Periode 2010-2013)
SKRIPSI
Dikerjakan Oleh :
Mia Hediyanasari
NIM. 115020307111048
JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
ABSTRAK
Oleh:
Mia Hediyanasari
Dosen Pembimbing:
Dr. Dra. Endang Mardiati, M.Si., Ak.
By:
Mia Hediyanasari
Advisor Lecturer:
Dr. Dra. Endang Mardiati, M.Si., Ak.
BAB I
PENDAHULUAN
surat utang (obligasi), saham, reksa dana dan instrument lainnya. Menurut Husnan
(2003:3) secara formal pasar modal adalah pasar untuk berbagai instrument
keuangan (sekuritas) jangka panjang dalam utang maupun modal sendiri, baik itu
Pada dasarnya investor selalu ingin merasa aman saat menanamkan dana di
pasar modal. Investor juga bersedia menginvestasikan dana yang dimiliki di lebih
dari satu perusahaan serta memiliki kriteria expected return yang sangat
risiko yang minimal. Return atas kepemilikan sekuritas khususnya saham dapat
diperoleh dalam dua bentuk, yaitu dividen dan capital gain (keuntungan yang
diperoleh dari kenaikan harga saham). Berinvestasi saham lebih dari satu
konsekuensi bagi investor untuk harus terus melakukan update atas informasi
menjadi salah satu tantangan yang akan dihadapi oleh manajer investasi. Dalam
perusahaan dianggap baik dan selanjutnya nilai tersebut dijadikan dasar keputusan
para investor untuk membeli saham perusahaan tersebut. Untuk itulah peran
manajer investasi harus dapat menganalisis harga sebuah saham baik dalam
angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan, dapat
menjadi pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan
keuangan yang sangat rinci dan rumit. Rasio keuangan juga memudahkan untuk
dikelompokkan menjadi 5 jenis berdasarkan ruang lingkup atau tujuan yang ingin
perusahaan. Pada tahun 2006, Steward memisahkan diri dari Stern Stewart & Co
dan mengembangkan konsep EVA lebih lanjut. Konsep EVA “turunan” ini
kemudian dinamai EVA Momentum. Pada musim semi 2009, Steward menulis
Ratio That Tells The Whole Story” di Morgan Stanley Journal of Applied
Corporate Finance. Perbedaan yang mencolok antara EVA Momentum dengan
EVA dibagi dengan penjualan dari satu periode sebelumnya. Misalnya, penjualan
semakin besar rasio EVA Momentumnya, semakin baik pula kinerja sebuah
bisa menekan pembaginya karena angka tersebut adalah nilai periode sebelumnya,
manajemen juga dinilai tidak dapat memanipulasi angka penjualan karena EVA
Momentum mengukur nilai EVA dan penjualan dari waktu ke waktu. Oleh karena
itu sebuah perusahaan yang mampu menghasilkan nilai EVA Momentum yang
tinggi adalah perusahaan yang berhasil meraih nilai yang lebih tinggi daripada
manajemen yang baik, efisien, dan produktif, diharapkan juga memiliki tingkat
profitabilitas yang tinggi. Dalam nilai EVA Momentum yang positif, terdapat nilai
likuid dan memiliki nilai kapitalisasi yang besar. Nilai tersebut dipilih setelah
1. Masuk dalam top 60 total transaksi saham di pasar regular (rata-rata nilai
2. Masuk dalam ranking yang didasarkan pada nilai kapitalisasi pasar (rata-rata
ini dianggap mampu mewakili kondisi pasar secara keseluruhan. Hal ini
disebabkan nilai pasar agregat dari saham-saham tersebut adalah lebih dari 75%
kapitalisasi pasar total di BEI. Karenanya, indeks ini mampu mencerminkan nilai
perubahan pasar dari seluruh saham yang aktif diperdagangkan (Tim Bursa Efek
Jakarta, 1997).
alat ukur EVA dan Rasio Profitabilitas terhadap Return Saham menghasilkan
tentang pengaruh ROA, Quick Asset to Inventory (QAI), PER, NPM, EPS,
Economic Value Added (EVA) DER rerhadap Return Saham. Hasil penelitiannya
menunjukan bahwa Variabel ROA dan QAI tidak mempunyai pengaruh positif
terhadap Return Saham pada perusahaan, sedangkan PER, NPM, EPS dan EVA
mempunyai pengaruh positif terhadap Return Saham, sedangkan variabel DER
EVA dan EVA momentum tidak berpengaruh positif terhadap Return Saham
Sedangkan ROE, ROA, ROS berpengaruh positif terhadap Return Saham Pada
Adanya hasil yang tidak konsisten dari penelitian terhadulu dalam mengukur
indeks paling liquid yang secara konsisten tercatat selama periode 2010-2013
pada LQ 45 Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini akan menguji ulang serta
mencari bukti empiris atas pengaruh kinerja keuangan terhadap Return Saham,
ROA, ROE dan NPM. Rasio tersebut dipilih atas dasar bahwa EVA Momentum
merupaka alat ukur nilai tambah atas aktivitas investasi yang dijalankan
perusahaan, EVA Momentum yang positif menandakan perusahaan mampu
ROE mengukur seberapa efektif ekuitas yang diberikan pemilik modal dapat
menghasilkan keuntungan bersih atas aktivitas penjualan bersih. Dari enam rasio
yang telah dijabarkan pada tabel 1.1, hanya tiga rasio profitabilitas yang
digunakan dalam penelitian ini, ROA, ROE, dan NPM karena ke-tiga rasio
tersebut mampu menjadi alat ukur pertimbangan atas kondisi kinerja keuangan
Agar penelitian ini dapat lebih terfokus dengan tujuan yang akan dicapai,
maka perlu adanya rumusan masalah yang jelas dan didasarkan latar belakang
perusahaan?
1. Bagi Penulis
2. Bagi Perushaaan
3. Bagi Akademisi
LANDASAN TEORI
Menurut Wolk, et, al. (2001:375) Signalling Theory atau teori sinyal dapat
masa depan dan informasi lain yang menyatakan bahwa kondisi perusahaan
tersebut mengandung sinyal positif, maka akan meningkatkan reaksi pasar saat
yang rendah untuk perusahaan. Menurut Saerang, et al, (2011), perusahaan dapat
cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada
pihak luar.
investor tentang prospek return masa depan yang substansial. Informasi sebagai
menyatakan bahwa return yang meningkat akan diprediksi dan memberikan sinyal
tentang laba jangka pendek dan jangka panjang dan analisis yang mengungkap
yang meningkat. Hal ini akan memberikan harapan kenaikan tingkat return saham
bagi investor.
untuk menganalisis dan menilai saham di pasar modal, yaitu analisis fundamental
dan analisis teknikal (Bodie, et al, 2005). Wild, et al, (2010:11) menegaskan
ekonomi, perusahaan dan industri. Bagi para investor yang malakukan analisis
yang mudah dan paling murah didapatkan dibanding alternatif informasi lainnya.
perusahaan dituangkan dalam bentuk laporan keuangan dan diukur melalui alat
ukur dalam bentuk rasio yang salah satu nya berupa rasio profitabilitas.
2.3 Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana
baik dan benar. Langkah yang digunakan dalam menganalisis kinerja keuangan
antara faktor satu dengan lainnya dari suatu laporan keuangan (Kusumo, 2011).
oleh perusahaan konsultan Stern Stewart & Co dan secara luas dipekenalkan
dalam buku Quest For Value (1991) karangan G. Bannett Stewart. Sejak saat itu,
dan Eropa,
Menurut Ruky (1997:4) EVA adalah residual income atau laba yang
telah diberikan kompensasi yang sesuai atau setelah seluruh biaya modal yang
digunakan untuk menghasilkan keuntungan telah impas, yaitu NIAT (Net Income
After Taxes / pendapatan setelah pajak) ditambah bunga setelah pajak. Sementara
itu, biaya modal terdiri dari biaya utang dan biaya ekuitas yang digunakan untuk
berikut ini:
EVA = (r – c) x Capital
Nilai EVA bisa jadi positif, negatif, atau nol. Sebagaimana pernyataan
1. EVA > 0, berarti bahwa ada nilai tambah yang dihasilkan. Dalam hal ini,
yang tersedia tidak dapat memenuhi ekspektasi investor. Dalam hal ini,
dari modal yang telah ditanamkan pemegang saham dalam operasi perusahaan.
Oleh karena itu EVA merupakan selisih laba operasi setelah pajak (Net Operating
Profit After Tax atau NOPAT) dengan biaya modal (Cost Of Capital). Dalam hal
ini biaya modal adalah aspek paling penting dan menonjol dari EVA. Di bawah
Menurut Tunggal (2008) ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk
Dalam hal ini, pembayaran bunga mengurangi pendapatan kena pajak, jadi biaya
pasar saat ini dan bukan nilai buku, dinyatakan dalam rumus berikut:
ke Rf Rm Rf .
3. Menghitung struktur modal.
Struktur modal ini terdiri dari utang dan ekuitas, sehingga tahap
selanjutnya adalah mencari kompososi dari utang dan ekuitas. Terdiri dari :
Weight Average Cost Of Capital (WACC) (Brigham & Houston, 2009:484) atau
perhitungan WACC digunakan proporsi sasaran atas utang, saham preferen, dan
sebagai berikut:
Net Operating Profit After Tax (NOPAT) (Brigham & Houston, 2009:65) atau
laba operasi bersih setelah pajak merupakan jumlah laba yang dihasilkan oleh
sebuah perushaan jika tidak memiliki utang dan aset non operasi yang dinyatakan
sebagai berikut:
yang positif, maka kinerja perusahaan tumbuh dan sebaliknya apabila EVA
pemasaran.
EVA Momentum = (This year’s EVA – Last Year’s EVA)/Last Year’s Sales.
EVA Momentum sama dengan seilisih antara nilai EVA tahun ini dengan nilai
EVA tahun sebelumnya kemudian dibagi dengan penjulan (sales) tahun lalu. Atau
yang baik dan buruk. Jika EVA Momentum negatif, berarti keuntungan
baik.
aset yang diukur dari volume penjualan. ROA digunakan untuk mengukur sejauh
besar rasio ROA yang dihasilkan maka semakin baik, karena kemampuan
saham. Semakin tinggi nilai ROE maka semakin tinggi pula profit margin yang
dihasilkan perusahaan. Menurut Brigham & Houston (2010: 149) ROE adalah
rasio laba bersih terhadap ekuitas biasa; mengukur tingkat pengembalian atas
berikut ini:
Net Profit Margin (NPM) merupakan rasio antara laba bersih setelah pajak
diperoleh pemegang saham akan meningkat pula (Ang, 1997). Menurut Sartono
Value Added (EVA) Terhadap Return Saham pada Saham Perusahaan yang
masuk daftar penelitian dengan asumsi variabel ROA, PER, QAI, DER,
NPM, EPS dan EVA tidak mengalami perubahan. Untuk variabel ROA dan
QAI tidak berpengaruh positif terhadap return saham pada perusahaan yang
terdaftar dalam LQ 45, sedangkan PER, NPM, EPS dan EVA mempunyai
dalam LQ 45 di BEI.
3. Ferawati (2010) meneliti pengaruh EVA, ROA, ROE, EPS terhadap Return
EVA, ROA, ROE, EPS berpengaruh positif terhadap Return Saham. Hanya
6. Tinneke (2007) meneliti Pengaruh PER, PBV, EVA dan DER terhadap
berpengaruh positif terhadap Return Saham. Sementara itu EVA dan DER
Perbahan Harga Saham di BEJ. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa NPM
dalam penelitian sebelumnya yang di uji adalah ROA, ROE dan ROS. Sedangkan
periode 2010-2013. Variabel ROA digunakan dalam penelitian ini karena ROA
semua aset yang dimiliki perusahaan. ROE mengukur seberapa efektif ekuitas
yang diberikan pemilik modal dapat dikelola oleh pihak manajemen dan
EVA Momentum adalah salah satu alat analisis dalam kinerja keuangan
investasi bagi investor. Hal ini yang akan meningkatkan ketertarikan investor
ini dengan mengukur kinerja keuangan melalui rasio profitabilitas yakni ROA,
ROA berarti kinerja perusahaan semakin baik dan akan memberikan dampak
positif yaitu harga saham perusahaan semakin meningkat. Dengan meningkatnya
harga saham, maka return saham perusahaan yang bersangkutan juga meningkat.
ROE mengukur seberapa efektif ekuitas yang diberikan pemilik modal dapat
dikelola oleh pihak manajemen dan menghasilkan keuntungan. Nilai ROE yang
semakin baik dapat memberikan daya tarik bagi investor, karena perusahaan
dianggap memiliki prospek kinerja yang baik sehingga diharapkan return saham
bersih. Perusahaan yang dpaat menghasilkan nilai NPM yang tinggi menandakan
berdampak positif pada tingkat return saham. Hal ini kemudian akan
keuangan yang baik inilah yang kemudian dijadikan sebuah daya tarik bagi
yang positif.
berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual Penelitian
EVA Momentum
ROA
Return Saham
ROE
NPM
EVA adalah alat ukur kinerja keuangan paling baik untuk menjelaskan
terletak pada EVA Momentum menggunakan perubahan nilai EVA tahun ini
dikurangi nilai EVA tahun sebelumnya dibagi dengan penjualan dari satu periode
modalnya.
EVA Momentum sudah mencakup seluruh alat ukur kinerja perusahaan. Menurut
Achmad (2010) kinerja yang baik ini (ditujukan oleh EVA Momentum nya) akan
performansi EVA Momentum perusahaan akan membentuk daya tarik pasar yang
Signalling Theory atau Teori Sinyal. Informasi yang diberikan perusahaan akan
harapan untuk mendapatkan reaksi pasar yang baik akan semakin meningkat.
tergabung dalam indeks LQ45 di BEI tahun 2004 hingga 2008 dengan menguji
variabel EVA, Spread EVA, EVA Momentum, dan ROA terhadap Return Saham.
ROE, EVA, dan EVA Momentum terhadap Return Saham, hasilnya menunjukkan
adanya hubungan yang positif antara EVA Momentum dengan Return Saham.
berikut:
perusahaan.
antara harga saham dengan kondisi perusahaan, karena harga saham yang tercipta
menghasilkan nilai perusahaan. Nilai tersebut tidak hanya nilai intrinsik pada satu
kesejahteraan pemegang saham (return saham). ROA adalah salah satu rasio
kata lain semakin tingi nilai ROA maka semakin baik produktifitas aset dalam
memperoleh keuntungan bersih. Hal ini akan meningkatkan daya tarik investor
return saham akan semakin besar. Return On Total Assets dan Return On Total
2006).
manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2007-2009 dengan menguji variabel EVA,
ROA, NPM, dan EPS terhadap perubahan harga saham. Hasil penelitian
(2008) telah melakukan penelitian ROA, PBV, DER terhadap return saham. Hasil
dapat mengelola modal sendiri secara efektif, mengukur keuntungan dari investasi
yang telah dilakukan oleh pemilik modal sendiri atau pemegang saham
perusahaan (Sawir 2009:20). Munawir (1979) menyatakan salah satu alat analisis
laporan keuangan adalah analisis rasio keuangan. Analisis rasio keuangan terdiri
dari rasio likuiditas, aktivitas, leverage, dan profitabilitas. Menurut Sharpe (1997:
mempunyai prospek kinerja keuangan yang baik di masa mendatang (good news)
sehingga investor tertarik untuk melakukan perdagangan saham. Bila hasil analisis
laporan keuangan menunjukkan kinerja perusahaan yang baik, maka investor akan
pengaruh pedekatan tradisional accounting (ROE dan ROA) dan EVA terhadap
return saham. Hasilnya adalah EVA, ROE dan ROA mempengaruhi stock return.
(2002) telah melakukan penelitian pengaruh ROA, ROE, DTA terhadap Return
Saham. Hasil hipotesis menunjukkan bahwa rasio profitabilitas (ROA dan ROE)
semakin baik serta keuntungan yang diperoleh pemegang saham akan semakin
sesudah pajak akan mencerminkan bagian laba dalam bentuk deviden maupun
capital gain yang diterima oleh pemegang saham juga semakin besar. Teori sinyal
Signal positif tersebut disampaikan melalui kabar baik (good news) bahwa nilai
tahun 2007-2009 dengan menguji variabel EVA, ROA, NPM dan EPS terhadap
Return saham. Nathaniel (2008) melakukan penelitian pengaruh DER, EPS, NPM,
PBV terhadap Return Saham. Hasil penelitian menunjukan bahwa DER, EPS,
METODE PENELITIAN
tertentu. Menurut Nasir (1998:51) metode penelitian merupakan cara utama yang
angka atau data kualitatif yang di angkakan. Dalam mengumpulkan data yang
diperlukan dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah sebagai berikut:
3.1 Populasi
terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas karaktristik tertentu yang
Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek atau subjek yang di
pelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subjek
atau objek yang diteliti. Margono (2004: 118) Menyebutkan bahwa populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang listing dalam daftar
Bursa Efek Indonesia periode 2010 sampai dengan 2013. Dari pengamatan atas
data yang diperoleh dari BEI, terdapat 360 Perusahaan yang pernah masuk ke
dalam daftar LQ 45 selama periode penelitian sebagaimana ditampilkan dalam
3.2 Sampel
Menurut Sugiyono (2013 : 62) Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila populasi besar, peneliti tidak
keterbatasan data, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel
yang diambil dari populasi itu. Sampel yang diambil dari populasi harus betul-
sampel tertentu (jika orang maka berarti orang-orang tertentu) sesuai persyaratan
memperoleh kreiteria sampel yang sesuai dengan penelitian yang akan di lakukan.
rendah, pengumpulan data lebih cepat. Hal ini mungkin untuk memastikan
keseragaman dan untuk meningkatkan akurasi dan kualitas data karena kumpulan
data lebih kecil. Dari populasi penelitian sebanyak 360 perusahaan yang masuk
dalam daftar LQ 45 Periode Bulan Februari 2010 sampai dengan Januari 2013,
maka ditentukan sampel sebanyak 116 perusahaan sampel yang akan diteliti.
Daftar 116 perusahaan sampel pada penelitian ini dapat dilihat pada halaman
lampiran 2.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder (dokumen),
yaitu data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan
dalam penelitian ini diolah dari berbagai sumber, yaitu Bursa Efek Indonesia
lain selama periode penelitian ini dilakukan. Pengumpulan data yang dilakukan
Definisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
empat variabel bebas (independen) dan satu variabel terikat (dependen) yang
1. EVA Momentum ( )
ke Rf Rm Rf .
Struktur modal ini terdiri dari utang dan ekuitas, sehingga tahap selanjutnya
sebagai berikut:
memakai perubahan EVA dibagi dengan penjualan dari satu periode sebelumnya.
2. ROA ( )
ROA merupakan rasio yang menggambarkan perputaran aset yang diukur dari
volume penjualan. ROA digunakan untuk mengukur sejauh mana asset-aset yang
yang listing di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2011). Salah satu variabel
3. ROE ( )
ROE telah diuji dalam penelitian Achmad (2012) dalam analisis pengaruh
EVA Momentum, NPM, BEP, ROA, DAN ROE terhadap Return Saham pada
4. NPM ( )
NPM merupakan rasio antara laba bersih setelah pajak terhadap penjualan
menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. NPM dapat dinyatakan
penelitiannya mengenai pengaruh ROA, EPS, NPM, DER dan PBV terhadap
return saham pada industri real estate and property yang terdaftar di BEI periode
2007-2009. Christianty (2009) telah menguji NPM dengan rumus di atas dalam
penelitian pengaruh faktor fundamental dan EVA terhadap return saham pada
perusahaan LQ 45 di BEI.
1. Return Saham
atau investor atas suatu investasi yang dijalankan. Return saham merupakan
sumber return investasi terdiri dari dua komponen, yaitu yield dan capital
gain (loss). Yield merupakan komponen return yang mencerminkan aliran kas
Ri =
Keterangan:
Ri : Return Saham
penelitiannya mengenai pengaruh ROA, EPS, NPM, DER dan PBV terhadap
return saham pada industri real estate and property yang terdaftar di BEI periode
Analisis data statistik merupakan kegiatan yang dilakukan setelah data dari
analisis regresi, selain mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau
lebih, juga menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel
independen.
pada metode kuantitatif menggunakan analisis regresi linier multivariate. Hal ini
adalah return saham, sedangkan variabel independen terdiri dari EVA momentum,
ROA, ROE, dan NPM. Penelitian ini Model persamaan analisis dinyatakan dalam
Keterangan:
Y : Return saham
A : Konstanta
X2: ROA
X3: ROE
X4: NPM
e : Disturbing error
dilakukan setelah penelitian asumsi klasik. Uji regresi linier berganda bertujuan
penyimpangan asumsi klasik yang cepat terjadi dalam penggunaan model regresi,
3.5.2.1 Normalitas
normal. Model regresi yang baik adalah memiliki data normal atau mendekati
normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk
Kolmogorov-Smirnov test dan analisis grafik histogram dan P-P plot. Dalam uji
asymp. Sig (2-tailed) di bawah tingkat signifikan sebesar 0,05 maka diartikan
Selain itu juga digunakan analisis grafik, jika grafik yang dihasilkan
menggambarkan data yang menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas data, sebaliknya,
jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti arah garis, maka
3.5.2.2 Multikolonearitas
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Untuk mendeteksi
ada atau tidaknya multikolonearitas di dalam model regresi dapat dilihat dari:
variabilitas variabel independen yang dipilih yang tidak dijelaskan oleh variabel
independen lainnya. Model regresi yang baik tidak terdapat masalah
3.5.2.3 Autokorelasi
waktu berkaitan satu sama lainnya. Kriteria regresi yang baik adalah model
apakah model regresi linear ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode
(Ghozali, 2011:110).
3.5.2.4 Heteroskedastisitas
regresi yang baik adalah model yang tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali,
melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scattterplot antara SRESID dan
ZPRED, dimana sumbu Y adalah Y yang diprediksi, dan sumbu X adalah residual
adalah:
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik yang ada membentuk pola tertentu yang
2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah
yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampel
penelitian statistik (Sugiyono, 2009: 160). Informasi yang digunakan dari sampel
tersebut akan menentukan apakah hipotesis tersebut dapat diterima atau ditolak
secara statistik.
perubahan variabel dependen. Dari sini akan diketahui seberapa besar variabel
sisanya dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar model. Nilai yang mendekati 1
(Ghozali, 2011:97).
Kesimpulan yang diambil dalam uji t ini adalah dengan melihat signifikansi
masuk dalam daftar Indeks LQ 45 pada periode bulan Februari 2010 sampai
dengan Januari 2013 Bursa Efek Indonesia. Penjelasan perolehan jumlah sampel
Tabel 4.1
Jumlah Sampel Penelitian
No. Kriteria Periode Penelitian Jumlah Sampel
1 Perusahaan yang listing (2010, 2011, 2013, 360 Perusahaan
dalam Indeks LQ45 BEI 2014)
2 Perusahaan yang secara (2010, 2011, 2013, 116 Perusahaan
konsisten masuk selama 2014)
periode penelitian
3 Identifikasi Data Outlier (2010, 2011, 2013, 17 Perusahaan
yang harus dikeluarkan dari 2014)
sampel
4 Jumlah sampel yang akan (2010, 2011, 2013, 99 Perusahaan
digunakan selama periode 2014)
penelitian
Dalam penelitian ini ditemukan adanya data outlier atau data yang memiliki
lainnya yang muncul dalam nilai ekstrim. Menurut Ghozali (2011: 41) deteksi
data outlier dilakukan apabila diketahui skor outlier bernilai kisaran 3 sampai 4
penelitian ini:
Tabel 4.2
X1 (EVA Momentum) memiliki nilai minimum –0.4169 atau sama dengan -42%
yang dihasilkan oleh perusahaan dengan kode BDMN (Bank Danamon Indonesia
Tbk.) ditahun 2010. Hal ini disebabkan karena perolehan nilai Economic Value
Momentum yang diperoleh dari pengujian pada descriptive statistics table adalah
0,5750 atau sebesar 58% dengan kode perusahaan LPKR (Lippo Karawaci Tbk.).
LPKR mengalami peningkatan nilai EVA yang dihasilkan tahun 2009 yaitu
Development Tbk.) ditahun 2012. Hal ini disebabkan karena di tahun tersebut
maximum variabel ROA yang diperoleh dari pengujian pada descriptive statistics
table tersebut adalah 0.4038 atau sebesar 40% dengan kode perusahaan UNVR
Variabel X3 (ROE) memiliki nilai minimum -0.0253 atau sebesar 2.5% yang
Development Tbk.) ditahun 2012. Hal ini disebabkan karena pada tahun tersebut
ELTY mengalami penurunan laba sebesar 81%. Presentase kerugian yang dialami
ELTY cukup besar, sebelumnya ditahun 2011 perusahaan ELTY sedang dalam
ekuitas dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 16% (tahun 2011 nilai ekuitas ELTY
diperoleh dari pengujian pada descriptive statistics table adalah 1.2194 atau
sebesar 122% dengan kode perusahaan UNVR (Unilever Indonesia Tbk.) ditahun
2012. UNVR mengalami peningkatan kenaikan laba sebesar 30% , laba yang di
Development Tbk.) ditahun 2012. Hal ini disebabkan karena ditahun tersebut
ELTY mengalami penurunan laba sebesar 48%, kerugian yang dialami senilai Rp
(1.102.086.243.270), diikuti dengan penurunan nilai EAT yang sangat besar, dari
pengujian pada tabel diatas adalah 0.5518 atau sebesar 55% dengan kode
6.7% yang dihasilkan oleh perusahaan dengan kode perushaaan LSIP (PP London
Sumatera Tbk.) ditahun 2011. Hal ini disebabkan karena turunnya harga saham
LSIP di pasar, sehingga return saham pada tahun tersebut mengalami penurunan
dari 0.09833 menjadi (0.06746). Nilai maximum variabel Return Saham yang
diperoleh dari pengujian pada tabel diatas adalah 0.2285 atau sebesar 23% dengan
dalam penelitian melalui uji statistik berdistribusi normal, sehingga data-data yang
digunakan layak untuk diuji. Berikut dijelaskan melalui tabel dan interpretasi
deskriptif rangkaian hasil Uji Asumsi Klasik yang dilakukan dalam penelitian ini;
4.2.1 Normalitas
Uji Normalitas memiliki tujuan untuk menguji dalam model regresi, variabel
1. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti arah garis
Smirnov test dan analisis grafik histogram dan P-P plot. Sig (2-tailed) di bawah
Tabel 4.3
Dari tabel hasil uji diatas, besarnya nilai Kolmogrov-Smirnov adalah 1.167
dan signifikan pada Asymp.Sig(2-tailed) 0.132 atau lebih besar dari 0.05. Hasil uji
asumsi normalitas.
Tabel Grafik 4.4
Sesuai dengan kriteria prisnsip penebaran garis yang dipaparkan diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa hasil uji normalitas grafik menunjukkan model regresi
memenuhi asumsi normalitas dan data menyebar disekitar garis diagonal dan
Uji multikolinieritas dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan melihat (1)
nilai tolerance dan lawannya (2) VIF (Variance Inflation Factors). Nilai cutoff
Tolerance ≤0.10 atau sama dengan nilai VIF ≥10 (Ghazali, 2011:106).
Tabel 4.5
0.1 dengan nilai VIF dibawah 10. Artinya tidak terdapat multikolonearitas dan
variabel yang diteliti yaitu, EVA Momentum, ROA, ROE, dan NPM baik
periode t-1 (sebelumnya). Apabila terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem
Tabel 4.6
sampel 116 (n) dan jumlah variabel independen 4 (k=4) (Ghazali, 112:2011).
Berdasarkan tabel parameter Durbin Watson maka didapatkan nilai dU= 1.788.
Karena nilai DW yang diperoleh adalah 1.805 atau lebih besar dari nilai dU, dapat
4.2.4 Heteroskedastisitas
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik yang ada membentuk pola tertentu yang
2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah
Tabel 4.7
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Dari grafik scatterplots yang ditunjukkan di atas, dapat dijelaskan bahwa titik-
titik menyebar secara baik dan acak di atas maupun dibawah angka 0 pada sumbu
model regresi tersebut, sehingga layak dipakai untuk memprediksi Return Saham
NPM.
pengujian linier sederhana Uji Statistik T dan analisis koefisien determinasi (R 2).
menerangkan variasi variabel independen. Nilai nya berkisar nol sampai dengan
dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati
satu maka variasi variabel independen dapat memberikan hampir semua informasi
Tabel 4.8
nilai R2 sebesar 6,8% artinya besarnya presentase variasi dari variabel dependen
yaitu return saham yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen yaitu
EVA momentum, ROA, ROE, dan NPM adalah sebesar 6,8%. Sisanya sebesar
93,2% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam model.
Tabel 4.9
Hasil Uji Statistik t
Y=0.004+0044EVAMomentum-0.015ROA+0.049ROE+0.009NPM+e
sebesar 0.004 menjelaskan bahwa apabila EVA Momentum, ROA, ROE, dan
NPM bernilai konstan atau sama dengan nol, maka nilai konstan (nol)
menjelaskan bahwa besarnya return saham yang akan diperoleh adalah 0.004.
Hasil analisis Uji Statistik t pada tabel 4.8 selanjutnya dapat menjelaskan
Pada tabel hasil Uji Statistik t yang dilakukan dengan pengujian satu arah,
menunjukkan bahwa, nilai koefisien dari variabel (X1) EVA Momentum adalah
0.044. Hal ini menyatakan bahwa setiap kenaikan satuan EVA Momentum, maka
tingkat Return Saham akan meningkat sebesar 0.044. Nilai t yang diperoleh
adalah 2.274 signifikansi sebesar 0.025 atau lebih kecil dari P-Value=0,05. Nilai
menghasilkan nilai tambah ekonomi yang sesuai dengan penjualannya. Hal ini
yang kemudian memacu menajerial team sebuah perusahaan agar dapat secara
Return Saham.
Pada tabel hasil Uji Statistik t yang dilakukan dengan pengujian satu arah,
menunjukkan bahwa, nilai koefisien dari variabel (X2) ROA adalah -0.015 yang
menjelaskan bahwa setiap kenaikan ROA sebesar 1000 poin akan menurunkan
nilai Return Saham sebesar 15 poin. Nilai signifikansi sebesar 0.832 atau lebih
besar dari P-Value=0,05. Nilai Beta yang dihasilkan -0.34 yang menunjukkan
(ROA) berpengaruh positif terhadap Return Saham) tidak diterima. Hal ini
bertolak belakangan dengan teori yang menyatakan saat nilai ROA perusahaan
tarik investor akan harapan nilai Return Saham yang tinggi. Hasil pengujian ini
mendukung penelitian Ferawati (2010) meneliti pengaruh EVA, ROA, ROE, EPS
terhadap Return Saham, hasil penelitian menunjukkan bahwa EVA, ROA, dan
EPS tidak memiliki pengaruh positif terhadap Return Saham. Hal ini berarti
investor tidak hanya mempertimbangkan faktor kinerja perusahaan atas aset yang
dapat tidak sesuai oleh karena ketidakpastian keuntungan yang diperoleh. Oleh
Pada tabel hasil Uji Statistik t yang dilakukan dengan pengujian satu arah,
menunjukkan bahwa, nilai koefisien dari variabel (X3) ROE adalah 0.049 yang
menjelaskan bahwa setiap kenaikan nilai ROE sebesar 1000 poin akan
(ROE) berpengaruh positif terhadap Return Saham) ditolak. Hal ini bersebrangan
dengan teori yang melandasi bahwa pemegang saham umumnya ingin mengetahui
tingkat keuntungan modal saham dalam bentuk laba yang ditanamkan. Hasil
ROE tidak mempunyai pengaruh positif terhadap return saham. ROE sendiri
tidak dapat dijadikan tolak ukur utama dalam penilaian profitabilitas perusahaan
dalam menilai tingkat Return Saham perusahaan karena hasil koefisien regresi
yang diperole ROE hanya 2.8%, hal ini menunjukkan bahwa ROE saja hanya
yang bersamaan.
Pada tabel hasil Uji Statistik t yang dilakukan dengan pengujian satu arah,
menunjukkan bahwa, nilai koefisien dari variabel (X4) NPM adalah -0.009
menjelaskan bahwa setiap kenaikan NPM sebanyak 1000 poin maka tingkat
Return Saham akan menurun 9 poin. Nilai signifikansi sebesar 0.806 atau lebih
(NPM) berpengaruh positif terhadap Return Saham) ditolak. Hal ini bertolak
yang diikuti oleh meningkatnya daya tarik investor. Hasil penelitian ini
melakukan investasi. Hal ini disebabkan karena refleksi efektivitas dari aktivitas
perusahaan yang tercermin dalam NPM saja, tidak dapat mewakilkan keseluruhan
selalu meningkat setiap tahun dan tidak selalu menurun setiap tahun, oleh sebab
itu untuk mengetahui return saham yang akan di peroleh, analisis investor harus
(Nathaniel: 2008).
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
positif terhadap Return Saham. Hal ini menjelaskan bahwa penciptaan nilai yang
positif oleh perusahaan akan diikuti dengan meningkatnya tingkat Return Saham.
EVA Momentum dapat diaplikasikan sebagai salah satu alat analisis jangka
ROA tidak berpengaruh positif terhadap Return Saham. Hal ini menjelaskan
ROE tidak berpengaruh positif terhadap Return Saham. Hal ini menjelaskan
return saham.
NPM tidak berpengaruh positif terhadap Return Saham. Hal ini menjelaskan
berpengaruh positif terhadap Return Saham. Variabel ROA, ROE, dan NPM tidak
ini adalah hasil uji regresi linier multivariate yang diperoleh dalam penelitian
digunakan dalam penelitian ini terbatas selama tahun 2010-2013 pada EVA
5.3 Saran
berinvestasi serta melakukan penilaian atas tingkat Return Saham secara tepat.
keuangan perusahaan tidak hanya dari laporan keuangan yang disajikan oleh
EVA Momentum dapat dijadikan sebagai alat analisis kinerja keuangan akurat
rasio profitabilitas saja, karena hasil penelitian menjelaskan bahwa masih banyak
dapat memperluas jangka waktu penelitian dan objek diluar daftar LQ45.
dapat diaplikasikan secara general terhadap seluruh perusahaan yang listing dalam
Bagi perusahaan EVA Momentum adalah salah satu alat analisis kinerja
referensi bagi alat analisis kinerja keuangan sebuah perusahaan. EVA Momentum
Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini; ROA, ROE, dan NPM
Airlangga, 2009. “Analisis Pengaruh EVA dan ROA Terhadap Market Value
Added Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Jakarta:
Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional Veteran.
Amelia, Liski. 2010 “Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Return Saham
dengan Tingkat Inflasi, Perubahan Kurs, dan Tingkat Suku Bunga
sebagai Variabel Moderating”. Medan: Universitas Negeri Medan.
Ang, Robert, 1997. "Buku Pintar Pasar Modal Indonesia: The Intelligent Guide in
Indonesian Capital Market”. Indonesia: Mediasoft.
Harahap, Sofyan Syafri, 2008. “Analisis Kritis atas Laporan Keuangan”. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Harris, Wijaya., dan Tjun, Lauw. 2009. “Pengaruh Economic Value Added
Terhadap Tingkat Pengembalian Saham Pada Perusahaan yang
Tergabung dalam LQ45”. Vol.1, No.2.
Jones, C. 2002. “A Century of Stock Market Liquidity and Trading Cost, Working
Paper”. Coloumbia University.
Kuncoro, Mudrajat. 2001. “Metode Kuantitatif: Teori dan Aplikasi Untuk Bisnis
dan Ekonomi”. Yogyakarta: UPP-AMP YKPN.
Ningdyah, Ika, loekita, 2012. “Pengaruh Economic Value Added dan EVA
Momentum Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur yang
Tercatat di Bursa Efek Indonesia”. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Prihadi, Toto. 2011. “Analisis Laporan Keuangan Teori dan Aplikasi”. Jakarta:
PPM.
Ruky, Saiful. M. 1997. “EVA dan Pencipta Nilai Perusahaan” Usahawan No.9,
tahun XXVI.
Sartono dan Misbahul, Munir, 1997. “Pengaruh Kategori Industri Terhadap P/E
Ratio dan Faktor-faktor Penentunya.” Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol.
12.No.3.
Sharpe, J William, et, al, 1997. “Investasi”. Jilid 2 (terjemahan). Jakarta: PT.
Prenhallindo.
Stewart, G, Bennett, 2009. “EVA Momentum: The One Ratio That Tells The
Whole Story, Journal of Applied Corporate Finance”.
Susilowati, Yeye, 2003. “Pengaruh Price Earning Ratio (PER) Terhadap Faktor
Fundamental Perusahaan (Devidend Payout Ratio, Earning per Share,
dan risiko) Pada Perusahaan Publik Di Bursa Efek Jakarta”. Semarang:
Jurnal Bisnis Dan Ekonomi, STIE Stikubank.
Susilowati, Yeye dan Turyanto, Tri, 2011. “Reaksi Signal Profitabilitas dan
Solvabilitas terhadap Return Saham Perusahaan”. Jurnal Dinamika
Keuangan dan Perbankan. Vol.3, No.1.
Tinneke, Raden, 2007. “Analisis Pengaruh Economic Value Added (EVA) dan
Faktor-faktor Fundamental Perusahaan Lainnya Terhadap Return Saham.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Tunggal, Amin Widjaja, 2008. “Memahami Economic Value Added ( EVA ) Teori.
Soal dan Kasus”. Jakarta: Harvarindo.
Umar, Husein. 2003. “Metode Riset Bisnis”. Cetakan Kedua. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Utami, Christina. 2008. “Manajemen Barang Dagang dan Bisnis Riteil. Malang:
Publishing Bayumedia.
Wirawan, Dranatya Ikhsan. 2011. “Effect of Economic Value Added (EVA), EVA
Spread, EVA Momentum and Return on Asset (ROA) on Stock Return
(Empirical Study In Indonesia Stock Market)”. Yogyakarta: Tesis
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gajah Mada.
Sumber Online:
www.idx.co.id
finance.yahoo.com