A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini diharapkan dapat menjelaskan :
1.1 Menjelaskan aspek-aspek yang mempengaruhi kepuasan kerja pegawai
1.2 Menjelaskan faktor faktor yang yang perlu di perhatikan auditor dalam
melakukan audit kepuasan kerja
1.3 Menjelaskan audit ketaatan
1.4 Menjelaskan perbedaan cakuoan audit ketaatan eksternal dan internal.
B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 1.1:
AUDIT KEPUASAN KERJA DAN KETAATAN
Sebagaimana telah di uraikan dalam modul dua, menurut jenifer dan Gareth
(1999) aspek-aspek yang mempengaruhi kepuasan kerja pegawai antara lain :
1. Kesesuaian aspek kepribadian pegawai dengan karakteristik pekerja (Job Fit);
2. Kesesuaian nilai-nilai pegawai dengan karakteristik pekerjaan (motivational fit);
3. Kesesuaian nilai-nilai pegawai dengan lingkungan sosial diperusahaan
(organizational fit);
Isu kepuasan kerja pertama diawali oleh maslow dengan konsep pemenuhan
Hirarchie Need dan kemudian ditindak lanjuti oleh Herzberg yang dikenal dengan
konsep two views of job satisfaction dimana dikemukakannya bahwa setiap
pekerja memiliki dua kebutuhan. Pertama Hygiene Needs terkait dengan
kebutuhan akan gaji, tunjangan kesejahteraan, keamanan dan kondisi lingkungan
kerja, hubungan harmonis antara atasan dan bawahan serta imbalan jasa yang
diterima. Kedua Motivators Needs terkait dengan pekerjaan yang menantang,
pengakuan akan prestasi dan kesempatan untuk mengembangkan diri. Dalam hal
ini bila seorang pegawai tidak terpenuhi Hygiene Needs nya ia akan merasas tidak
puas. Disisi lain sekalipun kebutuhan Hygiene terpenuhi, perasaan pegawai tetap
netral. Pegawai akan merasa puas dalam bekerja bila mana Motivator Needs
nyaterpenuhi. Sebaliknya bila kebutuhan Motivators tidak terpenuhi, pegawai
akan merasa tidak puas dalam bekerja.
Berbagai teori motivasi kontemporer yang berkembang lebih lanjut seperti Mc
Clelland, Cognitive Evaluation, Goal Setting, Reinforcement, Equity dan
Expectancy’s Theory pada intinya juga menjelaskan berbagai factor yang
berperan dalam meningkatkan kepuasan, sermangat/gairah kerja (morale) pegawai
yang berdampak pada kinerjanya.
Disisi lain ternyata tidak saja pemenuhan kebutuhan pribadi yang bisa
memberikan kepuasan pegawai dalam bekerja, tetapi iklim kerja, team kerja kerja,
dan kepemimpinan yang sesuai merupakan aspek yang turut mendorong semangat
pegawai untuk bekerja produktif dan menampilkan kinerja yang memuaskan.
Bahkan sistem penggajian, pemberian kewenangan, keselarasan nilai pribadi
dengan nilai-nilai inti/utama perusahaan terbukti juga merupakan factor yang
berpengaruh terhadap kepuasan kerja pegawai.
Untuk mendapat informasi mengenai aspek apa saja yang berperan dan tingkat
pengaruh aspek-aspek tersebut terhadap kepuasan kerja, anda dapat melakukan
kepuasan kerja dengan menggunakan kuesioner terstruktur sebagai contoh
dibawah ini.
Penjelasan.
Kategori tingkat pengaruh terhadap kepuasan kerja. Kategori penilaian terhadap
aspek
1. = Sangat kecil 1. = Sangat tidak memuaskan
2. = Kecil 2. = Tidak memuaskan
3. = Cukup 3. = Cukup memuaskan
4. = Besar 4. = Memuaskan
5. = Sangat besar 5. = Sangat memuaskan
Dari hasil skoring terhadap ke-20 aspek diatas maka dapat mengetahui aspek
mana saja yang memberikan pengaruh sangat besar dan besar (kategori 5 dan 4). Bila
dikaji lebih lanjut bisa mengidentifikasi sejauh mana penerapan aspek tersebut saat ini
apakah memuaskan? Sangat memuaskan? Bila ternyata aspek-aspek tersebut ternyata
dalam penerapannya tidak memuaskan, maka sebagai auditor bisa menggali lebih
lanjut apakah kondisinya benar sebagaimana hasil penilaian pegawai. Bila benar maka
perlu digali penyebab ketidak puasan tersebut, agar manajemen bisa mendapat
masukan untuk penyempurnaan untuk yang akan dilakukan.
B. AUDIT KETAATAN
1. Pengertian
Untuk memahami pengertian untuk Audit Ketaatan, maka perlu lebih dahulu
memahami konsep teoritis yang menyatakan adanya tiga tingkatan audit sebagai
berikut.
a. Audit ketaatan asas (compliance audit) merupakan suatu pemeriksaan yang
menekankan pada penyimpangan dari asas-asas yang berlaku. Apakah dalam
perusahaan terjadi penyimpangan dalam peran compliance SDM, apakah ada
praktek kebijakan, sistem dan prosedur yang menyimpang dari peraturan
perundang-undangan dan codes of conduct dibidang SDM. Untuk mengetahui
ada tidaknya penyimpangan ini, auditor biasanya membadingkan antara
kondisi actual dengan kriteria dan atau peraturan yang telah ditetapkan.
Agar mampu menerapkan audit ketaatan internal ini dengan baik dan
benar, maka dapat mencontoh kuesioner survey di bawah ini.
Penjelasan kategori penilaian; penjelasan kategori tingkat efektivitas bila penilaian SA.
TA = tidak ada/ Tidak dilaksanakan 1 = sangat rendah
SA = sudah ada/ sudah dilaksanakan 2 = rendah
3 = cukup
4 = tinggi
5 = sangat tinggi.
3. Audit Ketaatan Exsternal
Audit ketaatan exsternal mencakup:
a. pemeriksaan praktek pengelolaan SDM diperusahaan apakah udah sesuai
dengan peraturan dan perundang-undangan yang diberlakukan
pemerintahan seperti peraturan dalam bidang: pengupahan,peluang kerja
yang tidak memihak (diskriminasi) undang-undang pensiun, ansuransi
tenaga kerja, penggunaan tenaga kerja anak-anak, kesehatan dan
keselamatan kerja, kebebasan berserikat dan hak KKB.
b. Pemeriksaan prakterek pengelolaan tanggung jawab sosial perusahaan
apakah sudah sesuai dengan peraturan dan perundang-undang yang
diberlakukan pemerintahan seperti peraturan dan perundang-undangan
pengelolaan lingkungan hidup misalnya peraturan tentang perusakan
tanah, air, dan udara : peraturan pembakitan tenaga nuklir, peraturan
pengguna energi, peraturan go green etc.
Dalam hal ini sebelum auditor melakukan audite ketaatan exsternal, ia
harus memiliki keyakinan bahwa peraturan dan perundang-undangan
pemerintahan tersebut sudah update dan tepat. Oleh karna dampak
lingkungan industri dan perekonomian yang terus berubah, mau tidak mau
perlu ada kajian dan perubahan dalam peraturan dan perundang-undangan
yang dianggap sudah tidak relevan. Sebagai contoh penetapan pemberian
UMP/UMR didaerah DKI Jakarta untuk 2009 adalah sebesar Rp.1.065.685
sedangkan tahun sebelumnya kurang dari jumlah tersebut. Perubahan
peraturan dan perundang-undangan didasari pertimbangan besarnya
kenaikan harga bahan pokok didaerah DKI Jakarta.
Mengapa audit ketaatan exsternal perlu dilakukan? Audit ketaatan
exsternal perlu dilakukan untuk mengefaluasi apakah perusahaan dalam
menjalankan salah satu kewajibannya yaitu praktek pengelolaan SDM
didasari pertimbangan etis dan keadilan: tidak hanya menekankan
keuntungan semata-mata demi kepentingan perusahaan, tetapi juga
menekankan kepentingan pegawai, pemakai, masyarakat, dan pemerintah.
Audit ketaatan exsternal merupakan pemeriksaan legal/ilegalnya praktek
pengelolahan SDM yang dilakukan perusahaan. Dan bila ada
penyimpangan auditor perlu mengkaji apakah penyimpangan tersebut
disengaja atau karena kurangnya kehati-hatian.
C. SOAL LATIHAN
1. Jelaskan aspek-aspek yang mempengaruhi kepuasan kerja!
2. Jelaskan faktor faktor yang yang perlu di perhatikan auditor dalam melakukan audit
kepuasan kerja!
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan audit ketaatan!
4. Apa perbedaan cakupan audit ketaatan eksternal dan internal?
D. DAFTAR PUSTAKA
1. Miranda Q, Mone Stepanus A, (2014). Audit SDM, Edisi 1, Jakarta: Universitas
Terbuka
2. Susilo, Willy. (2002). Audit SDM. Cetakan Pertama. PT. Vorqistatama Binamega