Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA


Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pancasila
Dosen Pengampu Asep Arsyad, M.si.

Disusun Oleh:

Aprilia Dwi Trisnawaty (1229240033)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI BISNIS ISLAM
UNIVESITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2022
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang......................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan ..................................................................................... 3
1.3 Rumusan Masalah ................................................................................... 3
1.4 Manfaat Masalah ..................................................................................... 3
BAB II .................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ................................................ Error! Bookmark not defined.
2.1 Hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD NKRI 1945 ............... 4
2.2 Penjabaran Pancasila dalam UUD NKRI 1945 .................................... 5
2.3 Implementasi Pancasila dalam Kebijakan Negara ............................... 7
BAB III ................................................................................................................. 12
PENUTUP ........................................................................................................ 12
4.1 Kesimpulan ............................................................................................. 12
4.2 Saran ....................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 13

ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa atas
rahmatnya sehingga dapat menyelesaikan penulisan Makalah yang berjudul
“Pancasila Sebagai Dasar Negara” disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
Pancasila

Makalah ini dapat terselesaikan dengan bantuan dorongan dan bimbingan dari
berbagai pihak,oleh karena itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Asep Arsyad, M.si. selaku dosen mata kuliah Pancasila.


2. Orang tua serta seluruh keluarga yang mendukung saya dalam
menyelesaikan makalah ini.
3. Dan semua pihak terkait yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang
telah memberikan bantuan dalam penyusunan makalah ini.

Saya menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan


baik yang disengaja ataupun tidak, bahkan masih jauh dari kesempurnaan.
oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat di harapkan demi
kesempurnaan “MAKALAH PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA”
Saya berharap semoga makalah ini bermanfaat.

Bandung, 21 Oktober 2022

Penyusun

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pancasila sebagai Dasar Negara berarti sendi-sendi ketatanegaraan pada
Negara Republik Indonesia harus berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila.
Artinya, Pancasila harus senantiasa menjadi kekuatan yang menjiwai kegiatan
dalam membentuk Negara. Setijo mengemukakan, konsep Pancasila sebagai
dasar Negara diajukan oleh Ir. Soekarno dalam pidatonya pada hari terakhir
siding pertama BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, yang isinya untuk menjadikan
Pancasila sebagai dasar Negara falsafah Negara atau filosophisce grondslag
bagi Negara Indonesia merdeka. Usulan tersebut ternyata dapat diterima oleh
seluruh anggota sidang.

Hasil-hasil siding selanjutnya dibahas oleh Panitia Kecil atau Panitia 9


dna menghasilkan rumusan “Rancangan Mukadimah Hukum Dasar” pada
tanggal 22 Juni 1945, yang selanjutnya oleh Muhammad Yamin disarankan
diberi nama Jakarta Charter atau Piagam Jakarta, yang didalamnya terdapat
Pancasila pada alinea IV, Piagam Jakarta selanjutnya disahkan oleh Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia menjadi Dasar Negara.

Sejak itu Pancasila sebagai Dasar Negara yang mempunyai kedudukan


sebagai berikut:

1. Sumber dari segala sumber hukum di Indonesia


2. Meliputi suasana kebatinan dari UUD 1945
3. Menciptakan cita-cita hukum bagi hukum Dasar Negara
4. Menjadi sumber semangat bagi UUD 1945, dan
5. Mengandung norma-norma yang mengharuskan UUD untuk mewajibkan
pemerintah maupun penyelenggara Negara yang lain untuk memelihara budi
pekerti luhur

Penetapan Pancasila sebagai Dasar Negara itu memberikan pengertian


bahwa Negara Indonesia adalah Negara Pancasila. Hal itu mengandung arti
bahwa Negara harus tunduk kepadanya, membela dan melaksanakannya

1
dalam seluruh perundang-undangan. Mengenai hal itu “Negara Pancasila
adalah suatu Negara yang didirikan, dipertahankan dan dikembangkan dengan
tujuan untuk melindungi dan mengembangkan martabat serta hak-hak asasi
semua warga bangsa Indonesia (kemanusiaan yang adil dan beradab), agar
masing-masing dapta hidup layak sebagai manusia, mengembangkan dirinya
dan mewujudkan kesejahteraan umum, yaitu kesejahteraan lahir batin seluruh
rakyat, dan mencerdaskan kehidupan bangsa (keadilan sosial).”

Pandangan tersebut melukiskan Pancasila secara integral (utuh dan


menyeluruh) sehingga merupakan penopang yang kokoh terhadap Negara
yang didirikan diatasnya, dipertahankan dan dikembangkan dengan tujuan
untuk melindungi dan mengembangkan martabat serta hak-hak asasi semua
warga bangsa Indonesia. Perlindungan dan pengembangan martabat
kemanusiaan itu merupakan kewajiban Negara.

Wujud Pancasila sebagai konkret ialah Pancasila dalam setiap perbuatan,


tingkah laku dan sikap hidup sehari-hari. Pancasila adalah etika dan moral
bangsa Indonesia dalm arti merupakan inti Bersama dari berbagai moral yang
secara nyata terdapat di Indonesia. Bangsa Indonesia memiliki berbagai moral
yang berasal dari agama-agama, kepercayaan, dan adat istiadat. Masing-
masing moral itu memiliki coraknya sendiri, berbeda satu sama lain dan
hanya berlaku bagi kelompok yang bersangkutan.

Namun demikian, dalam moral-moral itu terdapat unsur-unsur Bersama


yang bersifat umum dan mengatsi segala paham golongan. Dengan demikian,
namoaklah bahwa moral Pancasila mengatasi segala golongan dan bersifat
nasional. Pancasila adalah lima asas moral yang relevan untuk fitetapkan
menjadi Dasar Negara. Karena itu, nilai—nilai Pancasila yang juga memiliki
ilmu pengetahuan dari aspek ontology, epistemology, dan aksiologi itu harus
mampu dijadikan landasan dasar dalm upaya mengembangkan Pancasila dan
mengatasi persoalan bangsa Indonesia saat ini.

2
1.2 Tujuan Penulisan
Berikut tujuan penulisan dari makalah Pancasila sebagai dasar negara ini
adalah :
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pancasila
2. Pembaca dapat mengetauhi Hubungan Pancasila dengan pembukaan UUD
NKRI Tahun 1945
3. Untuk mengetauhi bagaimana Penjabaran Pancasila dalam UUD NKRI
Tahun 1945
4. Untuk mengetauhi apa saja Implementasi Pancasila dalam Kebijakan
Negara

1.3 Rumusan Masalah


1. Hubungan Pancasila dengan pembukaan UUD NKRI Tahun 1945
2. Penjabaran Pancasila dalam UUD NKRI Tahun 1945
3. Implementasi Pancasila dalam Kebijakan Negara

1.4 Manfaat Masalah


Adapun manfaat makalah ini adalah:
1. Sebagai ilmu pengetahuan yang dapat membuat siswa lebih memahami
arti dari pancasila
2. Dengan pelajaran pancasila siswa dapat mencintai negaranya sendiri
3. Dapat mengetahui perbedaan-perbedaan yang ada di antara masyarakat

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD 1945
Pancasila merupakan Dasar Negara Indonesia. UUD 1945 merupakan
dasar konstitusi negara Indonesia. Pancasila mengandung nilai-nilai yang
hendaknya dapat diterapkan masyarakat. Sedangkan UUD 1945 memuat
dasar hukum yang bentuknya tertulis.

Menurut Winarno dalam buku Paradigma Baru Pendidikan Pancasila


(2016) karya Winarno, Pancasila merupakan daasr negara Indonesia,
kedudukan Pancasila sebagai dasar negara bersifat kuat tetap dan tidak dapat
diubah karena terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 pada alinea ke esmpat.
Walaupun tidak disebutkan secara eksplisit.

Antara Pancasila sebagai Dasar Negara dan UUD 1945, khususnya


bagian pembukaan, sebagai dasar hokum, keduanya memiliki hubungan yang
saling berkaitan atau tidak dapat dipisahkan. Dapat digambarkan jika
Pancasila adalah rohnya, sedangkan UUD 1945 adalah raganya.

Pancasila merupakan dasar filsafat negara yang termuat dalam


pembukaan UUD 1945. Artinya setiap hal dalam konteks penyelenggaraan
negara harus sesuai dengan nilai Pancasila, termasuk peraturan , perundang-
undangan, pemerintahan, system demokrasi, dan lainnya.

Maka dapat disimpulkan jika hubungan antara Pancasila dengan


Pembukaan UUD 1945 merupakan hubungan yang sifatnya formal. Artinya
Pancasila dijadikan dasar dalam penyelenggaraan negara, serta sebagai norma
positif. Pancasila memiliki kedudukan yang kuat dan tidak dapat diubah.
Sedangkan Pembukaan UUD 1945 berkedudukan sebagai tertib hokum
tertinggi.

Selain itu, Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 juga memiliki hubungan
material. Artinya UUD 1945 merupakan kaidah hukum negara Indonesia,
yang mana seluruh unsur dan pokok kaidahnya bersumber dari Pancasila.
Maka dapat dikatakan jika Pancasila juga merupakan tertib hokum Indonesia.

4
2.2 Penjabaran Pancasila dalam UUD 1945
Hubungan pembukaan UUD 1945 yang memuat Pancasila dalam batang
tubuh UUD 1945 bersifat kausal dan organis. Hubungan kausal mengandung
pengertian Pembukaan UUD 1945 merupakan penyebab keberadaan batang
tubuh UUD 1945, sedangkan hubungan organis berarti Pembukaan dan
batang tubuh UUD tahun 1945merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan. Dengan dijabarkannya pokok-pokok pikiran Pembukaan UUD
1945 yang bersumber dari Pancasila ke dalam batang tubuh, maka Pancasila
tidak saja merupakan suatu cita-cita hukum, tetapi telah menjadi hukum
positif.

Sesuai dengan penjelasan UUD 1945, pembukaan mengandung 4 pokok


pikiran yang diciptakan dan dijelaskan dalam batang tubuh. Keempat pokok
pikiran tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pokok pikiran pertama berintikan “persatuan”, yaitu “negara melindungi


segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan
berdasar atas persatuan dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia”
2. Pokok pikiran kedua berintikan “keadilan sosial’, yaitu “negara hendak
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat.”
3. Pokok pikiran ketiga berintikan “kedaulatan rakyat”, yaitu negara yang
berkedaulatan rakyat, berdasar atas kerakyatan dan permusyawaratan
perwakialn.”
4. Pokok pikiran keempat berintikan “ketuhanan yang maha esa”, yaitu
negara berdasar atas ketuhanan yang maha esa menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab.”

Pokok pikiran pertama menegaskan bahwa aliran pengertian negara


persatuan diterima dalan Pembukaan UUD 1945, yaitu negara yang
melindungi bangsa Indonesia seluruhnya. Negara, menurut pokok pikiran
pertama ini, mengatasi paham golongan dan segala paham perorangan.
Demikian pentingnya pokok pikiran ini maka persatuan merupakan dasar
negara yang utama. Oleh karena itu, penyelenggara negara dan setiap warga

5
negara wajib mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan
golongan atau perorangan.

Pokok pikiran kedua merupakan kausa finalis dalam pembukaan UUD


1945 yang menegaskan suatu tujuan atau suatu cita-cita yang hendak dicapai.
Melalui pokok pikiran ini, dapat ditentukan jalan dan aturan-aturan yang
harus dilaksanakan dalam UUD sehingga tujuan atau cita-cita dapat dicapai
berdasar kepada pokok pikiran pertama, yaitu persatuan. Hal ini menunjukkan
bahwa pokok pikiran keadilan sosial merupakan tujuan negara yang
didasarkan pada kesadaran bahwa manusia Indonesia mempunyai hak dan
kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Pokok pikiran ketiga mengandung konsekuensi logis yang menunjukkan


bahwa sistem negara yang terbentuk ke dalam UUD harus berdasar yang
terbentuk ke dalam UUD harus berdasar atas kedaulatan rakyat dan
permusyawaratan perwakilan. Menurut Bakry (2010:209), aliran sesuai
dengan sifat masyarakat Indonesia. Kedaultan rakyat dalan pokok pikiran ini
merupakan sistem negara yang menegaskan kedaulatan berada di tangan
rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Perwakilan
(MPR)

Pokok pikiran keempat menuntut konsekuensi logis, yaitu UUD harus


mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dan lain-lain penyelenggara
negara untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur. Pokok
pikiran ini juga mengandung pengertian taqwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa dan pokok pikiran kemanusiaan yang adil dan beradab sehingga
mengandung maksud menjunjung tinggi hak asasi manusia yang luhur dan
budi pekerti kemanusiaan yang luhur. Pokok pikiran keempat Pembukaan
UUD 1945 merupakan asas moral bangsa dan negara (Bakry,2010;210)

Berdasarkan penjelasan diatas hubungan Pancasila dengan Pembukaan


UUD 1945 dapat dipahami sebagai hubungan yang besifat formal dan
materiala. Hubungan secara formal, seperti dijelaskan oleh Kelan menunjuk
pada tercantumnya Pancasila secara formal di dalam Pembukaan yang

6
mengandung pengertian bahwa tata kehidupan benergara tidak hanya
bertopeng pada asas sosial, ekonomi, politik, akan tetapi dalam perpaduannya
dengan keseluruhan asas yang melekat padanya, yaitu perpaduan asas-asas
kenegaraan yang unsur-unsurnya terdapat dalam Pancasila.

2.3 Implementasi Pancasila dalam Kebijakan Negara


Berikut beberapa implementasi pancasila dalam berbagai bidang:
a. Implementasi Pancasila dalam Bidang Politik
Pembangunan dan pengembangan bidang politik harus mendasarkan
pada dasar ontologis manusia. Hal ini di dasarkan pada kenyataan objektif
bahwa manusia adalah sebagai subjek Negara, oleh karena itu kehidupan
politik harus benar-benar merealisasikan tujuan demi harkat dan martabat
manusia.
Pengembangan politik Negara terutama dalam proses reformasi
dewasa ini harus mendasarkan pada moralitas sebagaimana tertuang dalam
sila-sila pancasila dan esensinya, sehingga praktek-praktek politik yang
menghalalkan segala cara harus segera diakhiri.
Implementasi pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam
bidang politik dituangkan dalam pasal 26, 27 ayat (1), dan pasal 28. Pasal-
pasal tersebut adalah penjabaran dari pokok-pokok pikiran kedaulatan
rakyat dan kemanusiaan yang adil dan beradab yang masing-masing
merupakan pancaran dari sila ke-4 dan ke-2 pancasila. Kedua pokok
pikiran ini adalah landasan bagi kehidupan nasional bidang politik di
Negara Republik Indonesia.
PASAL 26 (1) Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa
Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan
undang-undang sebagai warga negara. (2) Penduduk ialah warga negara
Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia. PASAL
27 (1) Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum
dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu
dengan tidak ada kecualinya. PASAL 28A – 28J ini membahas
tentang hak asasi manusia mulai dari hak hidup, hak berkreasi dan hak
hak lainnya secara umum.

7
Sistem negara yang terbentuk ke dalam UUD harus berdasar atas
kedaulatan rakyat dan permusyawaratan perwakilan karena menurut
pendapat Bakry (2010: 209), aliran yang sesuai dengan sifat dan pikiran
masyarakat Indonesia.
Berdasarkan penjabaran kedua pokok pikiran tersebut, maka
pembuatan kebijakan negara dalam bidang politik harus berdasar pada
manusia yang merupakan subyek pendukung pancasila, sebagai mana
dikatakan oleh Noto
Nagoro (1975:23) bahwa yang berketuhanan,
berkemanusiaan,berpersatuan, berkerakyatan, dan berkeadilan adalah
manusia. Manusia adalah subyek negara dan oleh karena itu politik negara
harus berdasar dan merealisasikan harkat dan martabat manusia di
dalamnya. Hal ini dimaksudkan agar sistem politik negara dapat menjamin
hak-hak asasi manusia.Dengan kata lain, pembuatan kebijakan negara
dalam bidang politik di Indonesia harus memperhatikan rakyat yang
merupakan pemegang kekuasaan atau kedaulatan berada di tangan rakyat.
Selain itu, sistem politik yang dikembangkan adalah sistem yang
memperhatikan pancasila sebagai dasar-dasar moral politik.

b. Implementasi Pancasila dalam bidang ekonomi


Di dalam dunia ilmu ekonomi terdapat istilah yang kuat yang menang,
sehingga lazimnya pengembangan ekonomi mengarah pada persaingan
bebas dan jarang mementingkan moralitas kemanusiaan. Hal ini tidak
sesuai dengan Pancasila yang lebih tertuju kepada ekonomi kerakyatan,
yaitu ekonomi yang humanistic yang mendasarkan pada tujuan demi
kesejahteraan rakyat secara luas. Pengembangan ekonomi bukan hanya
mengejar pertumbuhan saja melainkan demi kemanusiaan, demi
kesejahteraan seluruh masyarakat. Maka sistem ekonomi Indonesia
mendasarkan atas kekeluargaan seluruh bangsa.
Implementasi pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam
bidang politik dituangkan dalam pasal 27 ayat (2), pasal 33 dan pasal 34.
Pasal-pasal tersebut adalah penjabaran dari pokok-pokok pikiran

8
kedaulatan rakyat dan keadilan sosial yang masing-masing merupakan
pancaran dari sila ke 4 dan sila ke-5 pancasila. Kedua pokok pikiran ini
adalah landasan bagi pembangunan sistem ekonomi pancasila dan
kehidupan ekonomi nasional.
PASAL 27 (2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. PASAL 33 (1) : perekonomian
disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. PASAL
34 (2) : negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat
dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai
dengan martabat kemanusiaan.
Berdasarkan penjabaran pokok-pokok pikiran tersebut, maka
pembuatan kebijakan negara dalam bidang ekonomi di indonesia
dimaksudkan untuk menciptakan sistem perekonomian yang bertumpu
pada kepentingan rakyat dan berkeadilan. Salah satu pemikiran yang
sesuai dengan maksud ini adalah gagasan ekonomi kerakyatan yang
dilontarkan oleh Mubyarto(1999), sebagaimana dikutip oleh
Kaelan (2000:239), yaitu pengembangan ekonomi bukan hanya mengejar
pertumbuhan, melankan demi kemanusiaan, demi kesejahteraan seluruh
bangsa. Dengan kata lain, pengembangan ekonomi tidak bisa di pisahkan
dengan nilai-nilai moral kemanusiaan.

c. Implementasi Pancasila dalam Bidang Sosial Budaya


Dalam pembangunan dan pengembangan aspek sosial budaya
hendaknya didasarkan atas sistem nilai yang sesuai dengan nilai-nilai
budaya yang dimiliki oleh masyarakat tersebut. Terutama dalam rangka
bangsa Indonesia melakukan reformasi di segala bidang dewasa ini.
Sebagai anti-klimaks proses reformasi dewasa ini sering kita saksikan
adanya stagnasi nilai sosial budaya dalam masyarakat sehingga tidak
mengherankan jikalau di berbagai wilayah Indonesia saat ini terjadi
berbagai gejolak yang sangat memprihatinkan antara lain amuk massa
yang cenderung anarkis, bentrok antara kelompok masyarakat satu dengan
yang lainnya yang muaranya adalah masalah politik.

9
Oleh karena itu dalam pengembangan sosial budaya pada masa
reformasi ini kita harus mengangkat nilai-nilai yang dimiliki bangsa
Indonesia sebagai dasar nilai yaitu nilai-nilai pancasila itu sendiri. Dalam
prinsip etika pancasila pada hakikatnya bersifat humanistic, artinya nilai-
nilai pancasila mendasarkan pada nilai yang bersumber pada harkat dan
martabat manusia sebagai makhluk yang berbudaya.
Implementasi pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam
bidang politik dituangkan dalam pasal , 29, pasal 31, dan pasal 32. Pasal-
pasal tersebut adalah penjabaran dari pokok-pokok pikiran Ketuhanan
Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradap, dan persatuan yang
massing-masing merupakan pancaran dari sila pertama, kedua, dan ketiga
pancasila. Ketiga pokok pikiran ini adalah landasan bagi pembangunan
bidang kehidupan keagamaan, pendidikan, dan kebudayaan nasional.
PASAL 29 (1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
PASAL 31 (1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. PASAL
32 (1) Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah
peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam
memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya.
Berdasarkan penjabaran pokok-pokok pikiran tersebut, maka
implementasi pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang
sosial budaya mengandung pengertian bahwa nilai-nilai yang tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat indonesia harus diwujudkan dalam ptoses
pembangunan masyarakat dan kebudayaan di indonesia. Dengan demikian,
pancasila sebagai sumber nilai dapat menjadi arah bagi kebijakan negara
dalam mengembangkan kehidupan sosial budaya indonesia yang beradab,
sesuai dengan sila ke-2, kemanusiaan yang adil dan beradab.
Pengembangan sosial budaya harus dilakukan dengan mengangkat
nilai-nilaiyang dimliki bangsa indonesia, yaitu nilai-nilai pancasila. Hal ini
tidak dapat dilepaskan dari fungsi pancasila sebagai sebuah sistem etika
yang keseluruhan nilainya bersumber dari harkat dan martabat manusia
sebagai makhluk yang beradab.

10
d. Implementasi Pancasila dalam Bidang Pertahanan dan Keamanan
Negara pada hakikatnya adalah merupakan suatu masyarakat hukum.
Demi tegaknya hakhak warga negara maka diperlukan peraturan
perundang-undangan negara, baik dalam rangka mengatur ketertiban
warga maupun dalam rangka melindungi hak-hak warganya.
Implementasi pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam
bidang politik dituangkan dalam pasal 27 ayat (3) dan pasal 30 [7]. Pasal-
pasal tersebut merupakan penjabaran dari pokok pikiran persatuan yang
merupakan pancaran dari sila pertama pancasila. Pokok pikiran ini adalah
landasan bagi pembangunan bidang pertahanan dan keamanan nasional.
Berdasarkan penjabaran diatas, maka implementasi pancasila dalam
pembuatan kebijakan negara pada bidang pertahanan dan keamanan harus
diawali dengan kesadaran bahwa indonesia adalah negara hukum.
Pertahanan dan keamanan negara di atur dan dikembangkan menurut dasar
kemanusiaan, bukan kekuasaandengan kata lain, pertahanan dan keamanan
indonesia berbasis pada moralitas keamanan sehingga kebijakan yang
terkait dengannya harus terhindar dari pelanggaran hak-hak asasi manusia
PASAL 27 (3) : setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam upaya pembelaan negara. PASAL 30 (1) Tiap-tiap warga negara
berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan
negara.
Secara sistematis, pertahanan keamanan negara harus berdasar pada
tujuan tercapainya kesejahteraan hidup manusia sebagai makhluk Tuhan
Yang Maha Esa (sila pertama dan kedua), berdasar pada tujuan untuk
mewujudkan kepentingan seluruh warga sebagai warga negara (sila ke
tiga), harus mampu menjamin hak-hak dasar, persamaan derajat serta
kebebasan kemanusiaan (sila keempat), dan ditujukan untuk mewujudkan
keadilan dalam hidup masyarakat (sila kelima). Semua ini dimaksudkan
agar pertahanan dan keamanan dapat ditempatkan dalam konteks negara
hukum, yang menghindari kesewenang-wenangan negara dalam
melindungi dan membela wilayah negara dengan bangsa, serta dalam
mengayomi masyarakat.

11
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Pancasila merupakan dasar Negara, dan juga menjadi falsafah hidup
bangsa Indonesia sejak dahulu. Pancasila juga diperuntukkan kepada
Negara, masyarakat, dan pribadi bangsa Indonesia. Sila-sila pancasila itu
tidak terlepas satu sama lain melainkan satu kesatuan yang bulat, baik
dalam fungsi dan kedudukannya sebagai dasar Negara maupun sebagai
falsafah hidup bangsa. Pengertian dari kata “kesatuan bulat” dari
pancasila ini ialah berarti bahwa sila yang satu meliputi dan menjiwai sila-
sila yang lain.
Sila-sila pancasila itu tidak statis, akan tetapi dinamis, dengan
gerakan-gerakannya yang positif dan serasi, karena ketatanegaraan akan
selalu berkaitan dengan tata negara. Karena tata begara merupakan
pengatur kehidupan bernegara yang mennyangkut sifat, bentuk, tugas
negara,dan pemerintahannya. Karena banyak peristiwa-peristiwa penting
yang terjadi yaitu seperti krisis-krisis yang menimpa bangsa bangsa dan
negara, sebagai reaksi terhadap gejolak kehidupan bangsa tampak
menonjol satu atau beberapa sila saja. Dari kalimat diatas telah diketahui
bahwa pancasila sangat berperan untuk keutuhan negara. Dengan kelima
sila tersebut kehidupan masyarakat akan lebih terarah.
3.2 Saran
Diharapkan bagi mahasiswa agar mencari informasi dan memperluas
wawasan mengenai Pancasila sebagai Dasar Negara karena dengan
adanya pengetahuan dan wawasan yang luas mahasiswa akan mampu
mengembangkan dari dalam masyarakat dan memberikan pendidikan
Pancasila bagi masyarakat mengenai Pancasila sebagai Dasar Negara.

12
DAFTAR PUSTAKA
https://bpip.go.id/berita/1035/823/begini-hubungan-pancasila-dan-uud-1945

http://hamiddarmadi.blogspot.com/2018/08/penjabaran-pancasila-dalam-uud-
1945.html?m=1

https://osf.io/9wmqu/download

13

Anda mungkin juga menyukai