republik Indonesia (Ketetapan
MPR, Undang-undang, Peraturan Pemerintah sebagai pengganti Undang-
undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden dan peraturan-peraturan
pelaksanaan lainnya) yang dikeluarkan oleh negara dan pemerintah Republik
Indonesia harus sejalan dengan Pancasila (berpedoman pada Pancasila). Isi
tujuan dari peraturan perundang-undangan Republik Indonesia tidak boleh
menyimpang dari jiwa Pancasila. Bahkan dalam Ketetapan MPRS No.
XX/MPRS/1966 ditegaskan, bahwa Pancasila itu adalah sumber dari segala
sumber hukum (sumber hukum formal, undang-undang, kebiasaan, traktaat,
jurisprudensi, hakim, ilmu pengetahuan hukum). Pancasila mengandung
unsur-unsur yang luhur yang tidak hanya memuaskan bangsa Indonesia
sebagai dasar negara, tetapi juga dapat diterima oleh bangsa-bangsa lain
sebagai dasar hidupnya. Pancasila bersifat universal dan akan mempengaruhi
hidup dan kehidupan banga dan negara kesatuan Republik Indonesia secara
kekal dan abadi.

2.6.3 Pancasila Sebagai Jiwa Dan Kepribadian Bangsa Indonesia


Keseluruhan ciri-ciri khas bangsa Indonesia adalah pencerminan dari garis
pertumbuhan dan perkembangan bangsa Indonesia sepanjang masa. Garis
pertumbuhan dan perkembangan bangsa Indonesia yang ditentukan oleh
kehidupan budi bangsa Indonesia dan dipengaruhi oleh tempat, lingkungan
dan suasana waktu sepanjang masa. Walaupun bangsa Indonesia sejak dahulu
bergaul dengan berbagai peradaban dan kebudayaan bangsa lain (Hindu,
Tiongkok, Portugis, Spanyol, Belanda dan lain-lain) namun kepribadian
bangsa Indonesia tetap hidup dan berkembang. Mungkin di sana-sini,
misalnya di daerah-daerah tertentu atau masyarakat kota kepribadian itu dapat
dipengaruhi oleh unsur-unsur asing, namun pada dasarnya bangsa Indonesia
tetap hidup dalam kepribadiannya sendiri. Bangsa Indonesia secara jelas dapat
dibedakan dari bangsa-bangsa lain. Apabila kita memperhatikan tiap sila dari
Pancasila, maka akan tampak dengan jelas bahwa tiap sila Pancasila itu adalah
pencerminan dari bangsa kita.
Oleh karena itu, yang penting adalah bagaimana kita memahami,
menghayati dan mengamalkan Pancasila dalam segala segi kehidupan. Tanpa
ini maka Pancasila hanya akan merupakan rangkaian kata-kata indah yang
tertulis dalam Pembukaan UUD 1945, yang merupakan perumusan yang beku
dan mati, serta tidak mempunyai arti bagi kehidupan bangsa kita.
Apabila Pancasila tidak menyentuh kehidupan nyata, tidak kita rasakan
wujudnya dalam kehidupan sehari-hari, maka lambat laun kehidupannya akan
kabur dan kesetiaan kita kepada Pancasila akan luntur. Mungkin Pancasila
akan hanya tertinggal dalam buku-buku sejarah Indonesia. Apabila ini terjadi
maka segala dosa dan noda akan melekat pada kita yang hidup di masa kini,
pada generasi yang telah begitu banyak berkorban untuk menegakkan dan
membela Pancasila

2.6.4 Sistem Filsafat Pancasila Sebagai Sistem Ideologi Nasional


Nilai Filsafat Pancasila berkembang dalam budaya dan peradaban
Indonesia terutama sebagai jiwa dalam perjuangan kemerdekaan dari
kolonialisme-imperialisme 1596-1945. Nilai filsafat Pancasila baik sebagai
pandangan hidup (filsafat hidup) bangsa, sekaligus sebagai jiwa bangsa (jati
diri nasional) memberikan identitas dan integritas serta martabat (kepribadian)
bangsa dalam budaya dan peradaban dunia modern. Berdasarkan analisis
normatif filosofis-ideologis dan konstitusional, semua komponen bangsa wajib
setia dan bangga kepada sistem kenegaraan Pancasila sebagaimana terjabar
dalam UUD Proklamasi 45 termasuk kewajiban bela negara. Sebagai bangsa
dan negara modern, kita mewarisi nilai-nilai fundamental filosofis-ideologis
sebagai pandangan hidup bangsa (filsafat hidup) yang telah menjiwai dan
sebagai identitas bangsa (jati diri nasional) Indonesia.
Nilai-nilai fundamental warisan sosio-budaya Indonesia ditegakkan dan
dikembangkan dalam sistem kenegaraan Pancasila, sebagai pembudayaan dan
pewarisan bagi generasi penerus. Kehidupan nasional sebagai bangsa merdeka
dan berdaulat sejak Proklamasi 17 Agustus 1945 berwujud NKRI berdasarkan
Pancasila-UUD 45. Sistem NKRI ditegakan oleh kelembagaan negara bersama
semua komponen bangsa dan warganegara berkewajiban menegakkan asas
Pancasila secara konstitusional, yakni UUD Proklamasi 1945 seutuhnya
sebagai wujud kesetiaan dan kebanggaan nasional.Nilai-nilai fundamental
dimaksud terutama filsafat hidup bangsa yang oleh pendiri negara (PPKI)
dengan jiwa hikmat kebijaksanaan dan kenegarawanan, musyawarah mufakat
menetapkan dan mengesahkan sebagai dasar negara Indonesia merdeka.

2.6.5 Filsafat Pancasila Sebagai Dasar Filsafat Negara Indonesia


Filsafat Pancasila sebagai dasar falsafah negara Indonesia, dapat kita
temukan dalam beberapa dokumen historis dan di dalam perundang-undangan
negara Indonesia diantaranya yaitu: Dalam Pidato Ir. Soekarno tanggal 1 Juni
1945. Dalam Naskah Politik yang bersejarah, tanggal 22 Juni 1945 alinea IV
yang kemudian dijadikan naskah rancangan Pembukaan UUD 1945 (terkenal
dengan sebutan Piagam Jakarta). Dalam naskah Pembukaan UUD Proklamasi
1945, alinea IV. Dalam Mukadimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat
(RIS) tanggal 27 Desember 1945, alinea IV. Dalam Mukadimah UUD
Sementara Republik Indonesia (UUDS RI) tanggal 17 Agustus 1950. Dalam
Pembukaan UUD 1945, alinea IV setelah Dekrit Presiden RI tanggal 5 Juli
1959

2.7 Makna Nilai-Nilai Setiap Sila Pancasila


Pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan negara Republik Indonesia
merupakan nilai yang tidak dapat dipisah-pisahkan dengan masing-masing
silanya. Hal ini dikarenakan apabila dilihat satu per satu dari masing-masing
sila, dapat saja ditemukan dalam kehidupan bangsa lain. Makna Pancasila
terletak pada nilai-nilai dari masing-masing sila sebagai satu kesatuan yang
tidak dapat diputarbalikkan letak dan susunannya. Namun demikian, untuk lebih
memahami nilai-nilai yang terkandung dalam masing-masing sila Pancasila,
maka berikut ini kita uraikan:
a) Ketuhanan Yang Maha Esa
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa ini nilai-nilainya meliputi dan menjiwai
keempat sila lainnya. Dalam sila ini terkandung nilai bahwa negara yang
didirikan adalah pengejawantahan tujuan manusia sebagai makhluk Tuhan
Yang Maha Esa.
Konsekuensi yang muncul kemudian adalah realisasi kemanusiaan
terutama dalam kaitannya dengan hak-hak dasar kemanusiaan (hak asasi
manusia) bahwa setiap warga negara memiliki kebebasan untuk memeluk
agama dan menjalankan ibadah sesuai dengan keimanan dan kepercayaannya
masing-masing. Hal itu telah dijamin dalam Pasal 29 UUD. Di samping itu, di
dalam negara Indonesia tidak boleh ada paham yang meniadakan atau
mengingkari adanya Tuhan (atheisme).
b) Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Kemanusiaan berasal dari kata manusia yaitu makhluk yang berbudaya
dengan memiliki potensi pikir, rasa, karsa dan cipta. Potensi itu yang
mendudukkan manusia pada tingkatan martabat yang tinggi yang menyadari
nilai-nilai dan norma-norma. Kemanusiaan terutama berarti hakikat dan sifat-
sifat khas manusia sesuai dengan martabat. Adil berarti wajar yaitu sepadan
dan sesuai dengan hak dan kewajiban seseorang. Beradab sinonim dengan
sopan santun, berbudi luhur, dan susila, artinya, sikap hidup, keputusan dan
tindakan harus senantiasa berdasarkan pada nilai-nilai keluhuran budi,
kesopanan, dan kesusilaan. Dengan demikian, sila ini mempunyai makna
kesadaran sikap dan perbuatan yang didasarkan kepada potensi budi nurani
manusia dalam hubungan dengan norma-norma dan kesusilaan umumnya,
baik terhadap diri sendiri, sesama manusia, maupun terhadap alam dan hewan.
Hakikat pengertian di atas sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 Alenia
Pertama : “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa
dan oleh sebab itu, penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak
sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan…”.Selanjutnya dapat dilihat
penjabarannya dalam Batang Tubuh UUD.
c) Persatuan Indonesia
Persatuan berasal dari kata satu artinya tidak terpecah-pecah. Persatuan
mengandung pengertian bersatunya bermacam-macam corak yang beraneka
ragam menjadi satu kebulatan. Persatuan Indonesia dalam sila ketiga ini
mencakup persatuan dalam arti ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan
keamanan. Persatuan Indonesia ialah persatuan bangsa yang mendiami seluruh
wilayah Indonesia. Yang bersatu karena didorong untuk mencapai kehidupan
kebangsaan yang bebas dalam wadah negara yang merdeka dan berdaulat.
Persatuan Indonesia merupakan faktor yang dinamis dalam kehidupan bangsa
Indonesia dan bertujuan melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan
bangsa, serta mewujudkan perdamaian dunia yang abadi.
Persatuan Indonesia adalah perwujudan dari paham kebangsaan Indonesia
yang dijiwai oleh Ketuhanan Yang Maha Esa, serta kemanusiaan yang adil
dan beradab. Oleh karena itu, paham kebangsaan Indonesia tidak sempit
(chauvinistis), tetapi menghargai bangsa lain. Nasionalisme Indonesia
mengatasi paham golongan, suku bangsa serta keturunan. Hal ini sesuai
dengan alenia keempat Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi, “Kemudian
daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia…”. Selanjutnya dapat dilihat penjabarannya dalam Batang Tubuh
UUD 1945.
d) Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
Kerakyatan berasal dari kata rakyat yaitu sekelompok manusia yang
berdiam dalam satu wilayah negara tertentu. Dengan sila ini berarti bahwa
bangsa Indonesia menganut sistem demokrasi yang menempatkan rakyat di
posisi tertinggi dalam hirarki kekuasaan.
Hikmat kebijaksanaan berarti penggunaan ratio atau pikiran yang sehat
dengan selalu mempertimbangkan persatuan dan kesatuan bangsa,
kepentingan rakyat dan dilaksanakan dengan sadar, jujur dan bertanggung
jawab serta didorong dengan itikad baik sesuai dengan hati nurani.
Permusyawaratan adalah suatu tata cara khas kepribadian Indonesia untuk
merumuskan atau memutuskan sesuatu hal berdasarkan kehendak rakyat
sehingga tercapai keputusan yang bulat dan mufakat. Perwakilan adalah suatu
sistem, dalam arti, tata cara mengusahakan turut sertanya rakyat mengambil
bagian dalam kehidupan bernegara melalui lembaga perwakilan.
Dengan demikian sila ini mempunyai makna bahwa rakyat dalam
melaksanakan tugas kekuasaannya ikut dalam pengambilan keputusan-
keputusan. Sila ini merupakan sendi asas kekeluargaan masyarakat sekaligus
sebagai asas atau prinsip tata pemerintahan Indonesia sebagaimana dinyatakan
dalam alenia keempat Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi: “…maka
disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia, yang berkedaulatan rakyat...”
e) Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Keadilan sosial berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat di segala
bidang kehidupan, baik materiil maupun spiritual. Seluruh rakyat Indonesia
berarti untuk setiap orang yang menjadi rakyat Indonesia.

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari apa yang telah dijelaskan di atas, Pancasila merupakan kesatuan yang
tidak bisa dipisahkan, karena dalam masing-masing sila tidak bisa di tukar
tempat atau dipindah. Bagi bangsa Indonesia, Pancasila merupakan pandangan
hidup bangsa dan negara Indonesia. Dan filsafat merupakan suatu ilmu
pengetahuan karena memiliki logika, metode dan sistem.

Pancasila dikatakan sebagai filsafat dikarenakan pancasila merupakan hasil


perenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh para pendahulu kita, yang
kemudian dituangkan dalam suatu sistem yang tepat, dimana pancasila memiliki
hakekatnya tersendiri yang terbagi menjadi lima sesuai dengan kelima sila-
silanya tersebut. Adapun yang mendasari Pancasila adalah dasar Ontologist
(Hakikat Manusia), dasar Epistemologis (Pengetahuan), dasar Aksiologis
(Pengamalan Nilai-Nilainya)

Filsafat Pancasila merupakan hasil pemikiran mendalam dari bangsa


Indonesia yang dianggap, diyakini sebagai kenyataan nilai dan norma yang
paling benar, dan adil untuk melakukan kegiatan hidup berbangsa dan bernegara
dimanapun mereka berada. Selain itu, filsafat Pancasila memiliki berbagai
fungsi diantaranya yaitu: sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, Pancasila
sebagai dasar negara Indonesia, Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia,
Pancasila Sebagian sumber dari segala sumber hukum, dan Pancasila sebagai
system ideologi nasional.

3.2 Saran
Saran yang dapat dipetik dari materi ini adalah agar seluruh masyarakat
mengetahui seberapa penting Pancasila dan dapat mengamalkan nilai-nilai sila
dari pancasila dengan baik dan benar, serta tidak melecehkan arti penting
pancasila.

DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/11247674/Makalah_Filsafat_Pancasila

https://www.slideshare.net/openriski/makalah-pancasila-sbg-filsafat

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/
5c7448e8e62a1a07a1c34653047716a2.pdf

Anda mungkin juga menyukai