Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH ETIKA BISNIS DAN PROFESI

“Kewajiban Karyawan dan Perusahaan”


Dosen Pengampu: Didit Herlianto, Drs.MSi

Disusun oleh

Kelompok 5 EM-A :

1. Nadia Intan Pramesti (141200018)


2. Ikhsanudin Andreanto Kurniawan (141200211)
3. Muhammad Kamal Hizbullah (141200237)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”


YOGYAKARTA
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah senantiasa kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang selalu
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Etika
Bisnis dan Profesi dengan judul “Kewajiban Karyawan dan Perusahaan”. Atas ridho dan
perkenan-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai batas waktu yang disediakan
sesuai dengan yang diharapkan.

Dengan kerendahan hati, kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Didit
Herlianto, Drs. MSi. selaku dosen Etika Bisnis dan Profesi yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni serta semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah. Semoga Allah
SWT berkenan membalas segala kebaikannya.

Kami harap makalah ini dapat berguna kelak di kemudian hari. Kami sadar bahwa
makalah ini banyak kekurangan. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
dan untuk perbaikan makalah ini sangat kami harapkan. Jika ada sesuatu yang kurang
berkenan kami mohon maaf. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Yogyakarta, 4 Maret 2022

Kelompok 5

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................................4

A. Latar Belakang....................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah...............................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................................5

A. Kewajiban Karyawan terhadap Perusahaan........................................................................5

B. Kewajiban Perusahaan terhadap Karyawan......................................................................10


BAB III PENUTUP...........................................................................................................................14

A. Kesimpulan.......................................................................................................................14

B. Saran.................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................15

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Etika pada dasarnya adalah standar atau moral yang menyangkut benar-salah,
baik-buruk seperti apa yang dikatakan oleh perasaan sesorang, tetapi anggapan
seseorang atas perasaannya yang menganggap bahwa sesuatu yang dianggap benar
belum tentu perasaan orang lain menganggap bahwa hal itu benar atau sesuai dengan
etika.Dalam kerangka konsep etika bisnis terdapat pengertian tentang etika perusahaan,
etika kerja dan etika perorangan, yang menyangkut hubungan-hubungan sosial antara
perusahaan, karyawan dan lingkungannya.
Etika perusahaan menyangkut hubungan perusahaan dan karyawan sebagai satu
kesatuan dengan lingkungannya (misalnya dengan perusahaan lain atau masyarakat
setempat), etika kerja terkait antara perusahaan dengan karyawannya, dan etika
perorangan mengatur hubungan antar karyawan.
Masalah etika sangat kompleks, tersebar di berbagai disiplin ilmu. Perusahaan
dalam hal ini, dalam kelangsungan hidupnya menghadapi berbagai pengaruh baik dari
luar maupun dalam perusahaan. Dari dalam perusahaan adalah yang berhubungan
dengan karyawan. Khususnya bagaimana pelaksanaan etika hubungannya dengan hak
dan kewajiban karyawan terhadap perusahaan dan sebaliknya.
Dalam etika bisnis terdapat kewajiban dua pihak, yaitu pada karyawan dan pada
perusahaan, awalnya kita mulai dengan menyoroti kewajiban karyawan pada
perusahaan kemudian kita selanjutnya membalikan perspektifnya dengan
memfokuskan kewajiban perusahaan terhadap karyawan. Makalah ini membahas
tentang kewajiban-kewajiban karyawan dan perusahaan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja kewajiban karyawan terhadap perusahaan?
2. Apa yang dimaksud dengan Whistle Blowing?
3. Apa saja kewajiban perusahaan terhadap karyawan?

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kewajiban Karyawan terhadap Perusahaan


Di dalam makalah ini akan dibahas kewajiban karyawan terhadap perusahaan,
sehingga karyawan tidak hanya menuntut hak nya saja, namun haruslah melakukan
kewajiban- kewajiban sehingga perusahaan juga akan memberikan hak kepada
karyawan dengan tidak dipersulit maupun dikurang-kurangi, dengan kata lain hak
karyawan akan diberikan sebagaimana seharusnya.
1. Tiga kewajiban karyawan yang penting
Kewajiban karyawan pada perusahaan ada tiga yang penting, yaitu kewajiban
ketaatan, konfidensial, dan kewajiban loyalitas.
a. Kewajiban ketaatan
Karyawan memiliki kewajiban dalam hal ketaatan, sebab
karyawan harus taat kepada atasannya di perusahaan karena
karyawan tersebut memiliki ikatan dengan perusahaan. Bila direktur
perusahaan berdiri di depan pintu lalu memberi perintah kepada
orang yang kebetulan lewat, orang tersebut tidak memiliki kewajiban
sama sekali untuk mematuhi perintah direktur tersebut karena ia
tidak memiliki ikatan apapun terhadap perusahaan itu.
Namun bagi orang yang memiliki ikatan kerja dengan
perusahaan, salah satu implikasi dari statusnya adalah bahwa ia harus
mematuhi perintah dan petunjuk dari atasannya. Namun hal tersebut
tidak berarti bahwa karyawan harus menaati semua perintah yang
diberikan oleh atasannya.
1) Karyawan tidak perlu dan malah tidak boleh mematuhi
perintah yang menyuruh dia melakukan sesuatu yang tidak
bermoral.
2) Karyawan tidak wajib juga mematuhi perintah atasannya
yang tidak wajar, walaupun dari segi etika tidak ada
keberatan.
3) Karyawan tidak perlu mematuhi perintah yang memang demi
kepentingan perusahaan, tetapi tidak sesuai dengan penugasan

5
yamg disepakati, ketika ia menjadi karyawan di perusahaan
itu.
b. Kewajiban konfidensial
Kewajiban konfidensial adalah kewajiban untuk menyimpan
informasi yang bersifat konfidensial, dan karena itu rahasia, yang
telah diperoleh dengan menjalankan suatu profesi. Banyak profesi
yang mempunyai suatu kewajiban konfidensial, khususnya profesi
yang bertujuan membantu sesama manusia.
Konfidensial berasal dari kata Latin ‘confidere’ yang berarti
“mempercayai”. Contohnya di dalam profesi kedokteran, kalau orang
sakit berobat ke dokter, terpaksa ia harus menceritakan hal-hal yang
tidak enak rasanya bila diketahui orang lain, seperti sebab
penyakitnya, situasi keluarganya, dan lain-lain.
Dalam konteks perusahaan, konfidensial juga bisa memegang
peranan penting. Karena seseorang bekerja pada suatu perusahaan,
bisa saja ia memiliki akses kepada informasi rahasia. Contohnya
adalah profesi akuntan. Karena pekerjaannya, ia tahu persis
bagaimana keadaan finansial perusahaan, tetapi pengetahuan itu
tidak boleh dibawakannya keluar.
Perlu dicatat bahwa konfidensialitas tidak saja berlaku selama
karyawan bekerja di perusahaan, tetapi berlangsung terus setelah Ia
pindah kerja. Jika ia pindah kerja, kewajiban ini malah menjadi lebih
aktial, terutama bila perusahaan baru itu bergerak di bidang yang
sama. Adalah sangat tidak etis jika seseorang pindah kerja sambil
membawa rahasia perusahaan lama ke perusahaan baru supaya
mendapat gaji lebih tinggi.
Perlu ditekankan lagi bahwa kewajiban konfidensial ini
terbatas hanya pada informasi perusahaan. Hal-hal lain yang
diperoleh atau diketahui sambil bekerja di perusahaan, pada
prinsipnya tidak termasuk kewajiban konfidensial. Misalnya, kita
bisa membedakan informasi rahasia yang diperoleh seorang
karyawan waktu bekerja pada perusagaan dan keterampilan yang
dikembangkan oleh karyawan itu dengan bekerja pada perusahaan
yang sama. Informasi rahasia

6
tidak boleh dibocorkan kepada perusahaan lain, tetapi keterampilan
itu tentu boleh dibawa ke perusahaan lain.
Alasan lainnya adalah bahwa membuka rahasia perusahaan
bertentangan dengan etika pasar bebas. Kewajiban konfidensial
terutama penting dalam sistem ekonomi pasar bebas, di mana
kompetisi merupakan suatu unsur hakiki. Memiliki informasi tertentu
dapat mengubah posisi perusahaan satu dengan perusahaan lain
secara drastis, sehingga membuka rahasia perusahaan akan sangat
mengganggu kompetisi yang fair.
c. Kewajiban loyalitas
Kewajiban loyalitas juga merupakan konsekuensi dari status
seseorang sebagai karyawan perusahaan. Dengan mulai bekerja di
suatu perusahaan, karyawan harus mendukung tujuan-tujuan
perusahaan, dan karena itu pula ia harus menghindari segala sesuatu
yang bertentangan dengannya. Dengan kata lain, ia harus
menghindari apa yang bisa merugikan kepentingan perusahaannya.
Karyawan yang melakukan hal itu memenuhi kewajiban loyalitas.
Faktor utama yang bisa membahayakan terwujudnya loyalitas
adalah konflik kepentingan, artinya konflik antara kepentingan
pribadi karyawan dan kepentingan perusahaan.
Dalam konteks loyalitas ini termasuk juga masalah etis
seperti menerima komisi atau hadiah selaku karyawan perusahaan.
Sebab, dapat ditanyakan apakah dengan praktek itu karyawan tidak
merugikan perusahaannya.
Di Indonesia, khususnya di kota-kota besar, kita lihat orang
mudah sekali berpindah kerja. Kebiasaan ini dilatarbelakangi
pandangan liberalistis yang menomorsatukan pentingnya hak. Tidak
mustahil, di tempat lain ada budaya kerja lain di mana berpindah
kerja nyaris menjadi pelanggaran etika.
2. Melaporkan kesalahan perusahaan
Ada istilah dalam etika bisnis yaitu “Whistle Blowing” atau meniup
peluit. Dalam etika, istilah ini mendapat arti khusus, yaitu menarik perhatian
dunia luar dengan melaporkan kesalahan yang dilakukan oleh sebuah
organisasi. Misalnya dalam konteks pemerintahan, terjadi whistle blowing bila

7
seorang pegawai negeri memberitahukan kepada pers tentang praktek-praktek
korupsi dari atasannya. Bila dibatasi diri dalam rangka bisnis, artinya akan
menjadi: melaporkan kesalahan yang dilakukan oleh sebuah perusahaan
kepada dunia luar, seperti instansi pemerintah atau pers. Perlu ditekankan
bahwa kita hanya berbicara tentang whistle blowing, kalau dilakukan oleh
karyawan temtang perusahaan di mana ia bekerja.
Jika seorang karyawan mengetahui terjadinya hal-hal yang kurang etis
dalam kegiatan perusahaan, apakah ia boleh membawa pengetahuan itu
keluar? Itulah masalah etika yang dimaksudkan di sini. Dalam hal ini, kadang-
kadang dibedakan lagi antara whistle blowing internal dan eksternal.
Perlu digarisbawahi lagi bahwa dengan whistle blowing dimaksudkan
pelaporan kesalahan perusahaan, bukan pelaporan kesalahan pribadi seseorang
dalam perusahaan. Misalnya, jika manajer utama melakukan pelecehan
seksual terhadap sekretarisnya dan hal ini dibenarkan ke dunia luar, hal itu
tidak termasuk whistle blowing, walaupun di sini terdapat sebuah kasus yang
dengan jelas berkonotasi etika.
Pelaporan kesalahan perusahaan itu dinilai dengan cara yang sangat
berbeda. Di satu pihak, seorang whistle blower bisa dipuji sebagai pahlawan,
karena ia menempatkan nilai-nilai moral yang benar dan luhur di atas
kesejahteraan pribadi. Di lain pihak, seorang pelapor kesalahan perusahaan
sering di cap sebagai pengkhianat, karena ia mengekspos kejelekan dari
perusahaannya. Dapat dimengerti bahwa bila dunia bisnis terutama
mymemihak kepada pandangan terakhir ini. Mereka melihat whistle blowing
sebagai hambatan besar untuk lancarnya usaha bisnis. Beberapa negara
memiliki undang-undang yang melindungi para whistle blowers.
a. Kesalahan perusahaan harus besar
Jika kesalahan perusahaan hanyalah kesalahan kecil, hak itu tidak
pantas dilaporkan. Dalam kekaisaran Roma sudah dikenal pepatah
De minimie non curat praetor, hakim tidak memperhatikan hal-hal
yang remeh. Selama kesalahan kecil saja, loyalitas terhadap
perusahaan tetap harus diutamakan. Tetapi kapan kesalahan
perusahaan dapat dianggap besar?

8
1) Kesalahan perusahaan adalah besar jika menyebabkan
kerugian yang tidak perlu untuk pihak ketiga (selain
perusahaan dan si pelapor)
2) Kesalahan bisa dianggap besar juga apabila terjadi
pelanggaran hak-hak manusia
3) Kesalahan dinilai besar pula apabila dilakukan kegiatan yang
bertentangan dengan tujuan perusahaan
b. Pelaporan harus didukung oleh fakta yang jelas dan benar
Semua fakta tentang kesalahan harus jelas dan dimengerti dengan
benar oleh si pelapor. Tidak boleh terjadi, orang melaporkan
sesuatu yang secara faktual kurang jelas atau tidak dikuasai betul
oleh si pelapor. Dalam konteks industri moderen yang memakai
teknologi tinggi, syarat kedua ini sering sekali sulit dipenuhi,
karena hanya sedikit orang yang benar-benar menguasai
masalahnya.
c. Pelaporan harus dilakukan semata-mata untuk mencegah terjadinya
kerugian bagi pihak ketiga, bukan karena motif lain
Kerugian besar kepada pihak ketiga bukan saja harus menjadi
kenyataan, melainkan juga motif untuk melaporkan kesalahan.
Tidak etis, bila orang melapor karena motif yang tidak murni,
walaupun kesalahannya memang besar. Whistle blowing karena
motif kurang murni sering terjadi. Misalnya, karyawan yang sudah
memutuskan untuk menghentikan kontrak kerjanya dengan
perusahaan karena kecewa mengenai pimpinan, pada saat ia pergi
membuka praktek kurang etis dari perusahaan, seperti misalnya
tidak membayar pajak. Motif kurang murni lainnya adalah mencari
muka pada pemerintah. Perbuatan semacam itu jelas bertolak
belakang dengan loyalitas terhadap perusahaan dan tidak diimbangi
oleh kepentingan lebih besar.
d. Penyelesaian masalah secara internal harus dilakukan dulu,
sebelum kesalahan perusahaan dibawa keluar
Jika karyawan merasa bertanggungjawab, ia harus berusaha dulu
untuk menyelesaikan masalah di dalam perusahaan sendiri melalui
jalur yang tepat. Hal itu juga sesuai dengan kewajiban loyalitasnya.

9
Baru setelah upaya penyelesaian secara internal itu gagal, ia boleh
memikirkan whistle blowing.
e. Harus ada kemungkinan real bahwa pelaporan kesalahan akan
mencatat sukses
Jika sebelumnya orang tahu bahwa pelaporan kesalahan tidak akan
menghasilkan apa-apa, lebih baik orang tidak melapor. Tentu saja,
sebelum berlangsung, tidak pernah ada kepastian bahwa pelaporan
akan mencapai sasarannya, yaitu mencegah terjadinya kerugian
untuk pihak ketiga.

B. Kewajiban Perusahaan terhadap Karyawan


Di sini perlu ditekankan, kita tidak bisa mempelajari semua kewajiban perusahaan.
Kita hanya berfokus pada beberapa kewajiban penting yang meminta perhatian
khusus, seperti :
1. Perusahaan tidak melakukan diskriminasi
Diskriminasi adalah masalah etis yang baru tampak dalam paro kedua dari
abad ke-20. Asal permasalahan ini dari Amerika Serikat. Salah satu prinsip
dasar yang ditulis Thomas Jefferson dalam Deklarasi kemerdekaan Amerika
berbunyi
: “we hold these thruths to be self-evindent: that all men are created equal and
endowed by their creator with certain inalieble rights”. Tetapi semua
persamaan warga Negara yang semula dianggap evinden, pada kenyataannya
hanya dengan perlahan-lahan diakui di Amerika Serikat. Sekitar tahun 1950-
an masih banyak diskriminasi dipraktekkan, khususnya terhadap minoritas
kulit hitam. Keadaan ini memnculkan the civil rights movement, gerakan
kaum kulit hitam untuk memperoleh hak-hak sama seperti warga Negara
Amerika Serikat seperti pada umumnya. Pada tahun 1964 akhirnya dibuat
undang-undang the Civil Rights Act yang menolak diskriminasi, bukan hanya
terhadap ras tetapi juga melarang setiap diskriminasi pada seseorang “ because
of such individual’s race, color, religion, sex, or national origin”, sebagaimana
tertera dalam Civil Rights Act (Tittle IV)
a. Diskriminasi dalam konteks perusahaan
Istilah diskriminasi ini berasal dari bahasa latin (discernere) yang
berarti: membedakan, memisahkan, memilah. Etimologinya sudah
menghasilkan suatu petunjuk pertama tentang artinya, tetapi belum

10
cukup juga. Dengan membedakan begitu saja, belum tentu
diskriminasi. Dalam konteks perusahaan, diskriminasi dimaksudkan:
membedakan antara berbagai karyawan karena alasan tidak relevan
yang berakar dalam prasangka.
b. Argumentasi etika dalam melawan diskriminasi
Argumentasi yang dikemukakan sering berbeda, karena berlandaskan
beberapa teori etika yang berbeda. Disini hanya akan membahas 3,
yaitu:
1) Utilitarianisme
Dikemukakan argumen bahwa diskriminasi merugikan
perusahaan itu sendiri. Terutama dalam rangka pasar bebas,
menjadi sangat mendesak bahwa perusahaan memiliki
karyawan yang berkualitas yang menjamin produktivitas
terbesar dan mutu produk terbaik. Jika perusahaan
memperhatikan faktor-faktor lain selain kualitas karyawan ia
bisa ketinggalan dalam kompetisi dengan perusahaan lain.
Karena itu perusahaan harus menghindari diskriminasi untuk
kepentingan sendiri.
2) Deontologi
Mereka menggarisbawahi bahwa diskriminasi melecehkan
martabat dari seseorang yang didiskriminasi. Mendiskriminasi
seorang karyawan karena warna kulit atau jenis kelamin berarti
menyamakan dia dengan satu ciri saja dan ciri itu justru tidak
relevan dalam hubungan dengan pekerjaan. Hal itu berarti dia
tidak dihormati sebagai manusia. Jika karyawan/calon
karyawan didiskriminasi karena agama atau keyakinan politik,
ada alasan tambahan mengapa diskriminasi tidak etis. Ras,
gender, dan sebagainya tidak dipilih oleh seseorang dan tidak
tergantung dari kebebasannya. Tapi agama, keyakinan politik,
dan sebagainya dipegang oleh seseorang dengan bebas.
Kebebasan ini harus dihormati oleh semua orang juga oleh
perusahaan. Jika seseorang didiskriminasi karena hal itu berarti
hak asasinya dilanggar.
3) Teori Keadilan

11
Praktek diskriminasi bertentangan oleh keadilan, khususnya
keadilan distributif atau keadilan membagi. Keadilan distributif
menuntut bahwa kita memperlakukan semua orang dengan cara
yang sama.
2. Perusahaan harus menjamin kesehatan dan keselamatan kerja
Keselamatan kerja bisa terwujud bila mana tempat kerja itu aman. Dan tempet
kerja aman, kalau bebas dari resiko terjadinya kecelakaan yang mengakibatkan
pekerja cedera atau bahkan mati. Kesehatan kerja dapat direalisasikan karena
tempat kerja dalam kondisi sehat. Tempat kerja bisa dianggap sehat, kalau
bebas dari resiko terjadi gangguan kesehatan atau penyakit. Perusahaan harus
menjamin kesehatan dan keselamatan karyawan dengan melakukan hal ini
diharapkan memberikan pengaruh positif dan meningkatkan produktivitas
dalam bekerja.
3. Perusahaan memberikan gaji secara adil
Selain untuk mengembangkan diri, memberikan konstribusi yang bermanfaat
bagi masyarakat, motivasi seseorang untuk bekerja adalah mendapatkan updah
atau gaji.
a. Menurut pandangan distributif
Pandangan yang dilatarbelakangi konsepsi liberalistis berpendapat
bahwa upah atau gaji dapat dianggap adil, bila merupakan imbalan
untuk prestasi. Pandangan ini melihat masalahnya dari sudut pandang
perusahaan.
Pandangan sosialistis dikemukakan dari sudut pandang pekerja.
Mereka menekankan gaji baru adil apabila sesuai dengan kebutuhan
pekerja.
b. Enam faktor khusus
Thomas Garrett dan Richard Klonoski berpendapat bahwa ada enam
poin yang harus dipertimbangkan dalam menetapkan gaji, meliputi:
1. Peraturan Hukum
2. Upah yang layak
3. Kemampuan perusahaan
4. Pekerjaan dengan sifat khusus
5. Perbandingan dengan gaji perusahaan lain
6. Merundingkan gaji atau upah antara pekerja dan perusahaan

12
c. Senioritas dan imbalan rahasia
Senioritas yang mucul dalam pemberian gaji yang ditinjau dari segi
pengalaman kerja, periode kerja, serta loyalitas dan dedikasi pada
perusahaan. Namun saat ini senioritas sudah tidak diperhitungkan
lagi, melainkan lebih concern pada prestasi dan hak. Pemberian
kenaikan gaji yang diam-diam/dirahasiakan dari rekan sekerja dinilai
tidak etis karena mengabaikan kontrol sosial dan merusak suasana
kerja.
4. Perusahaan tidak boleh memberhentikan karyawan dengan semena-
mena
Dalam lingkungan perusahaan, pemberhentian karyawan, sering sekali tidak
bisa dihindarkan. Jika kita terjun dalam bisnis modern, mau tidak mau hal
seperti itu harus terjadi. Kejadian seperti itu termasuk masalah paling
sensitive, karena nasib hidup karyawan serta keluarga dipertaruhkan secara
langsung. Cara menangani masalah ini bisa menunjukkan mutu etis para
majikan. Pada awal industrialisasi, memberhentikan pekerja begitu saja
dianggap hal yang lumrah. Waktu itu hanya kepentingan perusahaan
menentukan pekerja akan diberhentikan. Dalam hal ini belum diakui hak
pekerja. Sesudah perkembangan lama, kini semua Negara mempunyai
peraturan hokum yang bertujuan melindungi karyawan, dalam situasi phk.
Salah satu peraturan penting adalah kewajiban perusahaan memberi pesangon.
Ada tiga alasan mengapa perusahaan akan memberhentikan karyawan:
a. Alasan internal (restrukturasi, otomatisasi, merger dengan
perusahaan lain)
b. Alasan eksternal (konyuktur, resesi ekonomi)
c. Dan kesalahan karyawan

Menurut Garret dan Kliniski ada tiga alasan konkret dalam memberhentikan
karyawan yaitu:
a. Majikan hanya boleh memberhentikan dengan alasan yang tepat
Kalau karyawan diberhentikan karena alasan ekonomis, seperti
mendesaknya pelangsungan untuk memperbaiki kinerja perusahaan,
pimpinan harus sungguh-sungguh yakin akan perlunya tindakan itu.
sikap para pengambil keputusan ragu-ragu tentang tepatnya atau
mendesaknya tindakan itu mereka harus menunda dulu kepentingan
Itu demi mempertahankan kesempatan kerja. Nasib karyawan tidak
boleh eh dikorbankan kepada suatu eksperimen saja. Jika tindakan
PHK tidak dihindarkan, pimpinan mempunyai kewajiban khusus
untuk tidak memperhatikan para karyawan senior. Terutama karena
dua alasan yang pertama, merekalah yang berjasa dalam membuat
perusahaan seperti adanya dan karenanya perusahaan berutang budi
kepada mereka. Kedua, karyawan senior terutama akan mengalami

13
kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan baru sedangkan karyawan
muda lebih gampang ditampung oleh perusahaan lain.
b. Majikan harus berpegang pada prosedur yang semestinya
Dalam hal ini peraturan hukum (kalau ada) harus dipegang dengan
saksama. disamping itu perusahaan besar sebaiknya mempunyai
aturan-aturan internal yang menjamin prosedur pemberhentian yang
jelas dan terbuka. Hal ini terutama mendesak bila karyawan dipecat
karena kesalahannya. di satu pihak, prosedur yang terbuka,
berdasarkan aturan yang diketahui semua karyawan tidak akan
menggoncangkan kepercayaan karyawan pada perusahaannya dan
tidak akan merusak iklim kerja. Sebab, tindakan pemberhentian selalu
merupakan kejadian yang sensitif dan solidaritas di antara karyawan
pada umumnya cukup besar. jika prosedur pemberhentian berlangsung
secara jelas dan transparan, bukan saja karyawan yang dihukum. Tapi
semua karyawan lain juga lebih mudah menerima tindakan itu sebagai
sebagai fair dan tidak akan muncul efek negatif untuk produktivitas di
perusahaan.
c. Majikan harus membatasi akibat negatif bagi karyawan seminimal
mungkin.
Di banyak negara, kepada karyawan yang diberhentikan karena
kesalahannya pun, menurut peraturan hukum harus diberikan
pesangon. Hal itu tidak enak bagi majikan bersangkutan tetapi tidak
dapat dinilai kurang adil, karya karena karyawan yang bersalah pun
tidak boleh dibiarkan terlantar. Di negara kesejahteraan (Welfare
State)orang seperti itupun memiliki hak atas tunjangan
pengangguran.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam etika bisnis terdapat kewajiban dua pihak, yaitu pada karyawan dan
pada perusahaan, awalnya kita mulai dengan menyoroti kewajiban karyawan pada
perusahaan kemudian kita selanjutnya membalikan perspektifnya dengan
memfokuskan kewajiban perusahaan terhadap karyawan. Makalah ini membahas
tentang kewajiban-kewajiban karyawan dan perusahaan.
Terdapat tiga kewajiban karyawan terhadap perusahaan yaitu kewajiban
ketaatan, konfidensialitas, dan loyalitas. Whistle blowing adalah tindakan seorang
pekerja yang memutuskan untuk melapor kepada media, kekuasaan internal atau
eksternal tentang hal-hal ilegal dan tidak etis yang terjadi di lingkungan kerja.
Selain membebani karyawan dengan berbagai kewajiban terhadap
perusahaan, suatu perusahaan juga berkewajiban untuk memberikan hak-hak yang
sepadan dengan karyawan. Perusahaan hendaknya tidak melakukan praktek
diskriminasi terhadap karyawan. Perusahaan juga berkewajiban untuk memberikan
kondisi kerja yang memperhatikan kesehatan dan keamanan pekerja, memberikan
imbalan gaji yang adil, dan sebagainya.
Hak-hak yang diterima karyawan hendaknya sesuai dengan kontribusinya ke
perusahaan. Karyawan yang berprestasi diberi haknya berupa bonus atau
penghargaan yang membuat karyawan terpacu untuk mempertahankan bahkan
meningkatkan kinerjanya. Dengan begitu tercipta hubungan timbak balik yang baik
antara perusahaan dan karyawan.

B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami uraikan, kami menyadari bahwa
dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang kontruktif untuk memperbaiki makalah
berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat dan menambah referensi pengetahuan
kita

15
DAFTAR PUSTAKA

Bertens, Kees. Pengantar Etika Bisnis (Seri Filsafat Atmajaya: 21), Yogyakarta, Penerbit Kanisius,
2000

16
NOTULENSI EPB KEL 5

1. Nabilla Putri Nurendra/ 141200171


Bagaimana cara menciptakan lingkungan kerja yang dapat memenuhi kedua antara
kewajiban karyawan terhadap perusahaannya dan juga kewajiban perusahaan
terhadap karyawannya?
Jawab :
Diperlukan adanya kerjasama baik dari karyawan dan perusahaan dalam memenuhi
hak dan kewajiban mereka. Misalnya ketika kewajiban perusahaan terhadap
karyawan telah dipenuhi dengan baik misalnya dalam hal pemberian upah, jaminan
sosial, kesehatan dan keselamatan kerja maka tentunya kewajiban karyawan
terhadap perusahaan juga perlu dipenuhi dengan baik sehingga lingkungan kerja
yang baik..

2. Rahma Triandita Atmaja/ 141200283


Apa yang akan terjadi pada perusahaan jika ada karyawan tidak memenuhi
kewajibannya sebagai seorang karyawan dan apa yang bisa perusahaan lakukan
untuk mengatasi permasalahan tersebut?
Jawab :
Menurut saya Jika karyawan tidak memenuhi kewajibanya, perusahaan itu bisa
mengalami kehancuran. Misalnya karyawan tidak memenuhi kewajiban konfidensial
atau kerahasiaan dengan menyebarkan informasi2 yang bersifat rahasia kepada
competitor karena competitor bersedia membayar lebih besar. Karena biasanya
karyawan sebuah perusahaan memiliki akses terhadap kerahasiaan perusahaan
Misalnya, bagian keuangan, operasional, atau IT tidak diperkenankan membuka
rahasia perusahaan kepada orang lain.
Kewajiban ini tidak hanya dipegang saat karyawan masih bekerja di perusahaan
tersebut, tapi juga ketika sudah resign atau pindah kerja.
Jika seorang karyawan pindah ke tempat baru dengan membawa rahasia perusahaan
sebelumnya dengan harapan mendapat kompensasi yang lebih besar, maka tindakan
tersebut dipandang sebagai perilaku yang tidak etis.

3. Jatul Khikmiyatul/ 141200088


Salah satu Kewajiban Perusahaan Terhadap Karyawan adalah Perusahaan Tidak
Boleh Memberhentikan Karyawan dengan Semena- mena. Jika perusahaan
memberhentikan karyawan dengan alasan eksternal resesi ekonomi seperti saat iki
apakah perusahaan melanggar kewajibanya? Bagaimana cara mengatasi perusahaan
yang melakukan phk dengan alasan resesi ekonomi
Jawab :
Pada dasarnya perusahaan tidak dapat memberhentikan karyawannya secara semena-
mena. Ada beberapa aturan yang harus dipatuhi seperti hak karyawan yang harus
dipenuhi dalam melakukan PHK. Namun dengan kondisi pandemi seperti saat ini
yang menyebabkan resesi, untuk menghindari adanya PHK maka diperlukan
kompromi dari kedua belah pihak. Perusahaan dapat memotong upah atau
17
merumahkan karyawannya untuk sementara waktu apabila perusahaan dirasa sudah
kesulitan dalam membayar upah pekerja. Namun apabila perusahaan sudah tidak
bisa menanggung beban atau bahkan mendekati kebangrutan maka PHK akan sulit
dihindari.

4. Selvy Vaista Maharani/141200263


Langkah apa yang harus digunakan perusahaan dalam pemenuhan kewajiban
karyawan seandainya terjadi PHK atas seluruh atau sebagian karyawan yang
dirumahkan?
Jawab :
Pada dasarnya, dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja oleh pengusaha, tidak
ada ketentuan yang mengatur mengenai pemenuhan kewajiban karyawan. Oleh
karena itu, mengenai hal tersebut kita harus melihat kepada perjanjian kerja,
peraturan kerja bersama, dan peraturan perusahaan.
Yang sebagimana diatur dalam peraturan perundang-undangan bidang
ketenagakerjaan adalah mengenai kewajiban perusahaan dalam hal terjadi
pemutusan hubungan kerja.
Sebagai pihak yang memutuskan hubungan kerja, maka pengusaha diwajibkan
membayar uang pesangon dan atau uang penghargaan masa kerja dan uang
penggantian hak yang seharusnya diterima oleh pekerja dengan Perjanjian Kerja
Waktu Tidak Tertentu (PKWTT) (Pasal 156 ayat [1] UU Ketenagakerjaan).
Mengenai besarnya uang pesangon, uang penghargaan masa kerja dan uang
penggantian terdapat dalam Pasal 156 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) UU
Ketenagakerjaan (sebagaimana telah dijelaskan Petra Y.N. Rajagukguk, S.H. dalam
artikel Perhitungan Pesangon Pekerja Jasa Pemakaman). Sedangkan, untuk
pekerja dengan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (“PKWT”), maka
berdasarkan Pasal 62 UU Ketenagakerjaan, perusahaan sebagai pihak yang
mengakhiri hubungan kerja sebelum berakhirnya jangka waktu yang
ditetapkan dalam PKWT, wajib membayar ganti rugi kepada pekerja sebesar
upah pekerja/buruh sampai batas waktu berakhirnya jangka waktu perjanjian
kerja

5. Niswatul Faizah/ 141200250


Mengenai wishtle blower, terkadang menjadi wishtle blower itu bisa di tuntut balik
seperti kasus Hambalang yang pernah dilakukan oleh suatu perusahaan yang
menyebabkan whistleblower masuk ke jeruji besi. Menurut kelompok penyaji
apakah wishtle blower itu dibutuhkan oleh perusahaan atau malah merugikan?
Jawab :
Menurut saya whistleblower itu dibutuhkan oleh perusahaan hal ini dikarenakan
wishtle blower ini dapat membantu perusahaan untuk mencegah, bukan hanya
tindakan korupsi di perusahaan, namun juga semua hal-hal diluar norma atau
peraturan yang dilanggar oleh karyawan maupun pejabat tinggi perusahaan. Dari
seorang wishtle blower perusahaan itu juga menjadi terbebas dari oknum yang tidak
tanggung jawab dan merugikan perusahaan. Untuk di Indonesia sendiri,
18
Whistleblower secara yuridis telah mendapatkan perlindungan, sebagaimana
tertuang secara implisit dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
No 31 Tahun 2014 berkaitan dengan Perubahan atas UU No 13 Tahun 2006 atas
Perlindungan Saksi dan Korban. Pengaturan whistleblower yang lebih komprehensif
dapat ditemukan pada Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 4 Tahun 2011.
Namun dalam penerapannya masih ada kasus seperti seorang wishtle blower yang
ditangkap balik hal ini karena kurang tegasnya hukum di Indonesia walopun sudah
ada undang-undang yang mengatur.

6. Nina Arista/ 141200266


Izin bertanya Mengenai kewajiban perusahaan terhadap karyawan yaitu memberikan
gaji yang adil. Apa yang menjadi faktor yang lebih konkret untuk menentukan adil
tidaknya gaji atau upah karyawan?
Jawab :
Dalam menentukan gaji seorang karyawan perusahaan dapat meninjau dari berbagai
aspek antara lain:
 Jabatan atau besaran tanggungjawab karyawan tersebut di perusahaan
 Tingkat pendidikan karyawan
 Beban kerja yang diterima karyawan
 Lamanya jam kerja karyawan
 Masa kerja karyawan
 Prestasi karyawan di tempat kerja
 Spesifikasi kerja karyawan

7. Ravy Arya Hermawan/ 141200288


Dalam hal apa perusahaan dilarang melakukan pemutusan hubungan kerja?
Jawab :
Sesuai dengan ketentuan pasal 153 ayat (1) UU Cipta Kerja No. 11/2020 menyebut:
Pengusaha dilarang melakukan pemutusan hubungan kerja kepada pekerja/buruh
dengan alasan:
a. Pekerja berhalangan masuk kerja karena sakit menurut keterangan dokter
selama waktu tidak melampaui 12 bulan secara terus-menerus.
b. Pekerja berhalangan menjalankan pekerjaannya, karena memenuhi kewajiban
terhadap negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
c. Pekerja menjalankan ibadah yang diperintahkan agamanya.
d. Pekerja menikah.
e. Pekerja perempuan hamil, melahirkan, gugur kandungan, atau menyusui
bayinya.
f. Pekerja mempunyai pertalian darah dan atau ikatan perkawinan dengan
pekerja lainnya di dalam satu perusahaan.
g. Pekerja mendirikan, menjadi anggota dan/atau pengurus serikat pekerja,
pekerja melakukan kegiatan serikat pekerja di luar jam kerja, atau di dalam

19
jam kerja atas kesepakatan perusahaan, atau berdasarkan ketentuan yang
diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja
bersama.
h. Pekerja yang mengadukan perusahaan kepada yang berwajib mengenai
perbuatan perusahaan yang melakukan tindak pidana kejahatan.Karena
perbedaan paham, agama, aliran politik, suku, warna kulit, golongan, jenis
kelamin, kondisi fisik, atau status perkawinan.
i. Pekerja dalam keadaan cacat tetap, sakit akibat kecelakaan kerja, atau sakit
karena hubungan kerja yang menurut surat keterangan dokter yang jangka
waktu penyembuhannya belum dapat dipastikan.

8. Siti Nurmahmudah/ 141200049


Di era Pandemi seperti sekarang ini masih banyak perusahaan yang melakukan PHK,
hal ini menjadikan suatu permasalahan tersendiri bagi karyawan tersebut sehingga
mengalami kesulitan dalam lingkum ekonomi. Bagaimana pandangan etika Bisnis
dalam menghadapi hal tersebut khususnya dalam kewajiban perusahaan terhadap
karyawan?
Jawab :
Di era pandemi seperti saat ini, resesi ekonomi sangat mungkin terjadi. Dampak
buruk akan melanda baik kepada perusahaan maupun karyawan. Dalam hal seperti
ini tidaklah bijak apabila kita hanya melihat dari satu sudut pandang. Akan lebih
baik apabila hal ini ditelaah dari berbagai sudut pandang. Perusahaan dan karyawan
harus sama-sama mengerti bahwa semua mendapati kesulitan dalam kondisi seperti
ini. Perusahaan harus mengetahui bahwa ada karyawan yang harus dipenuhi hak-hak
mereka. Namun karyawan juga harus memahami bahwa perusahaan juga memiliki
tanggungan yang sangat berat dalam menjaga keberlangsungan perusahaan seperti
tanggungan gaji, pajak, dan beban-beban lainnya.

9. Novita Hangestiningrum/ 141200012


Diskriminasi di tempat kerja menjadi salah satu hal yang terkadang tidak disadari.
Bagaimana tindakan seorang manajer jika karyawannya mendapatkan diskriminasi
di tempat ia bekerja dan bagaimana tingkat diskriminasi di Indonesia dan apakah
sudah teratasi dengan baik?
Jawab :
Menurut saya seharusnya sebagai seorang manajer jika karyawan mendapatkan
diskriminasi diperusahaan, berkewajiban memahamkan bahwa semua pekerja
merupakan individu yang disatukan dalam 1 organisasi yg masing2 memiliki peran
dan tanggung jawab dan harus saling bersinergi sehingga apabila ada 1 individu yg
tidak berperan maksimal akan berdampak pada keseluruhan perusahaan. Sbg seorang
manajer/pimpinan mempunyai kewajiban untk memaksimalkan sumber daya yg ada
“utamanya sdm”, shg apabila trdpt perlakuan diskriminasi pada pekerja akan
berdampak pada tidak maksimalnya peran individu dlm perusahaan shg perusahaan
tidak akan bisa mencapai tujuan/target perusahaan.
Untuk di Indonesia sendiri Sebagian besar perusahaan sudah membuat peraturan
20
anti diskriminatif. Dan memang di Indonesia sudah ada UU yang mengatur yaitu UU
Ketenagakerjaan yang menjamin setiap pekerja berhak untuk mendapatkan
perlakuan yang sama tanpa diskriminasi dari majikannya.

10. Putri Ayu Febriyana/ 141200036


Jika suatu perusahaan mau memutuskan hubungan kerja kepada karyawan karena
karyawan tersebut tidak performance, tetapi karyawan baru bekerja selama 4 bulan.
Apa saja hak dan kewajiban perusahaan jika memutus kontraknya di tengah jalan?
Jawab :
Jika Perusahaan Memutus Hubungan Kerja sebelum Masa Kontrak Habis Secara
umum, perjanjian kerja berakhir apabila:
1) Pekerja meninggal dunia;
2) Jangka waktu perjanjian kerja berakhir;selesainya suatu pekerjaan tertentu;
3) Adanya putusan pengadilan dan/atau putusan lembaga penyelesaian
perselisihan hubungan industrial yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap; atau
4) Adanya keadaan atau kejadian tertentu yang dicantumkan dalam perjanjian
kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama yang dapat
menyebabkan berakhirnya hubungan kerja.
Jika salah satu pihak mengakhiri hubungan kerja sebelum berakhirnya jangka
waktu yang ditetapkan dalam PKWT(perjanjian kerja waktu tertentu) bukan karena
salah satu ketentuan yang saya sebutkan tadi, pihak yang mengakhiri hubungan kerja
wajib membayar ganti rugi kepada pihak lainnya sebesar upah pekerja sampai batas
waktu berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja dan pengusaha wajib memberikan
uang kompensasi yang besarannya dihitung berdasarkan jangka waktu PKWT yang
telah dilaksanakan oleh pekerja.

21

Anda mungkin juga menyukai