Anda di halaman 1dari 29

TUGAS SAK KELOMPOK 6

CRITICAL REVIEW JURNAL LOKAL DAN JURNAL ASING

IKA PUTRI FITRI AJIANI (A1C113042)


HEPPY FITRIYAN (A1C113033)
LISA MARLIA ABIDANO (A1C113050)
EFFIATHPIANI INTAN SARI` (A1C113022)
BAIQ TUHFATUL HIDAYATI (A1C113015)
BAIQ RARAS KOMALASARI (A1C113011)
BAIQ MIRSANI ROSYADA (A1C113010)
DEVITA SUKMA (A1C113018)
HURAISAH (A1C113034)
IDA CAHYA DINIARTI (A1C113040)
LETISIAH (A1C113049)

S1 AKUNTANSI REGULER SORE


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MATARAM
2016
CRITICAL REVIEW JURNAL LOKAL

PENERAPAN IFRS DAN HUBUNGANNYA DENGAN KOMPARABILITAS


PENGUNGKAPAN ASET TETAP PADA LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN
Oleh
Ardian Setianto
Agung Juliarto

A. RESUME JURNAL LOKAL


1. Latar Belakang
Semakin banyak perusahaan-perusahaan multinasional, pertumbuhan pasar
internasional, dan perubahan perilaku investor yang muncul dan berkembang di Indonesia
menjadi salah satu faktor yang mendorong proses internasionalisasi kegiatan ekonomi,
yang kemudian mengakibatkan adanya kebutuhan untuk menyeragamkan standar
akuntansi yang berlaku secara global dalam bentuk IFRS (International Financial
Reporting Standards).Maka dari itu Pemerintah mendukung penuh Program konvergensi
PSAK ke IFRS di Indonesia.Pengadopsian standar akuntansi internasional ke dalam
standar akuntansi domestik bertujuan untuk menghasilkan laporan keuangan yang
memiliki tingkat komparabilitas dan kredibilitas tinggi.
Kegiatan operasional perusahaan tidak lepas dari aset tetap, karena aset tetap
merupakan sumber atau harta berwujud yang memberikan manfaat jangka panjang (lebih
dari satu periode). Sehingga Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) selaku badan yang
berwenang dalam melakukan perubahan terhadap Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK), mengeluarkan revisi terhadap PSAK No.16 (revisi 2007) mengenai
Aktiva Tetap dan Aktiva Lain-lain, dan menggantinya menjadi PSAK No.16 (revisi
2011) yang berlaku efektif untuk periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah
tanggal 1 Januari 2012.

2. Rumusan Masalah
Apakah komparabilitas pengungkapan Aset Tetap pada laporan keuangan
perusahaan menjadi semakin kecil seiring berlakunya IFRS dari waktu ke waktu?
3. Tinjauan Pustaka
IFRS merupakan standar akuntansi internasional yang diterbitkan oleh
International Accounting Standards Board (IASB).IASB yang dahulu bernama
International Accounting Standard Committee (IASC), merupakan sebuah lembaga
independen yang bertugas untuk menyusun standar akuntansi internasional
(IAS).Organisasi ini memiliki tujuan mengembangkan dan mendorong penggunaan
standar akuntansi global yang berkualitas tinggi, dapat dipahami dan dapat
diperbandingkan (Choi et al., 1999).

Kerangka Pemikiran Teoritis


Variabel Independen

Tingkat Pengungkapan Awal (IDH)

Variabel Interaksi

IDHx IFRS1

IDHx IFRS2

Tingkat
Variabel Kontrol Pengungkapan
Aset Tetap
Ukuran Perusahaan

Struktur Aset

ROA

Leverage

Teori Institusional (Mimetic Isomorphism Theory) sebagai Teori Besar dalam jurnal ini.
Dimana dalam kerangka teori insitusional (Mimetic Isomorphism Theory) diterangkan
bahwa sebuah perusahaan/ organisasi akan merujuk kepada tindakan meniru organisasi
lainnya yang berhasil ketika sebuah organisasi tidak tahu pasti tentang apa yang harus
dilakukan.

Dari penjelasakan diatas maka peneliti menarik sebagai berikut:


H1: perbedaan tingkat pengungkapan aset tetap pada laporan keuangan perusahaan yang
menjadi semakin kecil dari waktu ke waktu mengindikasikan adanya peningkatan
komparabilitas

4. Metodelogi Penelitian
Identifikasi Variabel Operasional dalam penelitin ini sebagai berikut:
1. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat pengungkapan
aset tetap.
∑ 𝑆𝐶𝑅
𝐷𝐼𝑆𝐶𝐿 =
∑ 𝑀𝐴𝑋
Keterangan:
DISCL : Disclosure Index
∑SCR : Skor pengungkapan yang sebenarnya
∑MAX : Skor maksimal yang dapat diperoleh masing-masing perusahaan
2. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan mengukur
tingkat pengungkapan awal atau Initial High Disclosure (IDH).
3. Variabel Interaksi dalam penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis yang ada,
maka penelitian ini menginteraksikan antara IDH dengan periode penerapan IFRS.
4. Variabel Kontrol
a. Ukuran Perusahaan (SIZE) Pada penelitian ini indikator untuk mengukur besar
kecilnya perusahaan sesuai dengan penelitian Vergauwe dan Gaeremynck (2013)
yaitu dengan menggunakan logaritma natural dari total aset perusahaan.
b. Struktur Aset, dengan rumus sebagai berikut:

c. ROA (Return on Assets) dengan rumus sebagai berikut:


d. Leverage, dengan rumus sebagai berikut:

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar


(listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2011 sampai dengan 2013. Metode
pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling untuk mengeluarkan
perusahaan yang tidak sesuai dengan kriteria sebagai berikut:
1. Perusahaan Manufaktur yang go public, yang terdaftar di BEI selama periode
penelitian, yaitu dari tahun 2011-2013.
2. Perusahaan tidak mengalami delisting selama periode penelitian.
3. Perusahaan tidak memiliki ekuitas negatif pada laporan keuangan tahunan.
4. Perusahaan menyertakan laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor
independen selama periode 2011-2013
Metoda Analisis daam penelitian ini adalah Statistik Deskriptif dengan
mengunakan Uji Asumsi Klasik (yang meliputi Uji Normalitas, Uji Multikolinearitas,
Uji Autokorelasi, Uji Heteroskedastisitas, Uji Hipotesis), Koefisien Determinasi (R²)
(yang meliputi Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) dan Uji Signifikansi
Parameter Individual (Uji Statistik t) )
5. Hasil dan Pembahasan
Analisis statistik deskriptif pada penelitian ini digunakan untuk memberikan
gambaran suatu data berdasarkan nilai ratarata (mean), standar deviasi, nilai maksimum,
dan nilai minimum dari nilai variabel yang bersangkutan. Penjelasan statistik deskriptif
mengenai variabel Tingkat Pengungkapan Aset Tetap (DISCL), Ukuran Perusahaan
(SIZE), Struktur Aset (SCALEDB), ROA, dan Leverage (Lev) disajikan sebagai berikut :
Nilai rata-rata (mean) DISCL adalah 0,5224 yang berarti dalam satu periode laporam
keuangan, perusahaan telah mengungkapkan sebanyak 52,24% item pengungkapan aset
tetap konvergensi IFRS. Pada tabel di atas 327 pengamatan yang diolah menunjukkan
bahwa 205 perusahaan atau sebesar 62,7% perusahaan sampel memiliki selisih indeks
pengungkapan perusahaan yang bersangkutan dengan indeks pengungkapan perusahaan
terbaik lebih besar dari median. Adapun kondisi sebaliknya ditunjukkan oleh 112
perusahaan atau sebesar 37,3% perusahaan sampel

Hasil penelitian dari Uji Asumsi Klasik meliputi: Uji normalitas digunakan untuk
mendeteksi apakah dalam model regresi distribusi data normal atau tidak, dapat dilihat
pada grafik normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif data
normal. Uji Multikolinieritas Berikut adalah hasil uji multikolinieritas dalam penelitian
ini : Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai tolerance semua variabel mendekati
angka 1 dan nilai VIF tidak lebih dari 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam
model regresi tidak terdapat multikolinearitas dan model regresi layak untuk dipakai.
Hasil uji heteroskedastisitas ditunjukkan pada gambar dibawah ini : Dari gambar grafik
scatterplot diatas terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak diatas maupun dibawah
angka 0 pada sumbu Y. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi ini
tidak terjadi heteroskedastisitas. hasil pengujian autokorelasi dalam penelitian ini : hasil
analisis diperoleh nilai Durbin-Watson sebesar 1,799. Nilai sigifikansi tersebut berada
antara dU (1,7616) dan 4 – dU yaitu 2,2384. Dengan demikian menunjukkan bahwa
model regresi tersebut sudah bebas dari masalah autokorelasi.
6. Kesimpulan
Dari hasil analisis data dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat diambil
kesimpulan bahwa hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa variabel interaksi
antara indeks pengungkapan awal aset tetap perusahaan (IDH) dengan periode penerapan
IFRS tahun pertama (IFRS1) dan periode penerapan IFRS tahun kedua (IFRS2)
memiliki pengaruh yang signifikan negatif terhadap tingkat pengungkapan aset tetap.
Hal ini menunjukkan bahwa komparabilitas pengungkapan aset tetap pada laporan
keuangan perusahaan menjadi semakin kecil seiring berlakunya konvergensi IFRS dari
waktu ke waktu.
Berdasarkan keterbatasan yang diperoleh dalam penelitian ini, maka diajukan
saran-saran bagi penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut :
1. Perluasan objek penelitian dengan meneliti elemen laporan keuangan secara
keseluruhan, tidak hanya berfokus pada PSAK No.16: Aset Tetap dan dapat
menggunakan sampel perusahaan yang lebih luas lagi sehingga hasilnya lebih dapat
digeneralisasikan.
2. Dalam mengukur variabel pengungkapan aset tetap dapat dilakukan dengan
melibatkan lebih dari satu orang, untuk meminimalisasi unsur subjektifitas dalam
proses interpretasi disclosure checklist.
3. Untuk mengidentifikasi item-item pengungkapan dapat menggunakan checklist
berdasarkan peraturan yang berlaku lainnya atau dapat mengembangkan sendiri.
Sebab checklist yang berbeda dapat memberikan hasil penilaian yang berbeda pula.
Hal ini dapat digunakan untuk menguji konsistensi hasil penelitian dalam skripsi
ini.
4. Penggunaan periode penelitian yang lebih panjang di tahun yang akan datang,
sehingga hasil penelitian lebih akurat.
B. CRITICAL REVIEW JURNAL LOKAL
1. Judul
Judul penelitian telah sesuai dengan masalah yang diangkat dalam
penelitian, dimana peneliti ingin mengetahui dengan adanya penerapan IFRS
apakah terdapat hubungan dengan komparabilitas pengungkapan aset tetap pada
laporan keuangan perusahaan.
2. Abstrak
Dalam abstrak telah dijelaskan tujuan penelitian, sampel penelitian,
teknik analisis data, dan hasil penelitian. Hanya saja sebaiknya peneliti
memberikan abstrak dalam bahasa Indonesia karena jurnal ini merupakan jurnal
lokal. Maka berikut terjemahan bagian abstrak jurnal tersebut:
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pelaksanaan IFRS
dan hubungannya dengan komparabilitas pengungkapan aset tetap atau sekarang
disebut PPE (Property, Plant, dan Peralatan) dalam laporan keuangan.Variabel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah penerapan IFRS yang berfokus pada
perbandingan pengungkapan APD.Penelitian ini didasarkan pada penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Vergauwe dan Gaeremynck (2013).Sampel
penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada tahun 2011-2013.Data dikumpulkan dengan menggunakan
metode purposive sampling dan 327 data observasi dianalisis.Pengujian hipotesis
dalam penelitian ini digunakan analisis regresi berganda dengan SPSS Rilis
20.Hasil analisis ini menemukan bahwa koefisien variabel interaksi antara
properti awal, pabrik, dan peralatan (PPE) indeks pengungkapan dan periode
penerapan IFRS di tahun pertama dan tahun kedua menjadi semakin negatif.Hal
ini menunjukkan bahwa perbedaan tingkat disclosure PPE antara perusahaan
menurun.Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan pengungkapan PPE tingkat
dalam laporan keuangan antara perusahaan menjadi lebih kecil dari waktu ke
waktu sehingga perbandingan yang lebih tinggi sebagai diberlakukannya
konvergensi IFRS.
Kata kunci: IFRS, komparabilitas, pengungkapan, PPE (Property, Plant,
dan peralatan)
3. Pendahuluan
Latar belakang jurnal tersebut telah sesuai fenomena dan didukung teori
dan penelitian terdahulu. Rumusan masalah juga telah dicantumkan yang
bersinergi dengan judul jurnal tersebut. Perlu dicantumkan tujuan penelitian dan
manfaat penelitian, dimana kedua bagian tersebut dapat dilihat sebagai berikut:
1. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui komparabilitas pengungkapan Aset Tetap pada laporan
keuangan perusahaan seiring berlakunya IFRS dari waktu ke waktu.
2. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai hasil penerapan teori dan
ilmu akuntansi khususnya akuntansi keuangan dan hasil penelitian diharapkan
dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang komparabilitas
pengungkapan Aset Tetap.
2. Bagi Investor
Manfaat yang diambil dari penelitian ini diantaranya memberikan kontribusi
kepada investor dan calon investor mengenai bagaimana pengungkapan Aset Tetap
suatu perusahaan. Dengan banyaknya informasi yang dimiliki investor, maka
risiko yang ditanggung investor diharapkan akan semakin kecil.
3. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagi penelitian-penelitian
selanjutnya.

4. Tinjauan Pustaka
Teori besar yang memayungi jurnal tersebut telah ada dan landasan teori
telah lengkap.Hipotesis yang dikembangkan juga didasari dengan logika
pemikiran.Penelitian terdahulu belum tercantum dalam tinjauan pustaka.Maka
berikut penelitian terdahulu yang sesuai:
Penelitian Rahmasari, Melisa (2013) yang menjelaskan pengakuan,
pengukuran, penyajian, dan pengungkapan Aset Tetap dalam laporan keuangan
PT. Dwi Putra Jasa Prima dan kesesuaiannya dengan PSAK No. 16 (Revisi 2007).
Hasil penelitiannya menyatakan bahwa pengakuan, dan pengukuran aset tetap
telah sesuai dengan aturan yang berlaku.Namun terkait kebijakan metode
penyusutan serta pengungkapan aset tetap, perusahaan belum melakukan
kesesuaian dengan PSAK No.16 (Revisi 2007) yang mengakibatkan laporan
keuangan perusahaan tidak memiliki tingkat keandalan yang baik.
Adapun penelitian lainnya yaitu penelitian yang dilakukan Vergauwe,
Skrålan and A. Gaeremynck (2013) menganalisis apakah dalam kerangka
akuntansi berbasis prinsip, seperti IFRS, pengungkapan menjadi lebih dapat
dibandingkan dari waktu ke waktu.Hasil penelitiannya menunjukkan
pengungkapan tidak hanya meningkat dari waktu ke waktu tetapi juga menjadi
lebih komparable. Selain itu, mereka juga menemukan bukti bahwa krisis
keuangan yang terjadi dapat mempercepat proses ke pengungkapan informasi
yang lebih komparabel.
.
5. Metode Penelitian
Jenis penelitian dan sampel penelitian tidak dijelaskan dalam bagian
metode penelitian ini.Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Sampel
penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada tahun 2011-2013. Total data yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu 327 pengamatan (109 perusahaan x 3 tahun).
6. Hasil Penelitian dan Kesimpulan
Hasil penelitian dan kesimpulan penelitian ini saling berkesinambungan.
Setiap hasil pengujian telah diinterpretasikan dengan baik dalam pembahasan.
Kesimpulan yang ada konsisten dengan hasil penelitian. Peneliti juga telah
mencantumkan keterbatasan penelitian dan saran.
7. Daftar Pustaka
Aturan penulisan sesuai dengan tata cara penulisan daftar pustaka secara
umum. Namun terdapat penelitian yang tidak tercantum dalam daftar pustaka,
namun disertakan dalam bagian jurnal lainnya sebagai sumber referensi yaitu:
Sletten, (2012), Rahmasari (2013), dan Weston dan Brigham (2005)
CRITICAL REVIEW JURNAL ASING

The Quality Of Fair Value Measures For Property, Plant, And Equipment
By
Don Herrmann, Shahrokh M. Saudagaran, and Wayne B. Thomas

A. RESUME JURNAL ASING


1. Latar Belakang
Di latar belakang penelitian ini dijelaskan mengenai proyek konvergensi
jangka pendek yang dilakukan bertujuan untuk melenyapkan berbagai perbedaan
individual antara standar AS dan standar internasional. Selanjutnya, Dewan FASB dan
IASB berkomitmen untuk menghapus perbedaan yang tersisa melalui kemajuan
lanjutan pada proyek-proyek bersama dan koordinasi program kerja di masa depan.
The Securities and Exchange Commission (SEC), yang bertanggung jawab untuk
penegakan standar akuntansi AS, sangat mendukung kesepakatan antara FASB dan
IASB untuk bekerja bersama menuju konvergensi yang lebih besar antara standar AS
dan Standar Pelaporan Keuangan Internasional (IFRS).
Jurnal ini berpendapat untuk mengukur nilai wajar PPE (Property, Plant, and
Equipment) dan menantang argumen utama dalam mendukung mempertahankan status
quo saat ini di Amerika Serikat dimana biaya historis yang ketat untuk semua PPE
(Property, Plant, and Equipment) kecuali aset mengalami penurunan nilai. Penekanan
utama dari makalah ini adalah pada evaluasi biaya historis dan nilai wajar PPE
(Property, Plant, and Equipment) berdasarkan karakteristik kualitatif dari informasi
akuntansi yang dicantumkan dalam SFAC No. 2.

2. Tinjauan pustaka
Langkah-langkah evaluasi nilai wajar dan biaya historis untuk PPE
berdasarkan SFAC No. 2 :

1. Relevansi didefinisikan sebagai "kapasitas informasi untuk membuat


perbedaan dalam keputusan dengan membantu pengguna untuk membentuk
prediksi tentang hasil dari masa lalu, sekarang, dan kejadian masa depan atau
untuk mengkonfirmasi atau harapan sebelum benar (SFAC No 2). tiga
karakteristik utama informasi relevan adalah nilai prediksi, nilai umpan balik,
dan ketepatan waktu
2. Keandalan didefinisikan sebagai "kualitas informasi yang menjamin informasi
cukup bebas dari kesalahan dan bias dan setia mewakili apa itu dimaksudkan
untuk mewakili (SFAC No 2)." Tiga karakteristik utama dari kehandalan
adalah pemastian, netralitas, dan kesetiaan representasional
3. Banding didefinisikan sebagai "kualitas informasi yang memungkinkan
pengguna untuk mengidentifikasi kesamaan dalam dan perbedaan antara dua
set fenomena ekonomi (SFAC No 2)." Nilai wajar, ketika mereka dapat diukur
secara handal, meningkatkan komparabilitas informasi.
4. Konsistensi didefinisikan sebagai "kesesuaian dari periode ke periode dengan
kebijakan tidak berubah dan prosedur (SFAC No 2)." Karakteristik kualitatif
ini lagi nikmat tindakan nilai wajar untuk properti, pabrik, dan peralatan.
Penggunaan nilai wajar konsisten menerapkan satu pendekatan penilaian dari
waktu ke waktu. Biaya historis dengan hasil penurunan campuran metode
penilaian. Jika diharapkan arus kas masa depan melebihi nilai buku aset, aset
tersebut dilaporkan pada biaya historis. Jika nilai buku suatu aktiva melebihi
diharapkan arus kas masa depan, penurunan nilai dilaporkan pada nilai wajar
lebih rendah.
3. Kesimpulan
Peneliti berpendapat bahwa nilai wajar untuk PPE yang lebih relevan bagi para
pengambil keputusan. Penelitian akademik telah menunjukkan bahwa revaluasi atas
aset, dan peralatan berkorelasi dengan harga saham dan membantu dalam memprediksi
laba masa depan. Nilai wajar juga menyediakan informasi yang relevan mengenai
pembatasan dividen. Selain meningkatkan nilai prediksi, nilai wajar memberikan nilai
umpan balik yang lebih besar dan informasi keuangan yang lebih tepat waktu dari
langkah-langkah biaya historis dari PPE. Keandalan terdiri dari kepastian, netralitas,
dan kesetiaan representasional. Kepastian biaya historis, meskipun dalam kasus seperti
aset yang dibangun sendiri biaya historis lebih unggul dari nilai wajar. Netralitas dan
tindakan dukungan kesetiaan representasional nilai wajar lebih unggul dari biaya
historis untuk PPE.
Nilai wajar juga unggul dari sudut pandang komparatif dan konsistensi.
Akuntansi nilai wajar memungkinkan PPE dilaporkan pada periode yang berbeda
harus dihargai secara sebanding. Biaya historis menghalangi perbandingan untuk PPE
karena gagal untuk mengidentifikasi kesamaan antara barang serupa dan gagal untuk
membedakan perbedaan antara item yang berbeda. Biaya historis juga melemahkan
konsistensi jumlah yang dilaporkan. Utilitas laporan keuangan pada akhirnya tetap
dalam kemampuan mereka untuk memberikan informasi berguna untuk pengambil
keputusan. Dalam hal ini, kami berpendapat bahwa pengukuran PPE di Amerika
Serikat perlu dipertimbangkan.

B. CRITICAL REVIEW JURNAL ASING


1. Judul
Judul penelitian telah sesuai dengan masalah yang diangkat dalam penelitian,
dimana peneliti ingin mempertimbangkan penggunaan nilai wajar untuk PPE.
2. Abstrak
Dalam abstrak telah di jelaskan secara rinci isi dari jurnal mengenai konsep
(SAFC) No. 2 mengenai karakteristik kualitatif laporan keuangan, memberikan
ringkasan dari penilaian PPE internasional mencatat bahwa revaluasi untuk nilai wajar
adalah praktek yang dapat diterima sesuai dengan standar akuntansi nasional dan
internasional, sejarah singkat dari akuntansi di Amerika Serikat, serta Amerika Serikat
dapat belajar dari praktek-praktek yang sudah mapan di negara-negara lain dan dalam
Standar Pelaporan Keuangan Internasional dengan mempertimbangkan kembali
langkah-langkah nilai wajar untuk PPE.
3. Latar Belakang
Latar belakang merupakan bagian dari pendahuluan dimana seharusnya juga
tidak hanya ada latar belakang saja, melainkan ada rumusan masalah, tujuan
penelitian, dan manfaat penelitian dimana ketiga hal tersebut bisa terlihat sebagai
berikut:
1. Rumusan Masalah
Bagaimana mengevaluasi biaya historis dan nilai wajar PPE (Property,
Plant, and Equipment) berdasarkan karakteristik kualitatif dari informasi
akuntansi yang dicantumkan dalam SFAC No. 2 ?

2. Tujuan Penelitian
Untuk mengevaluasi biaya historis dan nilai wajar PPE (Property, Plant,
and Equipment) berdasarkan karakteristik kualitatif dari informasi akuntansi
yang dicantumkan dalam SFAC No. 2
3. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian dari jurnal ini yaitu dapat memberikan gambaran
mengenai pengukuran revaluasi aset tetap berupa property, plant, dan
equipment berdasarkan aturan yang berlaku umum serta memenuhi
karakteristik kualitatif pelaporan akuntansi sehingga nilai aset mencerminkan
kondisi yang sesungguhnya dan memudahkan pembaca laporan keuangan
dalam pengambilan keputusan.
4. Tinjauan Pustaka
Telah menguraikan aturan revalusi aset berdasarkan standar internasional dan
standar yang berlaku di Amerika Serikat serta perbandingan yang lebih rinci dalam
revisi Internasional / US GAAP perbandingan standar yang diterbitkan oleh IASB
tersebut, karakteristik kualitatif pelaporan informasi akuntansi yang meliputi relevansi,
keterandalan, dapat dibandingkan serta konsisten. Kekurangan dalam bagian ini
adalah belum ada referensi penelitian terdahulu. Jika penelitian seperti ini baru
pertama kali di lakukan sebaiknya di jelaskan dalam jurnal. Namun berdasarkan isi
jurnal, penelitian terdahulu yang dapat diambil adalah sebagai berikut:
Ashbaugh dan Olsson (2002) menemukan 13 dari 19 perusahaan dari IAS
sampel perusahaan perdagangan di SEAQ pasar ekuitas internasional London
revaluasi aset mereka ke atas.
Beberapa peneliti meneliti hubungan antara harga saham, return, perkiraan
pendapatan, dan/atau laba masa depan dan revaluasi PPE di Australia (Barth & Clinch,
1998; Easton, Eddey, & Harris, 1993) dan di Inggris (aboody, Barth, & Kasznik,
1999). Studi ini umumnya menemukan bahwa revaluasi aset adalah nilai tambahan
relevansi melampaui jumlah biaya historis untuk tujuan menjelaskan current return
dan harga saham. Studi ini juga menemukan bahwa revaluasi PPE meningkatkan
perkiraan laba masa depan (dari yang dividen dapat dibayar).
Penelitian ini tidak memerlukan adanya perumusan hipotesis karena bukan uji
pengaruh. Serta tidak memerlukan adanya identifikasi variabel karena penelitian ini
hanya mamaparkan bagaimana pengukuran revaluasi PPE.

5. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian ini memaparkan
evaluasi biaya historis dan nilai wajar berdasarkan karakteristik kualitatif dari
informasi akuntansi, serta bagiamana pengukuran terhadap PPE sesuai dengan aturan
yang berlaku umum.

Sampel penelitian adalah penilaian revaluasi aset untuk PPE di lima negara dan
praktek diijinkan berdasarkan IFRS. 5 negara ini terdiri dari Jepang, Australia, Inggris,
Selandia Baru dan Amerika Serikat.
Periode penelitian ini selama 4 tahun yaitu 31 Maret 1998 sampai dengan 31
Maret 2002.
6. Hasil Penelitian dan Kesimpulan
Dari kelima negara tersebut Australia, Inggris, Selandia Baru, dan International
standar memungkinkan revaluasi untuk nilai wajar, Amerika Serikat dan Jepang
umumnya tidak memungkinkan revaluasi.
Melihat pemaparan dalam jurnal ini sebaiknya Amerika Serikat mengikuti
praktek revaluasi PPE dengan nilai wajar. Seperti halnya yang di terapkan di negara-
negara lain termasuk Australia, Inggris, dan Selandia Baru memungkinkan untuk
pelaporan PPE pada nilai wajar karena hal ini sesuai dengan IFRS dan lebih
mencerminkan nilai aset yang sebenarnya.
7. Daftar Pustaka
Penulisan daftar pustaka sudah baik dan benar sesuai dengan urutan abjad dan
aturan penulisan daftar pustaka yang berlaku umum.
TERJEMAHAN JURNAL ASING
Kualitas tindakan nilai wajar untuk properti, pabrik, dan peralatan
Don Herrmanna, Shahrokh M. Saudagaranb, Wayne B. Thomas
Abstrak
Berdasarkan Pernyataan Konsep Akuntansi Keuangan (SFAC) No. 2, makalah ini berpendapat untuk mengukur nilai wajar
properti, pabrik, dan peralatan dan menantang argumen utama dalam mendukung mempertahankan status quo saat ini di biaya
historis Amerika Serikat-yang ketat untuk semua properti, pabrik, dan peralatan kecuali aset mengalami penurunan nilai. Kami
pertama memberikan ringkasan dari penilaian properti, pabrik, dan peralatan internasional mencatat bahwa revaluasi untuk nilai
wajar adalah praktek yang dapat diterima sesuai dengan standar akuntansi nasional dan internasional banyak. Kami juga
memberikan perspektif sejarah singkat dari akuntansi di Amerika Serikat di mana sebelum 1940 valuasi atas properti, pabrik, dan
peralatan adalah alternatif akuntansi dapat diterima. Kami kemudian mengevaluasi nilai wajar terhadap tindakan historis untuk
properti, pabrik, dan peralatan berdasarkan karakteristik kualitatif dari informasi akuntansi dalam SFAC No. 2. Kami
berpendapat bahwa tindakan nilai wajar untuk properti, pabrik, dan peralatan yang unggul biaya historis berdasarkan karakteristik
nilai prediksi, nilai umpan balik, ketepatan waktu, netralitas, kesetiaan representasional, komparabilitas, dan konsistensi.
Pemastian tampaknya menjadi kualitatif karakteristik kesukaan akan biaya historis tunggal atas nilai wajar. Akhirnya, kami
membahas konsep pengukuran kunci untuk properti, pabrik, dan peralatan. Amerika Serikat bisa belajar dari praktek-praktek
yang sudah mapan di negara-negara lain dan dalam Standar Pelaporan Keuangan Internasional dengan mempertimbangkan
kembali langkah-langkah nilai wajar untuk properti, pabrik, dan peralatan.
Kata kunci: tindakan Nilai wajar; Kerangka konseptual; Aktiva tetap

1. Pendahuluan
Internasional Dewan Standar Akuntansi (IASB) baru-baru ini mendirikan Kelompok Kerja untuk mengusulkan
model konvergensi untuk revaluasi aset, dan peralatan. Proposal ini akan diserahkan kepada IASB dalam
pengembangan Draft Paparan dari revisi IAS 16 Property, Plant, dan Peralatan dan revisi IAS 36 Penurunan Nilai
Aset. Pada tingkat yang lebih luas, IASB telah terlibat pembuat standar nasional, dengan Kanada mengambil peran
utama, dalam pengembangan sebuah makalah diskusi tentang isu-isu pengukuran. Pada bulan Mei 2005, IASB
disetujui untuk publikasi makalah diskusi bertajuk "Basa Pengukuran Pelaporan Keuangan:. Measuring surement
pada Pengakuan Awal" Dokumen akan diterbitkan pada kuartal ketiga tahun 2005 untuk periode komentar sembilan
bulan. Pekerjaan IASB memiliki implikasi penting untuk standar pengaturan oleh Dewan Standar Akuntansi
Keuangan (FASB) di Amerika Serikat dan pengaturan standar di banyak negara lain sebagai baik.1
Pada pertemuan bersama pada bulan September 2002, FASB dan IASB mengadakan Nota Kesepahaman
memformalkan komitmen FASB dan IASB untuk konvergensi. FASB dan IASB berjanji untuk menggunakan upaya
terbaik mereka untuk membuat ada standar pelaporan keuangan mereka sepenuhnya kompatibel dan
mengkoordinasikan program kerja masa depan mereka untuk memastikan kompatibilitas yang dipertahankan. Dua
papan sepakat untuk melakukan proyek konvergensi jangka pendek bertujuan melenyapkan berbagai perbedaan
individual antara AS dan standar internasional. Selanjutnya, Dewan berkomitmen untuk menghapus perbedaan yang
tersisa melalui kemajuan lanjutan pada proyek-proyek bersama dan koordinasi program kerja di masa depan. The
Securities and Exchange Commission (SEC), yang bertanggung jawab untuk penegakan standar akuntansi AS,
sangat mendukung kesepakatan antara FASB dan IASB untuk bekerja bersama menuju konvergensi yang lebih
besar antara standar AS dan Standar Pelaporan Keuangan Internasional (IFRS). Ketua SEC mengatakan, "Ini
merupakan langkah positif bagi investor di Amerika Serikat dan di seluruh dunia. Ini berarti bahwa mengurangi
perbedaan dalam dua set banyak digunakan standar akuntansi akan menerima pertimbangan oleh kedua papan,
karena mereka bekerja untuk meningkatkan prinsip akuntansi dan menangani masalah-masalah dalam pelaporan
keuangan (SEC Press Release, 29 Oktober, 2002).
"Menanggapi kekhawatiran tentang kualitas dan transparansi dari US akuntansi keuangan dan pelaporan, FASB
mengeluarkan proposal untuk Pendekatan Prinsip-Berdasarkan Standard US Pengaturan (FASB Oktober 2002).
Sebuah perhatian utama adalah bahwa standar akuntansi AS telah menjadi semakin bertambah rinci dan kompleks.
Karena banyak detail dan kompleksitas hasil dari bimbingan penerapan didorong aturan, standar memungkinkan
perusahaan untuk struktur transaksi sekitar aturan, menghindari maksud dan semangat standar. Menanggapi masalah
ini, FASB sedang mempertimbangkan kelayakan mengadopsi pendekatan berbasis prinsip untuk US standar
pengaturan mirip dengan pendekatan yang sudah di tempat untuk IFRS. SEC juga akan hati-hati mempertimbangkan
komentar untuk proposal FASB sebagai Bagian 108 (d) dari Sarbanes-Oxley Act mengharuskan SEC untuk
melakukan studi tentang penerapan sistem akuntansi berbasis prinsip di Amerika Serikat dan menyampaikan laporan
ke Kongres. Seperti yang ditunjukkan dalam proposal, pendekatan berbasis prinsip dapat memfasilitasi konvergensi
antara FASB, IASB, dan pembuat standar nasional lainnya dalam mengembangkan standar akuntansi umum
berkualitas tinggi.
Tujuan dari makalah ini adalah untuk memberikan bimbingan kepada IASB, FASB, dan pembuat standar
akuntansi nasional lainnya karena mereka mengusulkan model konvergensi menyikapi revaluasi properti, pabrik,
dan peralatan. Kami pertama memberikan gambaran tentang penilaian properti, pabrik, dan peralatan internasional
termasuk perspektif sejarah pada penilaian properti, pabrik, dan peralatan di Amerika Serikat. Kami kemudian
mengevaluasi nilai wajar terhadap tindakan historis untuk properti, pabrik, dan peralatan berdasarkan SFAC No 2.
Konflik antara nilai wajar dan langkah-langkah historis dapat dihubungkan dengan karakteristik kualitatif relevansi,
keandalan, komparabilitas, dan konsistensi yang dijelaskan dalam SFAC No 2 dan menyediakan kerangka kerja
alami di mana untuk mengevaluasi nilai wajar terhadap tindakan historis untuk properti, pabrik, dan peralatan.
Akhirnya, kami membahas konsep pengukuran kunci untuk properti, pabrik, dan peralatan. Baru-baru ini, masalah
tersebut telah diambil pada kepentingan yang lebih besar karena perubahan arus yang terjadi secara internasional
dalam penilaian aset, dan equipment.
Hasil kertas sebagai berikut. Bagian 2 memberikan gambaran tentang praktek penilaian untuk properti, pabrik,
dan peralatan di lima negara dan praktek diijinkan berdasarkan IFRS saat ini. Bagian 3 membahas penggunaan nilai
wajar terhadap langkah-langkah historis dalam penilaian properti, pabrik, dan peralatan berdasarkan karakteristik
kualitatif dari informasi akuntansi yang digariskan dalam SFAC No. 2. Bagian 4 konsep alamat pengukuran untuk
properti, pabrik, dan peralatan. Bagian 5 menyimpulkan kertas, sebentar meringkas poin utama.
2. Penilaian properti, pabrik, dan peralatan di negara
2.1. International Financial Reporting Standards
Aturan saat ini untuk pengukuran properti, pabrik, dan peralatan yang disediakan di IAS 16 (IASC, 2003). Aturan
terpisah untuk akuntansi properti investasi dan pertanian diuraikan dalam IAS 40 dan IAS 41, masing-masing. IAS
16 memungkinkan dua model akuntansi untuk pengukuran aset, dan peralatan setelah pengakuan awal. Berdasarkan
model biaya, properti, pabrik, dan peralatan yang dicatat pada biaya historis dikurangi akumulasi ciation depre- dan
akumulasi kerugian penurunan nilai. Berdasarkan model revaluasi, aset, dan peralatan dicatat sebesar nilai wajar
pada tanggal revaluasi penyusutan kurang berikutnya. Revaluasi harus dibuat cukup sering sehingga jumlah tercatat
tidak berbeda secara signifikan dari nilai wajar pada tanggal neraca. Praktek revaluasi aset ke atas untuk perusahaan
yang melaporkan sesuai dengan standar internasional tampaknya umum. Ashbaugh dan Olsson (2002, p. 122)
menunjukkan bahwa 13 dari 19 perusahaan IAS dalam sampel mereka melaporkan revaluasi aset ke atas.
Di bawah model revaluasi, nilai wajar biasanya ditentukan oleh penilai. Ketika properti, pabrik, dan peralatan
yang dinilai kembali, seluruh kelas atas aset yang harus dinilai kembali (IAS 16, para. 34). Hal ini untuk
menghindari revaluasi selektif properti tertentu, tanaman, dan kan peralatan-peralatan dan untuk menghindari
pelaporan campuran biaya historis dan nilai wajar untuk kelas aset yang sama dalam laporan keuangan. Revaluasi
atas awal dikreditkan ke surplus revaluasi ekuitas dan revaluasi bawah awal diakui sebagai beban. Surplus uation
reval- ekuitas dapat dipindahkan ke saldo laba ketika surplus direalisasikan (yaitu, melalui penjualan, pembuangan,
atau sebagai aset yang digunakan). Jumlah atas revaluasi tidak mempengaruhi pendapatan kecuali untuk
peningkatan berikutnya dalam beban penyusutan penyusutan berdasarkan nilai revaluasi.
Persyaratan untuk pengukuran aset gangguan diuraikan dalam IAS 36 (IASC, 1998b). Seperti Amerika Serikat,
rugi penurunan nilai harus diakui apabila jumlah terpulihkan aset kurang dari nilai tercatatnya. Berbeda dengan
Amerika Serikat, yang dapat diperoleh kembali dari aset adalah lebih tinggi dari harga jual neto dan nilai pakai, baik
berdasarkan perhitungan nilai sekarang. Harga jual neto adalah jumlah diperoleh dari penjualan aset dalam transaksi
panjang lengan. Nilai pakai dihitung sebagai nilai sekarang dari estimasi arus kas sebelum pajak masa selama aset
masa manfaat dan pembuangan berikutnya. Rugi penurunan nilai harus diakui sebagai beban dalam laporan laba
rugi untuk aset yang dicatat pada biaya dan diperlakukan sebagai penurunan revaluasi untuk aset dilakukan
berdasarkan nilai revaluasi. Rugi penurunan nilai harus dibalik (dan pendapatan diakui) ketika ada telah terjadi
peningkatan dalam perkiraan yang digunakan untuk menentukan jumlah terpulihkan aset sejak rugi penurunan nilai
terakhir diakui. Untuk aset dilakukan berdasarkan nilai revaluasi, pembalikan penurunan nilai harus diakui sebagai
peningkatan revaluasi sampai dengan apa nilai tercatat saat akan telah memiliki aset tidak dirugikan.
2.2. Amerika Serikat
Revaluasi tidak selalu melanggar US GAAP. Sebelum 1940, valuasi atas properti, pabrik, dan peralatan yang
alternatif akuntansi yang dapat diterima di Amerika Serikat. 1940 edisi Montgomery Audit membuat referensi untuk
menulis-up atau pengungkapan catatan kaki dari nilai appraisal untuk properti, pabrik, dan peralatan seakan, dari
perspektif audit, praktik ini jelas alternatif akuntansi yang dapat diterima (Montgomery, 1940, hlm. 238-241) .
Setelah 1940, akademisi akuntansi di Amerika Serikat terus mengungkapkan dukungan untuk salah valuasi atas
properti, pabrik, dan peralatan atau pengungkapan catatan kaki dari nilai pasar saat ini (Graham & Dodd, 1951, p
180;. Paton & Dixon, 1958, . p 457;.. Weston, 1953, p 489)
kematian langkah nilai wajar untuk properti, pabrik, dan peralatan di Amerika Serikat dapat dihubungkan dengan
tahun-tahun awal SEC. Baik SEC maupun awal akuntansi swasta standar pengaturan tubuh di Amerika Serikat
(yaitu, Komite Tata Akuntansi) diproduksi aturan eksplisit menangani masalah valuasi aset ke atas. Sebaliknya,
penghapusan tindakan nilai wajar dan / atau pengungkapan nilai wajar properti, pabrik, dan peralatan dalam
pelaporan keuangan diberlakukan melalui prosedur administrasi informal yang semakin lebih ketat oleh SEC
(Walker, 1992). SEC mulai mengecilkan nilai wajar akuntansi untuk properti, pabrik, dan peralatan dalam
menanggapi revaluasi aset berdasar oleh perusahaan dibuat pada tahun 1920 sebelum pembentukan SEC (Zeff,
1995, hal. 59). Menurut Walter Schuetze, mantan kepala akuntan SEC, SEC dianggap nomor nilai wajar menjadi
terlalu lunak (Schuetze, 2001, hal. 10).
Awalnya di pertengahan hingga akhir 1930-an, SEC asa, tetapi tidak membatasi, aset menulis-up nilai wajar
dalam pengajuan informasi keuangan yang mengarah pada pendaftaran surat berharga untuk penawaran umum.
Dengan tahun 1940-an, SEC telah dasarnya dihapus pilihan revaluasi atas aset, dan peralatan melalui penegakan
informasi laporan keuangan yang diajukan dengan pernyataan pendaftaran SEC. Pada tahun 1950, larangan ini telah
diperpanjang untuk pengungkapan nilai wajar dalam catatan kaki untuk laporan keuangan. Semua ini dilakukan
secara tidak langsung melalui prosedur penegakan internal dalam SEC tanpa pernah mengeluarkan pernyataan resmi
pelarangan praktik akuntansi nilai wajar untuk properti, pabrik, dan peralatan. Itu bertahun-tahun kemudian bahwa
APB Opinion No. 6 (AICPA, 1965) secara resmi menyatakan bahwa "... properti, pabrik, dan peralatan tidak boleh
ditulis oleh entitas untuk mencerminkan penilaian, pasar atau nilai-nilai saat ini yang berada di atas biaya untuk
entitas "(para. 17).
a Berdasarkan undang-undang khusus mengenai revaluasi tanah, perusahaan-perusahaan Jepang diizinkan untuk merevaluasi
tanah dari 31 Maret 1998 hingga 31 Maret, 2002 (Pasal 7 dari Kode Komersial 1999). Selain ini satu waktu pengecualian, Jepang
membutuhkan penilaian properti dengan biaya.
b. Penurunan saat ini tidak tercatat di Jepang. Aturan penurunan baru di Jepang yang efektif untuk tahun fiskal yang dimulai 1
April 2005.

Pengecualian untuk melaporkan properti, pabrik, dan peralatan biaya historis dibuat untuk KASIH impair- bawah
pedoman PSAK 144 (FASB, 2001). PSAK 144 menyatakan bahwa suatu penurunan nilai ketika jumlah dari arus kas
terdiskonto masa depan yang diharapkan bersih dari aset kurang dari nilai tercatatnya. Ketika ini terjadi, aset
tersebut diturunkan dari nilai tercatat saat ini baik nilai wajar, atau nilai sekarang dari arus kas bersih masa depan
yang diharapkan jika tidak ada pasar aktif untuk aset, dan kerugian diakui dalam laporan laba rugi. Pelaporan
penurunan nilai aset dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap laporan perusahaan keuangan (Nurnberg &
Dittmar, 1997) dan empiris dokumen penelitian bukti kegunaan mereka kepada para pembuat keputusan (Alciatore,
Easton, & Spear, 2000).
2.3. Ikhtisar standar negara dan IFRS
The IASB telah mengindikasikan bahwa item pada agenda konvergensi akan didasarkan pada memilih "terbaik
berkembang biak" standar dari standar nasional yang ada dan IFRS. Sepanjang jalur tersebut, Tabel 1 memberikan
gambaran tentang penilaian properti, pabrik, dan peralatan di Australia (AASB 1041; AASB 1010), Inggris (FRS
15; SSAP 19; SAS 520), Selandia Baru (FRS-3) , Jepang (Pasal 7 dari Kode Komersial, 1999), Amerika Serikat
(APB Opinion No. 6; PSAK 144), dan IFRS (IAS 16; IAS 36) 0,3 Sementara Australia, Inggris, Selandia Baru, dan
International standar memungkinkan untuk revaluasi untuk nilai wajar, Amerika Serikat dan Jepang umumnya tidak
memungkinkan revaluasi. Namun, Jepang, dengan reputasi yang kuat untuk kepatuhan yang ketat untuk biaya
historis, baru-baru ini membuat satu kali pengecualian. Di bawah undang-undang khusus mengenai revaluasi tanah,
perusahaan-perusahaan Jepang diizinkan untuk merevaluasi tanah dari 31 Maret 1998 hingga 31 Maret, 2002
Gambar. 1. hirarki kualitas akuntansi.
(Pasal 7 dari Kode Komersial, 1999). Hukum ini diizinkan pilihan satu-waktu selama periode empat tahun untuk
melaporkan lahan yang dimiliki untuk digunakan sendiri pada nilai wajar padakeseimbangan sheet.4 mereka standar
akuntansidi negara-negara yang memungkinkan untuk revaluasi mendorong penggunaan penilaian independen
dalam menilai nilai wajar; Namun, hanya Selandia Baru membutuhkan penilai independen yang terpisah dalam
rekaman penyesuaian revaluasi. Penyesuaian revaluasi atas diambil langsung ke ekuitas, kecuali itu merupakan
pembalikan dari penurunan revaluasi sebelumnya diakui sebagai beban, dalam hal ini harus diakui sebagai
pendapatan. Penyesuaian revaluasi bawah digunakan awalnya untuk membalik setiap revaluasi atas sebelumnya
ekuitas dan kemudian dicatat sebagai beban di Australia, Inggris, Selandia Baru, dan International Standards.5
Namun, awal revaluasi bawah penyesuaian melewati laporan laba rugi dan dibawa langsung ke ekuitas di Jepang.
Akhirnya, dengan pengecualian Jepang, penurunan nilai diakui jika jumlah terpulihkan kurang dari nilai tercatat
aset. Aturan penurunan serupa telah diadopsi di Jepang, tetapi tidak efektif sampai tahun fiskal mulai 1 April 2005.
3. Evaluasi nilai wajar dan langkah-langkah biaya historis untuk PPE berdasarkan SFAC No. 2
Kerangka Konseptual FASB ini dikembangkan untuk "menjelaskan konsep dan hubungan yang akan mendasari
standar akuntansi keuangan masa depan dan praktek dan berfungsi sebagai dasar untuk mengevaluasi standar dan
praktek yang ada (FASB 1978, Par. 3). "dalam semangat ini, kita mendasarkan analisis kami pada penggunaan
langkah-langkah nilai wajar terhadap tindakan historis untuk properti, pabrik, dan peralatan pada karakteristik
kualitatif dari informasi akuntansi di SFAC No. 2. kualitatif karakteristik informasi akuntansi diringkas dalam
Gambar. 1. Definisi dari karakteristik kualitatif di bagian ini diambil dari daftar istilah di SFAC No. 2. pengguna
tertentu faktor penting dalam kedua Kerangka Konseptual FASB dan IASB adalah kualitas saling pengertian.
Dimengerti didefinisikan dalam SFAC No. 2 sebagai "kualitas informasi yang memungkinkan pengguna untuk
melihat signifikansinya." Demikian pula, kerangka IASB mendefinisikan dimengerti sebagai "informasi harus
disajikan dengan cara yang mudah dipahami oleh pengguna yang memiliki pengetahuan yang wajar bisnis dan
kegiatan ekonomi dan akuntansi dan yang bersedia untuk mempelajari informasi dengan tekun. "Namun, sementara
dimengerti adalah salah satu dari empat karakteristik kualitatif pokok dalam Kerangka IASB 'itu tidak diberikan
status yang sama di SFAC No 2. SFAC No 2 menyatakan bahwa sebagai kualitas pengguna tertentu, dimengerti
merupakan hubungan antara karakteristik pengambil keputusan dan sifat-sifat khusus-keputusan informasi yang
digunakan dalam mengevaluasi langkah-langkah nilai wajar terhadap tindakan historis, seperti yang dibahas lebih
rinci di bawah. Peran saling pengertian dalam IASB / FASB kerangka konseptual revisi bersama dibahas dalam
FASB Notifikasi Action No 05-26.
3.1. Relevansi
Relevansi didefinisikan sebagai "kapasitas informasi untuk membuat perbedaan dalam keputusan dengan
membantu pengguna untuk membentuk prediksi tentang hasil dari masa lalu, sekarang, dan kejadian masa depan
atau untuk mengkonfirmasi atau harapan sebelum benar (SFAC No 2)." The tiga karakteristik utama informasi tetap
relevan adalah nilai prediksi, nilai umpan balik, dan ketepatan waktu. Ketiga karakteristik relevansi mendukung
langkah-langkah nilai wajar atas biaya historis dalam penilaian properti, pabrik, dan peralatan.
3.1.1. Nilai prediksi
nilai prediksi didefinisikan sebagai "kualitas informasi yang membantu pengguna untuk meningkatkan lihood
seperti-dari benar meramalkan hasil dari peristiwa masa lalu atau sekarang (SFAC No 2)." Meskipun nilai wajar
umumnya diasumsikan untuk memberikan nilai prediksi yang lebih besar dari sejarah biaya maka langkah-langkah,
sampai saat ini, tidak ada bukti empiris tentang masalah itu tersedia. Beberapa surat-surat penting meneliti hubungan
antara harga saham, return, perkiraan pendapatan, dan / atau laba masa depan dan revaluasi properti, pabrik, dan
peralatan di Australia (Barth & Clinch, 1998; Easton, Eddey, & Harris, 1993) dan di Inggris (aboody, Barth, &
Kasznik, 1999). Studi ini umumnya menemukan bahwa revaluasi aset yang secara bertahap nilai-relevan di luar
jumlah biaya historis untuk tujuan menjelaskan pengembalian saat ini dan harga. Studi ini juga menemukan bahwa
revaluasi aset, dan peralatan meningkatkan perkiraan laba masa depan (dari yang dividen dapat dibayar).
Selanjutnya, nilai prediktif nilai wajar atas biaya historis meluas ke situasi di mana entitas tidak lagi
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Nilai wajar yang jelas lebih baik untuk biaya historis dalam
memperkirakan harga perolehan atau di melikuidasi aset nilai firm.Fair aset juga dapat memberikan informasi yang
relevan dalam prediksi pembatasan dividen di Amerika Serikat. Pembagian dividen maksimum di Amerika Serikat
berdasarkan hukum penggabungan negara. Banyak negara telah mengadopsi 1984 Revisi Model Bisnis Perusahaan
Bertindak sebagai panduan untuk legalitas distribusi. Menurut undang-undang ini, asalkan nilai wajar aset melebihi
nilai wajar dari kewajiban setelah distribusi, perusahaan dianggap pelarut dan dapat membayar dividen bahkan
dalam kasus di mana ekuitas negatif (Roberts, Samson, & Dugan, 1990, hal. 42). Oleh karena itu, di banyak negara,
dividen pembatasan tions yang berhubungan dengan nomor ekuitas dilaporkan pada laporan posisi keuangan.
Sebaliknya, pembatasan dividen tergantung pada nilai wajar aset dan kewajiban. Roberts et al. (1990) memberikan
ilustrasi berdasarkan Liburan Inns of America, sebuah jaringan hotel dengan nilai properti yang rata-rata jauh
melampaui biaya historis terdepresiasi digunakan dalam pelaporan keuangan di bawah US GAAP. Pada tahun 1987,
Holiday Inns of America membagikan US $ 1550000000 dividen dolar untuk mencegah pengambilalihan
bermusuhan, sehingga mengurangi pemegang saham ekuitas dari US $ 639.000.000 pada awal tahun 1987 untuk
defisit US $ 770.000.000 pada akhir 1987. AS $ 1550000000 dividen, dibiayai dengan dana pinjaman,
dimungkinkan karena kurang menghargai aset (yaitu, hotel) pada neraca. Tanpa informasi tentang nilai wajar aset,
perkiraan prediksi dividen pembatasan di negara-negara yang telah mengadopsi 1984 Revisi Model Bisnis
Korporasi UU tidak possible.6
3.1.2. Nilai Umpan Balik
Nilai umpan balik didefinisikan sebagai "kualitas informasi yang memungkinkan pengguna untuk
mengkonfirmasi atau harapan sebelum benar (SFAC No 2)." Pada titik akuisisi awal, biaya historis adalah setara
dengan nilai wajar untuk sebagian aset, dan peralatan. Namun, seiring waktu dua langkah menyimpang. Nilai wajar
berubah dari waktu ke waktu dan dengan demikian, jika perubahan nilai wajar properti, pabrik, dan peralatan diakui
dalam laporan keuangan, informasi ini memiliki potensi untuk memberikan umpan balik yang berharga bagi
pengguna. Hal ini dapat mengkonfirmasi atau mengoreksi harapan sebelum dibentuk oleh pengguna berdasarkan
kondisi ekonomi saat ini dan revaluasi terbaru. Misalnya, perubahan berikutnya dalam nilai wajar dari investasi
besar perusahaan di real estate bisa memberikan umpan balik yang penting bagi investor dan kreditor. Di sisi lain,
biaya historis menurut definisi, tidak berubah dari waktu ke waktu, memberikan umpan balik yang terbatas untuk
pengguna berikutnya ke acquisition.7 nilai Book, diukur sebagai biaya historis dikurangi akumulasi penyusutan,
bahkan dapat memberikan umpan balik ke arah yang salah. Nilai buku sistematis menurun dari waktu ke waktu
bahkan ketika aset yang mendasari menghargai.
Berdasarkan model biaya historis saat ini untuk properti, pabrik, dan peralatan di Amerika Serikat, salah satu
situasi di mana langkah-langkah historis memberikan nilai umpan balik setelah perolehan adalah ketika langkah-
langkah historis melebihi arus kas masa depan yang diharapkan (yaitu, penurunan). Dengan asumsi penurunan,
properti, pabrik, dan peralatan ditulis ke nilai wajar berpotensi menyediakan pengguna dengan umpan balik yang
penting (Alciatore et al, 2000;. Nurnberg & Dittmar, 1997). Namun, penyesuaian penurunan nilai properti, pabrik,
dan peralatan didasarkan pada langkah-langkah nilai wajar tidak biaya historis.
3.1.3.Ketepatan Waktu
Ketepatan didefinisikan sebagai "memiliki informasi yang tersedia untuk pembuat keputusan sebelum kehilangan
kapasitasnya untuk mempengaruhi keputusan (SFAC No 2)." Pelaporan perubahan nilai wajar hak milik, pabrik, dan
peralatan memiliki potensi untuk memberikan informasi yang tepat waktu kepada investor, kreditor, dan pengguna
lain yang berkepentingan informasi keuangan. Investor mendapatkan keuntungan dari informasi saat ini untuk nilai
aktiva dan kewajiban memberikan informasi tersebut dianggap dapat diandalkan (aboody et al, 1999;. Barth &
Clinch 1998). Kreditur, bila menggunakan properti, pabrik, dan peralatan sebagai jaminan untuk pinjaman,
umumnya memerlukan penilaian yang saat ini untuk menentukan nilai wajar aset yang akan digunakan sebagai
jaminan. Pengguna yang tertarik lain informasi keuangan juga mungkin mendapat manfaat dari informasi tentang
perubahan saat ini di nilai properti, pabrik, dan peralatan. Regulator pemerintah di industri padat modal seperti
utilitas, minyak dan gas, atau penerbangan, cenderung untuk mempertimbangkan perubahan terbaru dalam nilai
wajar properti, pabrik, dan peralatan, jika tersedia, dalam negosiasi antara perwakilan industri dan pemerintah. Biaya
historis juga memiliki kapasitas untuk mempengaruhi keputusan sebagai selama nilai buku cukup perkiraan nilai
wajar. Sebagai nilai buku di bawah biaya historis menyimpang dari nilai wajar, kapasitas untuk mempengaruhi
keputusan di bawah biaya historis melemahkan.
3.2. Keandalan
Keandalan didefinisikan sebagai "kualitas informasi yang menjamin informasi cukup bebas dari kesalahan dan
bias dan setia mewakili apa itu dimaksudkan untuk mewakili (SFAC No 2)." Tiga karakteristik utama dari
kehandalan adalah pemastian, netralitas, dan kesetiaan representasional .
3.2.1. Kepastian
Kepastian adalah "kemampuan melalui konsensus di antara pengukur untuk memastikan informasi yang
mewakili apa itu dimaksudkan untuk mewakili (SFAC No 2)." Argumen untuk pengukuran properti, pabrik, dan
peralatan biaya perolehan didasarkan terutama pada karakteristik pemastian (Nichols & Buerger, 2002). Biaya
historis, didefinisikan sebagai biaya yang dikeluarkan pada sition acqui-, diasumsikan hampir tanpa pertanyaan
menjadi sangat diverifikasi. Namun, hal ini tidak selalu terjadi. Biaya historis dari beberapa jenis properti, pabrik,
dan peralatan, seperti dibahas di bawah, tidak mudah diverifikasi. Bagian ini pada pemastian diakhiri dengan diskusi
tentang berbagai penyimpangan dari biaya historis akuntansi untuk properti, pabrik, dan peralatan saat ini
diperbolehkan di bawah US GAAP mana langkah-langkah nilai wajar digunakan secara efektif di tempat tindakan
biaya historis.
Aset Self-dibangun menantang verifiability dari sejarah biaya. Umumnya, hanya tion por dari aset yang dibangun
sendiri terdiri dari bahan didukung oleh biaya aktual yang terjadi. Bagian yang tersisa dari biaya aset dapat
mencakup berbagai item yang lebih subjektif seperti biaya langsung dan tidak langsung tenaga kerja, alokasi biaya
overhead, dan bunga dikapitalisasi. Tingkat subjektivitas dalam mencapai biaya historis untuk aset yang dibangun
sendiri menimbulkan pertanyaan apakah nilai historis dalam situasi yang spesifik lebih diverifikasi dari nilai wajar
berdasarkan hasil penilaian eksternal yang independen.
Frekuensi akuisisi bisnis telah berkembang secara luas dalam beberapa tahun terakhir. Banyak perusahaan telah
memperoleh sepuluh, dua puluh, bahkan ratusan bisnis lainnya. Dalam akuisisi, properti, pabrik, dan peralatan dari
perusahaan yang diakuisisi dilaporkan pada laporan keuangan konsolidasian pada nilai wajar. Sementara ini
konsisten dengan konsep biaya historis biaya mewakili nilai wajar pada saat akuisisi, hal itu menimbulkan masalah
menarik mengenai verifiability dari nilai wajar untuk properti, pabrik, dan peralatan. Nilai wajar aset individu dalam
akuisisi bisnis tidak tunduk untuk memisahkan transaksi diverifikasi, melainkan didasarkan pada penilaian dari nilai
wajar. Mengapa kemudian, adalah verifiability dari nilai wajar untuk properti, pabrik, dan peralatan halangan seperti
ketika sudah biasa di akuisisi bisnis? Tampaknya perhatian yang lebih besar dalam akuisisi bisnis berkaitan dengan
penilaian aset tidak berwujud yang diakuisisi dan goodwill daripada penilaian properti, pabrik, dan peralatan pada
nilai wajar.
Nilai wajar digunakan agak luas di bawah pengecualian tertentu untuk nilai historis dalam valuasi yang tion dari
properti, pabrik, dan peralatan bawah saat US GAAP. Seperti disebutkan sebelumnya, aset untuk penurunan ditulis
ke nilai wajar. Demikian pula, nilai wajar digunakan untuk merekam hak milik, tanaman, dan tunduk peralatan
untuk operasi dihentikan. Keberangkatan lain dari biaya historis dibuat untuk donasi dimana disumbangkan properti,
pabrik, dan peralatan yang diukur pada nilai wajar karena tidak ada alternatif biaya historis. Estimasi nilai wajar
untuk properti riil yang digunakan dalam pelaporan keuangan aset program pensiun manfaat pasti. Nilai wajar aset,
dan peralatan juga kadang-kadang dilaporkan sehubungan dengan akan keterlibatan perhatian. Aset yang diperoleh
dalam pembelian paket (misalnya, tanah dengan bangunan yang ada) dialokasikan berdasarkan nilai wajar relatif.
Pengungkapan tambahan nilai wajar dari cadangan minyak dan gas yang diperlukan dalam industri minyak dan gas.
Dimasukkannya perkiraan nilai wajar biasanya diperlukan dalam aplikasi pinjaman ketika properti, pabrik, dan
peralatan yang digunakan sebagai jaminan. Akhirnya, investor dan kreditor sudah menginterpretasikan laporan
keuangan perusahaan asing yang terdaftar di Amerika Serikat disusun dengan menggunakan estimasi nilai wajar
untuk properti, pabrik, dan peralatan bawah GAAP asing atau IFRS. Jumlah pengecualian nilai wajar yang sudah
ada di bawah US GAAP memberikan banyak contoh dimana tindakan nilai wajar saat ini digunakan di tempat
tindakan biaya historis.
3.2.2. Netralitas
netralitas didefinisikan dalam SFAC No. 2 sebagai "tidak adanya informasi yang dilaporkan bias dimaksudkan
untuk mencapai hasil yang telah ditentukan atau untuk menginduksi modus perilaku tertentu." Bias didefinisikan
dalam SFAC No. 2 sebagai "kecenderungan ukuran untuk jatuh lebih sering di satu sisi dari yang lain dari apa yang
diwakilinya bukannya sama mungkin jatuh di kedua sisi. Bias dalam langkah-langkah akuntansi berarti
kecenderungan untuk secara konsisten terlalu tinggi atau terlalu rendah. "Tindakan Sejarah biaya untuk properti,
pabrik, dan peralatan memperkenalkan bias konservatif yang berbeda didokumentasikan dalam Dietrich, Harris, dan
Muller (2000). Bias konservatif ini bisa menjadi sangat besar untuk properti, pabrik, dan peralatan dari waktu ke
waktu akibat inflasi. Penyesuaian penurunan lebih meningkatkan bias ini. Biaya historis memungkinkan untuk
write-down aset ke nilai wajar dengan asumsi nilai terdiskonto arus kas masa depan diperkirakan kurang dari nilai
buku, tetapi tidak memungkinkan untuk write-up aset ke nilai wajar.
Biaya historis tidak harus dipertahankan atas dasar konservatisme. Konservatisme tidak termasuk sebagai
karakteristik kualitatif bawah SFAC No 2, tetapi dibahas dalam SFAC No. 2 sebagai reaksi terhadap ketidakpastian
yang bertentangan dengan karakteristik kualitatif (Foran & Foran, 1987, hal. 47). "Konservatisme dalam pelaporan
keuangan seharusnya tidak lagi mengandung arti yang disengaja, meremehkan konsisten aktiva bersih dan laba.
Dewan menekankan poin ini karena konservatisme telah lama diidentifikasi dengan gagasan bahwa meremehkan
disengaja adalah suatu kebajikan (SFAC No 2, para. 93). "SFAC No 2 lebih lanjut menjelaskan bahwa" Setiap
upaya untuk mengecilkan hasil konsisten kemungkinan akan meningkatkan pertanyaan tentang keandalan dan
integritas informasi tentang hasil tersebut dan mungkin akan menjadi diri sendiri dalam jangka panjang. Semacam
itu pelaporan, namun bermaksud baik, tidak konsisten dengan karakteristik yang diinginkan dijelaskan dalam
Pernyataan ini (SFAC No 2, para. 96). "Dengan demikian, berdasarkan kerangka konseptual FASB sendiri,
konservatisme tidak secara valid untuk mendukung penggunaan terus biaya historis yang ketat untuk penilaian
properti, pabrik, dan peralatan.
3.2.3. Representasional kesetiaan
kesetiaan representasional adalah "korespondensi atau perjanjian antara ukuran atau tion deskripsi dan fenomena
yang dimaksudkan untuk mewakili (SFAC No 2)." Kutipan berikut, oleh William Paton bulan Maret 1946, dicetak
ulang dalam FASB " memahami Masalah "Seri dengan Laporan Status Mei 2001 (Foster & Upton, 2001):
Biaya dan nilai tidak menentang dan istilah saling eksklusif. Pada tanggal akuisisi, biaya dan nilai yang substansial
sama - setidaknya di sebagian besar transaksi. Dalam kasus di mana media pembayaran adalah properti selain uang
tunai, biaya aset yang diperoleh diukur dengan nilai pasar wajar dari properti lain seperti. Bahkan biaya yang
signifikan terutama karena mendekati nilai wajar pada tanggal akuisisi. Biaya tidak penting dasar karena merupakan
jumlah yang dibayarkan; penting sebagai ukuran nilai apa yang diperoleh. Kesimpulan ini lebih lanjut diwujudkan
oleh Prinsip Akuntansi "mungkin, karena anggota dari masing-masing Prinsip Akuntansi Dewan percaya bahwa
nilai wajar adalah representasi paling setia dari transaksi (Foster & Upton, 2001).
"representasi Setia tidak hanya berkaitan dengan ketika transaksi terjadi, tetapi juga untuk perubahan informasi
keuangan antara transaksi. Ini adalah tujuan utama di balik jurnal penyesuaian dicatat pada setiap akhir periode
akuntansi. Jurnal penyesuaian sering mengharuskan bukan oleh transaksi yang terjadi, tetapi dengan berlalunya
waktu. Kegagalan untuk merekam jurnal penyesuaian secara tepat waktu pasti akan mengarah ke keliru aset,
kewajiban, dan pendapatan dalam laporan keuangan. Demikian pula, kegagalan untuk menyesuaikan nilai wajar asli
properti, pabrik, dan peralatan (yaitu, biaya historis) untuk perubahan nilai wajar mengarah ke informasi yang tidak
setia mewakili nilai wajar. Tentu saja, jika tujuan dari akuntansi adalah untuk secara akurat merekam peristiwa yang
telah terjadi di masa lalu, maka akuntansi biaya historis representasional setia. Mengingat ini, Chambers (1989, p
14.) Masih mempertanyakan kesetiaan representasional biaya historis laporan keuangan yang berbasis di kutipan
berikut:
Neraca, luas digambarkan sebagai laporan posisi keuangan pada tanggal dinyatakan, umumnya mengandung aset
dinyatakan atau berdasarkan harga di lain, sering jauh, tanggal. Praktek ini menyiratkan bahwa setiap dolar, namun
baru-baru ini atau dari jauh menghabiskan, sama dalam arti keuangan untuk setiap dolar lainnya pada tanggal
neraca. Itu sudah terbukti salah. Jika tanggal pembelian yang ditampilkan untuk setiap aset 'dengan biaya', dapat
dikatakan bahwa setiap pernyataan komponen secara historis benar. Tapi ketika satu-satunya tanggal yang diberikan
adalah tanggal neraca, 'dengan biaya' menyiratkan pada tanggal tersebut; dan yang secara historis palsu.
Biaya untuk depresiasi dan revisi konsekuensial dari nilai sisa adalah konsekuensi pound com- dari penggunaan
harga masa lalu-tanggal (biaya aset), harga jual masa depan (memo yang diharapkan atau dijual kembali value), dan
modus diasumsikan dari penurunan nilai atas selang intervensi yang menduga. Konsekuensi yang dimaksudkan
untuk menjadi representasi dari saat tanggal acara-belum tanggal ini mulai turunannya tidak dengan cara apa pun!
Dari perspektif pendapatan, akuntansi biaya historis sering dianggap representasi yang lebih setia untuk properti,
pabrik, dan peralatan dari revaluasi aset tahunan karena pendapatan biaya historis kurang di manipulasi. Keuntungan
dan kerugian dari revaluasi aset didasarkan pada penilaian atau teknik penilaian lainnya. Teknik ini tunduk untuk
estimasi dan karena itu menyediakan manajer dengan alat untuk mengelola pendapatan (Dietrich et al., 2000).
Akibatnya, sebagian orang percaya bahwa akuntansi biaya historis menghasilkan jumlah yang setia lebih
representasional untuk penghasilan. Namun, ada juga bukti bahwa pendapatan dikelola di bawah harga perolehan
yang ketat akuntansi melalui waktu penjualan aset (Herrmann, Inoue, & Thomas, 2003). Aset dicatat dalam biaya
historis dapat menumpuk keuntungan holding besar dan kerugian. Perusahaan dapat waktu penjualan aset strategis
untuk mewujudkan ini keuntungan holding besar atau kerugian pendapatan dilaporkan. Jika perusahaan-perusahaan
terlibat dalam perilaku seperti itu, maka argumen manajemen laba dalam mendukung akuntansi biaya historis
kurang meyakinkan.
3.3. Banding
Banding didefinisikan sebagai "kualitas informasi yang memungkinkan pengguna untuk mengidentifikasi
kesamaan dalam dan perbedaan antara dua set fenomena ekonomi (SFAC No 2)." Nilai wajar, ketika mereka dapat
diukur secara handal, meningkatkan komparabilitas informasi. Langkah-langkah historis bisa menghambat
dibandingkan baik dengan tidak mengidentifikasi kesamaan antara barang serupa dan dengan tidak membedakan
perbedaan antara item yang berbeda. Sebagai contoh, asumsikan sebuah perusahaan membeli sebidang tanah untuk
US $ 5 juta pada tahun 1980. Perusahaan lain membeli sebidang tanah pada tahun 2000, hampir identik dalam
segala hal dengan termasuk lokasi pertama, untuk US $ 15 juta; harga yang lebih tinggi yang disebabkan
meningkatnya nilai real estate di wilayah tersebut. Ini merupakan contoh klasik diberikan dalam ekonomi mikro
dimana biaya historis mendistorsi banding dua aset yang identik. Setiap perusahaan memiliki sebidang tanah sama
nilainya, tetapi aset akan dilaporkan pada jumlah substansial berbeda, membuat laporan keuangan kurang sebanding
sebagai biaya historis gagal untuk mengidentifikasi kesamaan antara barang serupa.
Memperluas contoh, asumsikan perusahaan kedua daripada membeli sepotong serupa lahan untuk US $ 15 juta,
membeli sepotong jauh lebih kecil dari tanah pada tahun 2000, jelas kalah dengan yang pertama, untuk US $ 5 juta.
Ini juga mendistorsi perbandingan di bawah biaya historis sebagai perusahaan melaporkan jumlah dolar yang sama
tanah, meskipun perusahaan pertama memiliki tanah di tiga kali nilai. Contoh diperpanjang ini menggambarkan
ketidakmampuan biaya historis dengan jelas membedakan perbedaan antara item yang berbeda. Perhatikan bahwa
penggunaan biaya historis untuk properti, pabrik, dan peralatan juga mempengaruhi komparabilitas penghasilan
sebagai biaya historis tidak membedakan perbedaan apresiasi aset yang diperoleh oleh kedua perusahaan.
Mata uang asing lebih lanjut melemahkan daya banding di bawah biaya historis. Metode tarif saat ini di bawah
US GAAP muncul tidak sesuai dengan biaya historis. Dengan asumsi Rency skr fungsional asing, aset biaya historis
dijabarkan ke Dolar AS dengan menggunakan kurs saat ini. Ini menghasilkan jumlah biaya historis yang berbeda
untuk aset identik karena perubahan nilai tukar antara akuisisi asli dan tanggal neraca saat ini. Schuetze (2001, pp. 9-
10) menetapkan contoh dimana tiga aset identik, membeli pada saat yang sama, untuk harga yang sama, dan terletak
di tiga negara yang berbeda, akan ditampilkan di tiga jumlah biaya historis yang berbeda pada saat ini tanggal
neraca.
Masalah yang memungkinkan vs membutuhkan revaluasi aset, dan peralatan juga memiliki implikasi penting
mengenai perbandingan. Sangat mungkin bahwa revaluasi akan terus diizinkan di bawah Model konvergensi IASB
untuk properti, pabrik, dan peralatan karena digunakan secara luas secara internasional. Dengan memungkinkan,
daripada membutuhkan revaluasi, perbandingan dapat dikurangi. Banyak perusahaan akan terus melaporkan bawah
biaya historis, sementara yang lain secara berkala akan merevaluasi aset untuk nilai wajar. Hal ini lebih sulit untuk
mengidentifikasi kesamaan dalam dan perbedaan antara perusahaan properti, pabrik, dan peralatan ketika aset
tersebut dilaporkan menggunakan metode penilaian yang berbeda.
3.4. Konsistensi
Konsistensi didefinisikan sebagai "kesesuaian dari periode ke periode dengan kebijakan tidak berubah dan
prosedur (SFAC No 2)." Karakteristik kualitatif ini lagi nikmat tindakan nilai wajar untuk properti, pabrik, dan
peralatan. Penggunaan nilai wajar konsisten menerapkan satu pendekatan penilaian dari waktu ke waktu. Biaya
historis dengan hasil penurunan campuran metode penilaian. Jika diharapkan arus kas masa depan melebihi nilai
buku aset, aset tersebut dilaporkan pada biaya historis. Jika nilai buku suatu aktiva melebihi diharapkan arus kas
masa depan, penurunan nilai dilaporkan pada nilai wajar lebih rendah.
Nilai wajar laporan akuntansi semua transaksi (masa lalu dan sekarang) dengan nilai wajar. Akuntansi biaya
historis melaporkan transaksi terakhir di sejumlah sejarah sedangkan transaksi saat ini dilaporkan pada nilai wajar.
Oleh karena itu, dilaporkan jumlah di bawah biaya historis mewakili sekeranjang valuasi mulai dari terbaru ke harga
transaksi lama, sementara semua properti, pabrik, dan peralatan bawah adil akuntansi nilai dilaporkan pada nilai
wajar saat ini. Banyak keberangkatan dari biaya historis untuk properti, pabrik, dan peralatan, dibahas sebelumnya
di bawah karakteristik pemastian, semakin menambah kurangnya konsistensi di bawah biaya historis.
4. Konsep pengukuran untuk properti, pabrik, dan peralatan
Meskipun penekanan utama dari makalah ini adalah pada evaluasi biaya historis dan nilai wajar berdasarkan
karakteristik kualitatif dari informasi akuntansi, diskusi tidak akan lengkap tanpa juga menangani konsep
pengukuran yang lebih luas, terutama yang berkaitan dengan properti, pabrik, dan peralatan. Sementara laporan
konsep pada tujuan (SFAC No. 1 dan 4), karakteristik kualitatif (SFAC No 2), dan unsur-unsur laporan keuangan
(SFAC No. 3 dan 6) telah dari waktu ke waktu mewakili kontribusi yang sangat berguna untuk bidang akuntansi,
pernyataan konsep pengakuan dan pengukuran (SFAC No. 5) telah menjadi janji dis relatif khususnya di bidang
pengukuran akuntansi. FASB dan IASB konsep laporan menggambarkan atribut pengukuran, tetapi diam pada
masalah penting untuk ketika atribut pengukuran tertentu harus dilaksanakan. Kebutuhan untuk bimbingan
tambahan di daerah pengukuran akuntansi mudah diakui oleh IASB serta pembuat standar nasional. Dengan bantuan
dari Dewan Standar Akuntansi (AcSB) di Kanada, IASB disetujui untuk publikasi makalah diskusi bertajuk "Basa
Pengukuran Pelaporan finansial: Pengukuran Pengakuan awal." Dokumen akan diterbitkan pada kuartal ketiga tahun
2005 untuk sembilan bulan komentar periode. FASB juga mengeluarkan sebuah draft eksposur pada pengukuran
nilai wajar pada bulan Juni 2004 dengan maksud untuk meningkatkan konsistensi dan parability com- tindakan nilai
wajar (FASB, 2004). FASB berencana menerbitkan sebuah pernyataan akhir pada pengukuran nilai wajar pada
kuartal keempat tahun 2005. Pembahasan berikut ini dimaksudkan untuk membantu dalam pilihan pengukuran
atribut khususnya yang berkaitan dengan properti, pabrik, dan peralatan.
SFAC No. 5 mendefinisikan lima atribut pengukuran yang berbeda digunakan dalam praktek saat ini: biaya
historis, biaya saat, nilai pasar saat ini, nilai realisasi bersih, dan nilai sekarang dari arus kas masa depan. Biaya
historis didefinisikan sebagai jumlah uang tunai, atau setara, dibayar untuk memperoleh aset, umumnya disesuaikan
setelah akuisisi amortisasi atau alokasi lainnya (SFAC No. 5, ayat. 67a). Empat atribut pengukuran lain merupakan
ukuran yang berbeda dari nilai wajar. Saat ini (penggantian) biaya adalah jumlah uang tunai, atau setara, yang harus
dibayar jika sama atau aset setara diperoleh saat. Nilai pasar saat ini adalah jumlah yang dapat diperoleh dengan
menjual aset dalam likuidasi tertib. Nilai realisasi bersih adalah jumlah non-potongan uang tunai, atau setara, di
mana aset diharapkan akan dikonversi dikurangi biaya langsung untuk membuat konversi itu. Nilai sekarang dari
arus kas masa depan didefinisikan sebagai nilai diskonto dari arus kas masa depan dimana aset diharapkan akan
dikonversi dikurangi dengan nilai sekarang dari arus kas keluar yang diperlukan untuk mendapatkan mereka arus
masuk. Biaya penggantian saat ini merupakan ukuran masuknya nilai wajar, nilai pasar saat ini dan nilai realisasi
bersih merupakan langkah-langkah keluar dari nilai wajar, sedangkan nilai sekarang dari arus kas masa depan yang
tidak entri atau mengukur keluar, melainkan ukuran nilai pakai. Sayangnya, SFAC No. 5 tidak melampaui definisi
untuk meresepkan apa pendekatan pengukuran harus digunakan dalam situasi tertentu dan apa jenis prinsip standar
berdasarkan mungkin mengalir dari konsep-konsep revisi ini.
The UK Pernyataan Prinsip (1999) memberikan beberapa panduan dalam hal ini daerah yang dibutuhkan
pendekatan yang lebih preskriptif pengukuran dibandingkan dengan sifat murni deskriptif kerangka IASB / FASB.
Dalam kasus di mana tindakan dari nilai wajar material berbeda, kerangka UK merekomendasikan pemilihan nilai
ukuran wajar yang memaksimalkan relevansi. Di bawah

Gambar. 2. Sebuah hirarki pengukuran mendekati nilai wajar berdasarkan nilai deprival.
Nilai deprival atau nilai ke tampilan bisnis, nilai wajar adalah yang paling relevan ketika mencerminkan
hilangnya entitas akan menderita jika tidak diberi aset yang terlibat. Proses ini diilustrasikan pada Gambar. 2.
Dengan asumsi aset tersebut dimanfaatkan menguntungkan, jumlah terpulihkan akan melebihi biaya penggantian.
Nilai wajar kemudian akan diukur pada biaya penggantian yang lebih rendah karena ini paling mewakili hilangnya
bahwa entitas akan menderita jika kehilangan aset yang terlibat. Namun, jika biaya penggantian melebihi jumlah
terpulihkan, aset tersebut tidak akan diganti dan nilai wajar harus mencerminkan jumlah terpulihkan lebih rendah.
Jumlah terpulihkan dapat diukur sebagai lebih besar dari nilai pakai atau nilai realisasi bersih. Ketika penggunaan
paling menguntungkan dari aset adalah untuk menjualnya, nilai wajar terbaik diwakili oleh nilai realisasi bersih. Jika
lebih menguntungkan untuk terus menggunakan aset, nilai wajar diperkirakan sebagai nilai sekarang dari arus kas
masa depan (yaitu, nilai pakai). Salah satu manfaat tambahan untuk kerangka ini dalam menentukan nilai wajar
adalah konsistensi dengan standar penurunan yang disediakan di IAS 36 (IASC, 1998b).
Pembahasan di atas hanya didasarkan pada relevansi tindakan nilai wajar. Keandalan tindakan nilai wajar harus
dipertimbangkan juga. Dalam banyak kasus, perkiraan diandalkan nilai wajar dapat diperoleh untuk properti, pabrik,
dan peralatan dari pasar aset aktif digunakan. Kurangnya pasar aktif untuk aset tidak selalu melarang perkiraan
diandalkan nilai wajar. Ada peningkatan penggunaan estimasi nilai wajar dalam laporan keuangan jika tidak ada
harga diamati. Contoh untuk properti, pabrik, dan peralatan termasuk kewajiban aset pensiun, aset yang diperoleh
dalam kombinasi pembelian, dan penurunan nilai aset. Minimal, beberapa jenis kehandalan kendala perlu
dilaksanakan untuk memastikan bahwa estimasi nilai wajar diukur dengan keandalan yang cukup.
Kehandalan langkah nilai wajar untuk properti, pabrik, dan peralatan bervariasi. Nilai wajar setidaknya beberapa
kategori aset sangat diverifikasi sedangkan nilai wajar lain mungkin akan jauh lebih subjektif. Sebuah proses
mungkin diikuti mirip dengan yang dibuat untuk investasi pada efek hutang dan ekuitas yang mengarah ke
penerbitan PSAK No. 115. Investasi dimana nilai wajar sangat diverifikasi, seperti utang dan ekuitas surat berharga,
dilaporkan pada nilai wajar. Investasi dimana nilai wajar lebih subjektif, seperti sekuritas swasta, diukur pada biaya.
Demikian pula, jika nilai wajar properti, pabrik, dan peralatan jelas memberikan informasi yang relevan kepada
pengguna dan nilai wajar cukup diverifikasi, mengapa tidak mendorong pelaporan informasi ini di pasar keuangan?
Properti investasi real estat datang ke pikiran. Nilai wajar properti investasi jelas memberikan informasi yang
relevan kepada pengguna dalam mengevaluasi perusahaan dengan aset yang mengandung komponen real estate
yang signifikan. Nilai wajar properti investasi paling juga cukup diverifikasi. Nilai wajar properti investasi
ditentukan melalui penilaian independen diandalkan berat dalam industri pinjaman hipotek. Aset berwujud lainnya
dimana nilai wajar dapat diverifikasi secara independen dengan biaya yang wajar termasuk peralatan transportasi,
jaringan pipa, gedung perkantoran, cadangan mineral, dan timberlands.
5. Ringkasan dan kesimpulan
Kami ikhtisar penilaian properti, pabrik, dan peralatan internasional dan berdebat dalam mendukung
menggunakan langkah-langkah nilai wajar untuk properti, pabrik, dan peralatan berdasarkan pada kerangka
dikembangkan di SFAC No. 2. Dalam melakukannya, kami menantang primer argumen yang mendukung
mempertahankan status quo dalam biaya historis Amerika Serikat-ketat untuk menilai properti, pabrik, dan peralatan
kecuali aset mengalami penurunan nilai. Jika dalam analisis akhir, laporan keuangan harus dievaluasi berdasarkan
kegunaannya untuk pengambilan keputusan ekonomi, kami percaya bahwa ada alternatif yang layak untuk ketat
sejarah biaya dasar untuk menilai properti, pabrik, dan peralatan.
Rekaman aset, dan peralatan pada nilai wajar bukan ide baru. IAS No. 16 termasuk pilihan untuk merevaluasi
aset, dan peralatan untuk nilai wajar. Banyak negara termasuk Australia, Inggris, dan Selandia Baru memungkinkan
untuk pelaporan aset, dan peralatan pada nilai wajar. Valuasi atas properti, pabrik, dan peralatan bahkan praktek
yang dapat diterima di Amerika Serikat sebelum 1940. Kami berpendapat bahwa ketaatan biaya historis di Amerika
Serikat tidak memiliki dasar konseptual yang kuat.
Kami berpendapat bahwa nilai wajar untuk properti , pabrik, dan peralatan yang lebih relevan kepada para
pengambil keputusan. Penelitian akademik telah menunjukkan bahwa revaluasi atas aset, dan peralatan berkorelasi
dengan harga saham dan membantu dalam memprediksi laba masa depan. Nilai wajar juga menyediakan informasi
yang relevan mengenai pembatasan dividen. Selain meningkatkan nilai prediksi, nilai wajar memberikan nilai
umpan balik yang lebih besar dan informasi keuangan yang lebih tepat waktu dari langkah-langkah biaya historis
dari aset, dan peralatan.
Keandalan terdiri dari pemastian, netralitas, dan kesetiaan representasional. Pemastian nikmat biaya historis,
meskipun dalam kasus seperti aset yang dibangun sendiri keunggulan biaya historis lebih dari nilai wajar tidak
selalu jelas. Netralitas dan dukungan kesetiaan tindakan nilai wajar representasional lebih historis untuk properti,
pabrik, dan peralatan. Tindakan biaya historis untuk properti, pabrik, dan peralatan melanggar netralitas karena
memperkenalkan bias konservatif yang berbeda. Biaya historis tidak memberikan langkah-langkah representasional
setia nilai aset ketika tingkat pasar depresiasi (atau apresiasi) berbeda secara material dari waktu ke waktu dari
tingkat kitab penyusutan. Sehubungan dengan laba yang dilaporkan, penelitian akademik telah menunjukkan bahwa
keuntungan dan kerugian atas penjualan aset biaya historis dapat digunakan untuk mengelola pendapatan. Dengan
demikian, argumen tradisional keandalan yang lebih besar dari aset dan pendapatan di bawah biaya historis bisa
ditantang.
Nilai wajar juga unggul dari sudut pandang komparatif dan konsistensi. Akuntansi nilai wajar memungkinkan
properti, pabrik, dan peralatan dilaporkan pada periode yang berbeda harus dihargai secara sebanding. Biaya historis
menghalangi perbandingan untuk properti, pabrik, dan peralatan karena gagal untuk mengidentifikasi kesamaan
antara barang serupa dan gagal untuk membedakan perbedaan antara item yang berbeda. Biaya historis juga
melemahkan konsistensi jumlah yang dilaporkan. Sejarah agregat akuntansi biaya membeli harga (atau residu yang
belum diamortisasi mereka) dari periode waktu yang berbeda dengan daya beli yang berbeda. Biaya historis tanpa
tanggal pembelian kekurangan kegunaan karena mereka tidak memungkinkan pengguna laporan keuangan untuk
menentukan ujud atau nilai saat ini dari properti, pabrik, dan peralatan yang tercantum dalam neraca. Sebagai
Chambers (. 1987, p 105) mengemukakan bahwa: "Ketika aset dinyatakan menjadi 'dengan biaya' tanpa tanggal
pembelian, 'biaya' tidak diinterpretasikan." Utilitas laporan keuangan pada akhirnya tetap dalam kemampuan mereka
untuk memberikan informasi berguna untuk pengambil keputusan. Dalam terang ini, kami berpendapat bahwa
pengukuran properti, pabrik, dan peralatan di Amerika Serikat perlu dipertimbangkan.
Ucapan Terima Kasih
Kami berterima kasih kepada Dennis Beresford, Lanny Chasteen, Stephen Courtenay, Gary Meek, Alan Roberts,
Chris Skousen, Tony Van Zijl, RS Olusegun Wallace dan peserta Konferensi Asia-Pasifik 2002 tentang Isu
Akuntansi Internasional untuk membantu komentar dan saran.
Referensi
Aboody, D., Barth, M. E., & Kasznik, R. (1999). Revaluations of fixed assets and future firm
performance: Evidence from the U.K.Journal of Accounting and Economics,26(1–3).
Alciatore, M., Easton, P., & Spear, N. (2000). Accounting for the impairment of long-lived assets:
Evidence from the petroleum industry.Journal of Accounting and Economics,29(2), 151–172.
American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) (1965).Accounting Principles Board
Opinion No. 6. Status of accounting research bulletins. AICPA.
Ashbaugh, H., & Olsson, P. (2002). An exploratory study of the valuation properties of cross-listed firms’
IAS and U.S. GAAP earnings and book values.The Accounting Review,77(1), 107–126.
Barth, M. E., & Clinch, G. (1998). Revalued financial, tangible, and intangible assets: Associations with
share prices and non-market-based value estimates.Journal of Accounting Research,36(Suppl.), 199–233.
Bartov, E. (1993). The timing of asset sales and earnings manipulation.The Accounting Review,68(4),
840–855.
Chambers, R. J. (1987). Accounting education for the twenty-first century.Abacus,23(2), 97–106.
Chambers, R. J. (1989). Time in accounting.Abacus,25(1), 7–21.
Dietrich, J. R., Harris, M. S., & Muller, K. A. (2000). The reliability of investment property fair value
estimates.Journal of Accounting and Economics,30(2), 125–158.
Easton, P. D., Eddey, P. H., & Harris, T. S. (1993). An investigation of revaluations of tangible long-lived
assets.Journal of Accounting Research,31(Suppl.), 1–38.
Financial Accounting Standards Board (FASB) (2001).Statement of Financial Accounting StandardsNo.
144: Accounting for the impairment or disposal of long-lived assets. Norwalk, Conn.: FASB.
Financial Accounting Standards Board (FASB) (2004).Fair valuemeasurement. Exposure draft (June 23,
2004). Norwalk, Conn.: FASB.
Foran, N., & Foran, M. (1987). SFAS No. 12 and the conceptual framework.Accounting Horizons,1(4),
43–50.
Foster, J. N., & Upton W. Financial Accounting Standards Board. (May 2001).Understanding the issues.
The case for initially measuring liabilities at fair value. Vol. 2, Series 1. Norwalk, Conn.: FASB.
Graham, B., & Dodd, D. L. (1951).Security analysis(3rd ed.). McGraw-Hill.
Herrmann, D., Inoue, T., & Thomas, W. (2003). The sale of assets to manage earnings in Japan.Journal of
Accounting Research,41(1), 89–108.
International Accounting Standards Committee (IASC) (2003). International Accounting Standard No.
16. Property, plant, and equipment. IASC.
International Accounting Standards Committee (IASC) (1998).International Accounting Standard No. 36.
Impairment of assets. IASC.
Leuz, C., Deller, D., & Stubenrath, M. (1998). An international comparison of accounting-based payout
restrictions in the United States, United Kingdom and Germany.Accounting and Business Research,28(2),
111–129.
Montgomery. (1940).Auditing(6th ed.). Ronald Press.
Nichols, L., & Buerger, K. (2002). An investigation of the effect of valuation alternatives for fixed assets
on the decisions of statement users in the United States and Germany.Journal of International Accounting
Auditing and Taxation, 11(2), 155–163.
Nurnberg, H., & Dittmar, N. (1997). Reporting impairments of long-lived assets: New rules and
disclosures.Journal of Financial Statement Analysis,2(2), 37–50.
Paton, W. A., & Dixon, R. L. (1958).Essentials of accounting. MacMillan.
Roberts, M. L., Samson, W. D., & Dugan, M. T. (1990). The stockholders equity section: Form without
substance? Accounting Horizons,4(December), 35–46.
Schuetze, W. P. (2001). What are assets and liabilities? Where is true North?Abacus,37(1), 1–25.
Walker, R. G. (1992). The SEC’s ban on upward asset revaluations and the disclosure of current
values.Abacus, 28(1), 3–35.
Weston, J. F. (1953). Revaluations of fixed assets.The Accounting Review,18(October), 489–490.
D. Herrmann et al. / Accounting Forum 30 (2006) 43–59 59
Zeff, S. A. (1995). A perspective on the U.S. public/private-sector approach to the regulation of financial
reporting. Accounting Horizons,9(1), 52–70.
Further Reading
Accounting Practices Board (APB) (1995).Statement of Auditing Standards 520: Using the work of an
expert. London:Institute of Chartered Accountants in England and Wales.
Accounting Standards Board (ASB) (1999a).Statement of Principles for Financial Reporting. London:
Institute of Char-tered Accountants in England and Wales.
Accounting Standards Board (ASB) (1999b).Financial Reporting Standard 15: Tangible fixed assets.
London: Institute of Chartered Accountants in England and Wales.
Accounting Standards Committee (ASC) (1981).Statement of Accounting Standard Practice No. 19:
Accounting for investment properties. London: Institute of Chartered Accountants in England and Wales.
Australian Accounting Standards Board (AASB) (1999).AASB 1010: Recoverable amount of non-current
assets. Mel-bourne: AASB.
Australian Accounting Standards Board (AASB) (2001).AASB 1041: Revaluation of non-current assets.
Melbourne: AASB.
Financial Accounting Standards Board (FASB) (1980).Qualitative characteristics of accounting
information. Statement of Financial Accounting Concepts No. 2. Norwalk, Conn.: FASB.
Financial Accounting Standards Board (FASB) (1984).Recognition and measurement in financial
statements of business enterprises. Statement of Financial Accounting Concepts No. 5. Norwalk, Conn.:
FASB.
Financial Accounting Standards Board (FASB) (2005).FASB Action Alert No. 05-26(June 30, 2005).
Norwalk, Conn.: FASB.
Japanese Commercial Code (JCC) (1999).Law regarding revaluation of land. Article 7, c. 24.

Anda mungkin juga menyukai