Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“Kasus Pelanggaran Etika Bisnis Oleh PT. Nabisco (Oreo)”

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika Bisnis

Dosen

Puja Sulistyawan, SE, MM

Disusun Oleh :

1. Aris Susanto 1710003

2. Aldi Nosi Putra 1710007

3. Eko Wahyu S 1720008

4. Ibnu Afian 1820005

FAKULTAS EKONOMI

STIE WIDYA MANGGALA

2018/2019
KATA PENGHANTAR

Puji Syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
rahmatnya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kasus
Pelanggaran Etika Bisnis Oleh PT. Nabisco (Oreo)”. Dan penulis juga
berterimakasih kepada Puja Sulistyawan, SE, MM selaku dosen mata kuliah
Etika Bisnis yang telah memberikan tugas ini. Penulis berharap semoga makalah
yang telah dibuat ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi para
pembacanya. Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dalam makalah ini.
Oleh karena itu, Kritik dan Saran yang membangun dari para pembaca dibutuhkan
untuk penyempurnaan makalah ini kedepannya. Terima Kasih.

Semarang, 25 September 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

JUDUL..............................................................................................................1

KATA PENGHANTAR...................................................................................2

DAFTAR ISI....................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................4

1.1 LATAR BELAKANG..........................................................................4

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................5

2.1 ETIKA BISNIS.....................................................................................5


2.2 PROFIL PERUSAHAAN PT NABISCO............................................6
2.3 ANALISIS PT NABISCO DAN PELANGGARANNYA...................6
2.4 PELANGGARAN UNDANG-UNDANG...........................................8
2.5 PENYELESAIAN MASALAH............................................................9

BAB III PENUTUP..........................................................................................11

3.1 SARAN.................................................................................................11
3.2 KESIMPULAN.....................................................................................11

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam menjalankan suatu bisnis, perusahaan sebaiknya harus
memperhatikan benar tentang etika dalam berbisnis pada perusahaan tersebut.
Sebuah bisnis yang baik harus memiliki etika dan tanggung jawab sosial sesuai
dengan fungsinya. Pada sistem ekonomi pasar bebas, perusahaan diarahkan untuk
mencapai tujuan mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin. Akan tetapi,
dalam mencapai tujuan tersebut perusahaan yang menjalankan bisnis kerap
menghalalkan segala cara sehingga tidak perduli apakah tindakannya melanggar
etika dalam berbisnis atau tidak, dan juga tanpa melihat dampak yang
ditimbulkan apakah negatif atau positif terhadap lingkungan sekitar.
Pelanggaran etika bisnis yang terjadi akibat manajemen dan karyawan
cenderung mencari keuntungan semata sehingga terjadi penyimpangan-
penyimpangan. Penerapan kaidah good corporate governace di perusahaan
swasta, BMN, dan instansi pemerintahan masih cenderung lemah, banyak
perusahaan yang melanggarnya.
Sebagai bagian dalam masyarakat perusahaan yang mendirikan bisnis
tentu tunduk pada norma-norma yang ada pada masyarakat sekitar. Tata
hubungan bisnis dan masyarakat tidak dapat dipisahkan tersebut membawa etika-
etika tertentu dalam kegiatan bisnis, baik etika antar sesama pelaku bisnis
maupun etika bisnis terhadap masyarakat langsung maupun tidak langsung. Saat
ini banyak pelanggaran etika bisnis dan persaingan yang tidak sehat dalam upaya
penguasaan pasar semakin memberatkan para pengusaha kalangan bawah yang
kurang memiliki kemampuan bersaing dengan perusahaan-perusahaan besar.
Perlu adanya sanksi yang tegas mengenai pelanggaran etika bisnis yang terjadi,
agar dapat mengurangi terjadinya pelanggaran etika bisnis dalam dunia usaha.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Etika Bisnis

Etika Bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang


mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga
masyarakat. Etika Bisnis dalam suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma
dan perilaku karyawan serta pimpinan dalam membangun hubungan yang adil
dan sehat dengan pelanggaran/mitra kerja, pemegang saham, masyarakat.
Perusahaan menyakini prinsip bisnis yang baik adalah bisnis yang beretika,
yakini bisnis dengan kinerja unggul dan berkesinambungan yang dijalankan
dengan mentaati kaidah-kaidah etika sejalan dengan hukum dan peraturan yang
berlaku. Etika Bisnis dapat menjadi standart dan pedoman bagi seluruh karyawan
termasuk manajemen dan menjadikannya sebagai pedoman untuk melaksanakan
pekerjaan sehari-hari dengan dilandasi moral yang luhur, jujur, transparan, dan
sikap yang profesional.

Tiga Pendekatan Pasar dalam merumuskan tingkah laku etika bisnis, yaitu :

1. Utilitarian Approach : Setiap tindakan harus didasarkan pada


konsekuensinya. Oleh karena itu, dalam bertindak seseorang seharusnya
mengikuti cara-cara yang dapat memberi manfaat sebesar-besarnya kepada
masyarakat, dengan cara yang tidak membahayakan dan dengan biaya
serendah-rendahnya.
2. Individual Rights Approach : Setiap orang dalam tindakan dan kelakuannya
memiliki hak dasar yang harus dihormati. Namun tindakan ataupun tingkah
laku tersebut harus dihindari apabila diperkirakan akan menyebabkan terjadi
benturan dengan hak orang lain.
3. Justice Approach : Para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang
sama, dan bertindak adil dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan
baik secara perseorangan ataupun secara kelompok.

5
2.2 Profil Perusahaan PT Nabisco (Oreo)
 Nama Perusahaan : PT Nabisco
 Jenis : Anak Perusahaan Mondelez International
 Industri/Jasa : Pemrosesan Makanan
 Didirikan : East Hanover, New Jersey A.S (1898)
 Kantor Pusat : East Hanover, New Jersey, A.S
 Produk : Kue, Biskuit
 Induk : Kraft Foods

 Profil Produk
 Jenis : Biskuit
 Pemilik : Nabisco (Mondelez International)
 Negara : Amerika Serikat
 Diperkenalkan : 6 Maret 1912
 Pasar : Seluruh dunia

Di Indonesia, Oreo diproduksi oleh PT Mondelez Indonesia Manufacturing


(dahulu PT. Nabisco Indonesia sebelum tahun 2008 dan PT. Kraft Indonesia
sebelum tahun 2013) di Bekasi, Indonesia.

2.3 Analisis PT. Nabisco dan Pelanggarannya

Dijilat,diputer, lalu dicelupin. Itulah sepenggalan kata yang selalu


masyarakat dengar dari salah satu perusahaan biskuit ternama, Kraft Indonesia,
Oreo, sekitar dua tahun yang lampau. Brand Image dengan yel-yel yang mudah
dicerna seperti kasus diatas, sangat melekat kepada anak-anak. Segmentasi PT.
Nabisco pun tepat dalam mengeluarkan produk biskuit coklat berlapisan susu ini,
yaitu anak-anak. Ada pepatah mengatakan “tak ada satupun orangtua yang tidak
menyayangi anaknya “. Ini merupakan ungkapan yang tepat bagi orangtua yang
mempunyai anak-anak terlebih anak yang masih berusia kecil. Kekhawatiran
orang tua ini, menjadi membludak sebab diisukannya biskuit Oreo, yang

6
merupakan biskuit favorit anak-anak dengan mengandung bahan melamin. Hal
ini cukup berlangsung lama didunia perbisnisan, sehingga tingkat penjualan
menurunkan drastis. BPOM dan Dinas Kesehatan mengatakan bahwa Oreo
produksi luar negeri mengandung melamin dan tidak layak untuk dikonsumsi
karena berbahaya bagi kesehatan maka harus ditarik dari peredarannya.
Pembersihan nama Oreo pun sebagai biskuit berbahaya cukup menguras tenaga
bagi public relation PT. Nabisco.

Kutipan BPOM, “Yang ditarik BPOM hanya produk yang berasal dari
luar negeri dan bukan produksi dari dalam negeri. Untuk membedakannya lihat
kode di kemasan produk tersebut. Kode MD : Produksi dalam negeri, aman
dikonsumsi, Sedangkan ML : Produk luar negeri. “Gonjang-ganjing susu yang
mengandung melamin akhirnya merembet juga ke Indonesia. BPOM telah
mengeluarkan pelarangan terhadap peredaran 28 Produk yang dicurigai
menggunakan bahan baku susu bermelamin dari Cina, diantaranya yang akrab
ditelinga kita antara lain : Oreo Sandwich cokelat/Wwafer Stick. Maaf kalau
mengecewakan para penggemar Oreo tapi ini kenyataan, ini bukan hoaks lho.
Selain Oreo ada beberapa produk yang diduga mengandung bahan susu dari Cina
seperti es krim Indo Meiji, Susu Dutch Lady dll. Seperti diketahui heboh susu
dan produk turunnya yang mengandung formalin telah mengguncang Cinta
karena telah merenggut nyawa 4 bayi dan menyebabkan sekitar.

Dalam Perusahaan modern, tanggung jawab atas tindakan perusahaan


sering didistribusikan kepada sejumplah pihak yang bekerja sama. Tindakan
perusahaan biasanya terdiri atas tindakan atau kelalaian orang-orang berbeda
yang bekerjasama sehingga tindakan atau kelalaian mereka bersama-sama
menghasilkan tindakan perusahaan. Kita mengetahui bahwa etika bisnis
merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah. Studi
ini berkonsentrasi pada standart moral sebgaimana diterapkan dalam kebijakan,
institusi, dan perilaku bisnis. Etika bisnis merupakan studi standar formal dan
bagaimana standart itu diterapkan ke dalam system dan organisasi yang
digunakan masyarakat modern untuk memproduksi dan mendistribusikan barang
dan jasa dan diterapkan kepada orang-orang yang ada di dalam organisasi. Dari
Kasus di atas terlihat bahwa perusahaan melakukan pelanggaran etika bisnis
terhadap prinsip kejujuran perusahaan besar pun berani untuk mengambil

7
tindakan kecurangan untuk menekan biaya produksi produk. Mereka hanya untuk
mendapatkan laba yang besar dan ongkos produksi yang minimal.
Mengenyampingkan aspek kesehatan konsumen dan membiarkan penggunaan zat
berbahaya dalam produknya. Dalam kasus ini Oreo emang sengaja menambahkan
zat melamin padahal bila dilihat dari segi kesehatan manusia, zat tersebut dapat
menimbulkan kanker hati dan lambung.

2.4 Pelangaran Undang-Undang

Jika dilihat menurut UUD, PT. Nabisco sudah melanggar beberapa pasal, Yaitu :

a. Pasal 4, hak konsumen adalah :


 Ayat 1 : “Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam
mengkonsumsi barang / Jasa.”
 Ayat 3 : : “Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai
kondisi dan jaminan barang/jasa.”

Nabisco tidak pernah memberi peringatan kepada konsumennya tentang


adanya zat-zat berbahaya didalam produk mereka. Akibatnya, Kesehatan
konsumen dibahayakan dengan alasan mengurangi biaya produksi Oreo.

b. Pasal 7, Kewajiban pelaku usaha adalah :


 Ayat 2 : “Pelaku usaha dilarang memproduksi/memperdagangkan barang
/jasa yang tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standart yang
dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-undang.”

c. Pasal 8
 Ayat 1 : “Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai
kondisi dan jasminan barang/jasa serta memberi penjelasan penggunaan,
perbaikan dan pemeliharaan”
 Ayat 4 : “Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran pada ayat (1) dan
ayat (2) dilarang memperdagangkan barang/jasa tersebut serta wajib
menariknya dari peredaran “

8
PT Nabisco tetap meluncurkan produk mereka walaupun produk Oreo
tersebut tidak memenuhi standart dan ketentuan yang berlaku bagi barang
tersebut. Seharusnya, produk Oreo tersebut sudah ditarik dari peredaran agar
tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, tetapi mereka tetap menjualnya
walaupun sudah ada korban dari produknya.

d. Pasal 19
 Ayat 1 : “Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas
kerusakan, pencemaran, dan kerugian konsumen akibat mengkonsumsi
barang/jasa yang dihasilkan/diperdagangkan.”
 Ayat 2 : “Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa
pengembalian uang/penggantian barang/jasa yang sejenis/setara
nilainya./ perawatan kesehatan dan pemberian santunan yang sesuai
dengan ketentuam peraturan perundang-undang yang berlaku.”
 Ayat 3 : “Pemberi ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7
(tujuh) hari setelah tanggal transaksi”

Menurut Pasal tersebut, PT Nabisco harus memberikan ganti rugi kepada


konsumen karena telah merugikan para konsumen.

2.5 Penyelesaian Masalah


Langkah yang diambil yaitu dengan pendekatan public relation oleh PT. Kraft
Indonesia untuk mengembalikan kepercayaan konsumen yang dilakukan sebagai
berikut :
a) Menggunakan jasa orang ketiga ahli gizi atau orang yang bekerja dalam
hal penelitian kandungan makanan atau minuman. Dimana yang kita
ketahui bahwa isu akan adanya kandungan berbahaya pada produk Oreo
yang diproduksi diluar negeri mau tidak mau juga berimbas pada
perusahaan dalam negeri yang juga sama-sama memproduksi Oreo.
Pemberitaan yang begitu gencar dilakukan media massa mau tidak mau
menyeret reputasi PT. Kraft Indonesia dimana yang juga memproduksi
produk Oreo. Dalam awal kemunculannya, Badan pengawas obat dan
makanan (BPOM) menemukan kandungan berbahaya pada sejumlah

9
produk tersebut. Namun bagi masyarakat yang tidak mendengarkan atau
menyimak informasi tersebut secara detail maka mereka beranggapan
bahwa semua produk tersebut baik diproduksi oleh dalam negeri maupun
luar negeri beranggapan bahwa Oreo tidak aman apabila dikonsumsi.
Maka dari itu penggunaan jasa ahli gizi dari luar dipentingkan karena
masyarakat bisa melihat sendiri dengan kandungan makanan oreo
tersendiri.
b) Mengganti Iklan Oreo yang lama dengan yang baru. Terimbasnya produk
Oreo dalam negeri akan isu kandungan melamin yang telah ditemukan di
produk oreo berkode ML, tentunya membuat image atau citra produk
Oreo dalam negeri menurun secara drastis, dengan menggunakan iklan
yang dibuat sesederhana mungkin, dimana inti dari iklan tersebut
menyampaikan pesan bahwa produk Oreo dalam negeri aman untuk
dikonsumsi. Strategi iklan yang dipakai adalah menggunakan para ahli
gizi yang ternama dimana dengan kemunculan ahli gizi yang ternama
dimana dengan kemunculan ahli gizi dalam iklan Oreo yang baru ini
diharapkan masyarakat tidak takut lagi apabila mengkonsumsi Oreo
produksi dalam negeri.
c) Melakukan Pendekatan dengan masyarakat atau konsumen dengan
menciptakan kegiatan bertanjuk “Bermain Siapa Takut” bersama Mr.
Oreo. Melakukan kegiatan dalam hal memperbaiki citra atau image,
maka langkah selanjutnya agar masyarakat merasa dekat dan
diperhatikan oleh perusahaan akan melakukan kegiatan di berbagai kota
besar di Indonesia. Dimana dalam kegiatan ini akan menggunakan
keluarga beserta para anak-anaknya untuk bermain di dalam kegiatan
yang dibuat ini agar tujuan dari acara ini untuk membuat masyarakat bisa
mempercayai kembali produk dari Oreo tersebut.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Saran
Perusahaan harus memiliki prinsip kejujuran. Disini perusahaan
seharusnya lebih mementingkan keselamatan konsumen yang menggunakan
produknya, karena dengan meletakkan keselamatan konsumen diatas kepentingan
perusahaan maka perusahaan itu sendiri akan mendapatkan keuntungan yang
lebih besar atas dasar kepercayaan atau loyalitas konsunmen terhadap produk itu
sendiri.
Seharusnya BPOM lebih teliti memeriksa semua jenis makanan,
minuman, dan obat yang beredar di Indonesia. Dan apabila dalam produk-produk
tersebut terdapat zat-zat yang berbahaya maka, segeralah untuk dipublikasikan
agar semua masyarakat dapat mengetahuinya.

3.2 Kesimpulan
Kasus pelanggaran pada perusahaan semakin meningkat baik dalam
bidang produksi maupun bidang sumber daya manusia dan lingkungan. Untuk itu
diharapkan agar pemerintah dapat memberikan sanksi hukum yang tegas terhadap
perusahaan yang melanggar hukum bisnis. Sanksi yang tegas diberikan dengan
tujuan untuk memberikan efek jera terhadap perusahaan tersebut.
Sebagai perusahaan diharapkan agar lebih bijak dalam mengelola
perusahaanya dalam hal ini dapat mementingkan konsumen dan kondisi
kelayakan produk serta keramahan pada lingkungan setempat.
Jadi, agar dapat berjalan dengan baik di dalam suatu perusahaan bukan
hanya mementingkan keuntungan atau laba semata melainkan juga produksi
produk, konsumen, lingkungan dan lain sebagainya.

11

Anda mungkin juga menyukai