Anda di halaman 1dari 64

Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return Saham (Studi Pada

Perusahaan Yang Terdaftar Dalam Indeks LQ 45 Bursa Efek Indonesia

Periode 2010-2013)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya

Sebagai Salah Satu Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Dikerjakan Oleh :

Mia Hediyanasari

NIM. 115020307111048

JURUSAN AKUNTANSI

BIDANG AKUNTANSI BISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2014
ABSTRAK

Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return Saham (Studi Pada


Perusahaan Yang Terdaftar Dalam Indeks LQ 45 Bursa Efek Indonesia
Periode 2010-2013)

Oleh:
Mia Hediyanasari

Dosen Pembimbing:
Dr. Dra. Endang Mardiati, M.Si., Ak.

Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh Kinerja Keuangan terhadap


Return Saham pada perusahaan Indeks LQ45 Bursa Efek Indonesia periode 2010-
2013. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah EVA
Momentum, Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE) dan Net Profit
Margin (NPM) serta variabel dependen yang digunakan adalah Return Saham.
Metode-metode tersebut dihitung dan dibandingkan dalam mengukur kemampuan
variabel-variabel independen yang digunakan untuk menjelaskan pengembalian
saham yang akan diperoleh investor. Sampel penelitian ini terdiri dari 29
perusahaan yang masuk secara konsisten selama tahun penelitian dalam daftar
Indeks LQ45. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh melalui
publikasi situs resmi ICMD (Indonesian Capital Market Directory) dan situs
resmi BEI (www.idx.co.id). Penelitian ini menggunakan regresi linier
multivariate, uji hipotesis dengan R square dan Uji t statistik dengan tingkat
signifikansi sebesar 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa EVA Momentum
berpengaruh positif terhadap Return Saham. ROA tidak berpengaruh positif
terhadap Return Saham. ROE tidak berpengaruh positif terhadap Return Saham.
NPM tidak berpengaruh positif terhadap Return Saham.

Kata Kunci: EVA Momentum Return on Asset (ROA), Return on Equity


(ROE), Net Profit Margin (NPM), Return Saham.
ABSTRACT

The Effect Analysis Of Financial Peformance Toward Stock Return


(Companies LQ45 Index Listed In The Indonesian Stock Exchange Period
2010-2013)

By:
Mia Hediyanasari

Advisor Lecturer:
Dr. Dra. Endang Mardiati, M.Si., Ak.

This research aim to analyze the influence of Financial Performance toward


Stock Return for company that continuously included in the LQ45 list and publish
in the Indonesia Stock Exchange (IDX) from 2010 to 2013. Independent Variable
in this research is Financial Performance that shown by EVA Momentum, Return
on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), and Net Profit Margin (NPM), while the
dependent variable in this research is Stock Return. These methods are then
counted and compared in terms of its ability in explaining Stock Return that
investors needed. The sample in this research consisted of 29 companies that
listed continuously included in the LQ45 list and publish in the Indonesia Stock
Exchange (IDX) from 2010 to 2013. Data is obtained from Indonesian Capital
Marker Directory (ICMD) and official website IDX (www.idx.co.id). The analyze
technique used is linear regression and t-test to test partial influence from each
Independent variables toward dependent variable with a significance level of 5%.
The analyze shows that EVA Momentum positive influence the Stock Return. ROA
doesn’t show any positive influence toward Stock Return. ROE doesn’t show any
positive influence toward Stock Return. NPM doesn’t show any positive influence
toward Stock Return.

Keyword: The EVA Momentum, Return on Asset (ROA), Return on Equity


(ROE), Net Profit Margin (NPM) and Stock Return.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pasar modal (capital market) merupakan sebuah lembaga yang memobilisasi

berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang dapat di perjualbelikan, seperti

surat utang (obligasi), saham, reksa dana dan instrument lainnya. Menurut Husnan

(2003:3) secara formal pasar modal adalah pasar untuk berbagai instrument
keuangan (sekuritas) jangka panjang dalam utang maupun modal sendiri, baik itu

diterbitkan oleh pemerintah, public authorize, maupun perusahaan swasta. Pasar

modal memiliki manfaat sebagai sarana untuk meningkatkan efisiensi alokasi

sumber dana, penunjang terciptanya perekonomian yang sehat, memperbaiki

struktur modal perusahaan serta mengurangi ketergantungan utang luar negeri

pada sektor swasta (Nurul, 2008).

Pada dasarnya investor selalu ingin merasa aman saat menanamkan dana di

pasar modal. Investor juga bersedia menginvestasikan dana yang dimiliki di lebih

dari satu perusahaan serta memiliki kriteria expected return yang sangat

dipertimbangkan. Tujuan investor menanamkan dana di pasar modal adalah untuk

memperoleh return (tingkat pengembalian) yang optimal diiringi dengan tingkat

risiko yang minimal. Return atas kepemilikan sekuritas khususnya saham dapat

diperoleh dalam dua bentuk, yaitu dividen dan capital gain (keuntungan yang

diperoleh dari kenaikan harga saham). Berinvestasi saham lebih dari satu

perusahaan berarti investor memiliki kepemilikan bagian perusahaan tanpa adanya

keterlibatan langsung dalam pengelolaan perusahaan. Hal ini akan menimbulkan

konsekuensi bagi investor untuk harus terus melakukan update atas informasi

kinerja perusahaan yang dapat dijadikan sebagai dasar penilaian dalam

pengambilan keputusan dan meminimalisir risiko.

Harapan investor terhadap return positif dari dana yang diinvestasikan

menjadi salah satu tantangan yang akan dihadapi oleh manajer investasi. Dalam

sebuah perusahaan seorang manajer investasi dituntut untuk dapat menciptakan,

mempertahankan, dan meningkatkan nilai perusahaan, sehingga kinerja

perusahaan dianggap baik dan selanjutnya nilai tersebut dijadikan dasar keputusan
para investor untuk membeli saham perusahaan tersebut. Untuk itulah peran

manajer investasi harus dapat menganalisis harga sebuah saham baik dalam

bentuk analisis teknikal, maupun analisis fundamendal dengan menggunakan

berbagai rasio penilaian kinerja perusahaan.

Kinerja perusahaan sendiri dapat diukur menggunakan beberapa analisis rasio

keuangan, diantaranya; Rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio profitabilitas, rasio

solvabilitas, rasio pertumbuhan, serta rasio penilaian pasar. Menurut Harahap

(2008:298) rasio keuangan juga memiliki keunggulan karena rasio merupakan

angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan, dapat

menjadi pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan

keuangan yang sangat rinci dan rumit. Rasio keuangan juga memudahkan untuk

melihat trend perusahaan. Menurut Ang (1997:18) rasio keuangan dapat

dikelompokkan menjadi 5 jenis berdasarkan ruang lingkup atau tujuan yang ingin

di capai, diantaranya dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut :


Tabel 1.1
Jenis-jenis Rasio Keuangan

No. Rasio Jenis-jenis Rasio


Keuangan
1 Liquidity Ratio 1. Current Ratio (CR)
2. Quick Ratio (QR)
3. Net Working Capital (NWC)
2 Leverage 1. Debt Ratio (DR)
2. Debt to Equity Ratio (DER)
3. Time Interest Earned (TIE)
4. Long Term Debt to Equity Ratio
5. Cash Flow Ratio
3 Activity Ratio 1. Inventory Turnover (IT)
2. Average Collection Period (ACP)
3. Fixed Asset Turnover (FAT)
4. Total Asset Turnover (TAT)
5. Day Sales Inventory
6. Account Receivable Turnover
4 Profitability 1. Gross Provit Margin (GPM)
Ratio 2. Operating Return On Asset (OROA)
3. Net Profit Margin (NPM)
4. Return On Asset (ROA)
5. Return On Equity (ROE)
6. Operating Ratio (OR)
5 Market Ratio 1. Price Earning Ratio (PER)
2. Earning Per Share (EPS)
3. Dividen Yield (DY)
4. Dividen Payout Ratio (DPR)
5. Dividen Per Share (DPS)
6. Book Value Per Share (BVS)
7. Price to Book Value (PVB)

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga mendorong para ahli

untuk mengembangkan alat ukur yang akurat dalam mengukur kinerja

perusahaan. Pada tahun 2006, Steward memisahkan diri dari Stern Stewart & Co

dan mengembangkan konsep EVA lebih lanjut. Konsep EVA “turunan” ini

kemudian dinamai EVA Momentum. Pada musim semi 2009, Steward menulis

pemikirannya untuk pertamakalinya dalam artikel “EVA Momentum: The One

Ratio That Tells The Whole Story” di Morgan Stanley Journal of Applied
Corporate Finance. Perbedaan yang mencolok antara EVA Momentum dengan

EVA generasi sebelumnya adalah EVA Momentum menggunakan perubahan

EVA dibagi dengan penjualan dari satu periode sebelumnya. Misalnya, penjualan

disebuah perusahaan pada periode sebelumnya adalah Rp 200.000.000 sedangkan

diketahui EVA-nya naik menjadi Rp 2.000.000 maka diketahui EVA

Momentumnya adalah sebesar 1%. Apabila diketahui EVA Momentumnya

positif, berarti kinerja perusahaan tersebut tumbuh. Sedangkan apabila EVA

Momentumnya negatif berlaku kebalikannya. Steward menyatakan bahwa

semakin besar rasio EVA Momentumnya, semakin baik pula kinerja sebuah

perusahaan. Rasio yang digunakan dalam EVA Momentum sudah mencakup

semua alat ukur, misalnya efisiensi pendapatan, kekuatan harga, pengelolaan

asset, pertumbuhan dan strategi.

Kelebihan yang dimiliki EVA Momentum adalah manajemen tidak mungkin

bisa menekan pembaginya karena angka tersebut adalah nilai periode sebelumnya,

manajemen juga dinilai tidak dapat memanipulasi angka penjualan karena EVA

Momentum mengukur nilai EVA dan penjualan dari waktu ke waktu. Oleh karena

itu sebuah perusahaan yang mampu menghasilkan nilai EVA Momentum yang

tinggi adalah perusahaan yang berhasil meraih nilai yang lebih tinggi daripada

keuntungan operasional dibandingkan biaya modalnya. Perusahaan yang memiliki

manajemen yang baik, efisien, dan produktif, diharapkan juga memiliki tingkat

profitabilitas yang tinggi. Dalam nilai EVA Momentum yang positif, terdapat nilai

tambah bagi investor sehingga meningkatkan ekpektasi tingkat pengembalian

saham (return saham) yang tinggi bagi investor.


Indeks LQ45 merupakan nilai kapitalisasi pasar dari 45 saham yang paling

likuid dan memiliki nilai kapitalisasi yang besar. Nilai tersebut dipilih setelah

melalui beberapa kriteria yang harus dipenuhi (www.idx.co.id) yaitu:

1. Masuk dalam top 60 total transaksi saham di pasar regular (rata-rata nilai

transaksi selama 12 bulan terakhir)

2. Masuk dalam ranking yang didasarkan pada nilai kapitalisasi pasar (rata-rata

kapitalisasi pasar selama 12 bulan terakhir)

3. Telah tercatat di BEI sekurang-kurangnya 3 bulan

4. Memiliki kondisi keuangan perusahaan, prospek pertumbuhan perusahaan,

frekuensi dan jumlah transaksi yang baik di pasar regular.

Perdagangan saham dari perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam LQ 45

ini dianggap mampu mewakili kondisi pasar secara keseluruhan. Hal ini

disebabkan nilai pasar agregat dari saham-saham tersebut adalah lebih dari 75%

kapitalisasi pasar total di BEI. Karenanya, indeks ini mampu mencerminkan nilai

perubahan pasar dari seluruh saham yang aktif diperdagangkan (Tim Bursa Efek

Jakarta, 1997).

Di Indonesia penelitian yang mengkaji hubungan kinerja keuangan dengan

alat ukur EVA dan Rasio Profitabilitas terhadap Return Saham menghasilkan

kesimpulan yang berbeda-beda. Christianty (2009) telah melakukan penelitian

tentang pengaruh ROA, Quick Asset to Inventory (QAI), PER, NPM, EPS,

Economic Value Added (EVA) DER rerhadap Return Saham. Hasil penelitiannya

yang menggunakan sampel perusahaan yang terdaftar dalam LQ 45 BEI tersebut

menunjukan bahwa Variabel ROA dan QAI tidak mempunyai pengaruh positif

terhadap Return Saham pada perusahaan, sedangkan PER, NPM, EPS dan EVA
mempunyai pengaruh positif terhadap Return Saham, sedangkan variabel DER

mempunyai pengaruh negatif terhadap Return Saham.

Ningdyah (2012) telah melakukan penelitian tentang Pengaruh EVA dan

EVA Momentum Terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur yang Tercatat

Di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitiannya memberikan bukti empiris bahwa

EVA dan EVA momentum tidak berpengaruh positif terhadap Return Saham

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

Sunandar (2012) telah melakukan penelitian tentang Analisis Pengaruh EVA

Momentum dan Profitabilitas Terhadap Return Saham Pada Perusahaan LQ 45

Periode Februari 2008-Januari 2011. Hasil penelitiannya memberikan bukti

empiris bahwa EVA Momentum berpengaruh negatif terhadap Return Saham.

Sedangkan ROE, ROA, ROS berpengaruh positif terhadap Return Saham Pada

Perusahaan LQ 45 Periode Februari 2008-Januari 2011.

Adanya hasil yang tidak konsisten dari penelitian terhadulu dalam mengukur

kinerja keuangan perusahaan terhadap return saham, mendorong peneliti untuk

melakukan penelitian dengan mengambil dan melengkapi variabel independen

dari masing-masing penelitian tersebut yang dikaitkan dengan return saham.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan sampel perusahaan yang memiliki

indeks paling liquid yang secara konsisten tercatat selama periode 2010-2013

pada LQ 45 Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini akan menguji ulang serta

mencari bukti empiris atas pengaruh kinerja keuangan terhadap Return Saham,

menggunakan variabel independen EVA Momentum serta rasio profitabilitas

ROA, ROE dan NPM. Rasio tersebut dipilih atas dasar bahwa EVA Momentum

merupaka alat ukur nilai tambah atas aktivitas investasi yang dijalankan
perusahaan, EVA Momentum yang positif menandakan perusahaan mampu

menciptakan nilai tambah bagi pemilik modal. ROA mencerminkan kemampuan

perusahaan menciptakan keuntungan atas semua aset yang dimiliki perusahaan.

ROE mengukur seberapa efektif ekuitas yang diberikan pemilik modal dapat

dikelola oleh pihak manajemen dan menghasilkan keuntungan. NPM dapat

mencerminkan kemampuan perusahaan dalam melakukan efisiensi biaya yang

menghasilkan keuntungan bersih atas aktivitas penjualan bersih. Dari enam rasio

yang telah dijabarkan pada tabel 1.1, hanya tiga rasio profitabilitas yang

digunakan dalam penelitian ini, ROA, ROE, dan NPM karena ke-tiga rasio

tersebut mampu menjadi alat ukur pertimbangan atas kondisi kinerja keuangan

perusahaan dan dapat digunakan oleh investor untuk meminimalisasi kegagalan

dalam membuat keputusan investasi.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukanan tersebut, peneliti

termotivasi untuk mengambil judul penelitian: “Analisis Pengaruh Kinerja

Kuangan Terhadap Return Saham (Studi Pada Perusahaan Yang Terdaftar

Dalam Indeks LQ 45 Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013)”.

1.2 Rumusan Masalah

Agar penelitian ini dapat lebih terfokus dengan tujuan yang akan dicapai,

maka perlu adanya rumusan masalah yang jelas dan didasarkan latar belakang

permasalahan, yang dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah EVA Momentum berpengaruh terhadap return saham

perusahaan?

2. Apakah Return on Equity (ROE) berpengaruh terhadap return saham?

3. Apakah Return on Asset (ROA) berpengaruh terhadap return saham?


4. Apakah Net Profit Margin (NPM) berpengaruh terhadap return saham?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis pengaruh EVA Momentum terhadap Return Saham

2. Untuk menganalisis pengaruh ROE terhadap Return Saham

3. Untuk menganalisis pengaruh ROA terhadap Return Saham

4. Untuk menganalisis pengaruh NPM terhadap Return Saham

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis

Sebagai sarana pengaplikasian ilmu yang diperoleh selama duduk di

bangku perkuliahan hingga dapat menerapkan dan menyelaraskan teori

yang diperoleh terhadap praktik yang sebenarnya di sebuah perusahaan.

2. Bagi Perushaaan

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan

bahan pertimbangan oleh perusahaan, khususnya perusahaan manufaktur,

mengenai EVA Momentum sebagai salah satu alat pengukur kinerja

bisnis perusahaan yang dapat menciptakan nilai bagi perusahaan.

3. Bagi Akademisi

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan mengenai pengaruh EVA

Momentum, ROE, ROA dan NPM terhadap Return Saham.


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Signalling Theory

Menurut Wolk, et, al. (2001:375) Signalling Theory atau teori sinyal dapat

menjelaskan alasan mengapa perusahaan harus menyajikan informasi untuk pasar

modal. Teori sinyal menunjukan adanya asimetri informasi antara manajemen

perushaaan dan pihak-pihak yang berkepentingan dengan informasi tersebut, serta

bagaimana seharusnya perusahaan memberikan sinyal-sinyal kepada pengguna

laporan keuangan. Sinyal yang dimaksud berupa informasi mengenai aktivitas

yang sudah dilakukan oleh manajemen dalam mengurangi ketidakpastian prospek

masa depan dan informasi lain yang menyatakan bahwa kondisi perusahaan

tersebut lebih baik dari perusahaan lain. Menurut Jogiyanto (2000:392)

pengumuman yang diberikan merupakan sebuah informasi, mengandung sinyal

bagi investor dalam mengambil keputusan berinvestasi. Apabila penguman

tersebut mengandung sinyal positif, maka akan meningkatkan reaksi pasar saat

pengumuman tersebut diterima. Kurangnya informasi pihak luar mengenai

perusahaan menyebabkan perusahaan melindungi diri dengan memberikan harga

yang rendah untuk perusahaan. Menurut Saerang, et al, (2011), perusahaan dapat

meningkatkan nilai perusahaan dengan mengurangi informasi asimetri. Salah satu

cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada

pihak luar.

Menurut teori sinyal kegiatan perusahaan memberikan informasi kepada

investor tentang prospek return masa depan yang substansial. Informasi sebagai

sinyal yang diumumkan pihak manajemen kepada publik bahwa perusahaan


memiliki prospek bagus dimasa depan (Susilowati, 2003). Marwata (2001)

menyatakan bahwa return yang meningkat akan diprediksi dan memberikan sinyal

tentang laba jangka pendek dan jangka panjang dan analisis yang mengungkap

sinyal tersebut digunakan untuk memprediksi peningkatan earning jangka

panjang. Sinyal positif dari perusahaan menunjukkan adanya kinerja keuangan

yang meningkat. Hal ini akan memberikan harapan kenaikan tingkat return saham

bagi investor.

2.2 Analisis Fundamental

Secara umum terdapat 2 pendekatan yang sering digunakan oleh investor

untuk menganalisis dan menilai saham di pasar modal, yaitu analisis fundamental

dan analisis teknikal (Bodie, et al, 2005). Wild, et al, (2010:11) menegaskan

bahwa analisis fundamental merupakan proses menentukan nilai perusahaan

dengan menganalisis dan menginterpretasikan faktor-faktor utama dalam

ekonomi, perusahaan dan industri. Bagi para investor yang malakukan analisis

fundamental, informasi laporan keuangan merupakan salah satu jenis informasi

yang mudah dan paling murah didapatkan dibanding alternatif informasi lainnya.

Analisis fundamental berlandaskan atas kepercayaan bahwa nilai suatu saham

sangat dipengaruhi oleh kinerja perusahaan yang menerbitkan saham tersebut

(Murtanto dan Harkivent, 2000). Menurut Susilowati (2011) kinerja keuangan

perusahaan dituangkan dalam bentuk laporan keuangan dan diukur melalui alat

ukur dalam bentuk rasio yang salah satu nya berupa rasio profitabilitas.
2.3 Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan merupakan hasil yang diperoleh perusahaan atas berbagai

aktivitas yang dilakukan dalam mendayagunakan sumber-sumber keuangan yang

tersedia di perusahaan. Kinerja keuangan dapat dilihat pada laporan keuangan

perusahaan, berdasarkan laporan keuangan tersebut investor dapat memberikan

penilaian terhadap kinerja keuangan perusahaan yang selanjutnya dijadikan salah

satu dasar untuk pengambilan keputusan investasi. Menurut Fahmi (2011:2)

Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana

suatu perusahaan telah melaksanakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara

baik dan benar. Langkah yang digunakan dalam menganalisis kinerja keuangan

adalah dengan melakukan analisis rasio yang menunjukan hubungan tertentu

antara faktor satu dengan lainnya dari suatu laporan keuangan (Kusumo, 2011).

Dalam penelitian ini, rasio-rasio yang digunakan untuk menganalisis kinerja

keuangan adalah sebagai berikut:

2.3.1 Economic Value Added

EVA adalah suatu kerangka kerja penilaian eksklusif yang dikembangkan

oleh perusahaan konsultan Stern Stewart & Co dan secara luas dipekenalkan

dalam buku Quest For Value (1991) karangan G. Bannett Stewart. Sejak saat itu,

EVA telah menimbulkan banyak perhatian dari perusahaan-perusahaan konsultan,

akuntansi perusahaan, analisis keamanan, fund manager, dan media di Amerika

dan Eropa,

Menurut Ruky (1997:4) EVA adalah residual income atau laba yang

dihasilkan melebihi target pengembalian investasi setelah seluruh penyedia modal

telah diberikan kompensasi yang sesuai atau setelah seluruh biaya modal yang
digunakan untuk menghasilkan keuntungan telah impas, yaitu NIAT (Net Income

After Taxes / pendapatan setelah pajak) ditambah bunga setelah pajak. Sementara

itu, biaya modal terdiri dari biaya utang dan biaya ekuitas yang digunakan untuk

menghasilkan NOPAT dan dihitung sebagai WACC (Weighted Average Cost of

Capital / biaya modal tertimbang rata-rata).

Dalam penelitian Ningdyah (2012) EVA dapat dinyatakan dalam rumus

berikut ini:

EVA = NOPAT – The Cost Of Capital

EVA = NOPAT – (c x Capital)

EVA = (r – c) x Capital

NOPAT = Pendapatan bersih ditambah laba setelah pajak

r = NOPAT dibagi modal, atau rate of return

c = Biaya modal, yang mengacu pada WACC

Nilai EVA bisa jadi positif, negatif, atau nol. Sebagaimana pernyataan

Purwati (1999: 50) nilai EVA dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. EVA > 0, berarti bahwa ada nilai tambah yang dihasilkan. Dalam hal ini,

karyawan berhak mendapatkan bonus dan pemegang saham mendapatkan

pengembalian yang diharapkan.

2. EVA = 0, berarti bahwa perusahaan secara ekonomis impas karena seluruh

keuntungan digunakan untuk melunasi kewajiban kepada kreditur dan

pemegang saham, sehingga karyawan tidak akan mendapatkan bonus dan

hanya akan dibayar sesuai nilai gajinya.


3. EVA < 0, berarti tidak ada penciptaan nilai tambah di perusahaan, karena dana

yang tersedia tidak dapat memenuhi ekspektasi investor. Dalam hal ini,

karyawan tidak mendapatkan bonus, pemegang saham tidak mendapatkan

pengembalian yang setara dengan dana yang mereka investasikan, tetapi

kreditur tetap mendapatkan pembayaran bunga.

EVA merupaka sebuah tujuan perusahaan dalam menghasilakan value added

dari modal yang telah ditanamkan pemegang saham dalam operasi perusahaan.

Oleh karena itu EVA merupakan selisih laba operasi setelah pajak (Net Operating

Profit After Tax atau NOPAT) dengan biaya modal (Cost Of Capital). Dalam hal

ini biaya modal adalah aspek paling penting dan menonjol dari EVA. Di bawah

akuntansi konvensional, kebanyakan peruasahaan kelihatan menguntungkan tetapi

pada kenyataannya tidak.

Menurut Tunggal (2008) ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk

menentukan besarnya EVA, diantaranya:

1. Menghitung biaya utang (kd).

Dalam hal ini, pembayaran bunga mengurangi pendapatan kena pajak, jadi biaya

utang harus dikoreksi menjadi (1-t) sehingga menjadikan kd sebagai berikut:

kd = (1-t) x suku bunga (%).

2. Menghitung biaya ekuitas (ke).

Untuk menghitung biaya ini dapat menggunakan pendekatan berdasarkan tingkat

pengembalian yang diharapkan oleh pemegang saham, yang berdasarkan nilai

pasar saat ini dan bukan nilai buku, dinyatakan dalam rumus berikut:

ke Rf Rm Rf .
3. Menghitung struktur modal.

Struktur modal ini terdiri dari utang dan ekuitas, sehingga tahap

selanjutnya adalah mencari kompososi dari utang dan ekuitas. Terdiri dari :

a. Utang jangka panjang + ekuitas = jumlah modal.

b. Utang jangka panjang ÷ jumlah modal = komposisi hutang.

c. Ekuitas ÷ jumlah modal = komposisi modal saham.

4. Menghitung Weighted Average Cost of Capital (WACC)

Weight Average Cost Of Capital (WACC) (Brigham & Houston, 2009:484) atau

rata-rata tertimbang biaya modal perusahaan merupakan rata-rata tertimbang dari

komponen-komponen biaya utang, saham preferen, dan ekuitas biasa. Dalam

perhitungan WACC digunakan proporsi sasaran atas utang, saham preferen, dan

saham biasa, beserta biaya dari komponen-komponen tersebut. WACC dinyatakan

sebagai berikut:

WACC = wdkd (1 – T) = wpkp = wcks.

5. Menghitung nilai Net Operating Profit After Taxes (NOPAT)

Net Operating Profit After Tax (NOPAT) (Brigham & Houston, 2009:65) atau

laba operasi bersih setelah pajak merupakan jumlah laba yang dihasilkan oleh

sebuah perushaan jika tidak memiliki utang dan aset non operasi yang dinyatakan

sebagai berikut:

NOPAT = wdkd ( 1 - T) + wpkp + wcks.

6. Menghitung nilai EVA.

EVA = NOPAT – (WACC x Invested Capital).


Kesimpulannya, dalam menghitung EVA yang harus dilakukan adalah

menghitung masing-masing biaya modal, menyatukannya dalam bentuk WACC,

kemudian menghitung nilai NOPAT.

2.3.2 EVA Momentum

Menurut Stewart (2009:74) EVA Momentum merupakan pengembangan dari

EVA. EVA Momentum menggunakan perubahan EVA dibagi dengan penjulan

pada satu periode sebelumnya. Apabila EVA Momentumnya menghasilkan nilai

yang positif, maka kinerja perusahaan tumbuh dan sebaliknya apabila EVA

Momentum negatif maka kinerja perusahaan menurun. Angka nominator

(Pertumbuhan EVA) merupakan hasil dari manajemen keuangan dan operasional,

sedangkan angka bawah (pertumbuhan penjualan) adalah hasil dari manajemen

pemasaran.

EVA Momentum = (This year’s EVA – Last Year’s EVA)/Last Year’s Sales.

EVA Momentum sama dengan seilisih antara nilai EVA tahun ini dengan nilai

EVA tahun sebelumnya kemudian dibagi dengan penjulan (sales) tahun lalu. Atau

dapat digambarkan sebagai berikut :

Keterangan: EVAt-1 = EVA periode t-1

EVAt = EVA periode t

Salest-1 = Penjualan periode t-1

EVA Momentum merupakan sebuah inovasi dengan aplikasi konsep yang

simple dan kuat dengan keunggulan-keunggulan yang di miliki, diantaranya;


1. Jelas, absolut dan tidak ambigu dalam menentukan garis performance

yang baik dan buruk. Jika EVA Momentum negatif, berarti keuntungan

ekonomi dan performansi mengalami penurunan. Jika EVA Momentum

positif, maka keuntungan ekonomi dan kinerja perusahaan mengalami

peningkatan. Makin positif rasio yang didapat, maka performansi lebih

baik.

2. Merupakan sinyal awal dari penurunan performansi.

3. Mengkonsolidasi secara lengkap dan benar dari efesiensi operasi,

manajemen neraca, eksekusi strategi dan pertumbuhan keuntungan

melalui satu skor.

4. Kesimpulannya, EVA Momentum adalah perubahan EVA dibagi dengan

penjualan satu periode sebelumnya. EVA Momentum ini mampu

menjelaskan kinerja perusahaan dengan lebih baik.

2.3.3 Pengertian ROA

Return on Asset (ROA), merupakan rasio yang menggambarkan perputaran

aset yang diukur dari volume penjualan. ROA digunakan untuk mengukur sejauh

mana asset-aset yang dimiliki perusahaan mampu menghasilkan laba. Semakin

besar rasio ROA yang dihasilkan maka semakin baik, karena kemampuan

perusahaan mencapai laba dianggap cukup tinggi. Menurut Sutrisno (2001:254)

ROA adalah sebuah pengukuran dari kemampuan perusahaan untuk menciptakan

keuntungan dengan semua asset yang dimiliki perusahaan. ROA dapat

dirumuskan sebagai berikut:

ROA = Laba Bersih Setelah Pajak (EAT)


Total Aset
2.3.4 Pengertian ROE

Return on Equity (ROE), merupakan rasio yang menunjukan kemampuan

perusahaan menghasilkan laba bersih untuk pengembalian ekuitas pemegang

saham. Semakin tinggi nilai ROE maka semakin tinggi pula profit margin yang

dihasilkan perusahaan. Menurut Brigham & Houston (2010: 149) ROE adalah

rasio laba bersih terhadap ekuitas biasa; mengukur tingkat pengembalian atas

investasi pemegang saham biasa. Dengan menggunakan ROE investor dapat

memiliki gambaran mengenai kualitas penghasilan yang bisa di dapatkan oleh

perusahaan. Menurut Sartono (1997:68) ROE dapat dihitung melalui rumus

berikut ini:

ROE = Laba Bersih Setelah Pajak (EAT)


Modal Sendiri

2.3.5 Pengertian NPM

Net Profit Margin (NPM) merupakan rasio antara laba bersih setelah pajak

terhadap penjualan yang digunakan untuk menghitung sejauh mana kemampuan

perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. NPM

menunjukkan perbandingan antara laba bersih dengan penjualan (Hanafi dan

Halim, 2005). Dengan nilai NPM semakin meningkat berarti semakin

menggambarkan kinerja perusahaan yang semakin baik dan keuntungan yang

diperoleh pemegang saham akan meningkat pula (Ang, 1997). Menurut Sartono

(1997:68) NPM dapat dihitung melalui rumus berikut:

NPM= Laba Bersih Setelah Pajak (EAT)


Penjualan
2.4 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Tinjauan penelitian terdahulu yang membahas mengenai EVA, EVA

Momentum, Profitabilitas dan Return Saham antara lain adalah :

1. Airlangga (2009) telah melakukan penelitian pengaruh ROE dan EVA

terhadap Market Value Added pada perusahaan manufaktur yang terdapat di

BEI. Hasil penelitian menunjukan ROE dan EVA berpengaruh positif

terhadap MVA pada perusahaan manufaktur BEI.

2. Christanty (2009) meneliti pengaruh Faktor Fundamental dan Economic

Value Added (EVA) Terhadap Return Saham pada Saham Perusahaan yang

Tercatat Aktif dalam LQ 45 di BEI Periode (2003-2007). Hasil penelitian

menunjukkan adanya peningkatan Return Saham dalam Perusahaan yang

masuk daftar penelitian dengan asumsi variabel ROA, PER, QAI, DER,

NPM, EPS dan EVA tidak mengalami perubahan. Untuk variabel ROA dan

QAI tidak berpengaruh positif terhadap return saham pada perusahaan yang

terdaftar dalam LQ 45, sedangkan PER, NPM, EPS dan EVA mempunyai

pengaruh positif terhadap Return Saham sedangkan variabel DER menpunyai

pengaruh negatif terhadap Return Saham pada perusahaan yang terdaftar

dalam LQ 45 di BEI.

3. Ferawati (2010) meneliti pengaruh EVA, ROA, ROE, EPS terhadap Return

Saham pada Perusahaan manufaktur di BEI. Hasil Penelitian menunjukkan

EVA, ROA, ROE, EPS berpengaruh positif terhadap Return Saham. Hanya

ROE yang berpengaruh positif pada return saham perusahaan manufaktur

yang terdaftar di BEI.


4. Chozaemah (2004) meneliti pengaruh beberapa faktor Fundamental terhadap

Perubahan Harga Saham pada perusahaan barang konsumsi yang Go Public

di BEJ). Hasil penelitian menyatakan bahwa ROE tidak mempunyai pengaruh

signifikan terhadap return saham.

5. Loekita (2012) meneliti pengaruh EVA dan EVA Momentum terhadap

Return Saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa EVA dan EVA momentum tidak berpengaruh

positif terhadap Return Saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

6. Tinneke (2007) meneliti Pengaruh PER, PBV, EVA dan DER terhadap

Return Saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Hasil

penelitian PER berpengaruh negatif terhadap Return Saham. PBV

berpengaruh positif terhadap Return Saham. Sementara itu EVA dan DER

tidak memiliki pengaruh positif terhadap return saham perusahaan

manufaktur yang terdaftar di BEI.

7. Wulandari (2005) meneliti Pengaruh Beberapa Faktor Fundamental terhadap

Perbahan Harga Saham di BEJ. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa NPM

tidak mempunyai pengaruh terhadap return saham.

8. Sunandar (2012) meneliti Analisis Pengaruh EVA Momentum dan

Profitabilitas Terhadap Return Saham Pada Perusahaan LQ 45. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa EVA Momentum berpengaruh negatif

terhadap Return Saham. Sedangkan variable ROE, ROA, ROS berpengaruh

positif terhadap Return Saham.

Merujuk pada deskripsi penelitian terdahulu tesebut, penelitian ini mengacu

pada penelitian Sunandar (2012). Perbedaan dalam penelitian ini dengan


penelitian sebelumnya adalah, penelitian terdahulu menguji EVA Momentum dan

rasio profitabilitas terhadap return saham periode 2008-2010. Rasio profitabilitas

dalam penelitian sebelumnya yang di uji adalah ROA, ROE dan ROS. Sedangkan

penelitian ini menguji hubungan variabel dependen (return saham) dengan

meggunakan variabel independen EVA Momentum, ROA, ROE dan NPM

periode 2010-2013. Variabel ROA digunakan dalam penelitian ini karena ROA

mampu mencerminkan kemampuan perusahaan menciptakan keuntungan atas

semua aset yang dimiliki perusahaan. ROE mengukur seberapa efektif ekuitas

yang diberikan pemilik modal dapat dikelola oleh pihak manajemen dan

menghasilkan keuntungan. NPM dapat mencerminkan kemampuan perusahaan

dalam melakukan efisiensi biaya yang menghasilkan keuntungan bersih atas

aktivitas penjualan bersih.

2.5 Kerangka Konseptual

EVA Momentum adalah salah satu alat analisis dalam kinerja keuangan

sebuah perusahaan. Perusahaan yang memiliki nilai EVA Momentum positif

menandakan bahwa perusahaan tersebut mampu memberikan nilai tambah

investasi bagi investor. Hal ini yang akan meningkatkan ketertarikan investor

untuk berinvestasi dengan harapan mendapatkan return saham yang tinggi.

Alat analisis kinerja keuangan yang selanjutnya digunakan dalam penelitian

ini dengan mengukur kinerja keuangan melalui rasio profitabilitas yakni ROA,

ROE, dan NPM. ROA mencerminkan kemampuan perusahaan menciptakan

keuntungan atas semua aset yang dimiliki perusahaan. Dengan meningkatnya

ROA berarti kinerja perusahaan semakin baik dan akan memberikan dampak
positif yaitu harga saham perusahaan semakin meningkat. Dengan meningkatnya

harga saham, maka return saham perusahaan yang bersangkutan juga meningkat.

ROE mengukur seberapa efektif ekuitas yang diberikan pemilik modal dapat

dikelola oleh pihak manajemen dan menghasilkan keuntungan. Nilai ROE yang

semakin baik dapat memberikan daya tarik bagi investor, karena perusahaan

dianggap memiliki prospek kinerja yang baik sehingga diharapkan return saham

yang diperoleh juga semakin meningkat.

NPM dapat mencerminkan kemampuan perusahaan dalam melakukan

efisiensi biaya yang menghasilkan keuntungan bersih atas aktivitas penjualan

bersih. Perusahaan yang dpaat menghasilkan nilai NPM yang tinggi menandakan

bahwa kegiatan operasional perusahaan yang dijalani semakin produktif dan

perusahaan akan mendapatkan tingka keuntungan yang optimal sehingga

berdampak positif pada tingkat return saham. Hal ini kemudian akan

meningkatkan kepercayaan investor untuk berinvestasi di perusahaan.

Prinsip teori sinyal menjelaskan bahwa informasi yang dipublikasikan

melalui beberapa analisis kinerja keuangan tersebut digunakan sebagai suatu

pengumuman yang akan memberikan sinyal bagi investor dalam pengambilan

keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka

diharapkan perusahaan memiliki kinerja keuangan yang baik. Kondisi kinerja

keuangan yang baik inilah yang kemudian dijadikan sebuah daya tarik bagi

investor karena perusahaan dianggap mampu memberikan harapan return saham

yang positif.

Penelitian ini akan menguji pengaruh variabel independen yaitu EVA

Momentum ( ), ROA ( ), ROE ( ), serta NPM ( ) terhadap variabel


dependen yaitu Return Saham (Y). Maka dibuat kerangka konseptual sebagai

berikut:

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual Penelitian

EVA Momentum

ROA
Return Saham

ROE

NPM

2.6 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian digunakan untuk mengemukakan jawaban sementara dari

hubungan-hubungan antar variabel yang perlu di uji kebenarannya. Menurut

Sugiyono (2009:96) hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan

masalah penelitian. Berikut adalah penjelasan mengenai hipotesis penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini:

2.6.1 Pengaruh EVA Momentum Terhadap Return Saham

EVA adalah alat ukur kinerja keuangan paling baik untuk menjelaskan

economic profit suatu perusahaan dibandingkan alat ukur kinerja keuangan

lainnya. EVA Momentum merupakan pengembangan dari EVA, perbedaan nya

terletak pada EVA Momentum menggunakan perubahan nilai EVA tahun ini

dikurangi nilai EVA tahun sebelumnya dibagi dengan penjualan dari satu periode

sebelumnya. Nilai EVA Momentum yang positif menandakan bahwa perusahaan


mampu menciptakan nilai tambah bagi pemilik modal dikarenakan perusahaan

mampu menghasilkan tingkat pengembalian yang melebihi tingkat biaya

modalnya.

Keunggulan EVA Momentum dibandingkan dengan EVA generasi

sebelumnya dikemukakan oleh Steward (2009) yang menyatakan bahwa rasio

EVA Momentum sudah mencakup seluruh alat ukur kinerja perusahaan. Menurut

Achmad (2010) kinerja yang baik ini (ditujukan oleh EVA Momentum nya) akan

direspon oleh investor dan calon investor di pasar modal. Meningkatnya

performansi EVA Momentum perusahaan akan membentuk daya tarik pasar yang

mampu meningkatkan harga saham dan pada kodisi tersebut berlakukah

Signalling Theory atau Teori Sinyal. Informasi yang diberikan perusahaan akan

memberikan sinyal bagi investor dalam mengambil keputusan berinvestasi.

Apabila informasi yang disajikan perusahaan menggambarkan nilai positif maka

harapan untuk mendapatkan reaksi pasar yang baik akan semakin meningkat.

Wirawan (2012) telah melakukan penelitian terhadap perusahaan yang telah

tergabung dalam indeks LQ45 di BEI tahun 2004 hingga 2008 dengan menguji

variabel EVA, Spread EVA, EVA Momentum, dan ROA terhadap Return Saham.

Hasilnya menunjukan bahwa EVA Momentum tidak memiliki pengaruh terhadap

pengembalian saham. Triandhini (2010) telah melakukan penelitian pengaruh

ROE, EVA, dan EVA Momentum terhadap Return Saham, hasilnya menunjukkan

adanya hubungan yang positif antara EVA Momentum dengan Return Saham.

Berdasarkan prediksi teori sinyal yang di deskripsikan di atas dapat

ditunjukkan bahwa EVA Momentum memiliki pengaruh positif terhadap return


saham, maka hipotesis alternatif pertama dalam penelitian ini dirumuskan sebagai

berikut:

H1: EVA Momentum berpengaruh positif terhadap Return Saham

perusahaan.

2.6.2 Pengaruh ROA Terhadap Return Saham

Analisis fundamental menggambarkan bahwa dalam mengambil keputusan

investor selalu bergerak secara rasional dan mengarahkan pemikiran hubungan

antara harga saham dengan kondisi perusahaan, karena harga saham yang tercipta

di sebuah perusahaan menggambarkan adanya kinerja keuangan yang baik dalam

menghasilkan nilai perusahaan. Nilai tersebut tidak hanya nilai intrinsik pada satu

saat saja, tetapi juga harapan kemampuan perusahaan dalam meningkatkan

kesejahteraan pemegang saham (return saham). ROA adalah salah satu rasio

profitabilitas yang dapat digunakan dalam analisis kinerja keuangan. Menurut

Prihadi (2011:196) ROA adalah gabungan dari dua kemampuan, yaitu

kemampuan menghasilkan laba dan kemampuan untuk memutar aset. Dengan

kata lain semakin tingi nilai ROA maka semakin baik produktifitas aset dalam

memperoleh keuntungan bersih. Hal ini akan meningkatkan daya tarik investor

untuk melakukan investasi dengan harapan tingkat pengembalian saham atau

return saham akan semakin besar. Return On Total Assets dan Return On Total

Equity merupakan rasio keuangan yang banyak digunakan untuk mengukur

kinerja keuangan, khususnya menyangkut profitabilitas (Tjiptono dan Handy,

2006).

Kristianto (2012) telah melakukan penelitian terhadap 40 perusahaan

manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2007-2009 dengan menguji variabel EVA,
ROA, NPM, dan EPS terhadap perubahan harga saham. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa ROA berpengaruh positif terhadap return saham. Utami

(2008) telah melakukan penelitian ROA, PBV, DER terhadap return saham. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa ROA, PBV, DER berpengaruh positif terhadap

return saham. Berdasarkan prediksi teori yang dideskripsikan tersebut, maka

hipotesis alternatif ke-dua dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

H 2: Return on Asset (ROA) berpengaruh positif terhadap Return Saham.

2.6.3 Pengaruh ROE Terhadap Return Saham

ROE merupakan ukuran kinerja perusahaan ditinjau dari segi

profitabilitasnya. ROE adalah rasio yang memperlihatkan sejauh mana perusahaan

dapat mengelola modal sendiri secara efektif, mengukur keuntungan dari investasi

yang telah dilakukan oleh pemilik modal sendiri atau pemegang saham

perusahaan (Sawir 2009:20). Munawir (1979) menyatakan salah satu alat analisis

laporan keuangan adalah analisis rasio keuangan. Analisis rasio keuangan terdiri

dari rasio likuiditas, aktivitas, leverage, dan profitabilitas. Menurut Sharpe (1997:

211) pengumuman informasi akuntansi memberikan signal bahwa perusahaan

mempunyai prospek kinerja keuangan yang baik di masa mendatang (good news)

sehingga investor tertarik untuk melakukan perdagangan saham. Bila hasil analisis

laporan keuangan menunjukkan kinerja perusahaan yang baik, maka investor akan

tertarik untuk membeli saham perusahan yang bersangkutan karena diharapkan

perusahaan mampu memberikan return saham yang baik bagi investor.

Taufik (2007) melakukan penelitian terhadap sampel 17 perusahaan sektor

perbankan yang terdaftar di BEJ periode tahun 2002-2005 dengan menguji

pengaruh pedekatan tradisional accounting (ROE dan ROA) dan EVA terhadap
return saham. Hasilnya adalah EVA, ROE dan ROA mempengaruhi stock return.

Wulandari (2005) meneliti tentang pengaruh beberapa faktor fundamental

terhadap perubahan return saham yang terdaftar di BEJ. Hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa ROE berpengaruh terhadap perubahan return saham. Sunarto

(2002) telah melakukan penelitian pengaruh ROA, ROE, DTA terhadap Return

Saham. Hasil hipotesis menunjukkan bahwa rasio profitabilitas (ROA dan ROE)

dan leverage (DTA) mempengaruhi return saham di BEJ. Berdasarkan prediksi

teori yang dideskripsikan tersebut, maka hipotesis alternatif ke-tiga dalam

penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

H 3: Return on Equity (ROE) berpengaruh positif terhadap Return Saham.

2.6.4 Pengaruh NPM Terhadap Return Saham

NPM menunjukan tingkat pengembalian keuntungan bersih terhadap

penjualan bersihnya. Nilai NPM semakin meningkat berarti kierja perusahaan

semakin baik serta keuntungan yang diperoleh pemegang saham akan semakin

meningkat. Menurut Amelia (2012) Dengan meningkatnya keuntungan bersih

sesudah pajak akan mencerminkan bagian laba dalam bentuk deviden maupun

capital gain yang diterima oleh pemegang saham juga semakin besar. Teori sinyal

memprediksikan bahwa perusahaan yang profitabilitasnya tinggi akan

memberikan signal positif dengan melakukan pembayaran deviden (Arifin, 2005).

Signal positif tersebut disampaikan melalui kabar baik (good news) bahwa nilai

NPM meningkatkan. Hal tersebut akan meningkatkan kepercayaan investor

terhadap perusahaan bahwa perusahaan dianggap mampu memberikan return

saham atas investasi yang ditanamkan diperusahaan.


Penelitian terhadap NPM pernah dilakukan oleh Kristianto (2012) telah

melakukan penelitian terhadap 40 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI

tahun 2007-2009 dengan menguji variabel EVA, ROA, NPM dan EPS terhadap

Return Saham. Hasil penelitian menunjukan NPM berpengaruh positif terhadap

Return saham. Nathaniel (2008) melakukan penelitian pengaruh DER, EPS, NPM,

PBV terhadap Return Saham. Hasil penelitian menunjukan bahwa DER, EPS,

NPM, PBV memiliki pengaruh positif terhadap Return Saham. Berdasarkan

prediksi teori yang dideskripsikan tersebut, maka hipotesis alternatif ke-empat

dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

H 4: Net Profit Margin (NPM) berpengaruh positif terhadap Return Saham.


BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dan

informasi yang dilakukan menggunakan prosedur sistematis serta memiliki tujuan

tertentu. Menurut Nasir (1998:51) metode penelitian merupakan cara utama yang

digunakan peneliti untuk menentukan jawaban atas permasalahan yang diajukan.

Penelitian ini dapat dikategorikan sebagai penelitian kuantitatif. Menurut

Sugiyono (2003:14) penelitian kuantitatif diperoleh dari data yang berbentuk

angka atau data kualitatif yang di angkakan. Dalam mengumpulkan data yang

diperlukan dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah sebagai berikut:

3.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2013:61) Populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas karaktristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek atau subjek yang di

pelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subjek

atau objek yang diteliti. Margono (2004: 118) Menyebutkan bahwa populasi

adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda-benda,

hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes, atau peristiwa-peristiwa sebagai

sumber data yang memiliki karaktersitik tertentu di dalam suatu penelitian.

Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang listing dalam daftar

Bursa Efek Indonesia periode 2010 sampai dengan 2013. Dari pengamatan atas

data yang diperoleh dari BEI, terdapat 360 Perusahaan yang pernah masuk ke
dalam daftar LQ 45 selama periode penelitian sebagaimana ditampilkan dalam

tabel pada halam lampiran 1.

3.2 Sampel

Menurut Sugiyono (2013 : 62) Sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila populasi besar, peneliti tidak

mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena

keterbatasan data, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel

yang diambil dari populasi itu. Sampel yang diambil dari populasi harus betul-

betul representative atau mewakili.

Teknik pengumpulan data yang digunakandalam penelitian ini adalah

Purposive Sampling yang dapat dikatakan sebagai secara sengaja mengambil

sampel tertentu (jika orang maka berarti orang-orang tertentu) sesuai persyaratan

(sifat-sifat, karakteristik, ciri, kriteria) sampel yang mencerminkan populasinya.

Karena seringkali menemui batasan diharapkan teknik Purposive Sampling akan

memperoleh kreiteria sampel yang sesuai dengan penelitian yang akan di lakukan.

Ada tiga keuntungan utama pengambilan sampel, diantaranya; biaya lebih

rendah, pengumpulan data lebih cepat. Hal ini mungkin untuk memastikan

keseragaman dan untuk meningkatkan akurasi dan kualitas data karena kumpulan

data lebih kecil. Dari populasi penelitian sebanyak 360 perusahaan yang masuk

dalam daftar LQ 45 Periode Bulan Februari 2010 sampai dengan Januari 2013,

maka ditentukan sampel sebanyak 116 perusahaan sampel yang akan diteliti.

Daftar 116 perusahaan sampel pada penelitian ini dapat dilihat pada halaman

lampiran 2.
3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder (dokumen),

yaitu data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan

dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data (Kuncoro, 2009: 148). Data

dalam penelitian ini diolah dari berbagai sumber, yaitu Bursa Efek Indonesia

(BEI), Indonesian Capital Market Directory (ICMD), Bank Indonesia, buku-buku

yang relevan, website resmi penyedia informasi keuangan dan sumber-sumber

lain selama periode penelitian ini dilakukan. Pengumpulan data yang dilakukan

melalui sumber-sumber tersebut digunakan selama mampu memberikan

informasi-informasi yang mendukung jalannya penelitian ini.

3.4 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari

empat variabel bebas (independen) dan satu variabel terikat (dependen) yang

selanjutnya dijelaskan sebagai berikut:

3.4.1 Variabel Independen (X)

Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lain

(Umar, 2003:50). Dalam penelitian ini, variabel independen yang digunakan

adalah sebagai berikut:

1. EVA Momentum ( )

EVA Momentum merupakan salah satu alat yang diguanakan untuk

mengukur kinerja keuangan perusahaan. Menurut Stewart (2009:74).

Penghitungan EVA Momentum dapat dilakukan setelah mendapatkan nilai EVA,

yaitu dengan langkah sebagai berikut (Tunggal, 2008);

1. Menghitung biaya utang (kd) dengan rumus sebagai berikut:


kd = (1-t) x suku bunga (%).

2. Menghitung biaya ekuitas (ke) dengan rumus sebagai berikut:

ke Rf Rm Rf .

3. Menghitung struktur modal.

Struktur modal ini terdiri dari utang dan ekuitas, sehingga tahap selanjutnya

adalah mencari kompososi dari utang dan ekuitas. Terdiri dari :

d. Utang jangka panjang + ekuitas = jumlah modal.

e. Utang jangka panjang ÷ jumlah modal = komposisi hutang.

f. Ekuitas ÷ jumlah modal = komposisi modal saham.

4. Menghitung Weighted Average Cost of Capital (WACC) dengan rumus

sebagai berikut:

WACC = wdkd (1 – T) = wpkp = wcks.

5. Menghitung nilai Net Operating Profit After Taxes (NOPAT)

NOPAT = wdkd ( 1 - T) + wpkp + wcks.

6. Menghitung nilai EVA.

EVA = NOPAT – (WACC x Invested Capital).

EVA Momentum merupakan pengembangan dari EVA. EVA Momentum

memakai perubahan EVA dibagi dengan penjualan dari satu periode sebelumnya.

EVA Momentum dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:

Ningdyah (2012) telah melakukan penelitian pengaruh EVA dan EVA

Momentum terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang tercatat di

bursa efek Indonesia menggunakan rumus di atas. Penelitian EVA Momentum

menggunakan rumus yang sama lainnya dilakukan oleh Sunandar (2012)


mengenai pengaruh EVA Momentum dan profitabilitas terhadap return saham

pada perusahaan LQ 45.

2. ROA ( )

ROA merupakan rasio yang menggambarkan perputaran aset yang diukur dari

volume penjualan. ROA digunakan untuk mengukur sejauh mana asset-aset yang

dimiliki perusahaan mampu menghasilkan laba. ROA dapat dinyatakan dengan

rumus sebagai berikut:

ROA = Laba Bersih Setelah Pajak (EAT)


Total Aset

Nugroho (2012) telah melakukan penelitian pengaruh kinerja keuangan

terhadap return saham (Studi Empiris Perusahaan Automotive and Component)

yang listing di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2011). Salah satu variabel

independen yang digunakan adalah ROA menggunakan rumus di atas.

3. ROE ( )

ROE dianggap sebagai representasi kekayaan yang dimiliki oleh pemegang

saham. ROE merupakan rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan

menghasilkan laba bersih untuk pengembalian ekuitas pemegang saham. ROE

dapat dinyatakan dalam rumus sebagai berikut:

ROE = Laba Bersih Setelah Pajak (EAT)


Modal Sendiri

ROE telah diuji dalam penelitian Achmad (2012) dalam analisis pengaruh

EVA Momentum, NPM, BEP, ROA, DAN ROE terhadap Return Saham pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2006-2010 menggunakan

rumus perhitungan di atas.

4. NPM ( )
NPM merupakan rasio antara laba bersih setelah pajak terhadap penjualan

yang digunakan untuk menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan

menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. NPM dapat dinyatakan

dengan rumus sebagai berikut:

NPM= Laba Bersih Setelah Pajak (EAT)


Penjualan

Amelia (2012) telah menguji NPM menggunakan rumus di atas dalam

penelitiannya mengenai pengaruh ROA, EPS, NPM, DER dan PBV terhadap

return saham pada industri real estate and property yang terdaftar di BEI periode

2007-2009. Christianty (2009) telah menguji NPM dengan rumus di atas dalam

penelitian pengaruh faktor fundamental dan EVA terhadap return saham pada

perusahaan LQ 45 di BEI.

3.4.2 Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen merupakan variabel yang dijelaskan atau yang dipengaruhi

oleh variabel independen (Umar, 2003:50). Dalam penelitian ini, variabel

independen yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Return Saham

Return Saham merupakan bentuk keuntungan yng dapat diperoleh pemodal

atau investor atas suatu investasi yang dijalankan. Return saham merupakan

income yang diperoleh pemegang saham sebagai hasil dari investasinya di

perusahaan tersebut (Jones, 2002). Menurut Tandelilin (2001:48), sumber-

sumber return investasi terdiri dari dua komponen, yaitu yield dan capital

gain (loss). Yield merupakan komponen return yang mencerminkan aliran kas

atau pendapatan yang diperoleh secara periodik dari suatu investasi.

Penelitian ini menggunakan return total yaitu membandingkan harga saham


periode ini dengan harga saham periode tertentu. Return saham dapat

dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:

Ri =

Keterangan:

Ri : Return Saham

Pt : Harga saham periode t

Pt-1: Harga saham sebelum periode t

Amelia (2012) telah menguji NPM menggunakan rumus di atas dalam

penelitiannya mengenai pengaruh ROA, EPS, NPM, DER dan PBV terhadap

return saham pada industri real estate and property yang terdaftar di BEI periode

2007-2009. Achmad (2010) telah melakukan pengujian return saham dengan

menggunakan rumus di atas.

3.5 Metode Analisis Data Statistik

Analisis data statistik merupakan kegiatan yang dilakukan setelah data dari

seluruh sumber terkumpul (Sugiyono, 2012). Menurut Ghozali (2011:96) dalam

analisis regresi, selain mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau

lebih, juga menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel

independen.

3.5.1 Analisis Regresi Linier Multivariate

Penggunaan data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini mengarah

pada metode kuantitatif menggunakan analisis regresi linier multivariate. Hal ini

dikarenakan analisis regresi linier multivariate mampu menjelaskan mengenai

hubungan antara variabel dependen dan beberapa variabel independen. Dalam


persamaan regresi linear multivariate, yang bertindak sebagai variabel dependen

adalah return saham, sedangkan variabel independen terdiri dari EVA momentum,

ROA, ROE, dan NPM. Penelitian ini Model persamaan analisis dinyatakan dalam

persamaan sebahai berikut:

Keterangan:

Y : Return saham

A : Konstanta

X1: Eva Momentum

X2: ROA

X3: ROE

X4: NPM

e : Disturbing error

3.5.2 Uji Asumsi Klasik

Analisis pengujian regresi linier berganda (linier regression method) dapat

dilakukan setelah penelitian asumsi klasik. Uji regresi linier berganda bertujuan

untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel-variabel independen terhadap

variabel dependen. Menurut Ghozali (2011:105-166) mengemukakan ada empat

penyimpangan asumsi klasik yang cepat terjadi dalam penggunaan model regresi,

yaitu normalitas, multikoleniaritas, heteroskedastisitas dan autokorelasi, untuk

lebih jelas sebagai berikut:

3.5.2.1 Normalitas

Pengujian normalitas memiliki tujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Untuk


menghindari terjadinya bias, data yang digunakan harus terdistibusi dengan

normal. Model regresi yang baik adalah memiliki data normal atau mendekati

normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk

jumlah sampel kecil (Ghozali, 20011:160).

Pengujian normalitas dalam penelitian ini dengan menggunakan One Sample

Kolmogorov-Smirnov test dan analisis grafik histogram dan P-P plot. Dalam uji

One Sample Kolmogorov-Smirnov Test, variabel-variabel yang mempunyai

asymp. Sig (2-tailed) di bawah tingkat signifikan sebesar 0,05 maka diartikan

bahwa variabel-variabel tersebut memiliki distribusi tidak normal dan sebaliknya.

Selain itu juga digunakan analisis grafik, jika grafik yang dihasilkan

menggambarkan data yang menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah

garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas data, sebaliknya,

jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti arah garis, maka

model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas (Ghozali, 2011:160).

3.5.2.2 Multikolonearitas

Uji Multikolonearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang

baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Untuk mendeteksi

ada atau tidaknya multikolonearitas di dalam model regresi dapat dilihat dari:

a. Nilai tolerance dan lawannya

b. Variance Inflation Factor (VIF)

Kedua ukuran ini menunjukkan ukuran setiap variabel independen manakala

yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Tolerance mengukur

variabilitas variabel independen yang dipilih yang tidak dijelaskan oleh variabel
independen lainnya. Model regresi yang baik tidak terdapat masalah

multikolonieritas atau adanya hubungan korelasi di antara variabel-variabel

independennya (Ghozali, 2011:105).

3.5.2.3 Autokorelasi

Autokorelasi bermula dengan adanya observasi yang berurutan sepanjang

waktu berkaitan satu sama lainnya. Kriteria regresi yang baik adalah model

regresi yang bebas dari autokorelasi. Pengujian autokorelasi bertujuan menguji

apakah model regresi linear ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode

t dengan kesalahan pengganggu pada peroide t-1 atau periode sebelumnya

(Ghozali, 2011:110).

3.5.2.4 Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi terjadi

ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Model

regresi yang baik adalah model yang tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali,

2011:139). Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan

melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scattterplot antara SRESID dan

ZPRED, dimana sumbu Y adalah Y yang diprediksi, dan sumbu X adalah residual

(Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di studentized. Dasar analisisnya

adalah:

1. Jika ada pola tertentu, seperti titik yang ada membentuk pola tertentu yang

teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka

mengindikasi¬kan telah terjadi heteroskedastisitas.

2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah

angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.


3.6 Uji Hipotesis

Hipotesis statistik adalah pernyataan mengenai keadaan populasi (parameter)

yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampel

penelitian statistik (Sugiyono, 2009: 160). Informasi yang digunakan dari sampel

tersebut akan menentukan apakah hipotesis tersebut dapat diterima atau ditolak

secara statistik.

3.6.1 Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) merupakan ikhtisar yang menyatakan seberapa

baik garis regresi mencocokkan data. Pengukuran koefisien deter-minasi

dilakukan untuk mengetahui persentase pengaruh variabel inde-penden terhadap

perubahan variabel dependen. Dari sini akan diketahui seberapa besar variabel

dependen akan mampu dijelaskan oleh variabel independennya, sedangkan

sisanya dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar model. Nilai yang mendekati 1

(satu) menandakan bahwa variabel-variabel independen memberikan hampir

semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel independen

(Ghozali, 2011:97).

3.6.2 Uji Statistik t

Pengujian ini dilakukan untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh masing-

masing variabel independen terhadap variabel dependen. Ho menandakan ada

pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen.

Kesimpulan yang diambil dalam uji t ini adalah dengan melihat signifikansi

(α) dengan ketentuan:

1. P-value > 5% : menerima Ho

2. P-value < 5% : menolak Ho


BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum dan Uji Deskriptif Statistik

Penelitian ini menggunakan 99 perusahaan sampel yaitu perusahaan yang

masuk dalam daftar Indeks LQ 45 pada periode bulan Februari 2010 sampai

dengan Januari 2013 Bursa Efek Indonesia. Penjelasan perolehan jumlah sampel

yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan dalam tabel berikut:

Tabel 4.1
Jumlah Sampel Penelitian
No. Kriteria Periode Penelitian Jumlah Sampel
1 Perusahaan yang listing (2010, 2011, 2013, 360 Perusahaan
dalam Indeks LQ45 BEI 2014)
2 Perusahaan yang secara (2010, 2011, 2013, 116 Perusahaan
konsisten masuk selama 2014)
periode penelitian
3 Identifikasi Data Outlier (2010, 2011, 2013, 17 Perusahaan
yang harus dikeluarkan dari 2014)
sampel
4 Jumlah sampel yang akan (2010, 2011, 2013, 99 Perusahaan
digunakan selama periode 2014)
penelitian

Dalam penelitian ini ditemukan adanya data outlier atau data yang memiliki

kharakteristik yang unik dan terlihat sangat berbeda dari observasi-observasi

lainnya yang muncul dalam nilai ekstrim. Menurut Ghozali (2011: 41) deteksi

data outlier dilakukan apabila diketahui skor outlier bernilai kisaran 3 sampai 4

atau nilai lebih besar dari 2.5 standar deviasi.

Untuk memudahkan dalam pengolahan data, penelitian ini menggunakan

bantuan program SPSS (Statistical Product and Service Solution). Berikut


disampaikan hasil Uji Statistik Deskriptif variabel yang digunakan dalam

penelitian ini:

Tabel 4.2

Hasil Uji Deskriptif Statistik

Hasil pengujian pada descriptive statistics table menunjukan bahwa Variabel

X1 (EVA Momentum) memiliki nilai minimum –0.4169 atau sama dengan -42%

yang dihasilkan oleh perusahaan dengan kode BDMN (Bank Danamon Indonesia

Tbk.) ditahun 2010. Hal ini disebabkan karena perolehan nilai Economic Value

Added (EVA) BDMN pada tahun 2009 sebesar Rp 6.167.410.247.354,61 menurun

pada tahun 2010 menjadi Rp 2.224.091.071.816,88. Nilai maximum variabel EVA

Momentum yang diperoleh dari pengujian pada descriptive statistics table adalah

0,5750 atau sebesar 58% dengan kode perusahaan LPKR (Lippo Karawaci Tbk.).

LPKR mengalami peningkatan nilai EVA yang dihasilkan tahun 2009 yaitu

sebesar Rp (199.789.807.954,33) terhadap nilai EVA tahun 2010 yaitu sebesar Rp

1.275.036.745.699,97. Kenaikan dan penurunan presentase nilai EVA Momentum

yang dihasilkan kedua perusahaan tersebut terjadi seiiring dengan kondisi

perusahaan dan faktor keberhasilan manajemen dalam menghasilkan nilai tambah

ekonomis terhadap seluruh biaya yang telah dikeluarkan.


Variabel X2 (ROA) memiliki nilai minimum -0.0152 atau sebesar 1.5% yang

dihasilkan oleh perusahaan dengan kode perushaaan ELTY (Bakrieland

Development Tbk.) ditahun 2012. Hal ini disebabkan karena di tahun tersebut

ELTY sedang dalam kondisi laba yang negatif Rp (1.102.086.243.270). Nilai

maximum variabel ROA yang diperoleh dari pengujian pada descriptive statistics

table tersebut adalah 0.4038 atau sebesar 40% dengan kode perusahaan UNVR

(Unilever Indonesia Tbk.) ditahun 2012. Meningkatnya nilai ROA, diiringi

dengan adanya kenaikan laba ditahun 2011 sebesar Rp 4.164.304.000.000

meningkat tahun 2012 menjadi Rp 4.839.145.000.000.

Variabel X3 (ROE) memiliki nilai minimum -0.0253 atau sebesar 2.5% yang

dihasilkan oleh perusahaan dengan kode perushaaan ELTY (Bakrieland

Development Tbk.) ditahun 2012. Hal ini disebabkan karena pada tahun tersebut

ELTY mengalami penurunan laba sebesar 81%. Presentase kerugian yang dialami

ELTY cukup besar, sebelumnya ditahun 2011 perusahaan ELTY sedang dalam

kondisi laba sebesar Rp 210.385.985.746, namun pada tahun 2012 ELTY

menderita kerugian senilai Rp (1.102.086.243.270) dan diikuti dengan penurunan

ekuitas dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 16% (tahun 2011 nilai ekuitas ELTY

Rp 10.902.071.438.314 turun ditahun 2012 menjadi Rp 9.164.214.273.030). Hal

tersebut menunjukkan menurunnya kemampuan perusaaan dalam menghasilkan

keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas. Nilai maximum variabel ROE yang

diperoleh dari pengujian pada descriptive statistics table adalah 1.2194 atau

sebesar 122% dengan kode perusahaan UNVR (Unilever Indonesia Tbk.) ditahun

2012. UNVR mengalami peningkatan kenaikan laba sebesar 30% , laba yang di

hasilkan tahun 2012 adalah sebesar Rp 4.839.145.000.000.


Variabel X4 (NPM) memiliki nilai minimum -0.0794 atau sebesar 8% yang

dihasilkan oleh perusahaan dengan kode perushaaan ELTY (Bakrieland

Development Tbk.) ditahun 2012. Hal ini disebabkan karena ditahun tersebut

ELTY mengalami penurunan laba sebesar 48%, kerugian yang dialami senilai Rp

(1.102.086.243.270), diikuti dengan penurunan nilai EAT yang sangat besar, dari

tahun 2011 senilai Rp 74,749,903,688.00 di tahun 2012 turun menjadi Rp

(232,249,751,768.00). Nilai maximum variabel NPM yang diperoleh dari

pengujian pada tabel diatas adalah 0.5518 atau sebesar 55% dengan kode

perusahaan BBCA (Bank Central Asia Tbk.) ditahun 2012.

Variabel Y (Return Saham) memiliki nilai minimum -0.0675 atau sebesar

6.7% yang dihasilkan oleh perusahaan dengan kode perushaaan LSIP (PP London

Sumatera Tbk.) ditahun 2011. Hal ini disebabkan karena turunnya harga saham

LSIP di pasar, sehingga return saham pada tahun tersebut mengalami penurunan

dari 0.09833 menjadi (0.06746). Nilai maximum variabel Return Saham yang

diperoleh dari pengujian pada tabel diatas adalah 0.2285 atau sebesar 23% dengan

kode perusahaan TLKM (Telekomunikasi Indonesia Tbk.) ditahun 2011.

4.2 Hasil Uji Asumsi Klasik

Pengujian ini bertujuan untuk menganalisis data persamaan yang digunakan

dalam penelitian melalui uji statistik berdistribusi normal, sehingga data-data yang

digunakan layak untuk diuji. Berikut dijelaskan melalui tabel dan interpretasi

deskriptif rangkaian hasil Uji Asumsi Klasik yang dilakukan dalam penelitian ini;

4.2.1 Normalitas

Uji Normalitas memiliki tujuan untuk menguji dalam model regresi, variabel

pengganggu atau residual memiliki distribusi normal, karena seperti yang


diketahui bahwa uji t mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi

normal (Ghazali, 2011:160). Menurut Ghazali (2011:163) pendeteksian normalitas

didasarkan pada prinsip berikut:

1. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti arah garis

diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi klasik.

Uji Normalitas penelitian ini menggunakan One Sample Kolmogorov-

Smirnov test dan analisis grafik histogram dan P-P plot. Sig (2-tailed) di bawah

tingkat signifikan sebesar 0,05 maka diartikan bahwa variabel-variabel tersebut

memiliki distribusi tidak normal dan sebaliknya.

Tabel 4.3

Hasil Uji One Sample Kolmogorov-Smirnov test

Dari tabel hasil uji diatas, besarnya nilai Kolmogrov-Smirnov adalah 1.167

dan signifikan pada Asymp.Sig(2-tailed) 0.132 atau lebih besar dari 0.05. Hasil uji

tersebut menunjukan bahwa data residual terdistribusi normal dan memenuhi

asumsi normalitas.
Tabel Grafik 4.4

Hasil Uji Normal Plot

Sesuai dengan kriteria prisnsip penebaran garis yang dipaparkan diatas, maka

dapat disimpulkan bahwa hasil uji normalitas grafik menunjukkan model regresi

memenuhi asumsi normalitas dan data menyebar disekitar garis diagonal dan

mengikuti arah garis diagonal atau histogramnya.

4.2.2 Uji Multikolonearitas

Uji multikolinieritas dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan melihat (1)

nilai tolerance dan lawannya (2) VIF (Variance Inflation Factors). Nilai cutoff

umum yang dipakai untuk menujukkan adanya multikolonearitas adalah nilai

Tolerance ≤0.10 atau sama dengan nilai VIF ≥10 (Ghazali, 2011:106).
Tabel 4.5

Hasil Uji Multikolonearitas

Hasil Uji Multikolonearitas diatas menunjukkan bahwa nilai Tolerance di atas

0.1 dengan nilai VIF dibawah 10. Artinya tidak terdapat multikolonearitas dan

variabel yang diteliti yaitu, EVA Momentum, ROA, ROE, dan NPM baik

digunakan untuk penelitian.

4.2.3 Uji Autokorelasi

Pengujian autokorelasi bertujuan untuk menguji dalam model regresi liner,

ada korelasi kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu

periode t-1 (sebelumnya). Apabila terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem

autokorelasi. Cara yang digunakan untuk mendeteksi autokorelasi ini adalah

dengan melakukan Uji Durbin-Wason (DW test) (Ghazali, 2011: 110).

Tabel 4.6

Hasil Uji Durbin-Watson (DW test)


Nilai DW yang dihasililkan adalah 1.805. Nilai ini selanjutnya akan

dibandingkan dengan nilai tabel menggunakan nilai signifikansi 5%. Jumlah

sampel 116 (n) dan jumlah variabel independen 4 (k=4) (Ghazali, 112:2011).

Berdasarkan tabel parameter Durbin Watson maka didapatkan nilai dU= 1.788.

Karena nilai DW yang diperoleh adalah 1.805 atau lebih besar dari nilai dU, dapat

disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi.

4.2.4 Heteroskedastisitas

Pendektesian ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan

dasar analisis sebagai berikut (Ghazali, 2011:139):

1. Jika ada pola tertentu, seperti titik yang ada membentuk pola tertentu yang

teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka

mengindikasi¬kan telah terjadi heteroskedastisitas.

2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah

angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Tabel 4.7
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Dari grafik scatterplots yang ditunjukkan di atas, dapat dijelaskan bahwa titik-

titik menyebar secara baik dan acak di atas maupun dibawah angka 0 pada sumbu

y. Kesimpulan yang dapat diambil adalah tidak terjadi heteroskedastisitas pada

model regresi tersebut, sehingga layak dipakai untuk memprediksi Return Saham

berdasarkan masukan variabel independen EVA Momentum, ROA, ROE, dan

NPM.

4.3 Uji Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian (Sugiyono 20013:51). Metode pengujian terhadap hipotesis yang

diajukan dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel yang digunakan melalui

pengujian linier sederhana Uji Statistik T dan analisis koefisien determinasi (R 2).

4.3.1 Koefisien Determinasi (R Square)

Pengujian ini mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam

menerangkan variasi variabel independen. Nilai nya berkisar nol sampai dengan

satu. Apabila nilai R2 yang kecil maka kemampuan variabel-variabel independen

dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati

satu maka variasi variabel independen dapat memberikan hampir semua informasi

yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen (Ghazali, 2011:97).

Tabel 4.8

Hasil Analisis Koefisien Determinasi (R 2)


Hasil uji koefisien determinasi pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel,

nilai R2 sebesar 6,8% artinya besarnya presentase variasi dari variabel dependen

yaitu return saham yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen yaitu

EVA momentum, ROA, ROE, dan NPM adalah sebesar 6,8%. Sisanya sebesar

93,2% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam model.

4.3.2 Uji Signifikan Paramater Individual (Uji Statistik t)

Tabel 4.9
Hasil Uji Statistik t

Berdasarkan hasil analisis Uji Statistik t pada tabel coefficients tersebut,

maka persamaan regresi yang dihasilkan adalah sebagai berikut:

Y=0.004+0044EVAMomentum-0.015ROA+0.049ROE+0.009NPM+e

Persamaan regresi yang dihasilkan tersebut menunjukkan bahwa konstanta

sebesar 0.004 menjelaskan bahwa apabila EVA Momentum, ROA, ROE, dan

NPM bernilai konstan atau sama dengan nol, maka nilai konstan (nol)

menjelaskan bahwa besarnya return saham yang akan diperoleh adalah 0.004.

Hasil analisis Uji Statistik t pada tabel 4.8 selanjutnya dapat menjelaskan

pengaruh masing-masing variabel EVA Momentum, ROA, ROE dan NPM

terhadap Return Saham.


4.3.2.1 Pengaruh EVA Momentum Terhadap Return Saham

Pada tabel hasil Uji Statistik t yang dilakukan dengan pengujian satu arah,

menunjukkan bahwa, nilai koefisien dari variabel (X1) EVA Momentum adalah

0.044. Hal ini menyatakan bahwa setiap kenaikan satuan EVA Momentum, maka

tingkat Return Saham akan meningkat sebesar 0.044. Nilai t yang diperoleh

adalah 2.274 signifikansi sebesar 0.025 atau lebih kecil dari P-Value=0,05. Nilai

Beta yang dihasilkan sebesar 0.234 menunjukkan adanya pengaruh positif

variabel EVA Momentum (X1) pada variabel Y

Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa hipotesis H1 (EVA

Momentum berpengaruh positif terhadap Return Saham perusahaan) diterima.

Setiap perubahan EVA Momentum akan berpengaruh terhadap Return Saham,

karena EVA Momentum mampu menjelaskan kemampuan perusahaan

menghasilkan nilai tambah ekonomi yang sesuai dengan penjualannya. Hal ini

yang kemudian memacu menajerial team sebuah perusahaan agar dapat secara

kompetitif menghasilkan kinerja yang baik. Hasil pengujian ini mendukung

penelitian oleh Triandhini (2010), yang menyatakan hasil penelitian analisis

pengaruh ROE, EVA, dan EVA Momentum terhadap Return Saham,

menunjukkan adanya hubungan yang positif antara EVA Momentum dengan

Return Saham.

4.3.2.2 Pengaruh ROA Terhadap Return Saham

Pada tabel hasil Uji Statistik t yang dilakukan dengan pengujian satu arah,

menunjukkan bahwa, nilai koefisien dari variabel (X2) ROA adalah -0.015 yang

menjelaskan bahwa setiap kenaikan ROA sebesar 1000 poin akan menurunkan

nilai Return Saham sebesar 15 poin. Nilai signifikansi sebesar 0.832 atau lebih
besar dari P-Value=0,05. Nilai Beta yang dihasilkan -0.34 yang menunjukkan

hubungan yang tidak searah variabel (X2) pada variabel Y.

Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa hipotesis H2 (Return on Asset

(ROA) berpengaruh positif terhadap Return Saham) tidak diterima. Hal ini

bertolak belakangan dengan teori yang menyatakan saat nilai ROA perusahaan

yang tercatat dalam Indeks LQ 45 mengalami kenaikan, akan mempengaruhi daya

tarik investor akan harapan nilai Return Saham yang tinggi. Hasil pengujian ini

mendukung penelitian Ferawati (2010) meneliti pengaruh EVA, ROA, ROE, EPS

terhadap Return Saham, hasil penelitian menunjukkan bahwa EVA, ROA, dan

EPS tidak memiliki pengaruh positif terhadap Return Saham. Hal ini berarti

investor tidak hanya mempertimbangkan faktor kinerja perusahaan atas aset yang

dimilikinya saja untuk memutuskan berinvestasi saham pada suatu perusahaan.

Walaupun rasio ROA mencerminkan indikator profitabilitas, namun hasilnya

dapat tidak sesuai oleh karena ketidakpastian keuntungan yang diperoleh. Oleh

karena itu butuh penyesuaian untuk membantu mengurangi ketidakpastian

investor akan keuntungan investasi yang akan diperoleh dengan memperhitungkan

raiso profitabilitas secara keseluruhan, Helfert (1997:84).

4.3.2.3 Pengaruh ROE Terhadap Return Saham

Pada tabel hasil Uji Statistik t yang dilakukan dengan pengujian satu arah,

menunjukkan bahwa, nilai koefisien dari variabel (X3) ROE adalah 0.049 yang

menjelaskan bahwa setiap kenaikan nilai ROE sebesar 1000 poin akan

meningkatkan Return Saham sebesar 49 poin. Nilai signifikansi sebesar 0.455

atau lebih besar dari P-Value =0,05.


Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa hipotesis H3 (Return on Equity

(ROE) berpengaruh positif terhadap Return Saham) ditolak. Hal ini bersebrangan

dengan teori yang melandasi bahwa pemegang saham umumnya ingin mengetahui

tingkat keuntungan modal saham dalam bentuk laba yang ditanamkan. Hasil

penelitian ini mendukung penelitian Sunandar (2012) yang menyatakan bahwa

ROE tidak mempunyai pengaruh positif terhadap return saham. ROE sendiri

tidak dapat dijadikan tolak ukur utama dalam penilaian profitabilitas perusahaan

dalam menilai tingkat Return Saham perusahaan karena hasil koefisien regresi

yang diperole ROE hanya 2.8%, hal ini menunjukkan bahwa ROE saja hanya

menyumbangkan pertimbangan yang sangat kecil bagi investor dalam melakukan

spekulasi keuntungan. Prastyo (2004) menyatakan bahwa saat berinvestasi

investor mempertimbangkan banyak hal, diantaranya adalah penciptaan nilai,

kinerja profitabilitas perusahaan, kondisi pasar secara keseluruhan dalam waktu

yang bersamaan.

4.3.2.4 Pengaruh NPM Terhadap Return Saham

Pada tabel hasil Uji Statistik t yang dilakukan dengan pengujian satu arah,

menunjukkan bahwa, nilai koefisien dari variabel (X4) NPM adalah -0.009

menjelaskan bahwa setiap kenaikan NPM sebanyak 1000 poin maka tingkat

Return Saham akan menurun 9 poin. Nilai signifikansi sebesar 0.806 atau lebih

besar dari P-Value=0,05.

Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa hipotesis H4 (Net Profit Margin

(NPM) berpengaruh positif terhadap Return Saham) ditolak. Hal ini bertolak

belakang pada prinsip NPM yang dapat menunjukkan tingkat pengembalian

keuntungan bersih terhadap penjualannya, apabila terjadi kenaikan pada nilai


NPM menandakan perusahaan akan semakin mampu melakukan efisiensi biaya

dan diharapkan tingkat pengembalian keuntungannya akan semakin meningkat

yang diikuti oleh meningkatnya daya tarik investor. Hasil penelitian ini

mendukung penelitian Wulandari (2005) yang menyatakan bahwa NPM tidak

mempunyai pengaruh terhadap return saham. Penelitian tersebut menjelaskan

faktor kinerja perusahaan dari nilai penjualan yang dihasilkan hanya

menyumbangkan angka pertimbangan yang sangat kecil bagi investor dalam

melakukan investasi. Hal ini disebabkan karena refleksi efektivitas dari aktivitas

perusahaan yang tercermin dalam NPM saja, tidak dapat mewakilkan keseluruhan

ekspektasi pengembalian investasi yang akan diperoleh. Kondisi perusahaan tidak

selalu meningkat setiap tahun dan tidak selalu menurun setiap tahun, oleh sebab

itu untuk mengetahui return saham yang akan di peroleh, analisis investor harus

diperkuat melalui rasio kinerja keuangan dan faktor-faktor ekonomi makro

(Nathaniel: 2008).
BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan rangkaian pengujian yang telah dilakukan,

maka dapat ditarik kesimpulan penelitian bahwa EVA Momentum berpengaruh

positif terhadap Return Saham. Hal ini menjelaskan bahwa penciptaan nilai yang

positif oleh perusahaan akan diikuti dengan meningkatnya tingkat Return Saham.

EVA Momentum dapat diaplikasikan sebagai salah satu alat analisis jangka

panjang bagi investor dalam mengambil keputusan berinvestasi.

ROA tidak berpengaruh positif terhadap Return Saham. Hal ini menjelaskan

bahwa faktor peningkatan kemampuan perputaran aset perusahaan tidak diiringi

dengan peningkatan return saham.

ROE tidak berpengaruh positif terhadap Return Saham. Hal ini menjelaskan

bahwa faktor peningkatan kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih

untuk pengembalian ekuitas pemegang saham tidak diiringi dengan peningkatan

return saham.

NPM tidak berpengaruh positif terhadap Return Saham. Hal ini menjelaskan

bahwa faktor peningkatan kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada

tingkat penjualan tertentu tidak diiringi dengan peningkatan return saham.

Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa variabel EVA Momentum

berpengaruh positif terhadap Return Saham. Variabel ROA, ROE, dan NPM tidak

berpengaruh positif terhadap Return Saham.


5.2 Keterbatasan Penelitian

Kesadaran peneliti akan adanya keterbatasan yang terdapat dalam penelitian

ini adalah hasil uji regresi linier multivariate yang diperoleh dalam penelitian

menghasilkan angka koefisien determinasi (R square) yang rendah. Hal

menunjukkan bahwa masih banyak variabel lain yang mempengaruhi Return

Saham. Adanya keterbatasan waktu sehingga analisis kinerja keuangan yang

digunakan dalam penelitian ini terbatas selama tahun 2010-2013 pada EVA

Momentum dan pengukuran kinerja keuangan tradisional dengan rasio

profitabilitas (ROA, ROE dan NPM), mengingat dibutuhkan ketelitian dalam

menginput data-data yang diperlukan dalam penelitian.

5.3 Saran

Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan penelitian di atas, berikut

disampaikan hal yang mungkin dapat berguna dalam membuat keputusan

berinvestasi serta melakukan penilaian atas tingkat Return Saham secara tepat.

Bagi investor disarankan untuk memperhatikan mengenai kondisi kinerja

keuangan perusahaan tidak hanya dari laporan keuangan yang disajikan oleh

perusahaan melainkan melakukan analisis atas performansi keuangan perusahaan.

EVA Momentum dapat dijadikan sebagai alat analisis kinerja keuangan akurat

bagi investor untuk memperhitungkan nilai tambah ekonomi yang mampu

dihasilkan oleh perusahaan.

Penelitian ini lebih lanjut disarankan untuk memperluas variabel independen

yang digunakan. Variabel tersebut tidak hanya menggunakan EVA Momentum

rasio profitabilitas saja, karena hasil penelitian menjelaskan bahwa masih banyak

variabel lain yang dianggap mampu mempengaruhi Return Saham.


Penelitian selanjutnya yang akan dilakukan dimasa mendatang disarankan

dapat memperluas jangka waktu penelitian dan objek diluar daftar LQ45.

Diperluasnya waktu dan objek penelitian diharapkan analisis kinerja keuangan

dapat diaplikasikan secara general terhadap seluruh perusahaan yang listing dalam

Bursa Efek Indonesia.

5.4 Implikasi Hasil Penelitian

Bagi perusahaan EVA Momentum adalah salah satu alat analisis kinerja

keuangan yang dapat direkomendasikan untuk mengukur konsistensi perusahaan

dalam menghasilkan nilai tambah ekonomi perusahaan, menjadi motivasi dalam

membentuk menajerial team yang kompetititf sehingga menumbuhkan daya tarik

bagi investor untuk melakukan investasi di perusahaan tersebut. Bagi Investor

Sebelum mengambil keputusan berinvestasi, EVA Momentum dapat dijadikan

referensi bagi alat analisis kinerja keuangan sebuah perusahaan. EVA Momentum

mampu menjelaskan dengan terbuka mengenai tingkat kekayaan bagi investor.

Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini; ROA, ROE, dan NPM

juga sangat membantu investor untuk menilai efisiensi perusahaan.


DAFTAR PUSTAKA

Airlangga, 2009. “Analisis Pengaruh EVA dan ROA Terhadap Market Value
Added Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Jakarta:
Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional Veteran.

Achmad, Vany. 2010. “Analisis Pengaruh Economic Value Added (EVA)


Momentum, Net Profit Margin (NPM), Basic Earning Power (BEP),
Return on Total Assets (ROA), dan Return on Equity (ROE) Terhadap
Return Saham”. Jakarta: Jurnal FE Universitas Budi Luhur.

Amelia, Liski. 2010 “Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Return Saham
dengan Tingkat Inflasi, Perubahan Kurs, dan Tingkat Suku Bunga
sebagai Variabel Moderating”. Medan: Universitas Negeri Medan.

Ang, Robert, 1997. "Buku Pintar Pasar Modal Indonesia: The Intelligent Guide in
Indonesian Capital Market”. Indonesia: Mediasoft.

Arifin, Zaenal. 2005. “Teori Keuangan dna Pasar Modal”. Yogyakarta:


EKONESIA.

Bodie, et al, 2005. “Investments”. Edisi ke-6. Singapura: McGraw-Hill.

Brigham, E.F dan Joel F. Houston, 2009. “Dasar-dasar Manajemen Keuangan”.


Buku Satu, Edisi Kesepuluh, Alih Bahasa Ali Akbar Yulianto. Jakarta:
Salemba Empat.

Brigham, E.F dan Joel F. Houston. 2010. “Manajemen Keuangan”. Terjemahan


oleh Dodo Suharo, Edisi Kesepuluh. Jakarta: Erlangga.

Christianty, Mila, 2009. “Analisis Pengaruh Faktor Fundametal dan Economic


Value Added (EVA) Terhadap Return Saham. Semarang: Universitas
Diponegoro.

Catur, Wulandari. 2005. “Pengaruh Beberapa Faktor Fundamental terhadap


Perubahan Harga Saham di BEJ”. Malang: Tesis FE UMM.

Fahmi, Ilham, 2011. “Analisis Kinerja Kuangan”. Bandung: Alfabeta.

Ferawati, 2010. “Pengaruh Economic Value Added dan Rasio Profitabilitas


Terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek
Indonesia”. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Ghozali, Imam, 2011. “Aplikasi Analisis Multivariate degan Program IBM SPSS
19”. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Harahap, Sofyan Syafri, 2008. “Analisis Kritis atas Laporan Keuangan”. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.

Harris, Wijaya., dan Tjun, Lauw. 2009. “Pengaruh Economic Value Added
Terhadap Tingkat Pengembalian Saham Pada Perusahaan yang
Tergabung dalam LQ45”. Vol.1, No.2.

Helvert, A. Erich. 1997. “Teknik Analisis Keuangan”. Jakarta: Erlangga

Husnan, Suad. 2003. “Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan (keputusan


Jangka Pendek)”. Edisi keempat. Yogyakarta: BPFE.

Jogiyanto, SH. 2000. “Pengantar pengetahuan Pasar Modal, Edisi Pertama”.


Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Jones, C. 2002. “A Century of Stock Market Liquidity and Trading Cost, Working
Paper”. Coloumbia University.

Kristanto, DWI Agung. 2012. “Pengaruh Model Intelektual Terhadap Harga


Saham melalui ROA pada Perbankan yang GO Public di BEI priode
2008-2010”. Malang: Program Pasca Sarjana Fakultas Ekonomi UM.

Kuncoro, Mudrajat. 2001. “Metode Kuantitatif: Teori dan Aplikasi Untuk Bisnis
dan Ekonomi”. Yogyakarta: UPP-AMP YKPN.

Kusumo, Ismoyo, 2011. “Analisis Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Return


Saham Perusahaan LQ 45 yang Terdaftar di BEI”. Semarang: Universitas
Diponegoro.

Latifah, Nurul, P. 2008. “Analisis Pengaruh Stock Split Terhadap Perubahan


Laba”. Jurnal Fakultas Ekonomi, Vol.3, No.1, Yogyakarta: UNY.

Mahmud M. Hanafi dan Abdul Halim, 2005. “Analisis Laporan Keuangan”.


Yogyakarta.

Margono. 2004. “Metodelogi Penelitian”. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Marwata, 2001. “Hubungan Antara Karakteristik perusahaan dan Kualitas


Ungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan Perusahaan Publik
Indonesia”. Simposium Nasional Akuntansi IV

Munawir, 2000, “Analisa Laporan Keuangan”, Edisi keempat. Yogyakarta:


Liberty.
Murtanto dan Harkivent, 2000. “Analisis Pengaruh Informasi Laba”. Media
Ekonomi, Vol.6, No.3.

Nasir, M., 1998. “Metode Penelitian”. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nathaniel, Nicky. 2008. “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Return


Saham (Studi Pada Saham-saham Real Estate and Property di Bursa
Efek Indonesia Periode 2004-2006). Semarang: Universitas Diponegoro.

Ningdyah, Ika, loekita, 2012. “Pengaruh Economic Value Added dan EVA
Momentum Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur yang
Tercatat di Bursa Efek Indonesia”. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Nugroho, Bramantyo. 2012. “Pengaruh Kinerja Kuangan Terhadap Return saham


(Studi Empiris Perusahaan Automotive and Component)”. Semarang:
Universitas Diponegoro.

Prasetyo, Eko. 2004. “Analisis Pengaruh Kinerja Kuangan Perushaan Terhadap


Return Saham” Semarang: Universitas Katolik Soegijapranata.

Prihadi, Toto. 2011. “Analisis Laporan Keuangan Teori dan Aplikasi”. Jakarta:
PPM.

Ruky, Saiful. M. 1997. “EVA dan Pencipta Nilai Perusahaan” Usahawan No.9,
tahun XXVI.

Saerang, David dan Winston Pontoh, 2011. “Analisis Pengaruh Tingkat


Pengembalian Aktiva Terhadap Harga Saham Di Bursa Efek Indonesia”.
Volume 2 – Nomor 2.

Sartono dan Misbahul, Munir, 1997. “Pengaruh Kategori Industri Terhadap P/E
Ratio dan Faktor-faktor Penentunya.” Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol.
12.No.3.

Sawir, A., 2001. “Analisa Kinerja Kuangan dan Perencanaan Keuangan


Perusahaan”. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Sharpe, J William, et, al, 1997. “Investasi”. Jilid 2 (terjemahan). Jakarta: PT.
Prenhallindo.

Stewart, G, Bennett, 2009. “EVA Momentum: The One Ratio That Tells The
Whole Story, Journal of Applied Corporate Finance”.

Sugiyono, 2009. “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D”. Bandung:


Alfabeta.

Sugiyono, 2013. “Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif dan R&D”. Bandung: Alfabeta.
Sunandar, Andika, 2012. “Analisis Pengaruh EVA Momentum dan Rasio
Profitabilitas terhadap Return Saham Pada Perusahaan LQ 45”. Jakarta:
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Lembaga Administrasi Negara.

Sunariyah, 2003. “Pengantar Pengetahuan Pasar Modal”. Yogyakarta: UUP AMP


YKPN.

Sunarto. 2002. “Pengaruh Rasio Profitabilitas dan Leverage Terhadap Return


Saham Perusahaan Manufaktur di BEJ”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Indonesia. Vol. 15. No.3.

Susilowati, Yeye, 2003. “Pengaruh Price Earning Ratio (PER) Terhadap Faktor
Fundamental Perusahaan (Devidend Payout Ratio, Earning per Share,
dan risiko) Pada Perusahaan Publik Di Bursa Efek Jakarta”. Semarang:
Jurnal Bisnis Dan Ekonomi, STIE Stikubank.

Susilowati, Yeye dan Turyanto, Tri, 2011. “Reaksi Signal Profitabilitas dan
Solvabilitas terhadap Return Saham Perusahaan”. Jurnal Dinamika
Keuangan dan Perbankan. Vol.3, No.1.

Sutrisno. 2001. “Manajemen Keuangan: Teori, Konsep, dan Aplikasi”.


Yogyakarta: EKONESIA.

Tandelilin, Eduardus. 2001. “Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio”. Edisi


Pertama. Yogyakarta: BPFE.

Taufik. 2007. “Pengaruh Pendekatan Traditional Accounting dan Economic Value


Added Terhadap Stock Return Perusahaan Sektor Perbankan di PT. Bursa
Efek Jakarta”. Palembang: Staff Pengajar Program MM Universitas
Sriwijaya.

Tinneke, Raden, 2007. “Analisis Pengaruh Economic Value Added (EVA) dan
Faktor-faktor Fundamental Perusahaan Lainnya Terhadap Return Saham.
Semarang: Universitas Diponegoro.

Tjipto, Darmadji , dan Hendry M. Fakhruddin. 2001. “Pasar Modal di Indonesia”.


Jakarta: Salemba Empat.

Triandini, Shindy. 2010. “Analisis Pengaruh ROE, EVA, Momentum EVA


Terhadap Return Saham Perusahaan Indeks LQ45 periode 2005-2009”.
Universitas Indonesia.

Tunggal, Amin Widjaja, 2008. “Memahami Economic Value Added ( EVA ) Teori.
Soal dan Kasus”. Jakarta: Harvarindo.

Umar, Husein. 2003. “Metode Riset Bisnis”. Cetakan Kedua. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Utami, Christina. 2008. “Manajemen Barang Dagang dan Bisnis Riteil. Malang:
Publishing Bayumedia.

Wild, et al, 2010. “Analisis Laporan Keuangan”. Jakarta: Salemba Empat.

Wirawan, Dranatya Ikhsan. 2011. “Effect of Economic Value Added (EVA), EVA
Spread, EVA Momentum and Return on Asset (ROA) on Stock Return
(Empirical Study In Indonesia Stock Market)”. Yogyakarta: Tesis
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gajah Mada.

Wolk, et al. 2000. “Accounting Theory. A Conceptual Institution Approach”. Fifth


Edition. South-Western College Publishing.

Wulandari. 2005. “Meneliti Pengaruh Beberapa Faktor Fundamental terhadap


Perbahan Harga Saham di BEJ”. Malang: Tesis. FE UMM.

Sumber Online:

www.idx.co.id

finance.yahoo.com

Anda mungkin juga menyukai