Nomor Mahasiswa
: 1210247009
Program Pendidkan
: Magister
Program Studi
: Magister Manajemen
Konsentrasi
: Manajemen Pemasaran
Menyetujui
Ketua Program Studi
Manajemen Strata Dua,
Tanggal Konsultasi :
1
I. LATAR BELAKANG
Kebutuhan manusia akan rasa aman baik untuk masa sekarang maupun masa
yang akan datang tidak akan ada habisnya. Rasa khawatir akan keselamatan
hidup, kesehatan, pendidikan anak dan masa depan keluarga membuat manusia
membutuhkan jaminan akan hal tersebut. Hal ini tidak lain karena rasa aman dan
jaminan akan keberlangsungan suatu kehidupan adalah hal mutlak yang selalu
diinginkan manusia. Maka manusia sebagai seorang konsumen membutuhkan
suatu produk yang dapat memberikan rasa aman dan menjamin keberlangsungan
hidupnya, keluarganya maupun usahanya. Oleh sebab itu para pelaku bisnis mulai
berinovasi membuat produk produk yang dapat memberikan rasa aman dan
jaminan terhadap konsumen. Produk produk yang berfungi untuk memberikan
rasa aman dan jaminan terhadap masyarakat selalu berkembang sesuai dengan
perkembangan zaman, perkembangan pengetahuan, perkembangan dunia usaha
dan bisnis. Produk tersebut kita kenal dengan nama asuransi. Asuransi merupakan
sarana finansial dalam tata kehidupan rumah tangga, baik dalam menghadapi
resiko yang mendasar seperti resiko kematian atau dalam menghadapi resiko atas
harta benda yang dimiliki. Demikian pula dunia usaha dalam menjalankan
kegiatannya menghadapi berbagai resiko yang mungkin dapat mengganggu
kesinambungan usahanya. Dan kita tahu bahwa semakin maju suatu Negara maka
mempunyai
dapat menarik minat konsumen baru, serta dapat memberikan keuntungan waktu
untuk merespon terhadap pesaing (Aaker, 1991).
Griffin (2005) mendefinisikan loyalitas berdasarkan perilaku membeli, yaitu
pelanggan yang melakukan pembelian berulang secara teratur dan membeli antar
lini produk dan jasa. Pelanggan juga mereferensikan kepada orang lain dan
menunjukkan kekebalan terhadap tawaran menarik dari pesaing.
Menurut Palilati (2007), nilai pelanggan juga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi loyalitas pelanggan. Nilai pelanggan merupakan persepsi
konsumen terhadap nilai atas kualitas yang ditawarkan relatif lebih tinggi dari
pesaing akan mempengaruhi tingkat loyalitas konsumen. Semakin tinggi persepsi
nilai yang dirasakan oleh pelanggan, maka semakin besar kemungkinan terjadinya
hubungan (transaksi).
Loyalitas pelanggan merupakan tujuan inti yang diupayakan pemasar. Hal
ini dikarenakan dengan loyalitas sesuai dengan yang diharapkan, dapat dipastikan
perusahaan akan meraih keuntungan. Istilah loyalitas pelanggan sebetulnya
berasal dari loyalitas merek yang mencerminkan loyalitas pelanggan pada merek
tertentu (Dharmmesta:1999). Loyalitas pelanggan sangat penting untuk dikenali
pemasar dalam rangka menentukan strategi yang diperlukan untuk meraih,
memperluas dan mempertahankan pasar.
Salah satu strategi tersebut adalah strategi penentuan harga, yaitu
bagaimana menentukan harga yang sesuai dengan keadaan dari produk yang
ditawarkan. Strategi penetapan harga biasanya berubah kalau produk melewati
berbagai tahap daur hidupnya (Kotler:2013). Tahap pengenalan memberikan
tantangan
yang
paling
besar.
Perusahaan
harus
memutuskan
dimana
faktor
yang
mempengaruhi
loyalitas
konsumen. Kualitas
Bolton, Warlop dan Alba (2003) mendefinisikan kepantasan harga sebagai suatu
penilaian apakah hasil dari, atau suatu proses untuk menghasilkan barang adalah
beralasan, bisa diterima, ataupun pantas. Menurut Nagle dan Hogan (2006)
kepantasan harga bersifat subyektif dimana konsumen melihat wajar tidaknya
harga dengan membandingkan persepsi mereka tentang berapa besar keuntungan
dari masa kini dan masa lalu atas suatu produk, atau dengan membandingkan
harga yang diperoleh orang lain atas produk serupa. Di dalam pemasaran, harga
merupakan faktor yang penting dalam menciptakan kepuasan pelanggan, karena
kapanpun pelanggan mengevaluasi nilai dari suatu barang atau jasa, mereka
biasanya selalu berpikir mengenai harga, sehingga penting bagi pemasar untuk
menetapkan harga yang pantas agar terciptanya kepuasan pelanggan
Kepuasan Pelanggan
Kepuasan seseorang pada dasarnya bersifat individual (Asad, 1991:102).
Kepuasan seseorang dapat bergantung pada perbedaan antara apa yang diharapkan
dengan kenyataan produk. Kepuasan pelanggan adalah ungkapan seseorang dalam
memberikan nilai atau mengoptimalkan nilai yang dirasakan dan diharapkan
seseorang terhadap suatu produk atau jasa. Menurut Zettham et al. (1990) ada tiga
masalah yang dapat disimpulkan dari penilaian pelanggan terhadap jasa, yaitu :
(1) kualitas layanan jasa lebih sulit dinilai oleh pelanggan daripada kualitas
barang; (2) pelanggan dalam menilai kualitas layanan jasa tidak hanya berdasar
pada hasil suatu layanan, tetapi juga mempertimbangkan proses pemberian
layanan; dan (3) satusatunya kriteria dalam mengevaluasi kualitas jasa hanya
ditentukan oleh pelanggan itu sendiri. Kepuasan dan ketidakpuasan konsumen
adalah sebuah fungsi dari diskonfirmasi atas perbedaan antara harapan yang
lampau dengan kinerja obyek saat ini.
Kepuasan adalah sebagai perasaan suka atau kecewa seseorang sebagai hasil dari
perbandingan antara persepsi atas kinerja produk dengan harapannya (Kotler,
2005). Definisi ini mengandung pengertian bahwa kepuasan merupakan fungsi
kinerja yang dipersepsikan dengan harapan.
Menurut Palmatier et al. (2006) loyalitas merupakan hasil dari kombinasi atau
hubungan miltidimensi dari minat, sikap, prestasi penjualan dan perilaku
pelanggan.
Auh (2005) mengatakan bahwa loyalitas dapat berupa kesediaan untuk melakukan
pembelian ulang dan tetap bersedia melakukan pembelian ulang meskipun dengan
adanya kenaikan harga. Indikator loyalitas menurut Kotler dan Keller (2006)
adalah Repeat purchase (pembelian ulang), Retention (ketahanan terhadap
pengaruh negatif mengenai perusahaan), referral (mereferensikan secara total
eksistensi perusahaan. Zeithaml (2000) menjelaskan bahwa konsumen yang loyal
biasanya melakukan beberapa mahal berikut ini: (1) Secara terus menerus
melakukan word of mouth communication, (2) Tidak mempunyai keinginan untuk
berpindah ke pesaing, (3) Membeli lebih banyak produk dari perusahaan.
Secara umum dapat disimpulkan jika perusahaan tidak mampu mendidik para
agentnya dengan baik maka imbasnya akan terkena kepada nama perusahaan itu
sendiri, untuk meraih kesetiaan konsumen sangatlah sulit, karena ada banyak
faktor seperti motivasi, persepsidan sikap.
kuat
bahwa
loyalitas
memiliki
hubungan
dengan
profitabilitas
10
penyampaian
layanan
dengan
komunikasi
eksternal,
serta
11
Kualitas produk
Konsep produk ini lebih cenderung mengacu pada kualitas produk dan merk.
Selnes (1993) mendefinisikan konsep produk yang berkaitan dengan reputasi
produk sebagai persepsi dari kualitas barang/jasa yang berhubungan dengan nama
produknya. Kualitas produk adalah segala sesuatu yang memiliki nilai di pasar
sasaran (target market) dimana kemampuannya memberikan manfaat dan
kepuasan, termasuk hal ini adalah benda, jasa, organisasi, tempat, orang dan ide.
Dalam hal ini perusahaan memusatkan perhatian mereka pada usaha untuk
menghasilkan produk yang unggul dan terus menyempurnakan. Produk yang
berkualitas tinggi merupakan salah satu kunci sukses perusahaan. Memperbaiki
kualitas produk ataupun jasa merupakan tantangan yang penting bagi perusahaan
bersaing di pasar global. Perbaikan kualitas produk akan mengurangi biaya dan
meningkatkan keunggulan bersaing, bahkan lebih jauh lagi, kualitas produk yang
tinggi menciptakan keunggulan bersaing yang bertahan lama. Oleh karena itu
kualitas digambarkan oleh Feigenbaum (dalam Reeves dan Bednar, 1994) sebagai
faktor penting yang mendorong pertumbuhan ekonomis perusahaan-perusahaan di
manapun di dunia ini dalam konteks pasar global.
Naser et al (1999) mengatakan bahwa kepuasan pelanggan sangat tergantung pada
bagaimana tingkat kualitas produk yang ditawarkan, namun sayangnya Naser et
al (1999) mencatat kurangnya perhatian pada hubungan antara kualitas produk
dengan kepuasan pelanggan dalam konteks perusahaan jasa. Penelitian Naser
(1999) menunjukkan bahwa atribut-atribut produk mempengaruhi kepuasan
nasabah.
Sedangkan penelitian
12
produk
sebagaimana
pelanggan.
dipersepsikan
pelanggan
mempengaruhi
kepuasan
membuktikan bahwa kualitas produk diukur dari persepsi pelanggan atas tingkat
kerusakan suatu produk mempengaruhi tingkat kepuasan.
Harga
Harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa barang kalau mungkin) yang
dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta
pelayanannya (Swastha, 2009). Harga selain merupakan jalan masuknya uang ke
perusahaan, juga berhubungan dengan kualitas produk atau jasa. Perusahaan harus
mampu menciptakan strategi penentuan harga yang tidak hanya memberi
keuntungan bagi perusahaan, namun juga memuaskan pelanggannya.
Menurut Peter Donnely (2007:43) harga sebuah barang dan jasa seringkali
mempengaruhi apakah pelanggan akan membeli atau tidak.
Menurut Nagle dan Hogan (2006) kepantasan harga bersifat subyektif dimana
pelanggan melihat wajartidaknya harga yang diperoleh dari orang lain atas produk
serupa, atau dengan membandingkan harga yang diperoleh orang lain atas produk
serupa.
Menurut Lamb, Hair dan Mc. Daniel (2004:570) kepantasan harga berpengaruh
positif terhadap kepuasan pelanggan, pelanggan lebih tertarik untuk mendapatkan
harga yang masuk akal, yang berarti memiliki nilai sesuai dengan yang diinginkan
pelanggan saat transaksi.
13
Switching Cost
Porter (1998) dalam Aydin dan Ozer (2004) mendefinisikan switching cost
sebagai biaya yang akan dihadapi oleh pelanggan ketika berpindah dari supplier
satu ke supplier lain. Dengan pengukuran secara objektif, switching cost juga
menyinggung waktu dan beban psikologis yang harus didapatkan untuk
menghadapi ketidakpastian dengan supplier atau provider yang baru (Bloemer et
al, 1998). Switching cost bisa dilihat sebagai biaya yang menghalangi pelanggan
dari kebutuhan akan merek pesaing.
Aydin dan Ozer (2004) menyatakan Switching cost adalah penjumlahan
dari biaya ekonomis, psikologis dan fisik.
Switching cost merupakan faktor yang secara langsung mempengaruhi sensivitas
konsumen pada tingkat harga dan sehingga mempengaruhi loyalitas konsumen
(Bloemer et al 1998, Burnham et al, 2003). Switching cost mendorong konsumen
untuk merekomendasikan pada konsumen lain (Lam, 2004). Perubahan teknologi
dan strategi diferensiasi dari perusahaan menyebabkan switching cost menjadi
faktor penting bagi loyalitas konsumen (Aydin dan Ozer, 2005). Bloemer et al
(1998) dalam industri yang dikategorikan memiliki switching cost yang rendah
konsumennya akan kurang loyal dibanding industri jasa dengan switching cost
yang tinggi. Switching Cost merupakan suatu biaya yang dihadapi pembeli ketika
melakukan perpindahan dari supplier satu ke yang lain. Variabel ini diukur
melalui 5 dimensi yaitu, monetary cost, uncertainty cost, evaluation costs,
learning cost, dan set up cost. Switching cost merupakan faktor yang
14
15
(1994)
kesetiaan dipandang sebagai hubungan erat antara sikap relatif dengan perilaku
pembelian ulang. Pandangan yang mendasarkan hubungan antara sikap perilaku
ini amat bermanfaat bagi pemasar. Pertama, dari segi validitas akan lebih baik,
terutama dapat digunakan untuk memprediksi apakah kesetiaan yang terlihat dari
perilaku pembelian ulang terjadi karena memang sikapnya yang positif (senang)
terhadap produk tersebut ataukah hanya karena situasi tertentu yang memaksanya
16
aspek afektif dan akhirnya pada aspek konatif (Oskamp, 1991 seperti yang dikutip
Dharmmesta, 1999).
1. Cognitive
Dalam hal ini unsur-unsur dari aspek kognitif yang berupa pikiran dan
segala proses yang terjadi di dalamnya yang mencakup accesibility, confidence,
centrality dan kejelasan mengenai sikap terhadap suatu produk akan berpengaruh
terhadap kesetiaan pelanggan. Pelanggan yang dapat mengingat dengan mudah
nama produk dan yakin bahwa produknya sesuai dengan sistem nilai yang
dianutnya akan cenderung lebih bersikap positif dan hal ini penting sekali bagi
terbentuknya kesetiaan pelanggan.
2. Affective
Kondisi emosional (perasaan) pelanggan yang merupakan komponen dari
sikap akan membentuk kesetiaan pelanggan. Aspek dari perasaan ini meliputi
emosi suasana hati dan kepuasaan yang didapatkan setelah menggunakan produk
akan membentuk kesetiaan pelanggan.
3. Conative
Kondisi merupakan kecenderungan yang ada pada pelanggan untuk
melakukan tindakan tertentu. Ada tiga faktor yang mempengaruhi kecenderungan
pelanggan untuk berperilaku yang menunjukkan kesetiaan terhadap suatu merk
17
yaitu biaya peralihan, harapan dan sunk cost. Selain itu norma- norma sosial dan
faktor situasional turut berpengaruh terhadap kesetiaan pelanggan. Norma-norma
sosial berisi batasan tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan pelanggan
yang berasal dari lingkungan sosialnya (teman, keluarga, tetangga dan lain-lain)
memiliki pengaruh yang kuat dalam pembentukan kesetiaan pelanggan. Seorang
pelanggan dapat dengan tiba-tiba menghentikan pembelian ulang suatu merk
tertentu atau enggan menyampaikan aspek positif dari merk tertentu karena teman
dekatnya kurang menerima merk tersebut. Sedangkan faktor situasional yang
merupakan kondisi yang relatif sulit dikendalikan oleh pemasar dalam kondisi
tertentu memiliki pengaruh yang cukup besar. Konsep kesetiaan pelanggan yang
mengkaitkan antara sikap dan perilaku ini hingga sekarang dianggap lebih
komprehensif dan lebih bermanfaat bagi pemasar. Karena itu pengukuran
mengenai kesetiaan pelanggan sebaiknya menggunakan aspek sikap dan perilaku
sebagai parameternya.
Implikasi terhadap kondisi ini adalah organisasi perlu menyelaraskan kompetensi,
teknologi dan sumber daya yang dimiliki dengan kebutuhan dan keinginan
pelanggan yang dinamis ini. Salah satu strategi yang bisa memfasilitasi hal
tersebut adalah Relationship Marketing. Dengan penerapan Relationship
Marketing, maka diharapkan dapat mempertahankan pelanggannya (Customer
Retantion). Relationship Marketing adalah merupakan upaya menarik pelanggan
dan meningkatkan hubungan dengan pelanggan, sehingga dapat dikatakan bahwa
Relationship Marketing adalah upaya mengenal konsumen lebih baik, sehingga
perusahaan dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan para pelanggannya.
18
Gronroos
(1990)
memandang
Relationship
Marketing
sebagai
upaya
kuat
bahwa
loyalitas
memiliki
hubungan
dengan
profitabilitas
Penurunan
19
jika berpindah ke operator lain. Masih terdapat perbedaan pendapat antara para
peneliti.
yang dilakukan oleh Feinberg (1992) serta Van Trijp, Hoyer dan Inman (1996),
dimana pembelian berulang terhadap suatu jenis produk akan menimbulkan
kebosanan yang pada akhirnya mendorong perilaku mencari variasi sebagai faktor
yang berpengaruh terhadap perpindahan merek.
Dalam survey yang dilakukan oleh Frontier Consulting Group, dalam Majalah
Marketing, Februari 2007, menentukan Top Brand Index (TBI) yang terbentuk
dari rata-rata nilai mind share, market share, commitment share. Mind share(Top
of Mind-TOM) merujuk pada merk yang pertama kali muncul di benak konsumen
ketika berbicara kategori tertentu. Market share (Last Usage) dilihat dari merekmerek yang terakhir dipergunakan responden. Komponen terakhir dari top brand
adalah commitment share atau future intention yang merupakan cerminan
keinginan konsumen untuk mengkonsumsi di masa datang.
Kondisi ini menarik minat perusahaan-perusahaan asuransi untuk masuk di pasar
Indonesia, baik itu perusahaan asing maupun lokal. Ada berbagai macam bentuk
jaminan yang ditawarkan oleh produk-produk asuransi tersebut untuk bersaing
mendapatkan konsumen.
Makin menggiurkannya keuntungan (revenue) dari bisnis asuransi dan makin
terbukanya peluang besar membuat persaingan di pasar asuransi makin sengit.
Terdapat lima perusahaan yang menjadi pemain utama dalam pasar asuransi di
20
21
22
faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal yaitu faktor yang berada diluar
jangkauan perusahaan, contoh:
23
24
25
Dan
Zhafiri
Luthfi
Fakultas
Ekonomi
Universitas
Islam Indonesia
(Jurnal
Siasat
Bisnis), 2011
Judul
Pengaruh
Kepuasan Dan
Kepercayaan
Konsumen
Terhadap
Loyalitas: Studi
Tentang Peran
Mediasi
Switching Costs
Variabel
Consumer
Loyalty,
Switching
Cost,
Consumer
Satisfaction
and Trust
Ari Wijayanti
Universitas
Diponegoro, 2011
Strategi
Meningkatka
n Loyalitas
Melalui
Kepuasan
Pelanggan
(Studi Kasus:
Produk Kartu
Seluler PraBayar
Mentari-Indosat
Wilayah
Semarang)
Hasil Temuan
Loyalitas
Kepuasan
pelanggan
secara
empiris
kualitas
pelayanan
agar
perusahaan dapat
senantiasa
26
Diogenes
Saputra,
Dr.
Tetra
Hidayati,
SE,
M.Si Dan Saida
Zainurossalami
a ZA, SE, M.Si
Universitas
Mulawarman
Samarinda, 2012
Pengaruh
Kualitas
Pelayanan
Terhadap
Kepuasan
Nasabah PT
Asuransi
Bumiputera
Muda 1967
Cabang
Samarinda
Pengaruh
Kualitas Layanan
terhadap
Kepuasan
Pelanggan
dalam
Membentuk
Loyalitas
Pelanggan
(Studi Pada PT
Human Resource
Development
Institute)
Nanda Putri
Prameswari
dan Sri Rahayu
Tri Astuti, SE,
MM
Universitas
Dipenogoro,
2008
Yuniarti
Fihartini
Dosen FEB
Pengaruh
Kepercayaan Dan
Kualitas Layanan
Kualitas
Fhitung
> Ftabel dapat disimpulkan bahwa Ho
Layanan,
ditolak dan Ha diterima yang berarti
Berwujud,
bahwa variabel X yaitu Kualitas
Layanan
yaitu
Berwujud
(X1),
Kehandalan
Kehandalan (X2), Daya tanggap (X3),
Daya tanggap, Jaminan (X4) dan Empati (X5)
mempunyai pengaruh yang signifikan
Jaminan,
terhadap terhadap Kepuasan nasabah
Empati
dan (Y) PT Asuransi Bumiputera uda 1967
Cabang Samarinda.
Kepuasan
nasabah.
Kualitas
Layanan,
Kepuasan
Pelanggan,dan
Loyalitas
Pelanggan
27
Universitas
Lampung
2012
Terhadap
layanan,
Loyalitas
Loyalitas.
Nasabah Asuransi
Di Bandar
Lampung
Ruditya Endy
Analisis
Kepuasan
Pemegang Polis
Atas Pelayanan
PT. Prudential
Life Assurance
SM1 Semarang
Pratama
Universitas
Diponegoro
2012
Kepuasan
28
Ari
Susetyaningsih,
SH
Universitas
Diponegoro
(2005)
Analisis Faktor
Keahlian Dan
Kepercayaan
Pada Tenaga
Penjualan
Terhadap
Kepuasan
Nasabah
Guna Mencapai
Loyalitas
(Studi Kasus pada
Asuransi Jasindo
Cabang
Semarang)
Keahlian
tenaga
penjualan,
kepercayaan
kepada tenaga
penjualan,
kepuasan
kepada tenaga
penjualan, dan
perilaku
loyalitas
pelanggan.
PT. Asuransi Jasindo perlu melatih
para tenaga penjualannya untuk ahli
dalam
menangani
pelanggan.
Diantaranya adalah dengan selalu
memberi perhatian pada kebutuhan dan
keinginan
pelanggan,
misalnya
mengenai rate dan perluasan jaminan.
Keahlian dalam hubungan dengan
nasabah, misalnya dengan memberi
29
customer
loyalty, service
quality,
customer
satisfaction,
relative
The Antecedents
of Customer
Loyalty:
An Empirical
Investigation in
Life Insurance
Context
importance,
life insurance.
30
a. Kerangka Pemikiran
2.1. Kualitas Layanan terhadap Kepuasan Pelanggan
Dalam Tjiptono (2005) menyatakan bahwa Lewis & Booms (1983)
merupakan pakar yang pertama kali mendefinisikan kualitas jasa sebagai ukuran
seberapa bagus tingkat layanan yang diberikan mampu sesuai dengan ekspektasi
pelanggan.
seluruh bagian organisasi perusahaan. Oleh sebab itu, baik tidaknya kualitas jasa
tergantung
pada
kemampuan
penyedia
jasa dalam
memenuhi
harapan
31
merupakan hal yang penting tapi tidak cukup untuk meningkatkan kepuasan
pelanggan secara keseluruhan.
Hal yang berbeda disampaikan oleh peneliti lain misalnya bahwa kualitas
jasa harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir dengan kepuasan
pelanggan serta persepsi positif terhadap kualitas jasa (Kotler 2000 dalam
Tjiptono, 2005).
kepuasan, termasuk hal ini adalah benda, jasa, organisasi, tempat, orang dan ide.
Dalam hal ini perusahaan memusatkan perhatian mereka pada usaha untuk
menghasilkan produk yang unggul dan terus menyempurnakan. Produk yang
berkualitas tinggi merupakan salah satu kunci sukses perusahaan. Memperbaiki
kualitas produk ataupun jasa merupakan tantangan yang penting bagi perusahaan
bersaing di pasar global. Perbaikan kualitas produk akan mengurangi biaya dan
meningkatkan keunggulan bersaing, bahkan lebih jauh lagi, kualitas produk yang
tinggi menciptakan keunggulan bersaing yang bertahan lama. Oleh karena itu
kualitas digambarkan oleh Feigenbaum (dalam Reeves dan Bednar, 1994) sebagai
faktor penting yang mendorong pertumbuhan ekonomis perusahaan-perusahaan di
manapun di dunia ini dalam konteks pasar global.
Naser et al (1999) mengatakan bahwa kepuasan pelanggan sangat tergantung pada
bagaimana tingkat kualitas produk yang ditawarkan, namun sayangnya Naser et
al (1999) mencatat kurangnya perhatian pada hubungan antara kualitas produk
dengan kepuasan pelanggan dalam konteks perusahaan jasa. Penelitian Naser
(1999) menunjukkan bahwa atribut-atribut produk mempengaruhi kepuasan
nasabah.
produk
Sedangkan penelitian
sebagaimana
pelanggan.
dipersepsikan
pelanggan
mempengaruhi
kepuasan
membuktikan bahwa kualitas produk diukur dari persepsi pelanggan atas tingkat
kerusakan suatu produk mempengaruhi tingkat kepuasan.
2.3. Harga terhadap Kepuasan Pelanggan
33
Harga yang dimaksud bukanlah harga dalam bentuk nominal namun lebih
cenderung diarahkan pada elemen-elemen program pemasaran seperti harga jual
produk, diskon dan system pembayaran yang diterapkan kepada pengguna
produk.
Chapman (1986);
34
mereka menyatakan masih mau berpindah ke provider atau supplier lain. Mereka
mengatakan bahwa dalam industri tertentu hingga 75% pelanggan yang pindah ke
penyedia jasa lain mengatakan bahwa mereka puas atau
Aydin dan Ozer (2004) menyatakan Switching cost adalah penjumlahan
dari biaya ekonomis, bahkan sangat puas dengan penyedia jasa sebelumnya.
Pelanggan mengganti penyedia jasa karena harga atau karena pesaing yang
menawarkan peluang baru, atau lebih sederhana karena mereka ingin variasi.
Sesuai teori Post-purchase Cognitive Dissonance Theory (Aydin dan Ozer,
2005) menyatakan bahwa pelanggan yang mengumpulkan informasi untuk
mengurangi kegelisahan mengenai kesalahan keputusan pembelian,
menyusun kembali pengalaman pembelian masa lalu.
akan
35
(1999) bahwa hubungan antara kepuasan dengan loyalitas tidak jelas, buktinya
penelitian yang dilakukan oleh Strauss & Neuhaus (1997) menemukan bahwa
sejumlah pelanggan yang mengeskpresikan kepuasan, masih juga berpindah merk.
Sejumlah pelanggan yang tidak puas, justru tidak berpindah merek. Pendapat
yang sama dikemukakan oleh
36
Oliva et al (1992)
Bahayanya adalah
37
kepuasan pelanggan dan loyalitas pelanggan telah menjadi fokus peneliti seperti
Fornell (1992). Mcllroy dan Barnett (2000) menyatakan bahwa konsep penting
yang harus dipertimbangkan ketika membangun program loyalitas adalah
kepuasan pelanggan.
switching cost yang rendah konsumennya akan kurang loyal dibanding industri
jasa dengan switching cost yang tinggi.
38
pengaruh switching cost kecil. Karena pelanggan yang tidak puas tidak akan
berpindah karena tidak ada alternatif.
terdapat beberapa provider.
dengan membuatnya berharga tinggi untuk pindah ke provider lain (Lee, 2001),
sehingga Switching cost meningkat, maka loyalitas pelanggan akan meningkat
pula.
Berdasarkan dari uraian di atas penulis terdorong untuk menulis tesis di bidang
pemasaran yang memusatkan penelitian pada perilaku pembelian konsumen pada
produk Terdapat penelitian terdahulu yang menjadi landasan dilakukannya
penelitian ini.
Tentang pengaruh Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kepuasan
Pelanggan yang terdiri dari Service Quality (Kualitas Layanan), Product Quality
(kualitas produk), dan Price (harga),
39
b. Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan sementara yang kemungkinannya benar dan
juga bisa kemungkinannya bisa salah. Hipotesis tersebut ditolak jika ternyata
salah, dan diterima jika fakta fakta membenarkan. Oleh karena itu, pada penulisan
laporan ini, penulis akan mengajukan hipotesis sebagai berikut:
H1 : Kualitas layanan berpengaruh signifikan secara langsung terhadap kepuasan
pelanggan.
H2 : Kualitas produk berpengaruh signifikan secara langsung terhadap kepuasan
pelanggan.
H3 : Harga berpengaruh signifikan secara langsung terhadap kepuasan pelanggan.
40
41
BAB III
METODE PENELITIAN
42
1. Data Kualitatif
Data yang diperoleh dalam bentuk informasi, baik secara lisan maupun
tulisan yang antara lain berupa sejarah perusahaan dan penjelasan lain dan
diperlukan dalam penulisan.
2. Data Kuantitatif
Data yang diperoleh dalam bentuk angka yang dapat dihitung. Data ini
diperoleh dari perhitungan kuisioner yang berhubungan dengan masalah
yang dibahas dalam tesis ini. Adapun sumber data yang digunakan sebagai
berikut :
a. Data Primer
Data yang diperoleh dengan mengumpulkan langsung dari objek
penelitian, yaitu menyebarkan secara langsung kuisioner kepada responden
terpilih.
b. Data Sekunder
Data yang berupa informasi tertulis maupun tidak tertulis yang
diperoleh dari perusahaan, internet, majalah, koran, dan buku-buku yang
berhubungan dengan penelitian ini.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Adapun metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Wawancara
Komunikasi atau pembicaraan dua arah yang dilakukan oleh peneliti dan
responden untuk menggali informasi yang relevan dengan tujuan
penelitian.
2. Kuesioner
Pengumpulan data dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah
dibuat dalam rangka memperoleh data dalam penelitian, dimana kuisioner
43
44
2. Sampel
Menurut Manasse Malo (1985:171), "Besaran sampel tergantung pada
besarnya jumlah populasi yang hendak diteliti. sekalipun sulit menemukan
aturannya 30 responden adalah jumlah minimum yang disebutkan oleh ahliahli metodologi penelitian".
Untuk menetapkan nasabah prudential Pekanbaru sebagai sampel, maka
peneliti mengambil 50 orang dari jumlah populasi yang ada.
3.5 Model dan Teknik Analisis
Analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi
berganda (Sugiyono, 2005). Adapun penggunaan analisis rergresi berganda
bertujuan untuk menghitung besarnya pengaruh secara kuantitatif dari suatu
perubahan kejadian (variabel X) terhadap kejadian lainnya (variabel Y),
dimana dalam penelitian ini dikonversikan untuk menguji ada tidaknya
pengaruh bauran pemasaran jasa terhadap kepuasan pelanggan dalam memilih
PAA Unit Link.
Analisis regresi berganda seperti yang dikutip dalam Sugiyono (2005:261),
yaitu :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e
Keterangan :
Y
45
b4
46
Teknik analisis yang digunakan sesuai dengan model di atas adalah regresi
berganda dimana nilai dari variabel dependen dapat diperoleh dari hasil survei
yang perhitungannya akan menggunakan skala likert. Cara pengukurannya
adalah menghadapkan seorang responden dengan sebuah pertanyaan dan
kemudian diminta untuk memberikan jawaban. Data yang berhasil
dikumpulkan dari kuesioner selanjutnya akan diukur dengan pengukuran data
ordinal dengan bobot hitung sampai 5, dengan kategori sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
e.
47
48
49
Mekanisme pengujiannya ialah, jika thitung > ttabel, maka H1 diterima (H0 ditolak)
atau dengan kata lain masing-masing variabel kualitas layanan, kualitas produk,
harga, loyalitas pelanggan, dan switching cost berpengaruh signifikan terhadap
kepuasan pelanggan. Sebaliknya apabila thitung < ttabel, maka H0 diterima (H1
ditolak) atau dengan kata lain masing-masing variabel kualitas layanan, kualitas
produk, harga, loyalitas pelanggan dan switching cost tidak berpengaruh
operasional
variabel
penelitian
merupakan
batasan
atau
Switchin
g Cost
Indikator
yang
diprioritaskan
Kebutuhan
Tindakan
(Need)
(Action)
Monetary Cost
Pelanggan
merasa
enggan
untuk
pindah ke
asuransi lain
Melakukan survey
kepuasan secara berkala
Meningkatkan
kepuasan pelanggan
Meningkatkan
keterikatan
pelanggan
(misalnya:
komunitas,
join branding dengan
bank dan lain-lain)
Memberikan
Waktu
Pelaksanaan
Jangka
pendek
Jangka
panjang
Jangka
50
Mempermudah dan
memberikan
bonus
mamfaat dalam proses
registrasi untuk asuransi
yang diberikan bagi
pelanggan tersebut.
Meningkatkan
jangkauan
informasi
yang bermamfaat untuk
pelanggan asuransinya.
panjang
Jangka
pendek
Jangka
pendek
Jangka
panjang
Sumber: Dikembangkan untuk penelitian ini, 2008
Tabel 3.1
Implikasi Manajerial Untuk Meningkatkan Kualitas Pelayanan, Kualitas Produk,
dan Harga
Variabel
Harga
Indikator
yang
diprioritaskan
Kebutuhan
Tindakan
(Need)
(Action)
Kesesuaian
Pengorbanan
Harga yang
dibayarkan
oleh
pelanggan
harus sesuai
dengan jasa
yang
diterima
pelanggan
untuk proses
tabungan
asuransi
baik untuk
sarana
pendidikan
dan
kebutuhan
untuk
pelanggan.
Melakukan review
berkala
terhadap
harga/program asuransi
yang diinginkan bagi
para pelanggan
dan
pesaing
Memberikan tarif
harga asuransi yang
bermamfaat
bagi
pelanggannya
dalam
program
asuransi
tersebut.
Memberikan harga
asuransi tabungan yang
bermamfaat
untuk
kesejahteraan
pelanggannya.
Melakukan
Join
branding dengan semua
bank khususnya Bank
milik Badan usaha milik
Waktu
Pelaksanaan
Jangka
pendek
Jangka
pendek
Jangka
panjang
Jangka
panjang
Jangka
pendek
Jangka
51
Kualitas
Produk
Keunggulan
produk asuransi
yang di
tawarkan.
Memperluas
kebutuhan
jaringan
informasi
jasa asuransi
terhadap
pelanggan.
panjang
Jangka
pendek
Jangka
panjang
Jangka
panjang
Jangka
panjang
Jangka
panjang
52
Kualitas
Layanan
Tangible
Kemampuan
perusahaan
untuk
menyediaka
n produk
dan jasa
yang
didukung
oleh
teknologi
modern
Mengoptimalkan
layanan jasa asuransi
bagi pelanggannya.
Memperbaiki
jaringan secara periodik
Melakukan R & D
(Reasearch
and
development)
Melakukan training
kemajuan
teknologi
layanan
asuransinya
terhadap
Engineer
prudential.
Mensosialisasikan
teknologi
layanan
asuransi melalui sistem
jaringan
network
kepada masyarakat
Join
teknologi
layanannya
dengan
pihak lain misalnya
bank, atau rumah sakit
dan lainnya, sehingga
memungkinkan
pelanggan
mendapat
nilai
tambah
dari
penggunaan
asuransi
yang diberikan dan
memiliki mamfaat bagi
para penggunanya baik
untuk
keselamatan
dirinya maupun untuk
kebutuhan di masa yang
akan datang.
Membangun sistem
pelayanan yang cepat
Membangun sistem
data base informasi
sehingga bisa merespon
kesulitan
pelanggan
dengan cepat
Jangka
pendek
Jangka
panjang
Jangka
panjang
Jangka
panjang
Jangka
panjang
Jangka
panjang
Jangka
53
panjang
Jangka
panjang
DAFTAR PUSTAKA
54
Perencanaan,
55
56