Disusun Oleh :
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah yang telah
memberi Rahmat, Hidayah, dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan judul Evaluasi Output Analisis Berganda dengan
tepat waktu dan tanpa halangan yang berarti.
Makalah ini disusun sebagai sebagai salah satu persyaratan dalam
menyelesaikan mata kuliah Metode Manajemen Kuantitatif (MKM). Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu,
kritik dan saran diperlukan untuk kesempurnaan atas makalah ini. Akhir kata,
semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dalam memperkaya ilmu dan
menjadi bekal bagi hidup sekarang maupun di masa mendatang.
Penulis
3
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 2
TINJAUAN PUSTAKA 3
Struktur Modal dan Fleksibilitas Keuangan 3
Financial distress 3
Arus kas bebas (free cash flow) dan fleksibilitas keuangan 4
Cash Holding dan fleksibilitas keuangan 4
Kebijakan Dividen 4
METODE PENELITIAN 5
Variabel 5
Variabel Dependen 5
Variabel Independen ( Variabel Bebas) 5
Uji Asumsi Klasik 5
Uji Normalitas 5
Uji Multikolinearitas 6
Uji Auto Korelasi 6
Uji Heteroskedastisitas 6
Uji Hipotesis 7
Uji Koefisien Determinasi ( 7
Uji F dan Uji T 7
HASIL DAN PEMBAHASAN 8
Uji Asumsi Klasik 8
Uji Normalitas 8
Uji Multikolinearitas 8
Uji Heteroskedastisitas 10
Uji Autokorelasi 11
Uji Hipotesis 12
Uji Koefisien Determinasi 12
Uji Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji T) 13
Uji Koefisien Regresi Secara Bersama-sama (Uji F) 15
KESIMPULAN 17
DAFTAR PUSTAKA 18
LAMPIRAN 19
4
DAFTAR TABEL
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Analisis regresi merupakan salah satu teknik analisis data dalam statistika
yang seringkali digunakan untuk mengkaji hubungan antara beberapa variabel dan
meramalkan suatu variabel. Istilah regresi pertama kali dikemukakan oleh Sir
Francis Galton (1822-1911), seorang antropolog dan ahli meteorologi terkenal
dari Inggris. Analisis regresi digunakan untuk menggambarkan hubungan antara
peubah respon Y dengan peubah prediktor X dalam suatu model regresi. Pada
analisis regresi dibutuhkan data yang bersifat kuantitatif sehingga dapat
didefinisikan hubungan antar peubah respon dan peubah prediktor. Dalam
mengkaji hubungan antara beberapa variabel menggunakan analisis regresi,
terlebih dahulu peneliti menentukan satu variabel yang disebut dengan variabel
tidak bebas (dependen) dan satu atau lebih variabel bebas (independen).
Jika ingin dikaji hubungan atau pengaruh satu variabel bebas terhadap
variabel tidak bebas, maka model regresi yang digunakan adalah model regresi
linier sederhana. Kemudian, jika ingin dikaji hubungan atau pengaruh dua atau
lebih variabel bebas terhadap variabel tidak bebas, maka model regresi yang
digunakan adalah model regresi linier berganda (multiple linear regression
model). Kemudian untuk mendapatkan model regresi linier sederhana maupun
model regresi linier berganda dapat diperoleh dengan melakukan estimasi
terhadap parameter-parameternya menggunakan metode tertentu. Pada tulisan ini
akan dikaji analisis regresi linier berganda atau sering juga disebut dengan regresi
klasik. Kajian meliputi kajian teori dan aplikasinya pada studi kasus tesis yang
berjudul Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Fleksibilitas Keuangan (SK Bursa
Efek Indonesia Periode 2008-2012) disertai dengan teknik analisis dan
pengolahan datanya dengan bantuan software SPSS.
Fleksibilitas keuangan merupakan salah satu tema yang menarik akhir-akhir
ini. Hal ini terjadi karena adanya survey yang dilakukan oleh Graham dan Harvey
(2001), dan mendapatkan hasil bahwa 392 cheif finance officer (CFO) dari
berbagai perusahaan di Amerika mengatakan bahwa fleksibilitas keuangan
merupakan faktor penentu yang paling penting dalam penentuan komposisi
struktur modal. Dalam beberapa penelitian fleksibilitas keuangan didefinisikan
sebagai berikut: menurut Byoun (2007) berpendapat bahwa fleksibilitas keuangan
adalah tingkat kapasitas dan kecepatan perusahaan untuk dapat memobilisasi
sumber daya keuangannya atau mengambil tindakan secara preventif, reaktif, dan
eksploitatif agar dapat memaksimalkan nilai perusahaan.
Selanjutnya Byoun (2008) menyatakan dalan studi literaturnya variabel-
variabel yang perlu diperhatikan agar fleksibelitas keuangan suatu perusahaan
dapat terjaga ialah arus kas, kemampuan untuk berhutang yang tidak terpakai, aset
yang likuid, akan tetapi ada dua variabel lain yang tidak berhubungan dengan
2
keuangan yaitu organisasi dan lingkungan, hal ini disebabkan oleh dinamika
perekonomian dunia yang semakin banyak ketidakpastian. Makalah ini akan
membahas berbagai faktor yang mempengaruhi fleksibilitas keuangan diantaranya
Cash Holding, Leverage Ratio, Free Cash Flow, Cash Flow Adequacy, Deviden
Payout Ratio, dan Krisis.
Tujuan
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk melakukan analisis regresi terhadap
suatu data pada tesis dan mengetahui pengaruh variabel-variabel independent
terhadap variabel dependent. Selain itu, akan dilakukan juga interpretasi untuk
membandingkan hasil output regresi dari software SPSS dengan hasil output
regresi pada studi kasus tesis yang dipilih.
3
TINJAUAN PUSTAKA
Financial distress
Platt dan Platt (2002) mendefinisikan financial distress merupakan suatu
kondisi dimana keuangan perusahaan dalam keadaan tidak sehat atau sedang
krisis. Dengan kata lain financial distress merupakan suatu kondisi dimana
perusahaan mengalami kesulitan keuangan untuk memenuhi kewajiban-
kewajibannya. Sedangkan kesulitan keuangan merupakan kesulitan likuiditas
sehingga perusahaan tidak mampu menjalankan kegiatan operasinya dengan baik
(Trijadi, 1999). Kesulitan keuangan dapat diartikan dalam beberapa kategori yaitu
sebagai berikut :
1. Economic Failure, yaitu kegagalan ekonomi yang berarti bahwa
pendapatan perusahaan tidak dapat menutup biayanya sendiri. Ini berarti
tingkat labanya lebih kecil dari biaya modal.
2. Bussines Failure, didefenisikan sebagai usaha yang menghentikan
operasinya dengan akibat kerugian bagi kreditur, dan kemudian dikatakan
dengan akibat kerugian bagi kreditur, dan kemudian dikatakan gagal
meskipun tidak melalui kebangkrutan secara normal.
3. Technical insolvency, sebuah perusahaan dapat dinilai mengalami
kesulitan Keuangan apabila tidak memenuhi kewajibannya yang jatuh
tempo. Technical insolvency ini menunjukkan kekurangan likuiditas yang
sifatnya sementara dimana pada suatu waktu perusahaan dapat
mengumpulkan uang untuk memenuhi kewajibannya dan tetap beroperasi.
4. Insolvency in bankcrupy, sebuah perusahaan dapat dikatakan mengalami
kesulitan keuangan bilamana nilai buku dari total kewajiban melebihi nilai
pasar dari asset perusahaan.
4
Kebijakan Dividen
Menurut Mahendra (2011) dividen adalah pembagian keuntungan dari laba
bersih yang dihasilkan oleh perusahaan dalam periode tertentu kepada para
pemegang saham. Bulan dan Subramanian (2008) suatu perusahaan dapat
menunda pembayaran dividen dengan beberapa alasan, yaitu: buruknya kinerja
keuangan perusahaan, adanya investasi yang besar dan financial infleksibility.
Jika dilikat dari ketiga alasan tersebut, maka penundaan pembayaran dividen
dapat menjadi salah satu sumber fleksibilitas perusahaan.
5
METODE PENELITIAN
Variabel
Variabel Dependen
Variable dependen pada makalah ini ialah di default rate yang merupakan
ukuran untuk mengetahui kemampuan perusahaan untuk membayar hutang,
default rate ini diperoleh dari penilaian perusahaan dengan menggunakan
synthetic rating dan kemudian dibandingkan dengan benchmark yang dikeluarkan
dari S & P 500 untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi, variable
dependen dan variable independen mempunyai distribusi normal atau tidak.
Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi data normal/ mendekati
6
normal. Uji normalitas hanya digunakan jika jumlah observasi adalah kurang dari
30, untuk mengetahui apakah error term mendekati distribusi normal. Jika jumlah
observasi lebih dari 30, maka tidak perlu dilakukan uji normalitas. Sebab
distribusi sample error term telah mendekati normal ( Ajija etall;2011).
Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan menguji apakah pada model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variable independen. Pada model regresi yang
baik antar variable independen seharusnya tidak terjadi korelasi. Ada atau
tidaknya multikolinearitas dapat diketahui atau dilihat dari koefisien korelasi
masing-masing variable bebas. Jika koefisien korelasi di antara masing-masing
variable bebas lebih besar dari 0.8, maka terjadi multikolinearitas (Ajija
etall;2011).
Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain.
Model regresi yang baik adalah yang terjadi homokedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas maka perlu
dilakukan uji white heteroskedasticity. Hasil yang diperhatikan dari uji ini adalah
nilai F dan Obs*R-squared. Jika nilai Obs*R-squared lebih kecil dari X2 tabel,
maka tidak terjadi heteroskedastisitas dan sebaliknya.
7
Uji Hipotesis
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
(LnX2)
Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
hubungan linear antar variabel independen dalam model regresi. Prasyarat yang
harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya multikolinearitas. Untuk
mengetahui apakah terdapat hubungan linear antar variabel independen dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
9
Cash Holding (X1) -7,997 2,850 -,144 -2,806 ,005 ,963 1,038
Laverage Rasio (X2) 1,610 ,132 ,642 12,191 ,000 ,914 1,094
Free Cash Flow (X3) -1,138E-007 ,000 -,094 -1,788 ,075 ,918 1,089
1
Cash Flow Adequacy ,013 ,061 ,011 ,217 ,828 ,976 1,025
(X4)
Hasil dari uji multikolineritas pada tabel di atas, jika batas tolerance value
adalah 0,1 dan batas VIF adalah 10. Apabila tolerance value < 0,1 atau VIF > 10 =
terjadi multikolinearitas. Apabila tolerance value > 0,1 atau VIF < 10 = tidak
terjadi multikolinearitas. Dari data tersebut Cash Holding (X1) diperoleh VIF
sebesar 1,038 10 dan nilai Tolerance 0,963 0,1 maka tidak terjadi masalah
multikolinearitas pada model regresi ini. Laverage Rasio (X2) diperoleh VIF
sebesar 1,094 10 dan nilai Tolerance 0,914 0,1 maka tidak terjadi masalah
multikolinearitas pada model regresi ini. Free Cash Flow (X3) diperoleh VIF
sebesar 1,089 10 dan nilai Tolerance 0,918 0,1 maka tidak terjadi masalah
multikolinearitas pada model regresi ini. Cash Flow Adequacy (X4) diperoleh
VIF sebesar 1,025 10 dan nilai Tolerance 0,976 0,1 maka tidak terjadi
masalah multikolinearitas pada model regresi ini. Deviden Payout Rasio (X5)
diperoleh VIF sebesar 1,007 10 dan nilai Tolerance 0,993 0,1 maka tidak
terjadi masalah multikolinearitas pada model regresi ini. Dari hasil ini maka dapat
disimpulkan bahwa semua variabel bebas yang dipakai dalam penelitian ini lolos
uji multikolinearitas.
Hasil yang diperoleh pada penelitian yang dilakukan Aditya (2011) juga
menunjukkan hal yang serupa dimana data yang ada menunjukkan tidak terjadi
masalah multikolinearitas. Namun terdapat perbedaan hasil angka pada VIF yang
dilakukan apabila dibandingkan nilai angka yang dihasilkan oleh peneliti, hal ini
disebabkan karena alat hitung yang digunakan berbeda, selain itu penelitian yang
dilakukan oleh Aditya (2011) menghitung hubungan antara setiap variabel
10
sedangkan pada makalah ini hanya dihitung hubungan antara variabel dependen
dengan masing-masing variabel independennya.
Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual pada model regresi.
Model regresi yang baik mensyaratkan tidak adanya masalah heteroskedastisitas.
Heteroskedastisitas menyebabkan penaksiran atau estimator menjadi tidak efisien
dan nilai koefisien determinasi akan menjadi sangat tinggi. Untuk mengetahui ada
atau tidaknya heteroskedastisitas dalam model regresi ini dapat dilihat pada tabel
dibawah ini
Tabel 4 Tabel Hasil Uji Heteroskedastisitas
a
Coefficients
dilakukan apabila dibandingkan nilai angka yang dihasilkan oleh peneliti, hal ini
disebabkan karena alat hitung yang digunakan berbeda sehingga outputnya pun
berbeda, selain itu penelitian yang dilakukan oleh Aditya (2011) menggunakan
parameter uji yang berbeda dimana pada makalah ini penulis menggunakan nilai
.sig, sedangkan peneliti menggunakan Obs*R-Square.
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada t-1
sebelumnya. Prasyarat yang harus yang harus digunakan dalam pengujian
autokorelasi adalah tidak terdapatnya masalah outokorelasi. Metode pengujian
yaitu menggunakan uji Durbin-Watson (DW test). Hasil pengujian bisa dilihat
pada tabel dibawah ini:
a. Predictors: (Constant), Deviden Payout Rasio (X5), Free Cash Flow (X3), Cash Holding (X1),
Cash Flow Adequacy (X4), Laverage Rasio (X2)
b. Dependent Variable: Default Rate (Y)
(Sumber: Output SPSS 21, 2016, data diolah penulis)
Runs Test
Unstandardized Residual
a
Test Value -1,64367
Cases < Test Value 112
Cases >= Test Value 113
Total Cases 225
Number of Runs 124
Z 1,403
Asymp. Sig. (2-tailed) ,160
Berdasarkan hasil Runs Test pada tabel 18 di atas, di peroleh nilai Asymp.
Sig. (2-tailed) > 0,05 yaitu (0,160 > 0,05) dengan demikian data yang
dipergunakan cukup random sehingga tidak terdapat masalah autokorelasi pada
data yang diuji.
Berdasarkan ke empat uji data di atas, data yang digunakan dalam model
regresi memenuhi syarat dalam kelayakan pengujian data, maka dapat
disimpulkan bahwa hasil estimasi model regresi variabel independen aset pajak
tangguhan dan beban pajak tangguhan terhadap variabel dependen manajemen
laba memenuhi syarat BLUE (Best Linier Unbias Estimation). Dengan demikian
kesimpulan yang dapat diperoleh dari model regresi dapat dianggap sudah
menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Hal tersebut sesuai dengan penelitian
yang dilakukan Aditya (2011) dimana model regresi dianggap sudah
menggambarkan keadaan yang sebenarnya.
Uji Hipotesis
a. Predictors: (Constant), Deviden Payout Rasio (X5), Free Cash Flow (X3), Cash Holding (X1),
Cash Flow Adequacy (X4), Laverage Rasio (X2)
b. Dependent Variable: Default Rate (Y)
(Sumber: Output SPSS 21, 2016, data diolah penulis)
Koefisien determinasi dari perhitungan tabel di atas diperoleh angka
sebesar 0,445. Hal ini menunjukkan bahwa besar sumbangan pengaruh aset pajak
tangguhan dan beban pajak tangguhan yaitu 44,5% sedangkan sisanya sebesar
55,5% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti.
Cash Flow Adequacy (X4) terhadap Default Rate (Y) adalah sebesar
0,828lebih kecil dari 0,05 (0,828< 0,05) maka H0 diterima. Artinya Cash
Flow Adequacy (X4) secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap
Default Rate (Y).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan oleh penulis, diperoleh hasil
bahwa variabel independen yang terdiri dari cash holding dan laverage rasio
berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen (default rate). Sedangkan
variabel independen yang terdiri dari free cash flow, cash flow adequacy, dan
deviden payout tidak berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen
(default rate). Secara keseluruhan, interpretasi dari hasil perhitungan yang
dilakukan penulis sama dengan hasil interpretasi yang dilakukan oleh peneliti
pada tesis yang dipilih. Namun, angkat yang dihasilkan tidak persis sama antara
hasil penulis dengan peneliti, hal tersebut dapat disebabkan karena beberapa
faktor. Pertama, alat dan model perhitungan yang digunakan penulis dengan
peneliti berbeda. Kedua, data yang digunakan oleh penulis hanya terbatas pada
data yang dilampirkan oleh peneliti pada tesis dan ada kemungkinan data yang
dilampirkan tidak lengkap sehingga menimbulkan hasil angka yang sedikit
berbeda.
18
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN