Anda di halaman 1dari 8

ETIKA DAN PERILAKU ETIS DALAM PROFESI PERHOTELAN

Posted by Mohammad Adib in ETHICS

Etika Sosial Politik pada program D3 Pariwisata dimaksudkan antara lain untuk dapat
menggunakan prinsip-prinsip moral dalam aktivitas kehidupan dalam konteks profesi dengan
mengedepankan pertimbangan nilai moral untuk mengatasi problem kemanusiaan, dengan tetap
berlandaskan asas-asas berfikir keilmuan.
Untuk mencapai maksud menerapkan keilmuan etika dalam profesi pariwisata, lebih fokus di
bidang perhotelan, disusunlah makalah. Berikut adalah salah satu makalah yang dimaksud.

ETIKA DAN PERILAKU ETIS DALAM PROFESI PERHOTELAN

Oleh: Arinda Rutyansani (070610536 S)


Mahasiswa D3 Pariwisata-Perhotelan Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik
Universitas Airlangga Tahun 2006-2007

1.1. Pengantar

Pariwisata merupakan salah satu penghasil devisa non migas terbesar di Indonesia. Dalam
kegiatannya, pariwisata melibatkan banyak komponen yang saling berkaitan satu dengan yang
lainnya, seperti:jasa pelayanan wisata, social, ekonomi, budaya, politik, keamanan, dan
lingkungan. Aktvitas pariwisata secara tidak langsung melibatkan kehidupan social baik itu
masyarakat sebagai pengunjung (visitor) dan wisatawan (tourist) maupun penyedia objek
pariwisata dan penerima wisatawan. Hubungan social masyarakat ini sangat berpengaruh pada
perkembangan kepariwisataan. Semakin erat dan harmonis hubungan antara wisatawan dengan
masyarakat penerima di daerah tujuan wisatawan, maka semakin cepat perkembangan
pariwisatanya. Dengan kegiatan ini masyarakat dapat berinteraksi dan bertransaksi dalam
berbagai hal antara satu dengan yang lainnya sehingga terjalin hubungan yang sinergis dan saling
meuntungkan antara wisatawan dan penerima wisatawan yang dapat meningkatkan perumbuhan
ekonomi dan taraf hidup serta kesejahterahan masyarakat. Masyarakat penerima wisatawan
dapat terlibat secara langsung dan aktif dalam dunia pariwisata misalnya sebagai karyawan
sementara atau tetap di industri penyedia jasa pelayanan pariwisata seperti: biro perjalanan
wisata (travel agency), hotel, villa, bungalow, restoran, transportasi dan lain sebagainya.
Karakter utama atau cirri khas pariwisata adalah perjalanan (travel) dari suatu tempat ke tempat
lain. Perjalanan tersebut belum tentu dengan tujuan menginap, tetapi dilakukan untuk tujuan
bersenang-senang, mencari hiburan, dan berekreasi. Perjalanan wisata tersebut akan
mengakibatkan daerah tujuan wisata baik masyarakat maupun lingkungan terlibat secara
langsung yang biasanya meningkatkan produktifitas dan pendapatan masyarakat local (host
community).
Pariwisata adalah suatu ilmu yang memiliki dan memenuhi karakteristik sebagai suatu ilmu.
Dalam kaitannya dengan pariwisata sebagai ilmu, dapat pula dilihat dari dua sudut pandang objek
yaitu:sudut pandang terhadap sesuatu (objek forma) dan subtansi material (objek materi). Kajian
ilmu pariwisata dapat dipandang dari materinya yaitu wisatawan dan objek wisata. Kedua objek
dari pariwisata ini berkaitan dan berhubungan erat satu dengan yang lainnya. Secara lengkap
dapat digambarkan bahwa ilmu pariwisata terdiri dari empat objek yaitu:wisatawan, objek wisata,
pelayanan wisata, dan interaksi antara wisatawan dengan lingkungan objek wisata. Interaksi
antara wisatawan, objek wisata dan pelayanan mrupak objek prima dari ilmu pariwisata.
Interaksi antara wisatawan dengan objek wisata yang merupakan objek forma dari ilmu pariwisata
dapat dikaji lebih lanjut dengan lingkup kajian motif dan perilaku seperti: mengapa wisatawan
mengunjungi objek wisata tersebut?, apa yang memotifasi wiasatawan untuk mengunjungi obvjek
wisata tersebut?, dan apa yang dapat dilakukan di objek wisata tersebut?.Ini menandakan ilmu
pariwisata harus meminjam pengetahuan ilmiah lain seperti ilmu psikologi atau ilmu-ilmu lain
yang terkait dengan pembahasan tentang perilaku wisatawan tersebut diatas. Sedangkan objek
wisata yang merupakan objek materi dari ilmu pariwisata ternyata juga melibatkan disiplin ilmu
lainnya seperti: ekonomi, manajemen, pemasaran, geografi, konstruksi dan lain-lain.
Uraian singkat diatas menguatkan bahwa pariwisata adalah ilmu. Ilmu kepariwisataan merupakan
salah satu cabang dari ilmu-ilmu social yang bersifat deskriftif (descriptive), teoritis (theoretical),
dan praktis (practical) yang mempelajari tentang gejala dan kaitan secara menyeluruh tentang
motivasi berwisata, perjalanan wisatawan, dan interaksi-interaksinya yang berdampak pada
kehidupan social, ekonomi, dan budaya masyarakat serta etika yang berkembang dalam ruang
lingkup pariwisata.

1.2. Fokus dan Pengertian

Di era globalisasi seperti sekarang ini, dunia pariwisata merupakan salah satu asset terbesar di
Indonesia yang dapat memajukan atau mengembangkan perekonomian Indonesia. Tapi jika kita
melihat kemerosotan Indonesia dalam segala bidang jikan dibandingkan dengan negara lain,
sepertinya ada salah satu factor yang mendasari akibat kemerosotan Indonesia dalam segala hal,
factor tersebut adalah kurangnya pendalaman etika pada setiap diri manusia. Dalam pembahasan
makalah ini berikutnya, penulis ingin mengajak para pembaca untuk mengerti dan mempelajari
terlebih dahulu tentang dasar-dasar etika sebelum kita semua berusaha untuk mengangkat
Indonesia dari kemerosotan yang semakin mendalam. Dasar-dasar etika yang dimaksud adalah
(i) konsep etika, (ii) prinsip-prinsi etika; dan (iii) etika dalam dunia bisnis perhotelan.
Pertama, konsep etika ini menjelaskan tentang apa yang menjadi pengertian dasar dari etika itu
sendiri, selain itu juga memberikan pengertian tentang apa yang dimaksud dengan Etika Sosial
Politik.
Kedua, Prinsip-prinsip etika. Dalam pembahasan prinsip-prinsip etika ini, penulis ingin
membahas prinsip-prinsip apa saja yang harus dimengerti dan dipelajari sebelum kita sebagai
pelaku bisnis dalam menjalankan suatu operasional hotel dengan baik sehingga memberi image
yang baik kepada tamu atau konsumen.
Ketiga, Etika dalam dunia bisnis perhotelan. Etika dalam dunia bisnis perhotelan ini dibahas
dengan tujuan untuk memberikan pembelajaran tentang hal-hal apa saja yang perlu dilakukan
terlebih dahulu sebelum meningkat mutu dan kemampuan tenaga kerja atau karyawan yang ada
dalam sebuah hotel.
Contoh-contoh etika, perlu dibahas dalam makalah ini karena penulis merasa sering kali para
karyawan sebuah hotel sering tidak mengerti dan tidak diberikan contoh yang baik oleh
atasannya tentang bagaimana cara menerapkan etika yang baik dalam menyelesaikan pekerjaan
mereka sehari-hari di hotel.

2. Temuan Data

Konsep-konsep dasar etika antara lain adalah (Bertens, 2002): (i) ilmu yang mempelajari tentang
tingkah laku manusia serta azas-azas akhlak (moral) serta kesusilaan hati seseorang untuk
berbuat baik dan juga untuk menentukan kebenaran atau kesalahan dan tingkah Laku seseorang
terhadap orang lain; (ii) Etika Sosial adalah hal yang membahas tentang kewajiban serta norma-
norma social yang seharusnya dipatuhi dalam hubungan sesame manusia, masyarakat, Bangsa
dan Negara; (iii) Etika Sosial Politik adalah Bagaimana seseorang dalam suatu masyarakat
kenegaraan (yang menganut system tertentu) berhubungan secara politik dengan orang atau
kelompok masyarakat lain. Dalam melaksanakan hubungan politik itu, seseorang harus
mengetahui dan memahami norma-norma dan kewajiban- kewajiban yang harus dipatuhi.
Etika penelitian memiliki berbagai macam prinsip, namun terdapat empat prinsip utama yang
perlu dipahami oleh pembaca,yaitu: (i) Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for
human dignity); (ii) Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian (respect for privacy
and confidentiality); (iii) Keadilan dan inklusivitas (respect for justice and inclusiveness); dan (iv)
Mempehitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing hams and benefits).
Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain ialah: (i)
Pengendalian diri; (ii) Pengembangan tanggung jawab social (Social responbility); (iii)
Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya
perkembangan informasi dan teknologi; (iv) Menciptakan persaingan yang kuat; (v) Menerapkan
konsep pembangunan berkelanjutan; (vi) Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong,
Koneksi, Kolusi, Komisi); (vii) Mampu menyatakan yang benar itu benar; (viii) Menumbuhkan sikap
saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan pengusaha ke bawah; (ix) Konsekuen dan
konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama; (x) Menumbuhkembangkan
kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah disepakati; (xi) Perlu adanya sebagian etika
bisnis yang dituangkan dalam suatu hokum positif yang berupa peraturan perundang-undangan.
Dalam kegiatannya, pariwisata melibatkan banyak komponen yang saling berkaitan satu dengan
yang lainnya, seperti; jasa pelayanan pariwisata, social, ekonomi, budaya, politik, keamanan dan
lingkungan. Aktivitas pariwisata secara tidak langsung melibatkan kehidupan social baik itu
masyarakat sebagai pengunjung (visitor) dan wisatawan (tourist) maupun penyedia obyek
pariwisata dan penerima wisatawan.
Munculnya pariwisata tidak terlepas dari adanya dorongan naluri manusia yang selalu ingin
mengetahui dan mencari hal-hal yang baru, bagus, menarik, mengagumkan, dan menantang.
Sehingga orang-orang yang ingin mencari ha-hal tersebut diatas biasanya melakukan suatu
perjalanan ke luar daerah atau keluar dari kebiasaannya sehari-hari dalam kurun waktu tertentu.
Karakter utama atau cirri khas kegiatan pariwisata dari suatu tempat ke tempat yang lain.
Perjalanan tersebut tidak dengan tujuan menetap, tetapi dilakukan untuk tujuan bersenang-
senang, mencarai hiburan, dan berekresi. Perjalanan wisata tersebut akan mengakibatkan daerah
tujuan wisata baik masyarakat maupun lingkungan terlibat secara langsung yang biasanya
meningkatakan produktifitas dan pendapatan masyarakat local (host community).

2.1. Etika dan Kebijakan Perilaku Usaha

Etika dan kebijakan perilaku usaha meringkas beberapa prinsip-prinsip penting yang
memberikan panduan bagi Personil dalam melaksanakan tanggung jawab mereka. baik Direksi
maupun Manajement Perusahaan bertekad untuk mempertahankan reputasi perusahaan demi
integritas dan keadilan dalam melakukan trasaksi usaha dengan pihak lain dan didalam
komunitas dimana perusahaan berkantor dan beroperasi. Penyimpangan dari standart-standart
yang telah ditentukan tidak akan ditolerir. Individu yang melanggar Etika dan Kebijakan Perilaku
Usaha dapat dibebas tugaskan atau dikenakan tindakan disiplin lainnya yang sesuai. Oleh
karenanya, seluruh Personil yang dipekerjakan oleh atau yang terafiliasi dengan Perusahaan
diharapkan mengetahui dan mematuhi kebijakan ini. Untuk tujuan ini, seluruh Personil yang
dianggap perlu akan diminta untuk memberikan Surat Pernyataan Tahunan Etika Usaha/Benturan
Kepentingan.

2.2. Etika Bertamu

Untuk orang yang mengundang suatu pertemuan, hendaknya memperhatikan berikut ini: (i)
Hendaknya mengundang orang-orang yang bertaqwa, bukan orang yang fasiq; (ii) Jangan hanya
mengundang orang-orang kaya untuk jamuan dengan mengabaikan orang-orang fakir; (iii)
Undangan jamuan hendaknya tidak diniatkan berbangga-bangga dan berfoya-foya, akan tetapi
niat untuk membahagiakan teman-teman/sahabat; (iv) Tidak memaksakan diri untuk
mengundang tamu; (v) Jangan anda membebani tamu untuk membantumu, karena hal ini
bertentangan dengan kewibawaan; (vi) Jangan kamu menampakkan kejemuan terhadap tamumu,
tetapi tampakkanlah kegembiraan dengan kehadirannya, bermuka manis dan berbicara ramah;
(vii) Hendaklah segera menghidangkan makanan untuk tamu, karena yang demikian itu berarti
menghormatinya; (viii) Jangan tergesa-gesa untuk mengangkat makanan (hidangan) sebelum
tamu selesai menikmati jamuan; dan (ix) Mengantar tamu hingga di luar pintu rumah. Ini
menunjukkan penerimaan tamu yang baik dan penuh perhatian.
Sedangkan untuk orang yang diudang dalam suatu pertemuan, hendaknya memperhatikan
beberapa hal berikut ini: (i) memenuhi undangan dan tidak terlambat; (ii) membedakan undangan
orang fakir dengan undangan orang yang kaya, karena tidak memenuhi undangan orang fakir
merupakan pukulan (cambuk) terhadap perasaannya; (iii) Jangan tidak hadir sekalipun sedang
berpuasa; (iv) Jangan terlalu lama menunggu disaat bertamu karena ini memberatkan yang punya
rumah juga jangan tergesa-gesa dating karena membuat yang punya rumah kaget sebelum
semuanya siap; (v) Bertamu tidak boleh lebih dari tiga hari, kecuali kalau tuan rumah memaksa
untuk tinggal lebih dari itu; (vi) Hendaknya pulang dengan hati lapang dan memaafkan
kekurangan apa saja yang terjadi pada tuan rumah; dan (vii) Hendaknya mendoakan untuk orang
yang mengundangnya seusai menyantap hidangannya.
Etika dalam mengangkat telepon antara lain: (i) menyebutkan salam; (ii) menyebutkan tempat
dimana kita bekerja; (iii) nama (dengan Agus); dan (iv) jasa (dapat dibantu).

3. Pembahasan
3.1. Konsep Etika

Etika adalah Ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku manusia serta azas-azas akhlak (moral)
serta kesusilaan hati seseorang untuk berbuat baik dan juga untuk menentukan kebenaran atau
kesalahan dan tingkah laku seseorang terhadap orang lain. Etika Sosial adalah Hal yang
membahas tentang kewajiban serta norma-norma social yang seharusnya dipatuhi dalam
hubungan sesame manusia, masyarakat, Bangsa dan Negara. Etika Sosial Politik adalah
Bagaimana seseorang dalam suatu masyarakat kenegaraan (yang menganut system tertentu)
berhubungan secara politik dengan orang atau kelompok masyarakat lain. Dalam melaksanakan
hubungan politik itu, seseorang harus mengetahui dan memahami norma-norma dan kewajiban-
kewajiban yang harus dipatuhi.

3.2. Prinsip-Prinsip Etika


Etika berasal dari bahasan Yunani Kuno yaitu Ethos. Istilah etika bila ditinjau daari aspek
etimologis memiliki makna kebiasaan dan peraturan perilaku yang berlaku dalam masyarakat.
Menurut pandangan Sastrapratedja (2004), etika dalam konteks fisafat merupakan refleksi
filsafati atas moralitas masyarakat sehingga etika disebut pula sebagai filsafat moral. Etika
membantu manusia untuk melihat secara kristis moralitas yang dihayati masyarakat, etika juga
membantu kita untuk merumuskan pedoman etis yang lebih kuat dan norma-norma baru yang
dibutuhkan karena adanya perubahan yang dinamis dalam tata kehidupan masyarakat.
Sedangkan etika dalam profesi perhotelan lebih menunjuk pada prinsip-prinsip etis yang
diterapkan.
Etika memiliki berbagai macam prinsip, namun terdapat empat prinsip utama yang perlu
dipahami oleh pembaca yaitu: menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human
dignity), menghormati privasi dan kerahasiaan subyek (respect for privacy and confidentiality),
keadilan dan inklutivisitas (respect for justice and inclusiveness), dan memperhitungkan manfaat
dan kerugian yang ditimbuilkan (balancing hams and benefits).
Prinsip pertama perlu mempertimbangkan hak-hak subyek untuk mendapatkan informasi yang
terbuka berkaitan dengan jalannya operasional serta memiliki kebebasan menentukan pilihan
dan bebas dari paksaan untuk berpartisipasi dalam kegiatan operasional (autonomy). Beberapa
tindakan yang terkait dengan prinsip menghormati harkat dan martabat manusia adalah:
mempersiapkan formulir persetujuan subyek (informed consent) yang terdiri dari: (1) penjelasan
manfaat operasional, (2) penjelasan kemungkinan resiko dan ketidaknyamanan yang dapat
ditimbulkan, (3) penjelasan manfaat yang didapatkan, (4) persetujuan subyek dapat
mengundurkan diri kapan saja, dan (5) jaminan anonimitas dan kerahasiaan. Prinsip kedua, setiap
manusai memiliki hak-hak dasar individu termasuk informasi yang bersifat pribadi. Sedangkan
tidak semua orang menginginkan informasinya diketahui oleh orang lain, sehingga perlu
memperhatikan hak-hak dasar individu tersebut. Dalam aplikasinya orang lain tidak boleh
menampilkan informasi mengenai identitas baik nama maupun alamat asal subyek dalam
kuesioner dan alat ukur apapun untuk menjaga anonimitas dan kerahasiaan identitas subyek.
Prinsip ketiga, prinsip keadilan memiliki konotasi keterbukaan dan adil. Untuk memenuhi prinsip
keterbukaan, maka harus dilakukuan secara jujur, hati-hati, professional, berperikemanusiaan,
dan memperhatikan factor-faktor ketepatan, keseksamaan, intimitas, psikologi serta perasaan
religius subyek. Keadilan memiliki bermacam-macam teori, namun yang terpenting adalah
bagaimanakah keuntungan dan beban harus didistribusikan di antara kelompok masyarakat.
Prinsip keadilan menekankan sejauh mana kebijakan membagikan keuntungan dan beban secara
merata atau menurut kebutuhan, kemampuan, kontribusi, dan pilihan bebas masyarakat. Prinsip
keempat, melaksanakan operasional sesuai dengan prosedur operasional guna mendapatkan
hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin bagi subyek operasional dan dapat dijeneralisasikan
di tingkat populasi (beneficence). Operasional memaksimalkan dampak yang merugikan bagi
subyek (nonmaleficence). Apabila intervensi operasional berpotensi mengakibatkan cedera atau
stress tambahan maka subyek dikeluarkan dari kegiatan operasional untuk mencegah terjadinya
cedera, kesakitan, stress, maupun kematian subyek operasional.

3.3. Etika Dalam Dunia Bisnis Perhotelan

Apabila moral merupakan sesuatu yang mendorong orang untuk melakukan kebaikan etika
bertindak sebagai rambu-rambu (sign) yang merupakan kesepakatan secara rela dari semua
anggota suatu kelompok. Dunia bisnis yang bermoral akan mampu mengembangkan etika
(patokan/rambu-rambu) yang menjamin kegiatan perhotelan yang seimbang, selaras dan serasi.
Etika sebagai rambu-rambu dalam suatu kelompok masyarakat akan dapat membimbing dan
mengingatkan anggotanya kepada suatu tindakan yang terpuji (good conduct) yang harus selalu
dipatuhi dan dilaksanakan. Etik didalam bisnis perhotelan sudah tentu harus disepakati oleh
orang-orang yang berada dalam kelompok bisnis serta kelompok yang terkait lainnya. Mengapa?
Dunia bisnis, tidak ada yang menyangkut hubungan antara pengusaha dengan pengusaha, tetapi
mempunyai kaitan secara nasional bahkan internasional. Tentu dalam hal ini, untuk mewujudkan
etika dalam berbisnis perlu pembicaraan yang transparan antara semua pihak, baik pengusaha,
pemerintah, masyarakat maupun bangsa lain agar jangan hanya satu pihak saja yang
menjalankan etika sementara pihak lain berpijak pada apa yang mereka inginkan. Artinya kalau
ada pihak terkait yang tidak mengetahui dan menyetujui adanya etika moral dan etika, jelas apa
yang disepakati oleh kalangan bisnis perhotelan tadi tidak akan pernah bias terwujud. Jadi, jelas
untuk menghasilkan suatu etika didalam bisnis perhotelan yang menjamin adanya kepedulian
anatara satu pihak dan pihak lain tidak perlu pembicaraan yang bersifat global yang mengarah
kepada suatu aturan yang tidak merugikan siapapun dalam perekonomian.
Dalam menciptakan etika bisnis perhotelan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain
adalah: (i) pengendalian diri; (ii) pengembangan tanggung jawab; (iii) memiliki sikap; (iv)
Persaingan yang sehat; (v) pengembangan berkelanjutan; (vi) menghindari 5 K; (vii) menyatakan
kebenaran; (viii) Konsekwen; (ix) kesadaran rasa memiliki; (x) patuh pada perundangan yang
berlaku.
Pertama, pengendalian diri. Para pelaku bisnis perhotelan dan pihak yang terkait mampu
mengendalikan diri mereka masing-masing untuk tidak memperoleh apapun dari siapapun dan
dalam bentuk apapun. Disamping itu, pelaku bisnis perhotelan itu sendiri tidak mendapatkan
keuntungan dengan jalan main curang dan menekan pihak lain dan menggunakan keuntungan
tersebut walaupun keuntungan itu merupakan hak bagi pelaku bisnis perhotelan, tetapi
penggunaanya juga harus memperhatikan kondisi masyarakat sekitarnya. Inilah etika bisnis yang
etis.
Kedua, Pengembangan Tanggung Jawab Sosial (social responbility). Pelaku bisnis perhotelan
disini dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya dalam bentuk uang
dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan lebih kompleks lagi. Artinya sebagai contoh
kesempatan yang dimiliki oleh pelaku bisnis perhotelan untuk menjual pada tingkat harga yang
tinggi sewaktu terjadinya excess demand harus menjadi perhatian dan kepedulian bagi pelaku
bisnis perhotelan dengan tidak memanfaatkan kesempatan ini untuk meraup keuntungan yang
berlipat ganda. Jadi, dalam keadaan excess demand pelaku bisnis perhotelan harus mampu
mengembangkan dan memanifestasikan sikap tangguing jawab terhadap masyarakat sekitarnya.
Ketiga, Memiliki sikap (Mempertahankan Jati Diri Dan Tidak Mudah Untuk Terombang-ambing
Oleh Pesatnya Perkembangan Informasi Dan Teknologi). Bukan berarti etika bisnis perhotelan
anti perkembangan informasi dan teknologi, tetapi informasi dan teknologi itu harus
dimanfaatkan untuk meningkatkan kepedulian bagi golongan yang lemah dan tidak kehilangan
budaya yang dimiliki akibat adanya tranformasi informasi dan teknologi.
Keempat, Menciptakan Persaingan Yang Sehat. Persaingan dalam dunia bisnis perhotelan perlu
untuk menghasilkan efisiensi dan kualitas, tetapi persaingan tersebut tidak mematikan yang
lemah, dan sebaiknya harus terdapat jalinan yang erat antara pelaku bisnis perhotelan besar dan
golongan menengah kebawah, sehingga dengan perkembangannya perusahaan besar mampu
memberikan spread effect terhadap perkembangan sekitarnya. Untuk itu dalam menciptakan
persaingan perlu ada kekuatan-kekuatan yang seimbang dalam dunia bisnis perhoteln tersebut.
Kelima, Menerapkan Konsep Perkembangan Berkelanjutan. Dunia bisnis perhotelan seharusnya
tidak memikirkan bagaimana dengan keadaan dimasa mendatang. Berdasarkan ini jelas pelaku
bisnis perhotelan dituntut tidak meng-eksploitasi lingkungan dan keadaan saat sekarang
semaksimal mungkin tanpa mempertimbangkan lingkungan dan keadaan dimasa dating
walaupun saat sekarang merupakan kesempatan untuk memperoleh keuntungan besar.
Keenam, Menghindari Sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi, dan Komisi). Jika
pelaku bisnis perhotelan sudah mampu menghindari sikap seperti ini, kita yakin tidak akan terjadi
lagi apa yang dinamakan dengan korupsi, manipulasi, dan segala bentuk permainan curang
dalam dunia bisnis ataupun berbagai kasus yang mencemarkan nama bangsa dan negara.
Ketujuh, Mampu Menyatakan Yang Benar Itu Benar. Artinya, kalau pelaku bisnis perhotelan itu
memang tidak wajar untuk menerima kredit (sebagai contoh) karena persyaratan tidak bias
dipenuhi, jangan menggunakan katabelece dari koneksi serta melakukan kongkalikong
dengan data yang salah. Juga jangan memaksa diri untuk mengadakan kolusi serta memberikan
komisi kepada pihak yang terkait.
Kedelapan, menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan
pengusaha kebawah. Untuk menciptakan kondisi bisnis perhotelan yang Kondusif harus ada
saling percaya (trust) antara golongan pengusaha kuat dengan golongan pengusaha lemah agar
penguisaha lemah mampu berkembang bersama dengan pengusaha lainnya yang sudah besar
dan mapan. Yang selama ini kepercayaan itu hanya ada antara pihak golongan kuat, saat
sekarang sudah waktunya memberikan kesempatan kepada pihak menengah untuk berkembang
dan berkiprah dalam dunia bisnis.
Kesembilan, konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama. Semua
konsep etiak bisnis perhotelan yang telah ditentukan tidak akan dapat terlaksana apabila setiap
orang tidak mau konsekuen dan konsisten dengan etika tesebut. Mengapa? Seandainya semua
etika bisnis perhotelan telah disepakati, sementara ada oknum, baik pengusaha sendiri maupun
pihak yang lain mencoba untuk melakukan kecurangan demi kepentingan pribadi, jelas semua
konsep etika bisnis perhotelan itu akan gugur satu demi satu.
Kesepupuluh, menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah
disepakati. Jika etika ini telah dimiliki oleh semua pihak, jelas semua memberikan suatu
ketentraman dan kenyamanan dalam berbinis.
Kesebelas, perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hukum positif yang
berupa peraturan perundang-undangan. Hal ini untuk menjamin kepastian hokum dari etika
bisnis perhotelan tersebut, seperti proteksi terhadap pengusaha lemah. Kebutuhan tenaga
dunia bisnis perhotelan yang bermoral dan beretika saat sejkarang ini sudah dirasakan dan
sangat diharapkan semua pihak apalagi dengan semakin pesatnya perkembangan globalisasi
dimuka bumi ini. Dengan adanya moral dan etika dalam dunia bisnis perhotelan serta kesadaran
semua pihak untuk melaksanakannya, kita yakin itu akan dapat diatasi, serta optimis salah satu
kendala dalam menghadapi tahun 2010 dapat diatasi.

3.4. Etika Di Bidang Perhotelan Bagian Front Office


Berikut ini, diuraikan sejumlah contoh etika dibagian Front Office perhotelan antara lain: (i) etika
menyambut tamu; (ii) etika berkomunikasi menerima telepon; (iii) etika pelayanan; dan (iv) etika
koordinasi yang baik dengan departement lain.
Pertama, etika menyambut tamu antara lain dilakukan dengan: (i) Sambut dan berikan respons
kepada tamu secepatnya; (ii) Jika memungkinkan sapa tamu dengan menyebut namanya; (iii)
Lakukan kontak mata dan tunjukkan ekspresi yang positif, senyum dan sapa para tamu dengan
ramah dan sopan; (iv) Perlakukan semua tamu sebagai individu-individu; (v) Segera beri perhatian
pada tamu; (vi) tunjukkan kepada tamu bahwa mereka adalah orang penting; (vii) Perhatikan
barang-barang bawahan mereka; dan (viii) Arahkan tamu ke tempat registrasi.
Kedua, etika berkomunikasi menerima dan mengangkat telepon antara lain: (i) Menyebutkan
salam; (ii) Menyebutkan tempat dimana kita bekerja; (ii) Menyebutkan nama (Dengan arinda
disini); (iii) Menawarkan jasa (dapat dibantu); (iv) Mengucapkan kalimat yang jelas; (v) Bicara
dengan jelas dan ringkas (hindari penggunaan jargon, pastikan lawan bicara paham dengan
maksud anda, rencanakan tujuan panggilan, kontak yang tepat, siapkan informasi); (vi) Sopan
(jangan mengangkat telepon dalam keadaan marah, sopan dalam bertutur kata,peka dengan
nada suara lawan bicara,tersenyum, jangan berbicara sambil makan/merokok); (vii) Kendalikan
Pembicaraan; (viii) Bicaralah dengan satu orang saja.
Ketiga, etika pelayanan yang baik dilakukan dengan (i) Dapat memberikan pelayanan yang baik
terhadap tamu yang bermacam sifat dan golongan serta bahasa dengan tidak membedakan
pelayanan; dan (ii) Dapat menghindarkan kegagalan tugas pada setiap keinginan pribadinya
sendiri.
Keempat, etika koordinasi yang baik dengan departement lain diantaranya: (i) Dapat mengikuti
prosedur kerja dengan baik serta mentaati aturan yang telah ditetapkan oleh pimpinannya
maupun perusahaan; dan (ii) Mempunyai kerjasama yang baik dengan rekan sekerja/petugas di
bagian lain dengan tujuan untuk meningkatkan pelayanan yang baik.

3.5. Etika Para Personal Hotel

Etika para personel hotel yang perlu diperhatikan adalah (i) etika kepribadian; (ii) etika berpakaian
seragam (Uniform); dan (iii) etika kebersihan badan/penampilan.
Pertama, etika kepribadian yang dilakukan antara lain: (i) kejujuran; (ii) kedisiplinan; (iii) dapat
bekerja sama; (iv) mampu menjual. Kedua, etika berpakaian seragam (uniform) terdiri dari: (i)
Jaga kebersihan dan kerapian pakaian seragam; (ii) Gunakan sepatu standart department, kaos
kaki warna gelap untuk pria dan stocking warana kulit untuk wanita; (iii) Hanya diperbolehkan
memakai jam tangan dan cicin kawin saja, khusus wanita boleh memakai anting sederhana; (iv)
Persiapkan kelengkapan kerja seperti name tag, pena, dan buku catatan sebelum bekerja. Ketiga,
etika kebersihan badan/penampilan antara lain: (i) Mandi dan sikat gigi secara teratur; (ii) Kuku
harus pendek, jangan gunakan cat kuku; (iii) Untuk pria rambut harus pendek, rapi, tidak
berjenggot, tidak berjambang, dan tidak berkumis; (iv) Untuk wanita rambut panjang diikat dan
disisir rapi; (v) Warna rambut tidak boleh dicat/diwarnai. Keempat, etika perilaku/ kebiasaan
antara lain: (i) Sopan dan ramah khususnya pada tamu; (ii) Gunakan bahasa yang baik; (iii)
Cobalah mengingat kesenangan dari tamu (makanan, minuman, atau tempat duduk); (iv) Jangan
menelantarkan tamu dan memperbaiki ucapan tamu; (v) Dilarang bersiul, mengunyah, merokok,
bersandar, bergurau, dan berdiri berkelompok membicarakan masalah pribadi; dan (vi) Matikan
handphone saat bekerja

3.6. Etika Mengundang Tamu Ke Hotel


Pada bagian ini diuraikan tentang (i) etika saat bertamu, dan (ii) etika bagi para tamu. Pertama,
etika saat mengundang tamu hendaknya memperhatikan hal-hal berikut iniL (i) Hendaknya
mengundang orang-orang yang bertaqwa, bukan orang yang fasiq; (ii) Jangan hanya
mengundang orang-orang kaya untuk jamuan dengan mengabaikan orang-orang fakir; (iii)
Undangan jamuan hendaknya tidak diniatkan berbangga-bangga dan berfoya-foya, akan tetapi
niat untuk membahagiakan teman-teman/sahabat; (iv) Tidak memaksakan diri untuk
mengundang tamu; (v) Jangan anda membebani tamu untuk membantumu, karena hal ini
bertentangan dengan kewibawaan; (vi) Jangan kamu menampakkan kejemuan terhadap tamumu,
tetapi tampakkanlah kegembiraan dengan kehadirannya, bermuka manis dan berbicara ramah;
(vii) Hendaklah segera menghidangkan makanan untuk tamu, karena yang demikian itu berarti
menghormatinya; (viii) Jangan tergesa-gesa untuk mengangkat makanan (hidangan) sebelum
tamu selesai menikmati jamuan; (ix) Mengantar tamu hingga di luar pintu rumah. Ini
menunjukkan penerimaan tamu yang baik dan penuh perhatian.
Adapun etika bagi para tamu antara lain adalah: (i) Hendaknya memenuhi undangan dan tidak
terlambat; (ii) Hendaknya tidak membedakan undangan orang fakir dengan undangan orang yang
kaya, karena tidak memenuhi undangan orang fakir merupakan pukulan (cambuk) terhadap
perasaannya; (iii) Jangan tidak hadir sekalipun sedang berpuasa; (iv) Jangan terlalu lama
menunggu disaat bertamu karena ini memberatkan yang punya rumah juga jangan tergesa-gesa
dating karena membuat yang punya rumah kaget sebelum semuanya siap; (v) Bertamu tidak boleh
lebih dari tiga hari, kecuali kalau tuan rumah memaksa untuk tinggal lebih dari itu; (vi) Hendaknya
pulang dengan hati lapang dan memaafkan kekurangan apa saja yang terjadi pada tuan rumah;
(vii) Hendaknya mendoakan untuk orang yang mengundangnya seusai menyantap hidangannya.

4. Penutup
4.1. Kesimpulan
Etika merupakan salah satu hal terpenting yang harus dimiliki setiap karyawan atau staf hotel
yang berperan penting dalam menunjang operasional sebuah hotel. Dengan adanya etika yang
tertanam di lubuk hati setiap staf maupun pelaku bisnis hotel maka mereka semua akan lebih
merasa bertanggung jawab dan memperhatikan setiap kekurangan yang mereka perbuat
sehingga para staf maupun pelaku bisnis hotel akan berusaha mengurangi kegagalannya serta
akan berfikir dua kali bila para staf maupun pelaku bisnis hotel akan melakukan kesalahan untuk
kedua kalinya. Penerapan etika yang dilakukan dalam sebuah hotel meliputi tahapan sebagai
berikut: (i) konsep etika; (ii) prinsip-prinsip etika; (iii) etika dalam dunia bisnis perhotelan.
Melalui konsep etika, dalam diri masing-masing personal, dipastikan sudah mengerti dengan
jelas apakah yang dimaksud dengan etika dan etika sosial politik mereka sehari-hari.
Prinsip-prinsip etika harus dilaksanakan menurut apa yang sudah ditetapkan oleh pihak hotel itu
sendiri. Jadi setelah para staf serta pelaku bisnis hotel mempelajari dan mengerti tentang konsep
etika alangkah baiknya bila staf hotel tersebut juga memahami dan mempelajari prinsip-prinsip
apa saja yang telah ditetapkan oleh pihak hotel serta berusaha untuk dapat menerapkan prinsip-
prinsip tersebut dalam melakukan atau menyelesaikan tugas dan kewajibannya selama bekerja
di hotel.
Untuk tahap yang sangat penting ini para staf maupun pelaku hotel harus benar-benar dapat
bekerja sesuai kode etik yang telah ditetapkan dalam sebuah hotel .namun dari diri masing-
masing staf pasti memiliki sesuatu kekirangan yang mungkin sudah bawaan sejak lahir tapi
alangkah baiknya etika dalam dunia bisnis perhotelan tersebet dapat dilakukan sedini mungkin
yang dapat dilakukan mulai dari niat para staf itu sendiri untuk mau mempelajari dan menerapkan
dalam kehidupannya misalnya seperti pengendalian diri sendiri untuk tidak memperoleh apapun
dari siapapun dalam bentuk apapun, selain itu juga para staf maupun pelaku bisnis hotel mampu
menghindari sifat 5K (Katabelece, kongkalikong, koneksi, kolusi dan komisi). Jika para staf dan
pelaku bisnis hotel mampu menghindari sikap sepertu ini, kita yakin tidak akan terjadi lagi apa
yang dinamakan dengan korupsi, mapulasi dan segala bentuk permainan curang dalam dunia
bisnis hotel ataupun berbagai kasus yang mencemari nama baik bangsa dan negara.

4.2. Saran
Masalah yang sering timbul atau muncul seputar penerapan Etika adalah kurangnya pemahaman
yang mendasar tentang Etika pada diri masing-masing personal staf maupun pelaku bisnis hotel.
Jika ini terjadi dalam pelaksanaan operasional suatu hotel maka seharusnya sebelum para calon
pekerja hotel diluluskan dalam sebuah penyeleksian masuknya para personel baru seharusnya
dilakukan terlebih dahulu sebuah test dimana dalam test tersubut dapat menilai seberaba
jauhkah penerapan etikanya. Kurangnya penerapan etika dalam diri masing-masing personal
dapat mengancam reputasi dan kejayaan dari hotel tersebut alasannya karena bila salah satu atau
lebih personal melakukan suatu kesalahan akibat kurangnya penerapan etika dalam dirinya pasti
akan membuat para tamu menjadi komplain bahkan membawa dampak yang buruk bagi hotel
contohnya seperti menyebar luaskan kesalahan dari salah satu staf tersebut walaupun
kesalahannya hanya sedikit. Oleh sebab itu, tanamkan sejak dini etika dalam diri kita masing-
masing sebelum kita melakukan kesalahan akibat kurangnya etika dalam diri kita yang dapat
merugikan orang lain.

Kepustakaan

K. Bertens. 2002. Etika. PT. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta


www. Google. Com.
1. Etika. Bondan Palestin. Wednesday, October 18, 2006. Prinsip-Prinsip
Etika Penelitian Ilmiah
2. Etika . Ritha F. Dalimunthe . Etika Bisnis .
3. Etika . I Nengah Subadra,S,S,M.Par . Welcome To Bali Tourism Watch :
Pariwisata Sebagai Ilmu dan Profesi.
1. Etika . Berliner Morgenpost . Febuary 01, 2006 . Mata Pelajaran Etika
Haruslah Melatih Kemampuan Beropini.
2. Etika . June 16, 2006 . Belajar..Belajar..Belajar..::Etika Saat Bertamu
3. Etika . Agus Mariyadi . Etika Berkomunikasi Menerima Telepon.

Anda mungkin juga menyukai