DISUSUN OLEH:
02RKMP002 ( 2B )
PROVINSI BANTEN
1
Kata Pengantar
Alhamdulillah, Puji dan Syukurkehadiran Allah SWT. yang telah memberi rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Implementasi
Pancasila dalam Pembuatan Kebijakan Negara”.
Makalah disusun atas dasar memenuhi tugas mata kuliah Kewarganegaraan. Selain itu,
makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang Implementasi Pancasila dalam
Pembuatan Kebijakan Negara bagi penulis dan pembaca khususnya para mahasiswa/i jurusan
Rekam Medis.
Saya ucapkan terimakasih kepada dosen pebimbing Pak Sri Haryanto selaku dosen
pembimbing mata kuliah kewarganegaraan. Saya ucapkan juga terimakasih kepada para pihak
yang terlibat. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik dari segi
teknik penilisan maupun segi materi. Oleh sebab itu, saya berharap untuk tanggapan, kritik dan
sarannya atas makalah yang saya kerjakan.
Penyusun
Ghina Nurzanah
2
Daftar Isi
Cover ............................................................................................................................................1
Kata Pengantar..............................................................................................................................2
Daftar Isi........................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................4
1.4 Manfaat...........................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................................6
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................23
3.2 Saran.............................................................................................................................25
Daftar Pustaka.............................................................................................................................26
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua
kata dari Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila
merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh
rakyat Indonesia.
Pancasila sebagai dasar filsafat negara Republik Indonesia yang secara resmi
disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum dalam Pembukaan
UUD 1945 yang diundangkan dalam berita Republik Indonesia tahun II No.7
bersamaan dengan batang tubuh UUD 1945.
4
oleh masyarakat, karena di dalam pancasila terkandung nilai-nilai luhur bangsa
Indonesia yang sesuai dengan kepribadian bangsa. Selain itu, kini zama globalisasi
begitu cepat menjangkiti negara-negara di seluruh dunia termasuk Indonesia.
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Implementasi Pancasila Dalam Kehidupan Bermasyarakat Pada
Hakikatnya
Secara yuridis-konstitusional kedudukan Pancasila sudah jelas, bahwa
Pancasila adalah pandangan hidup bangsa, dasar negara Republik Indonesia, dan
sebagai ideologi nasional. Sebagai pandangan hidup bangsa, Pancasila
merupakan kristalisasi nilai-nilai yang kebenarannya diakui, dan menimbulkan
tekad untuk dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.
Pancasila sebagai dasar negara dan landasan idil bangsa Indonesia, dewasa
ini dalam zaman reformasi telah menyelamatkan bangsa Indonesia dari ancaman
disintegrasi selama lebih dari lima puluh tahun. Namun sebaliknya sakralisasi
dan penggunaan berlebihan dari ideologi Negara dalam format politik orde baru
banyak menuai kritik dan protes terhadap pancasila.
6
Pada zaman reformasi saat ini pengimplementasian pancasila sangat
dibutuhkan oleh masyarakat, karena di dalam pancasila terkandung nilai-nilai
luhur bangsa Indonesia yang sesuai dengan kepribadian bangsa. Selain itu, kini
zaman globalisasi begitu cepat menjangkiti negara-negara di seluruh dunia
termasuk Indonesia.
7
pikiran ini adalah landasan bagi kehidupan nasional bidang politik di Negara
Republik Indonesia.
PASAL 28A
28J ini membahas tentang hak asasi manusia mulai dari hak hidup, hak
berkreasi dan hak hak lainnya secara umum.
Manusia adalah subyek negara dan oleh karena itu politik negara harus
berdasar dan merealisasikan harkat dan martabat manusia di dalamnya. Hal ini
dimaksudkan agar sistem politik negara dapat menjamin hak-hak asasi
manusia.
8
dikembangkan adalah sistem yang memperhatikan pancasila sebagai dasar-
dasar moral politik.
9
menciptakan sistem perekonomian yang bertumpu pada kepentingan rakyat
dan berkeadilan. Salah satu pemikiran yang sesuai dengan maksud ini adalah
gagasan ekonomi kerakyatan yang dilontarkan oleh Mubyarto(1999),
sebagaimana dikutip oleh Kaelan (2000:239), yaitu pengembangan ekonomi
bukan hanya mengejar pertumbuhan, melankan demi kemanusiaan, demi
kesejahteraan seluruh bangsa. Dengan kata lain, pengembangan ekonomi tidak
bisa di pisahkan dengan nilai-nilai moral kemanusiaan.
Oleh karena itu dalam pengembangan sosial budaya pada masa reformasi
ini kita harus mengangkat nilai-nilai yang dimiliki bangsa Indonesia sebagai
dasar nilai yaitu nilai-nilai pancasila itu sendiri. Dalam prinsip etika pancasila
pada hakikatnya bersifat humanistic, artinya nilai-nilai pancasila mendasarkan
pada nilai yang bersumber pada harkat dan martabat manusia sebagai makhluk
yang berbudaya. Implementasi pancasila dalam pembuatan kebijakan negara
dalam bidang politik dituangkan dalam pasal 29, pasal 31, dan pasal 32.
10
pembangunan bidang kehidupan keagamaan, pendidikan, dan kebudayaan
nasional.
Dengan demikian, pancasila sebagai sumber nilai dapat menjadi arh bagi
kebijakan negara dalam mengembangkan kehidupan sosial budaya indonesia
yang beradab, sesuai dengan sila ke-2, kemanusiaan yang adil dan
beradab.Pengembangan sosial budaya harus dilakukan dengan mengangkat
nilai-nilaiyang dimliki bangsa indonesia, yaitu nilai-nilai pancassila. Hal ini
tidak dapat dilepaskan dari fungsi pancasila sebagai sebuah sistem etika yang
keseluruhan nilainya bersumber dari harkat dan martabat manusia sebagai
makhluk yang beradap.
11
Pasal-pasal tersebut merupakan penjabaran dari pokok pikiran persatuan
yang merupakan pancaran dari sila pertama pancasila. Pokok pikiran ini
adalah landasan bagi pembangunan bidang pertahanan dan keamanan
nasional. Berdasarkan penjabaran diatas, maka implementasi pancasila dalam
pembuatan kebijakan negara pada bidang pertahanan dan keamanan harus
diawali dengan kesadaran bahwa indonesia adalah negara hukum. Pertahanan
dan keamanan negara di atur dan dikembangkan menurut dasar kemanusiaan,
bukan kekuasaandengan kata lain, pertahanan dan keamanan indonesia
berbasis pada moralitas keamanan sehingga kebijakan yang terkait dengannya
harus terhindar dari pelanggaran hak-hak asasi manusia. .
PASAL 27 (3): setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya pembelaan negara.
PASAL 30 (1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
usaha pertahanan dan keamanan negara.
12
pemikiran Ideologi adalah memiliki pemikiran mendasar (asas), pemikiran yang
rasional dan pemikiran yang memancarkan sistem sebagai problem solving yang
bersumber dari asas pemikirannya.
Dari sejarah perjalanan 73 tahun bangsa ini, yang manakah konsep sistem
pemerintahan yang berdasarkan Ideologi Pancasila yang dianggap sesuai
dengan nilai dan budaya bangsa Indonesia? apakah sistem demokrasi
terpimpin seperti masa Orde Lama, sistem demokrasi Pancasila versi Orde
Baru ataukah sistem Demokrasi Liberal di era reformasi ini? Karena dalam
prakteknya Pancasila sebagai ideologi akhirnya tenggelam dalam cita-cita
utopis, dimana ke lima silanya yang merepresentasikan prinsip-prinsip egaliter
kesetaraan dalam bidang ekonomi, pemerintahan, dan keadilan sosial namun,
interpretasi maknanya rentan untuk masuknya nilai Sosialis, Atheis, Kapitalis,
Liberalisme, Kleptokrasi, Tupokrasi, anarkis, feminis, patriarkal, hierarkis,
rasis dll”.
13
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan dan Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia yang merupakan satu kesatuan yang utuh, tentu sangat naif,
gegabah, dan bernuansa provokatif, apabila ada gagasan lain yang ingin
menempatkan faham Komunis Ateisme ataupun Kapitalisme Sekuler kedalam
bingkai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.
Sehingga gagasan NASAKOM ataupun faham faham Komunis Sosialis
lainnya merupakan bentuk pengkhianatan dari esensi makna Pancasila. Itulah
kemudian pada zaman orde baru, ditetapkannya partai dan faham Komunis
sebagai partai terlarang sesuai dengan TAP MPR No. XX Tahun 1966.
14
Karl Marx, dan Friedrich Engels atau gagasan Capitalis Liberalisme Adam
Smith, dalam sebuah manifesto politik yang sejak tahun 1848, yang
menganggap agama adalah candu sehingga keberadaan agama harus dibatasi
atau hanya masalah individual saja sehingga perlu dipisahkan dari kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
15
pemilihan kepala daerah (Pilkada) adalah sebuah kesalahan fatal karena
mengenyampingkan kompetensi kepemimpinan dan manajerial pemerintahan.
Kasihan rakyat hanya jadi korban pemimpin yang hanya rajin selfie selfie,
atau pencitraan oleh media yang mudah terbeli untuk memberi kesan
merakyat. Konsep merakyat ini harus diluruskan. Bukan sekedar dekat secara
fisik atau rajin blusukan sampai masuk got segala, tetapi kebijakannya yang
100% harus memihak dan menguntungkan mayoritas rakyat terutama pada
lapisan bawah dari struktur sosial-ekonomi. Tujuan negara seharusnya
bermuara pada kesejahteraan mayoritas rakyat, bukan justru pihak yang
mengkritisi pemerintah yang dianggap lalai dengan tugasnya untuk
menjalankan amanah rakyat justru dikebiri bahkan dikriminalisasi. Sementara
pihak yang justru mengambil keuntungan diatas penderitaan rakyat justru
mendapat perhatian dan segala fasilitas dari pemerintah.
16
korupsi gaya baru yang berevolusi korupsi rezim Orde Baru. Hal ini sudah
menjadi rahasia umum yang terlihat jelas bahwa rezim berkuasa yang
didukung partai politik dan para pendukung lainnya yang tergabung dalam
koalisi besar sehingga menjadi mayoritas di parlemen (DPR/DPRD) tentu
memiliki maksud dan tujuan politik untuk “mengamankan” kebijakan
eksekutif di parlemen. Sementara partai politik dan para pendukung lainnya
dalam koalisi pemerintah akan mendapatkan jatah “kue kekuasaan” dengan
mendapatkan jabatan Menteri, Duta Besar, Komensaris BUMN/ BUMD, atau
proyek APBN/APBD. Padahal Presiden sebagai kepala eksekutif, yang
memiliki hak prerogatif tentu dapat secara independen dapat menunjuk dan
memberhentikan para pembantunya karena menteri hanya bertanggung jawab
kepada Presiden, dan tidak bergantung pada partai politik yang ada di DPR
tetapi faktanya Presiden tersandra oleh kepentingan partai politik di parlemen
dan para donatur politik yang berkoalisi dengan rezim penguasa.
17
seharusnya menjadi landasan kita berbangsa bernegara dan
berpemerintahan. .?
18
kekuasaan itu dan oleh eksekutif kemudian mengintervensi lembaga legislatif
dan yudikatif.
19
anggota DPR dan DPD merupakan anggota MPR. DPR terdiri atas para wakil
rakyat melalui partai politik yang dipilih melalui pemilu dengan sistem
proporsional terbuka, sementara anggota DPD adalah para wakil dari masing-
masing provinsi yang dipilih oleh rakyat melalui pemilu dengan sistem distrik
perwakilan. Namun keberadaan DPD menjadi tidak efektif karena tidak diberi
kekuasaan legislatif sebagaimana lembaga DPR, sementara para anggota DPD
mendapatkan fasilitas negara dan dibiayai uang rakyat seperti anggota DPR.
20
(MPR). Namun, sebelum diputus oleh MPR, proses pemberhentian dimulai
dengan proses pengawasan terhadap presiden oleh DPR. Apabila dari
pengawasan itu ditemukan adanya pelanggaran hukum yang dilakukan oleh
presiden yang berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan,
tindak pidana berat, perbuatan tercela serta tidak lagi memenuhi syarat sebagai
Presiden, maka DPR dengan dukungan 2/3 (dua per tiga) jumlah suara dapat
mengajukan usulan pemberhentian kepada MPR. Namun, terlebih dahulu
meminta putusan dari Mahkamah Konstitusi (MK) tentang kesimpulan dan
pendapat dari DPR.
21
kepentingan politiknya, apalagi mendapat dukungan financial dari para
kapitalisme yang memiliki kepentingan terhadap rezim tersebut. Hal ini tentu
berbeda dengan sistem impeachment dalam UUD 1945 yang asli dengan
mekanisme sidang umum MPR yang prosesnya lebih cepat dan menjadi solusi
apabila terjadi konflik sosial antara rakyat dan pemerintah sehingga dapat
mengatasi kondisi negara darurat dan kebuntuan politik.
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pancasila adalah pandangan hidup bangsa dan dasar negara Republik
Indonesia. Pancasila juga merupakan sumber kejiwaan masyarakat dan negara
Republik Indonesia. Maka manusia Indonesia menjadikan pengamalan
Pancasila sebagai perjuangan utama dalam kehidupan kemasyarakatan dan
kehidupan kenegaraan. Oleh karena itu pengalamannya harus dimulai dari
setiap warga negara Indonesia, setiap penyelenggara negara yang secara
meluas akan berkembang menjadi pengalaman Pancasila oleh setiap lembaga
kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan, baik dipusat maupun di daerah.
pancasila sebagai dasar Negara dan mendasarkan diri pada hakikat nilai
kemanusiaan monopluralis maka pertahanan dan keamanan negara harus
dikembalikan pada tercapainya harkat dan martabat manusia sebagai
pendukung pokok negara. Dasar-dasar kemanusiaan yang beradab merupakan
basis moralitas pertahanan dan keamanan negara. Oleh karenanya pertahanan
dan keamanan negara harus mengimplementasikan nilai-nilai yang terkandung
dalam sila-sila pancasila. Dan akhirnya agar benar-benar negara meletakan
pada fungsi yang sebenarnya sebagai suatu negara hukum dan bukannya suatu
negara yang berdasarkan atas kekuasaan.
23
Pancasila yang telah disepakati oleh bangsa Indonesia sebagai Ideologi
Negara sepatutunya menjadi dasar dalam pengaturan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Ideologi Pancasila sebagaimana
ideologi ideologi lainnya tidak hanya mengadung nilai nilai filosofis
bernegara, tetapi seharusnya juga memiliki ide-ide operasional dalam
pengaturan sistem ekonomi, sistem sosial politik, sistem pemerintahan, sistem
hukum maupun sistem-sistem lainnya yang dikaji berdasarkan nilai nilai
filosofis Ideologi Pancasila, yang berbeda dengan konsep ideologi lainnya.
Oleh karena itu, untuk menjadikan Pancasila tidak hanya sebagai simbol
ideologi negara, maka diperlukan ide ide secara konseptual yang operasional
yang mengatur kehidupan bermasyarakat,
24
berbangsa dan bernegara secara rinci dalam menjalankan sebuah
pemerintahan yang khas berbeda dengan konsep ideologi lain. Karena itu,
ketika pemerintah menerapkan sistem ekonomi kapitalisme liberal dengan
melegalkan penguasaan dan pengelolaan kekayaan alam milik rakyat
diberikan kepada kapitalisme asing dan aseng, maka pemerintah yang
berperan dalam merumuskan kebijakan pemerintahan justru bertentangan
dengan asas keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia sebagaimana sila
kelima dari Pancasila.
3.2 Saran
Pancasila merupakan kepribadian bangsa Indonesia yang mana setiap
warga negara Indonesia harus menjunjung tinggi dan mengamalkan sila-sila
dari Pancasila tersebut dengan setulus hati dan penuh rasa tanggung jawab.
Agar pancasila tidak terbatas pada coretan tinta belaka tanpa makna.
25
Daftar Pustaka
https://www.academia.edu/37588178/
IMPLEMENTASI_PANCASILA_DALAM_PEMBUATAN_KEBIJAKAN_NE
GARA_DALAM_BIDANG_POLITIK_EKONOMI_SOSIAL_BUDAYA_DAN_
HANKAM
https://ejournal.ipdn.ac.id/JKP/article/download/1098/638
26