Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

BISNIS DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN

Nama Kelompok 8 :
1. Tyas Ayu Permadani
2. Sulaiman
3. Aldi Rizky Gilang Wardani

PRODI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN
2020

[I]
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA
sehingga kami dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Tidak lupa kami
juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari seluruh komponen yang
telah membantu dalam penyelesaian makalah yang berjudul “Bisnis dan Perlindungan
Konsumen”
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, serta seluruh Masyarakat Indonesia khususnya para
mahasiswa untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah ini agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun
pengalaman kami, kami yakin dalam pembuatan makalah kali ini masih banyak
ditemukan kekurangan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini

Lamongan, 22 Februari 2020

Penulis

DAFTAR ISI

[II]
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. I
KATA PENGANTAR ..........................................................................................II
DAFTAR ISI .......................................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
2.1 Rumusan Masalah ........................................................................................1
3.1 Tujuan ...........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
2.1 Pengertian Bisnis ..........................................................................................2
2.2 Konsumen dan Dasar Perlindungan Konsumen............................................3
2.3 Badan Perlindungan Konsumen Nasional.....................................................4
2.4 Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen....................................................4
2.5 Hak dan Kewajiban Konsumen.....................................................................5
2.6 Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha................................................................6
2.7 Sanksi bagi Pelaku Usaha yang Merugiakan Konsumen..............................7
BAB III PENUTUP ...............................................................................................9
3.1 Kesimpulan....................................................................................................9
3.2 Saran .............................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................10

[III]
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagaimana kita ketahui, bisnis adalah suatu organisasi yang menyediakan barang
dan jasa untuk mendapatkan profit. Sementara profit adalah perbedaan antara pendapatan
suatu bisnis dan beban – bebannya. Kendati aktivitas bisnis lebih berorientasi pada profit,
tapi etika dan moralitas senantiasa dijunjung tinggi, baik jika berorientasi
pada trust (kepercayaan). Etika adalah kepercayaan tentang apa yang benar dan salah atau
baik dan buruk dalam tindakan yang mempengaruhi yang lain.
Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan jasa yang tersedia dalam
masyarakat, baik untuk kepentingan pribadi, keluarga maupun makhluk hidup lain, dan
tidak untuk diperdagangkan. Konsumen juga mempunyai perlindungan yang sering
disebut perlindungan konsumen. Pengertian perlindungan konsumen adalah segala upaya
yang menjamin adanya kepastian hukum untuk member perlindungan kepada konsumen.
Perlindungan konsumen merupakan bagian tak terpisahkan dari kegiatan bisnis yang
sehat. Dalam kegiatan bisnis yang sehat terdapat keseimbangan perlindungan hukum
antara konsumen dengan produsen. Tidak adanya perlindungan yang seimbang
menyebabkan konsumen pada posisi yang lemah. Kerugian-kerugian yang dialami oleh
konsumen dapat timbul sebagai akibat dari adanya hubungan hukum perjanjian antara
produsen dengan konsumen, maupun akibat dari adanya perbuatan melanggar hukum
yang dilakukan oleh produsen.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah bisnis yang dijalankan oleh produsen sudah memuaskan konsumen atau
tidak?
2. Bagaimana hukum perlindungan konsumen di Indonesia ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui bisnis yang dijalankan oleh produsen sudah memuaskan konsumen atau
tidak.
2. Mengetahui hukum perlindungan konsumen di Indonesia.

[1]
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bisnis


Dalam Islam, diajarkan bahwa untuk menguasai kekuatan ekonomi, maka budaya
bisnis harus dijunjung tinggi. Bisnis, merupakan jalan cepat untuk kaya, seperti
Rasulullah sabdakan : “Sembilan per-sepuluh sumber rizki itu dari
perdagangan”(HR.Tirmidzi). Bisnis merupakan jalan cepat masuk surga seperti
disampaikan Rasulullah : “Pedagang yang jujur dan amanah (akan ditempatkan) beserta
para nabi, shidiqin dan para syuhada”(HR.Tt-Tirmidzi). Bahkan kita kenal betul bahwa
10 sahabat Rasulullah yang dijamin masuk surga ternyata Sembilan diantranya adalah
pedagang dan pembisnis.
Bisnis menurut Boone dan Kurtz (2002; 8), terdiri dari semua aktivitas yang bertujuan
mencari laba dan perusahaan yang menghasilkan barang serta jasa yang dibutuhkan oleh
sebuah system ekonomi. Sebagian bisnis menghasilkan barang – barang berwujud, mobil,
sereal untuk makan pagi, dan chip – chip computer. Sebagian lainya memproduksi jasa
asuransi, konser music, penyewaan mobil, dan penginapan. Sementara Hughes dan
Kapoor dalam Alma (1998; 21) menyatakan : Business is the organized  effort on
individuals to produce and sell for a profit, the goods and services that statisfy societ’s
needs. The general term business referes to all such within a society or within an
industry. Artinya adalah, bisnis merupakan suatu kegiatan usaha individu yang
terorganisasi untuk menghasilkan dan menjual barang dan jasa guna mendapatkan
keuntungan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Secara umum kegiatan ini ada di
dalam masyarakat, dan ada dalam industry. Jadi, orang yang berusaha menggunakan uang
dan waktunya dengan menanggung dan mengelolah risiko dalam menjalankan kegiatan
bisnis disebut entrepreneur. Untuk menjalankan kegiatan bisnis maka entrepreneur hurus
mampu mengkombinasikan empat macam sumber yaitu material, human, financial dan
informasi.
Bisnis adalah suatu organisasi yang menyediakan barang atau jasa untuk mendapatkan
profit. Dalam kegiatan bisnis, setidaknya perlu mengetahui :
1. Titik permulaan dalam manajemen yang efektif adalah menentukan tujuan. Dalam
pengelolaan bisnis, manajemen harus mengetahui ke mana arah bisnis akan dibawa.
2. Mengetahui lingkunagan bisnis. Lingkungan bisnis dibedakan menjadi 2 (dua) bagian,
yakni lingkungan internal dan eksternal. Lingkungan internal terdiri atas karya

[2]
manajemen, pemegang saham, modal dan peralatan fisik serta informasi. Sementara
lingkungan eksternal terdiri dari dua komponen, yakni lingkungan khusus dan umum.
3. Mengetahui lingkungan khusus di mana kegiatan bisnis itu dilakukan. Hal ini
berkaitan dengan keadaan konsumen, pemasok, pesaing, dan kelompok kepentingan
(pressure group).
4. Mengetahui lingkungan umum, meliputi berbagai faktor, antara lain kondisi ekonomi,
politik dan hukum, social budaya, demografi serta teknologi dan kondisi global.

2.2 Konsumen dan Dasar Perlindungan Konsumen


Konsumen secara harfiah memiliki arti, orang atau perusahaan yang membeli barang
tertentu atau menggunakan jasa tertentu, atau sesuatu atau seseorang yang menggunakan
suatu persediaan atau sejumlah barang. Dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen mendefinisikan konsumen sebagai setiap orang pemakai
barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri,
keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk
diperdagangkan. Berdasarkan dari pengertian tersebut, yang dimaksud konsumen orang
yang berstatus sebagai pemakai barang dan jasa.
Pembeli atau konsumen seharusnya menerima barang dalam kondis baik dan dengan
harga yang wajar. Mereka juga harus diberi tahu bila terdapat kekurangan terhadap suatu
barang. Islam melarang praktek yang berhubungan dengan kosumen atau pembeli seperti
penggunaan alat ukur atau timbangan yang tidak tepat, penimbunan dan manipulasi
harga, penjualan barang palsu atau rusak, bersumpah untuk mendukung sebuah penjualan,
membeli barang – barang curian, larangan mengambil bunga atau riba dll.
Hukum perlindungan konsumen yang berlaku di Indonesia memiliki dasar hukum
yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Dengan adanya dasar hukum yang pasti,
perlindungan terhadap hak-hak konsumen bisa dilakukan dengan penuh optimisme.
Hukum Perlindungan Konsumen merupakan cabang dari Hukum Ekonomi. Alasannya,
permasalahan yang diatur dalam hukum konsumen berkaitan erat dengan pemenuhan
kebutuhan barang / jasa. Pada tanggal 30 Maret 1999, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
telah menyepakati Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang perlindungan konsumen
untuk disahkan oleh pemerintah setelah selama 20 tahun diperjuangkan. RUU ini sendiri
baru disahkan oleh pemerintah pada tanggal 20 april 1999.

[3]
2.3 Badan Perlindungan Konsumen Nasional
Dalam rangka mengembangkan upaya perlindungan konsumen dibentuk Badan
Perlindungan Konsumen Nasional. Badan Perlindungan Nasional berkedudukan di
Ibukota Negara Republik Indonesia dan bertanggung jawab kepada Presiden (pasal 2 ayat
1 Peraturan Pemerintah Nomor 57 tahun 2001 tentang Badan Perlindungan Konsumen
Nasional). Apabila dipandang perlu Badan Perlindungan Konsumen Nasional dapat
membentuk perwakilan di ibukota daerah propinsi untuk membantu pelaksanaa fungsi
dan tugasnya.
Badan Perlindungan Konsumen Nasional mempunyai fungsi memberikan saran dan
pertimbangan kepada pemerintah dalam upaya mengembangkan perlindungan konsumen
di Indonesia. Untuk menjalankan fungsi Badan Perlindungan Konsumen Nasional
mempunyai tugas:
1. Memberikaan saran dan rekomendasi kepada pemerintah dalam rangka penyusunan
kebijakan dibidang perlindungan konsumen.
2. Melakukan penelitian dan pengkajian terhadap peraturan perundang-undangan yang
berlaku dibidang perlindungan konsumen.
3. Melakukan penelitian terhadap barang atau jasa yang menyangkut keselamatan
konsumen.
4. Mendorong berkembangnya lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat.
5. Menyebarkan informasi melalui media mengenai perlindungan konsumen dan
memasyarakatkan sikap  keberpihakan kepada konsumen.
6. Menerima pengaduan tentang perlindungan konsumen dari masyarakat, lembaga
perlindungan konsumen swadaya masyarakat atau pelaku usaha.
7. Melakukan survey yang menyangkut kebutuhan konsumen.

2.4 Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen


Perlindungan konsumen diselenggarakan sebagai usaha bersama berdasarkan lima
asas yang relevan dalam pembangunan nasional, yakni:
1. Asas Manfaat, adalah segala upaya dalam menyelenggarakan perlindungan konsumen
harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku
usaha secara keseluruhan.
2. Asas Keadilan, adalah memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha
untuk memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil.

[4]
3. Asas Keseimbangan, adalah memberikan keseimbangan antara kepentingan
konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti materiil maupun spiritual.
4. Asas Keamanan dan Keselamatan Konsumen, adalah untuk memberikan jaminan atas
keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian, dan
pemanfaatan barang dan atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan.
5. Asas Kepastian Hukum, adalah pelaku maupun konsumen mentaati hukum dan
memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen serta negara
menjamin kepastian hukum.
Sementara itu, tujuan perlindungan konsumen meliputi:
1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian konsumen untuk melindungi
diri
2. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkan dari ekses
negatif pemakaian barang dan/ atau jasa.
3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan menuntut
hak-haknya sebagai konsumen.
4. Menetapkan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian
hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapat informasi.
5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan
konsumen, sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha.
6. Meningkatkan kualitas barang dan/ atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha
produksi barang dan/ atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan
konsumen.

2.5 Hak dan Kewajiban Konsumen


Berdasarkan pasal 4 dan 5 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999, hak dan kewajiban
konsumen antara lain:
1. Hak konsumen.
1) Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang
dan/ atau jasa.
2) Hak untuk memilih barang dan/ atau jasa serta mendapatkan barang dan atau jasa,
sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan.
3) Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan atau jasa.

[5]
4) Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/ atau jasa yang
digunakan.
5) Hak untuk mendapatkan advokasi perlindungan konsumen dan upaya
penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut.
6) Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen.
7) Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif berdasarkan suku, agama, budaya, daerah, pendidikan, kaya, miskin,
dan status sosialnya.
8) Hak untuk mendapat kompensasi, ganti rugi dan atau penggantian apabila barang
dan/ atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak
sebagaimana mestinya.
9) Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya
2. Kewajiban konsumen
1) Membaca, mengikuti petunjuk informasi, dan prosedur pemakaian, atau
pemanfaatan barang dan/ atau jasa demi keamanan dan keselamatan.
2) Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/ atau jasa.
3) Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati.
4) Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara
patut.

2.6 Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha


Berdasarkan pasal 6 dan 7 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 hak dan kewajiban
pelaku usaha, sebagai berikut:
Hak pelaku usaha.
1. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi
dan nilai tukar barang dan/ atau jasa yang diperdagangkan.
2. Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad
tidak baik.
3. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum
sengketa konsumen.
4. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian
konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan atau jasa yang diperdagangkan.
5. Hak – hak  yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.
      Kewajiban pelaku usaha.

[6]
1. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya.
2. Melakukan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan
pemelihara.
3. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif, pelaku usaha dilarang membeda-bedakan konsumen dalam memberikan
pelayanan, pelaku usaha dilarang membeda-bedakan mutu pelayanan kepada
konsumen.
4. Menjamin mutu barang dan/ atau jasa yang diproduksi atau diperdagangkan
berdasarkan ketentuan standar nutu barang atau jasa yang berlaku.
5. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji atau mencoba barang atau jasa
tertentu serta memberi jaminan atau garansi atas barang yang dibuat maupun yang
diperdagangkan.
6. Memberi kompensasi, ganti rugi atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian, dan
pemanfaatan barang atau jasa yang diperdagangkan.
7. Memberi kompensasi ganti rugi apabila barang atau jasa yang diterima tidak sesuai
dengan perjanjian.

2.7 Sanksi bagi Pelaku Usaha yang Merugikan Konsumen


Dalam Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1999, sanksi yang dikenakan kepada
pelaku usaha secara garis besar dapat dibagi dua, yaitu administrative dan pidana.
1. Sanksi Admisitratif (Pasal 60)
a. Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen berwenang menjatuhkan sanksi
administrative terhadap pelaku usaha yang melanggar pasal 19 ayat (2) dan ayat
(3), Pasal 20, Pasal 25, Pasal 26.
b. Sanksi administrative berupa penetapan ganti rugi paling banyak Rp.
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
c. Tata cara penetapan sanksi administrative sebagaimna dimaksud pada ayat (1)
diatur lebih lanjut dalam peraturan perundang – undangan.
2. Sanksi Pidana
Pasal 61, berkaitan dengan sanksi pidana menegaskan bahwa penuntutan
pidana dapat dilakukan terhadap pelaku usaha dan / atau pengurusnya. Selanjutnya
dalam Pasal 62 secara eksplisit dipertegas apa saja bentuk sanksi pidana tersebut.

[7]
a. Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8,
Pasal 9, Pasal 10, Pasal 13 ayat (2), Pasal 15, Pasal 17 ayat (1) huruf a, huruf b,
huruf c, huruf e ayat (2), Pasal 18 dipidana dengan pidana penjara paling lama  5
tahun atau pidana denda paling banyak Rp. 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah)
b. Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11,
Pasal 12, Pasal 13 ayat (1), Pasal 14, Pasal 16, Pasal 17 ayat (1) huruf d dan huruf
f dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 tahun atau pidana denda paling
banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
c. Terhadap pelanggaran yang mengakibatkan luka berat, sakit berat, cacat tetap,
atau kematian, diberlakukan ketentuan pidana yang berlaku.
Berikut Pasal 63, dikatakan :
1) Perampasan barang tertentu
2) Pengumuman keputusan hakim
3) Pembayaran ganti rugi
4) Perintah penghentian kegiatan tertentu yang mnyebabkan timbulnya kerugian
konsumen
5) Kewajiban penarikan barang dari peredaran
6) Pencabutan izin usaha.

[8]
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bisnis adalah usaha yang sangat baik untuk meningkatkan perekonomian di
Indonesia, sebagaimana sudah di jelaskan oleh hadits Rasulullah tentang keutamaan
seorang bisnis di sisi Allah SWT. Berbisnis bukan hanya sekedar mendapatkan profit
atau keutungan tapi dengan bisnis masyarakat dapat bekerja sama untuk meningkat
perekonomian nasional. Produsen harus memproduksi barang dan jasa yang baik dan
benar menurut aturan agama dan UU. Begitu juga konsumen harus berhati – hati
mengonsumsi barang atau jasa, jangan sampai dapat merugikannya.
Selain itu, Pemerintah sebagai perancang,pelaksana serta  pengawas atas
jalannya hukum dan UU tentang perlindungan konsumen harus benar-benar
memperhatikan fenomena-fenomena yang terjadi pada kegiatan produksi dan
konsumsi dewasa ini agar tujuan para produsen untuk mencari laba berjalan dengan
lancar tanpa ada pihak yang dirugikan. Demikian juga dengan konsumen yang
memiliki tujuan untuk memaksimalkan kepuasan jangan sampai mereka dirugikan
karena kesalahan yang dibuat dari proses produksi yang tidak sesuai dengan setandar
berproduksi yang sudah tertera dalam hukum dan UU yang telah dibuat oleh
pemerintah.

3.2 Saran
Berdasarkan pembahasan di atas, penulis dapat memberikan saran bahwa hendaknya
setiap ekonomi baik produksi maupun konsumsi harus menerapkan kebenaran,
kejujuran dan kenyamanan, karena semua itu sangat berpengaruh pada perkembangan dan
kestabilan suatu perekonomian. Jika kestabilan perekonomian berjalan lancer maka
kenyamanan Negara terjaga, dengan itu kita dapat bersaing dengan Negara lain.

[9]
DAFTAR PUSTAKA

[1] Widiyono & Mukhaer Pakkanna. “ Pengantar Bisnis (Respon Terhadap Dinamika


Global) “. Jakarta: Penerbit  Mitra  Wacana Media, 2013. Halm. 2- 3
[2] Rafik Issa Beekum. “ Etika Bisnis Islam “. Yogyakarta : Penerbit Pustaka Pelajar,
2004. Halm 72 – 75
[3] http://www.nunungarditablog.MakalahHukumBisnisTentangPerlindunganKonsume
n.html diakses pada tanggal 20 Maret 2016 pukul 09.30 Wita.
[4] http://www.makalahperlindungankonsumenarikanursya'adah.html diakses pada
tanggal 20 Maret 2016 pukul 09.45 Wita

[10]

Anda mungkin juga menyukai