Disusun Oleh :
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah Pendidikan Pancasila ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Pendidikan Pancasila. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Pendidikan pancasila bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagikan sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Yogyakarta,
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dasar Negara adalah sebuah landasan kehidupan dalam bernegara. Dalam bernegara
sebuah dasar Negara merupakan landasan terpenting yang yang harus dimiliki oleh setiap
Negara. Tanpa adanya dasar Negara kita akan mengalami kesulitan dalam mengarahkan
Negara kearah yang lebih baik. Dengan adanya dasar Negara yang berupa Pancasila Negara
Indonesia memiliki ciri tersendiri dengan Negara lain yang berupa kepribadian.
Dalam Pancasila ini terdapat nilai-nilai yang dapat mengarahkan dan mempedomani
cara berperilaku yang baik dalam kehidupan bermasyarakat. Pancaila sendiri bersifat luhur
dan tidak bisa diubah ataupun diganti. Itulah merupakan kebulatan tekad rakyat Indonesia
yang telah di tetapkan dengan pertimbangan yang sangat matang yang di sesuaikan dengan
karakteristik bangsa Indonesia. Dan di tetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945 melalui
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Karena itulah begitu pentingnya bagi masyarakat
Indonesia memahami arti dan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila
Di dalam Pancasila terkandung banyak nilai di mana dari keseluruhan nilai tersebut
terkandung di dalam lima garis besar dalam kehidupan berbangsa negara. Perjuangan dalam
memperebutkan kemerdekaan tidak lepas dari nilai Pancasila. Sejak zaman penjajahan hingga
sekarang, kita selalu menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila tersebut. Indonesia hidup di
dalam berbagai macam keberagaman, baik itu suku, bangsa, budaya dan agama.
Dari ke semua itu, Indonesia berdiri dalam suatu keutuhan. Menjadi kesatuan dan
bersatu di dalam persatuan yang kokoh di bawah naungan Pancasila dan semboyannya,
Bhinneka Tunggal Ika. Tidak jauh dari hal tersebut, Pancasila membuat Indonesia tetap teguh
dan bersatu di dalam keberagaman budaya. Dan menjadikan Pancasila sebagai dasar
kebudayaan yang menyatukan budaya satu dengan yang lain. Karena ikatan yang satu itulah,
Pancasila menjadi inspirasi berbagai macam kebudayaan yang ada diIndonesia.
1.3. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian Pancasila
2. Menjelaskan pengertian nilai
3. Menjelaskan makna yang terkandung dalam nilai-nilai Pancasila
4. Menjelaskan sifat dari nilai-nilai Pancasila
5. Menjelaskan bentuk penerapan nilai-nilai Pancasila
BAB II
1
PEMBAHASAN
Pengertian pancasila Istilah Pancasila secara etimologi berasal dari bahasa Sanskerta,
yaitu Panca yang berarti lima dan Sila yang berarti dasar atau asas. Pancasila diartikan
sebagai lima dasar atau lima asas. Dalam buku Sutasoma karya Mpu Tantular dan
Negarakertagama karya Mpu Prapanca terdapat istilah Pancasila yang ditulis dengan istilah
Pancasila Krama. Istilah Pancasila yang digunakan bangsa Indonesia sebagai dasar negara
pertama kali merupakan usualan Ir. Soekarno dalam sidang BPUPKI ketika meumuskan
dasar negara Indonesia.
Bagian pembukaaan UUD 1945 terdiri dari 4 alinea yang masing-masing alinea memiliki
makna tersendiri. Adapun rumusan Pancasila yang digunakan sebagai dasar negara Indonesia
adalah sebagaimana tertuang pada alinea keempat Pembukaan UUD 1945. Pada alinea
keempat tersebut terdapat tujuan negara, bentuk negara, sistem pemerintahaan negara, UUD,
dan dasar negara Indonesia. Dasar negara Indonesia itulah yang disebut Pancasila.
Nilai yaitu sesuatu yang berharga, indah, bermanfaat, memperkaya batin, serta
menyadarkan manusia terhadap harkat dan martabatnya. Sesuatu dikatakan mempunyai nilai
apabila sesuatu itu berguna, berharga (nilai kebenaran), indah (nilai estetika), baik (nilai
moral etis), religius (nilai agama).Terbentuknya nilai atas dasar suatu pertimbangan cipta,
rasa, dan keyakinan seseorang, kelompok maupun bangsa. Nilai bersumber dari kebudayaan
yang memiliki fungsi dan mendorong dan mengarahkan sikap serta perbuatan manusia.
Pancasila merupakan falsafah hidup bangsa Indonesia yang mengandung nilai-nilai dasar
dan dijunjung tinggi oleh bangsa Indonesia, bahkan oleh bangsa-bangsa yang beradab. Nilai-
nilai dasar yang dimaksud ialah nilai Ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai
kerakyatan, dan nilai keadilan sosial, atau bagi bangsa Indonesia rumusan setepatnya
daripada nilai-nilai dasar tersebut dimuat dalam alinea keempat dari pembukaan UUD 1945.
Pancasila yang sarat dengan nilai-nilai ini tidak sekedar untuk diketahui, melainkan
dimaksudkan untuk dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Purnadi Purbacaraka dan
Soerjono Soekanto mengemukakan bahwa pada hakikatnya “nilai adalah sesuatu yang
diinginkan (positif) atau sesuatu yang tidak diinginkan (negative)”.
2
Menilai mengandung arti menimbang, yaitu kegiatan manusia yang menghubungkan sesuatu
dengan sesuatu, dan selanjutnya mengambil keputusan. Dapat pula berarti menimbang dan
memperbandingkan sesuatu dengan sesuatu lainnya untuk kemudian mengambil sikap atau
keputusan. Hasil pertimbangan dan perbandingan yang dibuat itulah yang disebut nilai. Prof.
Notonogoro membagi nilai dalam tiga kategori, yaitu sebagai berikut :
1. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur manusia.
2. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk melakukan aktivitas.
3. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. Nilai kerohanian
dapat dirinci menjadi empat macam, antara lain :
a. Nilai kebenaran, yaitu bersumber kepada unsur rasio manusia, budi, dan cipta.
b. Nilai keindahan, yaitu bersumber pada unsur rasa atau intuisi.
c. Nilai moral, yaitu bersumber pada unsur kehendak manusia atau kemauan (karsa,
etika).
d. Nilai religi, yaitu bersumber pada nilai ketuhanan, merupakan nilai kerohanian yang
tertinggi dan mutlak. Nilai ini bersumber kepada keyakinan dan keimanan manusia
terhadap Tuhan. Nilai religi itu berhubungan dengan nilai penghayatan yang bersifat
transendental, dalam usaha manusia untuk memahami arti dan makna kehadirannya di
dunia. Nilai ini berfungsi sebagai sumber moral yang dipercayai sebagai rahmat dan
ridho Tuhan
Jadi yang punya nilai itu tidak hanya sesuatu yang berwujud benda material saja, tetapi juga
sesuatu yang tidak berwujud benda material. Bahkan sesuatu yang bukan benda material itu
dapat menjadi nilai yang sangat tinggi dan mutlak bagi manusia.
Pancasila sebagai filsafat bangsa Indonesia telah menekankan kepada setiap manusia
Indonesia untuk menjadi manusia seutuhnya, yakni sebagai manusia yang berketuhanan,
manusia yang berkemanusiaan, manusia yang mempersatukan manusia akan cita-cita
kemanusiaannya, manusia yang bercakap dengan manusia lainnya, yang adalah cerminan
dirinya dan manusia yang berkeadilan akan sesamanya dengan adil sebagai dasar cita akan
keadilan. Pancasila telah mempersatukan bangsa Indonesia, sehingga dari tiap-tiap sila
Pancasila tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Satu saja yang terpilah, maka dapat membuat
Indonesia tidak satu lagi.
Pancasila berisi lima sila yang pada hakikatnya berisi lima nilai dasar yang fundamental.
Nilai-nilai dasar dari pancasila tersebut adalah nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, Nilai
Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, nilai Persatuan Indonesia, nilai Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalan permusyawaratan/perwakilan, dan nilai Keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan pernyataan secara singkat bahwa nilai dasar
Pancasila adalah nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan,dan
nilai keadilan. Makna dari nilai-nilai Pancasila tersebut adalah sebagai berikut :
3
1. Ketuhanan yang Maha Esa
Dalam sila pertama ini mengandung nilai ketuhanan. Ketuhanan merupakan nilai dan
prinsip manusia Indonesia yang untuk selaras dengan hakikat ber-Ketuhanan. Hakikatnya
adalah manusia yang berasal dari akal budinya merupakan cerminan dari baktinya pada
Tuhan sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing. Jadi tiap-tiap manusia di
Indonesia berdasarkan keyakinannya itu mendapat jaminan untuk merealisasikan agama dan
kepercayaannya akan iman dalam kehidupannya.
Makna nilai sila pertama ini merupakan untuk percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing dengan memperhatikan
nilai kemanusiaan dan keberadaban sebagai suatu bangsa yang mengejar kebaikan.
Dalam sila kedua ini mengandung nilai kemanusiaan. Kemanusiaan merupakan nilai
hidup yang mengajarkan untuk selaras dengan hakikat manusia. Hakikat manusia bersumber
dari pemikiran filosofi antropologis memandang bahwa manusia sebagai makhluk Tuhan
yang memiliki unsur rohani dan jasmani serta memiliki sifat individual dan sosial. Adapun
hakikat yang dikehendaki oleh sila kemanusiaan yang adil dan beradab adalah untuk
mengadakan manusia Indonesia yang seutuhnya.
3. Persatuan Indonesia
Dalam sila ketiga ini mengandung nilai persatuan. Persatuan Indonesia merupakan nilai
yang mengajarkan untuk selaras dengan hakikat satunya Indonesia. Hakikat satunya
Indonesia merupakan prinsip atau kehendak untuk tetap utuh, tidak bisa dipecah belah dan
dengan semangat kesatuannya Pancasila menghendaki agar Indonesia dapat mandiri dan
bersaing dalam hal yang positif dengan bangsa-bangsa lain. Nilai kesatuan ini dapat saja
dipertahankan bila ada semangat yang bangga sebagai bangsa Indonesia, rela berkorban demi
bangsa dan negara, serta berupaya untuk memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan
bangsa yang ber-bhinneka tunggal ika.
Dalam sila keempat ini mengandung nilai kerakyatan. Sila keempat ini merupakan nilai
yang memiliki prinsip untuk selaras dengan hakikat rakyat. Hakikat rakyat merupakan
keseluruhan dalam kebersamaan. Rakyat Indonesia merupakan sumber dari kekuasaan negara
Indonesia. Hal tersebut senantiasa harus mengutamakan kepentingan rakyat Indonesia dengan
menggunakan nilai-nilai kearifan bangsa Indonesia yang berupa musyawarah sampai
4
mencapai mufakat dengan semangat kekeluargaan dan tanggung jawab kepada rakyat
Indonesia.
Dalam sila kelima ini mengandung nilai keadilan. Keadilan sosial adalah keadilan yang
pelaksanaannya tergantung dari struktur-struktur kekuasaan yang ada dalam masyarakat, baik
dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan ideologi. Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia menunjukkan keinginan bangsa Indonesia untuk mewujudkan masyarakat
yang adil dan makmur. Di dalam keadilan tidak dibenarkan adanya penghisapan, penindasan
dan sebaliknya saling membantu satu sama lainnya. Sesama anggota masyarakat, adil berarti
apabila setiap warga negara menikmati hasil sesuai dengan fungsi dan peranannya dalam
masyarakat.
1. Sila Pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa, memuat pengakuan eksplisit akan eksistensi
Tuhan sebagai sumber dan pencipta universal. Hal ini menunjukkan relasi esensial antara
yang mencipta dan dicipta serta menunjukkan ketergantungan yang diciptakan terhadap yang
mencipta.
2. Sila Kedua : Kemanusiaan yang adil dan beradab, merupakan refleksi lebih lanjut dari sila
pertama. Sila ini memperlihatkan secara mendasar dari negara atas martabat manusia dan
sekaligus komitmen untuk melindunginya.
3. Sila Ketiga : Persatuan Indonesia, secara khusus meminta perhatian setiap warga negara
akan hak dan kewajiban serta tanggung jawabnya pada negara, khususnya dalam menjaga
eksistensi negara dan bangsa.
4. Sila Keempat : Demokrasi yang dipimpin oleh kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan
perwakilan, memperlihatkan pengakuan negara serta perlindungannya terhadap kedaulatan
rakyat yang dilaksanakan dalam iklim musyawarah dan mufakat.
5. Sila Kelima : Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, secara istimewa menekankan
keseimbangan antara hak dan kewajiban. Keadilan sosial terutama menuntut informasi
5
struktur-struktur sosial, yaitu struktur ekonomi, politik, budaya, dan ideologi ke arah yang
lebih akomodatif terhadap kepentingan masyarakat.
Nilai-nilai pancasila senantiasa harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari oleh rakyat
Indonesia, baik dalam keyakinan maupun tingkah laku. Di antara bentuk penerapannya
adalah sebagai berikut :
a) Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
b) Hormat menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama dan penganut-
penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.
c) Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya.
6
c) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama.
d) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
e) Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah.
f) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
g) Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada
Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-
nilai kebenaran dan keadilan.
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Penutup
Pancasila merupakan rumusan dasar yang dijadikan pedoman hidup bagi bangsa Indonesia.
Hal tersebut tercantum dalam alinea ke IV paragraf terakhir Undang-Undang Dasar 1945.
Setiap sila dari pancasila mengandung makna nilai yang mendalam dan perlu diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari. Pancasila telah mempersatukan bangsa Indonesia, sehingga dari
tiap-tiap sila Pancasila tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Jika salah satu dari sila itu tidak
ada, maka dapat membuat Indonesia tidak satu lagi.
1. Pancasila merupakan lima dasar atau aturan yang harus ditaati dandilaksanakan oleh
seluruh warga Negara Indonesia.
2. Pengamalan butir-butir Pancasila dalam kehidupan sehari-hari meliputi :
a) Sila Pertama Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaanterhadap Tuhan Yang
Maha Esa kepada orang lain.
b) Sila Kedua Mengakui persamaan derajad, persamaan hak dankewajiban asasi setiap
manusia.
c) Sila Ketiga Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar BhinnekaTunggal Ika.
d) Sila Keempat Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama.
e) Sila Kelima Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
3.2 Saran
Tentu dalam penulisan makalah ini banyak kekurangannya, oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun sangat kami harapkan agar makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Setelah kita mengetahui tentang nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila
pancasila di atas, kita semakin bertambah pengetahuan. Maka dari itu agar pengetahuan kita
8
bermanfaat, mari kita sama-sama mengamalkan pengetahuan yang kita peroleh agar
bermanfaat bagi orang lain dan khususnya untuk diri kita sendiri.
STUDI KASUS
Pendahuluan
Pancasila merupakan nilai dasar dari Bangsa Indonesia serta merupakan landasan
dalam berbangsa dan bernegara. Secara historis Nilai-nilai Pancasila sudah ada sejak zaman
majapahit dan sriwijaya, oleh karena itulah Pancasila berisi nilai-nilai dan cita-cita yang
digali dari bumi Indonesia sendiri artinya, diambil dari kekayaan, rohani, moral dan budaya
masyarakat Indonesia. Pancasila mengandung nilai-nilai yang dijadikan landasan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam konteks penelitian ini bahwa dalam Ritual
Perang Timbung merupakan warisan budaya yang diturunkan secara turun-temurun oleh
masyarakat Pejanggik sampai sekarang ini.
Dengan demikian Ritual Perang Timbung dapat dikatakan sebagian dari kebudayaan,
dikemukakan oleh E.B Taylor (dalam Soekanto, 2006:150) Kebudayaan adalah keseluruhan
kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat,
dan lain kemampuan-kemampuan lain serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh
manusia sebagai anggota masyarakat.
Ritual Perang Timbung adalah budaya turun temurun yang dilaksanakan sekali
setahun pada bulan bulan ke 4 menurut penanggalan sasak yang jatuh pada bulan syawal di
Desa Pejanggik Kecamatan Praya Tengah Kabupaten Lombok Tengah tepatnya di Makam
Serewe, yang tidak bertentangan dengan Nilai-nilai Pancasila. Karena perang disini bukan
perang yang menggunakan senjata tajam, namun senjata yang digunakan berupa jajan
timbung yang terbuat dari beras ketan yang dicampuri perasan santen.
Tujuan diadakan Ritual Perang Timbung merupakan acara tolak balaq dan sekaligus
mengharapkan berkah dari Tuhan yang Maha Esa, serta menjalin silaturahmi dan kerukunan
diantara keluarga Raja rakyat Pejanggik tanpa ada perbedaan. Dalam proses pelaksanaan
Ritual Perang Timbung melalui tahapan-tahapan yaitu pertama tahap persiapan yang terdiri
dari musyawarah menyiapkan perlengkapan.
Kedua, tahap pelaksanaan yang terdiri dari Pengambilan air suci (air sereat) (2)
pembacaan duntal/babat Lombok, (3) meminta izin (pembuka upacara), (4) pembacaan
berzanji sekaligus serakalan, (5) pembacaan doa dan zikiran.
Ketiga, tahap penutup terdiri dari (1) pembasuh muka dan pemberian tanda dikening
(seraop dan sembek (2) acara saling lempar-melempar dengan menggunakan jajan timbung.
9
Setiap tahapan di atas tidak dapat dipisahkan, karena setiap tahapan proses pelaksanaan ritual
perang timbung saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.
Ritual Perang Timbung sebagai salah satu wujud budaya yang dimiliki masyarakat
suku sasak juga sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam Pancasila seperti, nilai Ketuhanan,
Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan nila Keadilan.
Metode Penelitian
Hasil Penelitian
Ritual Perang Timbung ini dilaksanakan satu kali setahun, tepatnya pada hari jum’at
pada bulan 4 menurut penanggalan sasak yang jatuh pada bulan syawal “asal mula Upacara
ini dilakukan untuk menolak mara bahaya”, dalam pelaksanaannya biasanya akan ada tanda-
tanda alam seperti berbuahnya pohon besar disekitar makam Raja kelak (pohon dangah).
Yang diyakini oleh warga sasak setiap tahunnya merayakan upacara/ritual perang timbung di
Desa Pejanggik tepatnya di Makam Serewe Kecamatan Praya Tengah Kabupaten Lombok
Tengah.
10
berzanji sekaligus serakalan (5) Pembacan Do’a dan Zikiran dan ketiga, Tahap penutup
terdiri dari 1) Acara pembasuh muka dan pemberian tanda dikening (2) Acara lempar-
melempar (Perang mengunakan jajan Timbung”.
Data Hasil Observasi Tentang Nilai-Nilai Pancasila yang Terkandung dalam Ritual
Perang Timbung
11
serakalan sebagai salah satu cara
untuk mendekatkan diri kepada
Allah SWT dan acara yang
dilakukan berjalan dengan lancar
dan diberkahi oleh Allah SWT.
12
makanan yang sudah disediakan di
atas Makam oleh masyarakat
Pejanggik.
13
masing untuk acara ritual perang
timbung
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan analisis data yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa nilai-nilai pancasila yang terkandung dalam ritual perang timbung adalah sebagai
berikut:
a) Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa meliputi nilai ketakwaan, rasa saling menghormati,
dan toleransi. Nilai-nilai tersebut terkandung dalam proses pelaksanaan : pengambilan
air suci (air sereat), pembacaan duntal/babat Lombok, meminta izin (pembuka acara),
pembacaan berzanji, do’a dan zikiran.
b) Nilai Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab meliputi sikap mengakui persamaan
derajat, persamaan hak dan kewajiban hak asasi manusia tanpa membeda- bedakan
suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit
dan sebagaixnya. Nilai-nilai tersebut terkandung dalam proses pelaksanaan acara
pembasuh muka dan pemberian tanda dikening.
14
c) Nilai Persatuan Indonesia meliputi persatuan dan kesatuan, serta lebih mementingkan
kepentingan bersama daripada golongan, atas Dasar Bhineka Tunggal Ika. Nilai-nilai
tersebut terkandung dalam proses pelaksanaan gotong- royong membersihkan arena
Makam, pembuatan jajan timbung secara bersama-sama.
d) (Nilai Kerakyatan yang dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/ Perwakilan meliputi nilai musyawarah untuk mencapai mufakat,
menghormati dan menjunjung tinggi keputusan bersama. Nilai-nilai tersebut
terkandung dalam proses pelaksanaan musyawarah musyawarah.
e) Nilai Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia meliputi sikap moral yang
mencerminkan sikap adil terhadap sesama, baik secara material, spriritual, dan
menghormati hak orang lain. Nilainilai tersebut terkandung dalam proses pelaksanaan
acara pembasuh muka dan pemberian tanda dikening (seraup dan sembek).
15
DAFTAR PUSTAKA
Subandi Al Marsudi, Pancasila dan UUD’45 dalam Paradigma Reformasi, PT Rajagrafindo
Persada, Jakarta,2001, h.45.
16