OLEH:
KELOMPOK 4
IMELDA P056121881.50
JAUHAR SAMUDERA N. P056121891.50
LESSYANA DESTIN P056121921.50
WINDA PUSPITA SARI P056122041.50
WISSA HARRY PAMUDJI P056122061.50
a
DAFTAR ISI
i
I. PENDAHULUAN
1
II. TINJAUAN PUSTAKA
2
b. Perusahaan mencari margin laba yang layak.
c. Harga dibebani cost produksi yang layak
3. Etika pemasaran dalam konteks tempat / distribusi:
a. Barang dijamin keamanannya dan keutuhannya
b. Konsumen mendapat pelayanan cepat dan tepat.
4. Etika Pemasaran dalam konteks promosi :
a. Sebagai sarana menyampaikan informasi yang benar dan obyektif.
b. Sabagai sarana untuk membangun image positif.
c. Tidak ada unsur memanipulasi atau memberdaya konsumen.
d. Selalu berpedoman pada prinsip2 kejujuran.
e. Tidak mengecewakan konsumen.
3
2.2. Isu Etika Pemasaran
Etika bisnis diaplikasikan dalam pembuatan keputusan pemasaran, tingkah
laku dan institusi. Pada hakekatnya, etika pemasaran diuji dengan isu moral yang
dihadapi oleh manajer pemasaran dan perusahaan. Etika pemasaran yang umum
yaitu mengenai: Keamanan dan kelemahan produk, kejujuran periklanan, keadilan
harga, kekuatan saluran distribusi, keamanan dalam database pemasaran dan
internet, dan kejujuran penjualan.
Beberapa pengusaha memiliki pandangan yang keliru mengenai etika
bisnis, sehingga menghalalkan berbagai cara untuk memperoleh keuntungan, baik
melalui informasi yang kurang benar dan tidak bisa dipertanggung jawabkan
maupun promosi yang berlebihan yang menyangkut kebenaran dalam promosi dan
iklan (Rodhiyah 2011). Hal tersebut menyebabkan ketidakadilan konsumen.
Konsumen memiliki enam hak seperti: (1) hak atas keamanan, (2) hak atas
informasi, (3) hak untuk memilih, (4) hak untuk didengarkan, (5) hak untuk
lingkungan hidup, dan (6) hak konsumen untuk pendidikan (Bertens 2000).
Banyaknya kasus yang menyebabkan ketidakadilan konsumen,
menunjukkan bahwa etika bisnis belum dilakukan secara maksimal. Tindakan
tersebut dapat membuat kerugian pelaku bisnis yang tidak melakukan etika bisnis
yang benar seperti dijelaskan Mahmoedin (1996) diacu dalam Rodhiyah (2011)
yaitu:
1. Perusahaan yang rusak namanya karena tidak menggunakan etika dalam
berbisnis akan dimusuhi mitra usahanya.
2. Bisnis yang tidak menghiraukan etika akan hancur karena konsumen
bukan benda mati yang mudah dibohongi
3. Jika bisnis itu merusak lingkungan, maka masyarakat akan menghukum
bahkan mengucilkan perusahaan sebagai perusak alam.
4. Kekuasaan yang terlalu besar dari bisnis, jika tidak diimbangi dengan
tanggung jawab sosial sebanding akan menyebabkan bisnis tersebut
menjadi kekuatan yang merusak masyarakat.
4
2.3. Periklanan
Kotler dan Amtsrong mendefinisikan pemasaran (marketing) sebagai
proses dimana perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun
hubungan yang kuat dengan pelanggan, dengan tujuan menangkap nilai dari
pelanggan sebagai imbalannya. Ada tiga kata kunci yang kuat dari konsep Kotler
dan Amstrong mengenai pemasaran:
1. Pemasar harus memahami dan memenuhi kebutuhan dan keinginan
konsumen.
2. Menciptakan hubungan yang kuat dengan pelanggannya.
3. Akhirnya mendapatkan imbalan dari pelanggan sebagai gantinya.
Periklanan atau reklame adalah bagian tak terpisahkan dari bisnis modern.
Produksi industri modern yang menghasilkan produk-produk dalam kuantitas
besar dan persaingan antar industri yang semakin ketat membuat para produsen
5
saling bersaing dalam merebut konsumen. Dalam perkembangan periklanan,
media komunikasi modern, baik cetak maupun elektronik memegang peranan
yang dominan. Ada beberapa cara yang dilakukan produsen dalam melakukan
promosi, yaitu melalui email, sms, iklan di televisi, iklan di radio dan sebagainya.
Dalam setiap produk harus dilakukan promosi untuk memberitahukan atau
menawarkan produk atau jasa agar mudah dan cepat dikenali oleh masyarakat
dengan harapan kenaikan pada tingkat pemasarannya. Promosi sangat diperlukan
untuk dapat membuat barang yang produksi menjadi diketahui oleh publik dalam
berpromosi diperlukan etika-etika yang mengatur bagaimana cara berpromosi
yang baik dan benar serta tidak melanggar peraturan yang berlaku, etika ini juga
diperlukan agar dalam berpromosi tidak ada pihak-pihak yang dirugikan oleh
tekhnik promosi.
6
perkembangan sekitarnya. Untuk itu dalam menciptakan persaingan perlu
ada kekuatan-kekuatan yang seimbang dalam dunia bisnis tersebut.
5. Menerapkan Konsep Pembangunan Berkelanjutan"
Dunia bisnis seharusnya tidak memikirkan keuntungan hanya pada saat
sekarang, tetapi perlu memikirkan bagaimana dengan keadaan dimasa
datang.
6. Menghindari Sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi dan
Komisi)
Jika pelaku bisnis sudah mampu menghindari sikap seperti ini, kita yakin
tidak akan terjadi lagi apa yang dinamakan dengan korupsi, manipulasi
dan segala bentuk permainan curang dalam dunia bisnis ataupun berbagai
kasus yang mencemarkan nama bangsa dan Negara.
7. Mampu Menyatakan yang Benar itu Benar
Artinya, kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar untuk menerima
kredit (sebagai contoh) karena persyaratan tidak bisa dipenuhi, jangan
menggunakan "katabelece" dari "koneksi" serta melakukan
"kongkalikong" dengan data yang salah. Juga jangan memaksa diri untuk
mengadakan kolusi" serta memberikan "komisi" kepada pihak yang
terkait.
8. Menumbuhkan Sikap Saling Percaya antar Golongan Pengusaha
Untuk menciptakan kondisi bisnis yang "kondusif" harus ada sikap saling
percaya (trust) antara golongan pengusaha kuat dengan golongan
pengusaha lemah, sehingga pengusaha lemah mampu berkembang
bersama dengan pengusaha lainnya yang sudah besar dan mapan.
9. Konsekuen dan Konsisten dengan Aturan main Bersama
Semua konsep etika bisnis yang telah ditentukan tidak akan dapat
terlaksana apabila setiap orang tidak mau konsekuen dan konsisten dengan
etika tersebut. Mengapa? Seandainya semua ketika bisnis telah disepakati,
sementara ada "oknum", baik pengusaha sendiri maupun pihak yang lain
mencoba untuk melakukan "kecurangan" demi kepentingan pribadi, jelas
semua konsep etika bisnis itu akan "gugur" satu semi satu.
7
10. Memelihara Kesepakatan
Memelihara kesepakatan atau menumbuhkembangkan Kesadaran dan rasa
memiliki terhadap apa yang telah disepakati adalah salah satu usaha
menciptakan etika bisnis.
11. Menuangkan ke dalam Hukum Positif
Perlunya sebagian etika bisnis dituangkan dalam suatu hukum positif yang
menjadi Peraturan Perundang-Undangan dimaksudkan untuk menjamin
kepastian hukum dari etika bisnis tersebut, seperti "proteksi" terhadap
pengusaha lemah.
8
III. PEMBAHASAN
9
Kitab EPI muncul dilatarbelakangi oleh adanya globalisasi yang
mendorong sikap individualis atau perilaku materialis. Karena itu, tatanan etika
yang terkandung dalam EPI ini bukan sekadar harus menjadi tatanan moral
ataupun pelengkap tatanan hukum, namun haruslah juga benar-benar mampu
menjadi tatanan kehidupan. Di samping itu, dari pengalaman di banyak negara
disimpulkan bahwa upaya untuk melindungi budaya akan jauh lebih efektif jika
dilakukan dengan juga memberdayakan pelaku dan industri periklanan sendiri,
dibandingkan dengan hanya menangkis serangan ataupun memberi perlindungan.
10
lebih rinci atau sumber dari sesuatu pernyataan yang bertanda
tersebut.
4) Penggunaan Kata Satu-satunya: Iklan tidak boleh menggunakan
kata-kata satusatunya atau yang bermakna sama, tanpa secara khas
menyebutkan dalam hal apa produk tersebut menjadi yang satu-
satunya dan hal tersebut harus dapat dibuktikan dan
dipertanggungjawabkan.
5) Pemakaian Kata Gratis: Kata gratis atau kata lain yang
bermakna sama tidak boleh dicantumkan dalam iklan, bila ternyata
konsumen harus membayar biaya lain. Biaya pengiriman yang
dikenakan kepada konsumen juga harus dicantumkan dengan jelas.
6) Pencantum Harga: Jika harga sesuatu produk dicantumkan dalam
iklan, maka ia harus ditampakkan dengan jelas, sehingga konsumen
mengetahui apa yang akan diperolehnya dengan harga tersebut.
7) Garansi: Jika suatu iklan mencantumkan garansi atau jaminan atas
mutu suatu produk, maka dasar-dasar jaminannya harus dapat
dipertanggung- jawabkan.
8) Janji Pengembalian Uang (warranty): (a) Syarat-syarat
pengembalian uang tersebut harus dinyatakan secara jelas dan
lengkap, antara lain jenis kerusakan atau kekurangan yang dijamin,
dan jangka waktu berlakunya pengembalian uang. (b) Pengiklan wajib
mengembalikan uang konsumen sesuai janji yang telah diiklankannya.
9) Rasa Takut dan Takhayul: Iklan tidak boleh menimbulkan atau
mempermainkan rasa takut, maupun memanfaatkan kepercayaan
orang terhadap takhayul, kecuali untuk tujuan positif.
10) Kekerasan: Iklan tidak boleh langsung maupun tidak langsung -
menampilkan adegan kekerasan yang merangsang atau memberi kesan
membenarkan terjadinya tindakan kekerasan.
11) Keselamatan: Iklan tidak boleh menampilkan adegan yang
mengabaikan segi-segi keselamatan, utamanya jika ia tidak berkaitan
dengan produk yang diiklankan.
11
12) Perlindungan Hak-hak Pribadi: Iklan tidak boleh menampilkan atau
melibatkan seseorang tanpa terlebih dahulu memperoleh persetujuan
dari yang bersangkutan, kecuali dalam penampilan yang bersifat
massal, atau sekadar sebagai latar, sepanjang penampilan tersebut
tidak merugikan yang bersangkutan.
13) Hiperbolisasi: Boleh dilakukan sepanjang ia semata-mata
dimaksudkan sebagai penarik perhatian atau humor yang secara sangat
jelas berlebihan atau tidak masuk akal, sehingga tidak menimbulkan
salah persepsi dari khalayak yang disasarnya.
14) Waktu Tenggang (elapse time): Iklan yang menampilkan adegan
hasil atau efek dari penggunaan produk dalam jangka waktu tertentu,
harus jelas mengungkapkan memadainya rentang waktu tersebut.
15) Penampilan Pangan: Iklan tidak boleh menampilkan penyia-nyiaan,
pemborosan, atau perlakuan yang tidak pantas lain terhadap makanan
atau minuman.
16) Penampilan Uang: (a) Penampilan dan perlakuan terhadap uang
dalam iklan haruslah sesuai dengan norma-norma kepatutan, dalam
pengertian tidak mengesankan pemujaan ataupun pelecehan yang
berlebihan. (b) Iklan tidak boleh menampilkan uang sedemikian rupa
sehingga merangsang orang untuk memperolehnya dengan cara-cara
yang tidak sah. (c) Iklan pada media cetak tidak boleh menampilkan
uang dalam format frontal dan skala 1:1, berwarna ataupun hitam-
putih. (d) Penampilan uang pada media visual harus disertai dengan
tanda specimen yang dapat terlihat Jelas.
17) Kesaksian Konsumen (testimony): (a) Pemberian kesaksian hanya
dapat dilakukan atas nama perorangan, bukan mewakili lembaga,
kelompok, golongan, atau masyarakat luas. (b) Kesaksian konsumen
harus merupakan kejadian yang benar-benar dialami, tanpa maksud
untuk melebih-lebihkannya. (c) Kesaksian konsumen harus dapat
dibuktikan dengan pernyataan tertulis yang ditanda tangani oleh
konsumen tersebut. (d) Identitas dan alamat pemberi kesaksian jika
diminta oleh lembaga penegak etika, harus dapat diberikan secara
12
lengkap. Pemberi kesaksian pun harus dapat dihubungi pada hari dan
jam kantor biasa.
18) Anjuran (endorsement): (a) Pernyataan, klaim atau janji yang
diberikan harus terkait dengan kompetensi yang dimiliki oleh
penganjur. (b) Pemberian anjuran hanya dapat dilakukan oleh
individu, tidak diperbolehkan mewakili lembaga, kelompok,
golongan, atau masyarakat luas.
19) Perbandingan: (a) Perbandingan langsung dapat dilakukan, namun
hanya terhadap aspek-aspek teknis produk, dan dengan kriteria yang
tepat sama. (b) Jika perbandingan langsung menampilkan data riset,
maka metodologi, sumber dan waktu penelitiannya harus diungkapkan
secara jelas. Pengggunaan data riset tersebut harus sudah memperoleh
persetujuan atau verifikasi dari organisasi penyelenggara riset
tersebut. (c) Perbandingan tak langsung harus didasarkan pada kriteria
yang tidak menyesatkan khalayak.
20) Perbandingan Harga: Hanya dapat dilakukan terhadap efisiensi dan
kemanfaatan penggunaan produk, dan harus diserta dengan penjelasan
atau penalaran yang memadai.
21) Merendahkan: Iklan tidak boleh merendahkan produk pesaing secara
langsung maupun tidak langsung.
22) Peniruan: (a) Iklan tidak boleh dengan sengaja meniru iklan produk
pesaing sedemikian rupa sehingga dapat merendahkan produk
pesaing, ataupun menyesatkan atau membingungkan khalayak.
Peniruan tersebut meliputi baik ide dasar, konsep atau alur cerita,
setting, komposisi musik maupun eksekusi. Dalam pengertian
eksekusi termasuk model, kemasan, bentuk merek, logo, judul atau
subjudul, slogan, komposisi huruf dan gambar, komposisi musik baik
melodi maupun lirik, ikon atau atribut khas lain, dan properti. (b)
Iklan tidak boleh meniru ikon atau atribut khas yang telah lebih dulu
digunakan oleh sesuatu iklan produk pesaing dan masih digunakan
hingga kurun dua tahun terakhir.
13
23) Istilah Ilmiah dan Statistik: Iklan tidak boleh menyalahgunakan
istilah-istilah ilmiah dan statistik untuk menyesatkan khalayak, atau
menciptakan kesan yang berlebihan.
24) Ketiadaan Produk: Iklan hanya boleh dimediakan jika telah ada
kepastian tentang tersedianya produk yang diiklankan tersebut.
25) Ketaktersediaan Hadiah: Iklan tidak boleh menyatakan selama
persediaan masih ada atau kata-kata lain yang bermakna sama.
26) Pornografi dan Pornoaksi: Iklan tidak boleh mengeksploitasi
erotisme atau seksualitas dengan cara apa pun, dan untuk tujuan atau
alasan apa pun.
27) Khalayak Anak-anak: (a) Iklan yang ditujukan kepada khalayak
anak-anak tidak boleh menampilkan hal-hal yang dapat mengganggu
atau merusak jasmani dan rohani mereka, memanfaatkan
kemudahpercayaan, kekurangpengalaman, atau kepolosan mereka. (b)
Film iklan yang ditujukan kepada, atau tampil pada segmen waktu
siaran khalayak anakanak dan menampilkan adegan kekerasan,
aktivitas seksual, bahasa yang tidak pantas, dan atau dialog yang sulit
wajib mencantumkan kata-kata Bimbingan Orangtua atau simbol
yang bermakna sama.
2. Tata Krama Ragam Iklan
Misalnya: Iklan minuman keras maupun gerainya hanya boleh disiarkan di
media nonmassa; Iklan rokok tidak boleh dimuat pada media periklanan
yang sasaran utama khalayaknya berusia di bawah 17 tahun; dll.
3. Tata Krama Pemeran Iklan
Misalnya: Iklan tidak boleh memperlihatkan anak-anak dalam adegan-
adegan yang berbahaya ; Iklan tidak boleh melecehkan, mengeksploitasi,
mengobyekkan, atau mengornamenkan perempuansehingga memberi
kesan yang merendahkan kodrat, harkat, dan martabat mereka; dll.
4. Tata Krama Wahana Iklan
Misalnya: Iklan untuk berlangganan apa pun melalui SMS harus juga
mencantumkan cara untuk berhenti berlangganan secara jelas, mudah dan
14
cepat; Iklan-iklan rokok dan produk khusus dewasa hanya boleh disiarkan
mulai pukul 21.30 hingga pukul 05.00 waktu setempat, dll.
15
Iklan yang ditawarkan kepada masyarakat umumnya tidak mendidik.
Dalam iklan terdapat sifat yang menunjukan sifat materialisme, konsumerisme
dan hedonisme. Iklan yang disampaikan seharusnya mengutamakan prinsip
kebenaran. Sesuatu yang disampaikan seharusnya memang benar-benar terjadi.
Banyak produk yang memiliki kelemahan-kelemahan tertentu, namun dalam
pengiklanan terhadap masyarakat di manipulasi sehingga terlihat sempurna di
mata konsumen. Tindakan manipulasi iklan sangat merugikan konsumen.
16
memberikan keterangan yang tidak benar, mengelabui dan memberikan
janji yang berlebihan".
6. SK Menkes No. 368, Pedoman Periklanan Makanan dan Minuman
Bagian A No. 8 yang berbunyi: "Iklan tidak boleh dimuat dengan
ilustrasi peragaan maupun kata-kata yang berlebihan, sehingga dapat
menyesatkan konsumen".
7. SK Menkes No. 368, Pedoman Periklanan Obat Bebas, Bagian B No. 103
yang berbunyi: "Iklan obat harus mencantumkan spot peringatan
perhatian seperti pada ketentuan umum"
8. Tata Krama dan tata Cara Periklanan Indonesia Bab B II B No. 3 Ayat a
yang berbunyi: "Iklan tidak boleh mengunakan kata-kata "ter", "paling",
"nomor satu" dan atau sejenisnya tanpa menjelaskan dalam hal apa
keunggulannya itu dan harus dapat membuktikan sumber-sumber otentik
pernyataan tersebut.
9. SK Menkes No. 368, Pedoman Periklanan Obat Bebas No. 8 yang
berbunyi "Iklan obat tidak boleh ditujukan untuk khalayak anak-anak
atau menampilkan anak-anak tanpa adanya supervisi orang dewasa atau
memakai narasi suara anak-anak yang menganjurkan penggunaan obat.
Iklan tidak boleh menggambarkan bahwa keputusan penggunaan obat
diambil oleh anak-anak".
10. Tata Krama dan tata Cara Periklanan Indonesia Bab II B No. 3 Ayat b
yang berbunyi: "Iklan harus dijiwai oleh asas persaingan yang sehat.
Perbandingan tidak langsung harus didasarkan pada kriteria yang tidak
menyesatkan konsumen".
11. Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia Bab II B Ayat c yang
berbunyi "Iklan tidak boleh secara langsung ataupun tidak langsung
merendahkan produk-produk lain".
12. Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia, bab II B No. 1 Ayat a
yang berbunyi: "Iklan tidak boleh menyesatkan, antara lain dengan
memberikan keterangan yang tidak benar, mengelabui dan memberikan
janji yang berlebihan". Contoh Iklan yang melanggar ketentuan ini
adalah iklan TV "Jeruk Minum Jeruk" Nutrisari.
17
13. Undang-Undang No. 40 tahun 1999, Paal 13 Ayat (1) b yang berbunyi:
"Perusahaan Pers dilarang memuat iklan minuman keras, narkotika,
psikotropika dan zat adiktif lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangan yang berlaku".
14. Peraturan pemerintah No. 69 tahun 1999 Pasal 58 Ayat 1 yang berbunyi
:"Setiap orang dilarang mengiklankan minuman beralkohol dalam media
massa manapun". Sebagai contoh yang melanggar, tercatat iklan media
cetak Bir Bintang.
15. Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia Bab II A Ayat 1 yang
berbunyi : "Iklan harus jujur, bratanggung jawab dan tidak bertentangan
dengan hokum yang berlaku".
16. Peringatan "Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung,
impotensi dan gangguan kehamilan dan janin" harus ditayangkan dengan
durasi yang cukup.
18
IV. KESIMPULAN
Iklan yang dibuat oleh perusahaan periklanan harus beretika agar tidak
merugikan masyarakat atau pihak lain, bahkan lebih baik bisa memberikan nilai
edukasi dan manfaat bagi pembaca iklan. Banyak sekali ditemui iklan yang
seharusnya tidak pantas diiklankan dan tidak jarang ditemui iklan yang
membodohi masyarakat. Untuk menyikapi hal ini, kita sebagai masyarakat
seharusnya lebih berhati-hati dalam membaca iklan, jangan mudah terpengaruh
terhadap iklan yang membodohi kita. Produsen juga memperhatikan nilai edukasi
dan nilai manfaat bagi masyarakat, bukan sebagai keuntungan saja.
Selain itu pemerintah juga turut memperhatikan perkembangan periklanan
di Indonesia agar tidak terlalu membawa dampak negatif bagi konsumen atau
masyarakat. Iklan dari luar negeri yang masuk ke Indonesia seharusnya bisa
disaring mana yang memberikan dampak baik dan mana yang memberikan
dampak buruk. Iklan juga harus dapat melindungi dan menghargai khalayak, tidak
merendahkan agama, budaya, negara dan golongan, serta tidak bertentangan
dengan hukum yang berlaku.
19
DAFTAR PUSTAKA
20