Anda di halaman 1dari 62

Mayfi dan Rudianto 348 – 362 Jurnal MIX, Volume IV, No.

3, Okt 2014

ANALISIS PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL


PERUSAHAAN TERHADAP RETURN SAHAM
Fathimah Mayfi dan Dudi Rudianto
Universitas Padjajaran dan Universitas Bakrie
fathimah.mayfi@yahoo.com dan dudi.rudianto@bakrie.ac.id

Abstract: This study aims to reveal how the influence of internal factors (Total Assets
Turnover / TATO, Return On Assets / ROA, Debt to Equity Ratio / DER, Current Assets /
CR and Earning Per Share / EPS), and external factors (inflation, exchange rate, BI Rate ,
Reserves and Gross Domestic Product / GDP) on stock returns. Object of this study is the
stock in the Jakarta Islamic Index (JII) in Indonesia Stock Exchange the period 2009 –
2013. Determination of the sample in this study using Shapes Multi Purpose Sampling, as
for the method of analysis used is multiple linear regression model.These results indicate
that the internal and external factors together have a significant influence on stock returns.
While partially different effect, TATO, ROA, EPS and Exchange respectively have
significant positive effect, a positive effect of foreign exchange reserves is not significant,
CR and inflation has a significant negative influence, while DER, BI rate, and GDP does
not have influence on stock return.

Keywords: Stock Return, Internal factors, external factors, multiple linear regression.
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana pengaruh dari factor internal
(Total Assets Turnover / TATO, Return On Assets / ROA, Debt to Equity Ratio / DER,
Current Assets / CR and Earning Per Share / EPS), dan factor eksternal (inflasi, nilai tukar,
BI Rate , cadangan devisa dan Product Domestic Bruto / GDP) terhadap return saham.
Objek dalam penelitian ini adalah return saham dalam Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa
Efek Indonesia Stock Exchange periode 2009 – 2013. Penentuan sample dalam penelitian
ini menggunakan Multy Shapes Purpose Sampling, adapun metode analisa yang
digunakan adalah model regresi liner berganda. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
faktor internal maupun faktor eksternal secara bersama-sama memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap return saham. Sedangkan secara parsial pengaruhnya berbeda-beda,
TATO, ROA, EPS dan Kurs masing-masing mempunyai pengaruh positif yang signifikan,
Cadangan Devisa berpengaruh positif tidak signifikan, CR dan Inflasi mempunyai
pengaruh negatif yang signifikan, sementara DER, BI Rate, dan PDB tidak mempunyai
pengaruh terhadap return saham JII.

Keywords: Return Saham, factor internal, faktor eksternal, regresi linear berganda.
PENDAHULUAN

Dalam menentukan alternatif investasi, banyak pertimbangan yang harus dikaji


terlebih dahulu, baik faktor internal dan faktor eksternal perusahaan. Faktor internal
perusahaan dalam hal ini yaitu kinerja keuangan perusahaan emitensementara faktor
eksternal merupakan faktor diluar kinerja perusahaan, faktor ini biasanya berupa kondisi
sosial ekonomi politik dari sebuah negara. Faktor internal dapat diubah, dikendalikan dan
disempurnakan oleh perusahaan sehingga diharapkan dapat memberikan manfaat atau

348
Mayfi dan Rudianto 348 – 362 Jurnal MIX, Volume IV, No. 3, Okt 2014

keuntungan bagi para pemangku kepentingan. Sementara faktor eksternal tidak bisa
diubah atau dikendalikan, yang dapat dilakukan adalah menyesuaikan faktor tersebut.
Untuk memprediksi return saham banyak faktor internal yang dapat digunakan sebagai
parameter. Terdapat beberapa rasio keuangan yang dapat mencerminkan kondisi keuangan
dan kinerja suatu perusahaan. Ang (1997) membagi rasio keuangan menjadi 5, yaitu rasio
aktivitas, rasio profitabilitas, rasio solvabilitas, rasio likuiditas dan rasio pasar. Rasio-rasio
tersebut akan digunakan dalam penelitian ini dengan mengambil satu rasio dari masing-
masing rasio.
Untuk faktor eksternal, para investor hanya mampu menyesuaikan keadaan sehingga
faktor ini harus selalu dimonitor dan diprediksi pergerakannya. Faktor eksternal dipilih
mengingat kondisi perekonomian Indonesia yang mengalami perubahan besar akibat krisis
global yang melambungkaninflasi dan kurs dollar AS yang dalam beberapa tahun terakhir
mengalami naik turun. Badan Pusat Statistik (BPS) merilis tingkat inflasi tahun 2013 di
angka 8,38%. Angka ini tercatat yang paling tinggi sejak 5 tahun terakhir. Inflasi ini juga
ditopang akibat kenaikan harga BBM yang menyebabkan harga-harga ikut melambung.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh
faktor internal yang terdiri dari Total Assets Turnover (TATO), Return On Assets (ROA),
Debt to Equity Ratio (DER), Current Ratio (CR), dan Earning Per Share (EPS) serta
pengaruh faktor eksternal yaitu Inflasi, Kurs (Nilai Tukar Rupiah), BI Rate, Cadangan
Devisa dan Product Domestic Bruto (PDB) terhadap return saham secara parsial ataupun
secara bersama-sama pada periode pengamatan yang diambil.

Kajian Pustaka

Teori Investasi. Investasi merupakan penanaman dana yang dilakukan oleh suatu
perusahaan ke dalam suatu aset (aktiva) dengan harapan memperoleh pendapatan di masa
yang akan datang (Martono, Su, 2004: 138).
Saham. Saham merupakan sumber keuangan perusahaan yang berasal dari pemilik
perusahaan (stakeholders) dan merupakan bukti kepemilikan atas perusahaan oleh
pemegangnya serta surat berharga yang dapat diperdagangkan di pasar bursa
(Tampubolon, 2005 : 138). Saham juga dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau
kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan (Widiatmodjo, 2005 : 54).

Return Saham. Return saham adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal
atas suatu investasi saham yang dilakukan (Ang, 1997). Dua hal yang selalu menjadi
pertimbangan dalam melakukan investasi ialah expected return (tingkat kembalian yang
diharapkan) dan risk (resiko) yang terkandung dalam alternatif investasi tersebut.
Menurut Usman (2004), komponen return terdiri dari dua jenis: currentincome
(pendapatan lancar), dan Capital Gain (keuntungan selisih harga). Currentincome
merupakan keuntungan yang diperoleh melalui pembayaran bunga atau dividen yang
pembayarannya bergantung dengan periode investasi. Sedangkan capital gain adalah
keuntungan yangditerima karena adanya selisih antara harga jual dengan harga beli saham
suatuinstrumen investasi. Terkadang juga bisa terjadi Capital loss yang malah merugikan
seorang investor. Besarnya capital gain dilakukan dengananalisis return histories yang
terjadi pada periode sebelumnya, sehingga dapatditentukan besarnya tingkat expected
return.

349
Mayfi dan Rudianto 348 – 362 Jurnal MIX, Volume IV, No. 3, Okt 2014

Faktor Internal Perusahaan. Faktor internal adalah faktor yang berhubungan dengan
kinerja perusahaan emiten, berkaitan dengan kinerja sahamnya. Dalam penelitian ini
penulis mengambil lima rasio untuk faktor internal : rasio aktivitas yaitu Total Assets
Turnover (TATO), rasio profitabilitas yaitu Return On Assets (ROA), rasio solvabilitas
yaitu Debt to Equity Ratio (DER), rasio likuiditas yaitu Current Ratio (CR), dan rasio
pasar yaitu Earning Per Share (EPS).
Pertumbuhanoutput menyebabkan kenaikan arus kas masa depan yang diharapkan
dan meningkatnya profitabilitas perusahaan. Akibatnya, harga saham meningkat. Hal ini
konsisten dengan studi Binswanger (2004). Hubungan positif ini hasil dari fakta bahwa
ketika kegiatan nyata diharapkan tumbuh, itu akan meningkatkan arus kas. Hal ini, pada
gilirannya, mempengaruhi harga saham secara positif.

a. Total Assets Turnover (TATO)


Rasio aktivitas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan serta efisiensi
perusahaan dalam menghasilkan penjualan dengan kemampuan aktiva yang dimiliki.
Salah satu rasio aktivitas yaitu Total Assets Turnover (TATO), yang merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur seberapa efisiennya seluruh aktiva perusahaan digunakan
untuk menunjang kegiatan penjualan (Ang, 1997).
Perputaran total aktiva menunjukkan bagaimana efektifitas perusahaan menggunakan
keseluruhan aktiva untuk menciptakan penjualan dalam kaitannya untuk mendapatkan
laba. Perusahaan dengan tingkat penjualan yang besar diharapkan mendapatkan laba yang
besar pula. Nilai TATO yang semakin besar menunjukkan nilai penjualannya juga
semakin besar dan harapan memperoleh laba juga semakin besar pula. Total Aktiva
Turnover secara matematis dirumuskan sebagai perbandingan Penjualan terhadap Total
aktiva.
b. Return On Assets (ROA)
Rasio profitabilitas merupakan rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu dan juga memberikan
gambaran tentang tingkat efektifitas manajemen dalam melaksanakan kegiatan operasinya.
Return On Asset (ROA) merupakan perbandingan antara faktor margin laba dengan
perputaran total aktiva. Apabila salah satu faktor tersebut meningkat (atau keduanya),
maka ROA juga akan meningkat. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan
semakin baik. Investor percaya bahwa manajemen perusahaan telah menggunakan aktiva
perusahaan secara efektif untuk menghasilkan laba bagi para pemiliknya. Keadaan ini
akan direspon positif oleh investor sehingga permintaan saham perusahaan meningkat dan
dapat menaikkan harga saham sehingga akan berdampak pada return yang meningkat
pula.
c. Debt to Equity Ratio (DER)
Solvabilitas suatu perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban finansialnya baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila sekiranya
perusahaan dilikuidasi. Suatu perusahaan yang solvable berarti bahwa perusahaan tersebut
mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya
begitu pula sebaliknya perusahaan yang tidak mempunyai kekayaan yang cukup untuk
membayar hutang-hutangnya disebut perusahaan yang insolvable.
Debt to Equity Ratio (DER) termasuk bagian dari rasio Solvabilitas.Rasio ini
mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka
panjangnya.Rasio Solvabilitas dapat dihitung berdasarkan informasi dari neraca, yaitu dari

350
Mayfi dan Rudianto 348 – 362 Jurnal MIX, Volume IV, No. 3, Okt 2014

pos-pos aktiva dan pos-pos hutang. Semakin kecil rasio ini berarti semakin kecil jumlah
pinjaman yang digunakan untuk membiayai aktiva perusahaan.DER dapat dirumuskan
sebagai perbandingan total hutang terhadap modal.
d. Current Ratio (CR)
Rasio likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampuan perusahaan
membayar semua kewajiban fianansial jangka pendeknya pada saat jatuh tempo dengan
menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Likuiditas tidak hanya berkenaan dengan
keadaan keseluruhan keuangan perusahaan, tetapi juga berkaitan dengan kemampuannya
mengubah aktiva lancar tertentu menjadi uang kas. Rasio likuiditas adalah rasio yang
mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio
ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva
lancar dan hutang lancar. Dengan demikian rasio likuiditas berpengaruh dengan kinerja
keuangan perusahaan sehingga rasio ini memiliki hubungan dengan harga saham
perusahaan.
Current ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya masalah dalam
likuidasi, sebaliknya current ratio yang terlalu tinggi juga kurang bagus, karena
menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi
kemampulabaan perusahaan.Current ratiodapat dirumuskan sebagai perbandingan aktiva
lancar terhadap hutang lancar.
e. Earning Per Share (EPS)
Rasio Pasar (Market Ratio) atau rasio saham adalah rasio yang digunakan untuk
mengukur nilai saham. Rasio ini memberikan informasi seberapa besar masyarakat
(investor) atau para pemegang saham menghargai perusahaan, sehingga mereka mau
membeli saham perusahaan dengan harga yang lebih tinggi disbanding dengan nilai buku
saham.Rasio Pasar yang dibahas dalam penelitian ini adalah Earning Per Share (EPS).
Rudianto dan Sutawidjaya (2012) menyebutkan dalam penelitiannya karena analis
sekuritas pada umumnya meramalkan rasio pendapatan dari harga per saham (EPS),
evaluasi catatan pendapatan per saham pada periode sebelumnya berubah dari waktu ke
waktu akan sangat menguntungkan. Tingkat pertumbuhan pendapatan perusahaan
diperkirakan dari waktu ke waktu fokus pada meningkatkan "tingkat pertumbuhan" saham.
EPS merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan (return) yang
diperoleh investor atau pemegang saham per saham. Semakin tinggi nilai EPS tentu saja
menggembirakan pemegang saham karena semakin besar laba yang disediakan untuk
pemegang saham. Earning Per Share (EPS) secara matematis dirumuskan sebagai
perbandingan antara laba bersih setelah pajak pada satu tahun buku dengan jumlah saham
yang diterbitkan.

Faktor Eksternal Perusahaan. Faktor eksternal perusahaan adalah faktor yang


berhubungan dengan kejadian di luar perusahaan biasanya berkaitan dengan keadaan
sosial ekonomi suatu negara. Faktor eksternal yang digunakan dalam penelitian ini ada
lima faktor, yaitu Inflasi, Nilai tukar Rupiah, Suku Bunga Bank Indonesia (BI
Rate),Product Domestic Bruto (PDB), dan Cadangan Devisa. Butt (2010) menyebutkan
bahwa variabel faktor eksternal sangat berpengaruh terhadap return saham, tingkat
pengaruhnya juga berbeda-beda tiap industri.
Campbell, Lettau, Malkiel, dan Xu (2001) dalam penelitian mereka tentang pengaruh
variable makroekonomi terhadap perubahan pasar saham telah berkonsentrasi pada tingkat
pertumbuhan produksi industri sebagai ukuran fluktuasi dalam siklus bisnis. Kim (2003)

351
Mayfi dan Rudianto 348 – 362 Jurnal MIX, Volume IV, No. 3, Okt 2014

dalam studinya menemukan bahwa harga saham memiliki korelasi positif dengan produksi
industri, tetapi hubungan negatif dengan nilai tukar riil, tingkat suku bunga, dan
inflasi.Dalam penelitian empiris lain Ewing dan Thompson (2007) juga menjelajahi
hubungan antara siklus produksi industri, harga konsumen, pengangguran, dan harga
saham dengan menggunakan metode waktu series penyaringan.Semua studi ini
menunjukkan pentingnya variabel ini untuk dipertimbangkan.
a. Inflasi
Inflasi adalah kecenderungan harga-harga untuk menaik secara umum dan terus
menerus (Mankiw, 2006: 145). Ini tidak berarti bahwa harga-harga berbagai macam
barang itu naik dengan presentase yang sama. Kenaikan yang terjadi sekali saja meskipun
dalam presentase yang besar, bukanlah merupakan inflasi kecuali bila kenaikan itu
mengakibatkan kenaikan harga pada barang lainnya. Dalam penelitian yang dilakukan
oleh Boucher (2006), yang menunjukkan bahwa ketika inflasi meningkat, rasio harga-laba
menurun dan diharapkan return pasar naik. Peningkatan keuntungan yang diharapkan
mengarah ke harga saham yang lebih tinggi.
Bodie (1976) mengutarakan bahwa investasi pada saham dapat memberikan
perlindungan nilai (hedge) yang baik dari pengaruh inflasi karena saham merupakan asset
riil. Berdasarkan teori tersebut, tingkat pengembalian seharusnya tidak terpengaruh oleh
perubahan harga barang dan jasa. Namun inflasi yang menyebabkan harga barang dan jasa
meningkat juga secara tidak langsung akan menaikkan biaya produksi perusahaan dan
berakibat pada berkurangnya keuntungan yang nantinya akan dibagikan dalam bentuk
dividen.Namun hasil penelitian dari Fama dan Schwert (1977) menunjukkan hasil yang
berbeda, hasil yang diluar perkiraan yaitu inflasi berpengaruh negatif terhadap return
saham.
b. Nilai Tukar Rupiah (Kurs)
Nilai tukar (the exchange rate) atau nilai kurs menyatakan hubungan nilai diantara satu
kesatuan mata uang asing dan kesatuan mata uang Rupiah. Kurs mata uang relatif tidak
stabil, sering mengalami perubahan nilai yang terus menerus tergantung dengan situasi
dan kondisi ekonomi maupun regulasi pemerintahan saat itu di suatu negara. Terkadang
perubahan nilai ini sering terjadi karena adanya perubahan supply dan demand atas nilai
mata uang asing pada masing-masing pasar pertukaran valuta dari waktu ke waktu.
Kenaikan tingkat bunga merupakan salah satu pemicu perubahan supply dan demand ini.
Penentuan nilai kurs bergantung dengan supply dan demand juga berlaku untuk kurs
rupiah, jika permintaan akan rupiah lebih banyak daripada penawaran maka kurs rupiah
akan terapresiasi, demikian juga sebaliknya.
Peebles dan Wilson (1996) menunjukkan bahwa ketika terjadi kenaikan niali suatu
mata uang menguat, umumnya disertai dengan meningkatnya cadangan devisa, jumlah
uang beredar dan penurunan suku bunga. Akibatnya, biaya modal dan impor menurun,
menyebabkan peningkatan pengembalian ekuitas local.
Banyak perusahaan di Indonesia terutama emiten dalam Bursa Saham menggunakan
ekspor impor dari dan ke luar negeri untuk menjalankan proses bisnisnya. Hal inilah yang
menyebabkan Nilai tukar Rupiah menjadi salah satu faktor penting bagi keberlangsungan
bisnisnya dan dapat mempengaruhi return saham jika terjadi perubahan kurs Rupiah.
c. Suku Bunga Bank Indonesia (BI Rate)
BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan
moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI Rate
diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia melalui rapat dewan gubernur dan

352
Mayfi dan Rudianto 348 – 362 Jurnal MIX, Volume IV, No. 3, Okt 2014

diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan melalui pengelolaan likuiditas di


pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter.
Dengan mempertimbangkan faktor-faktor dalam perekonomian, Bank Indonesia pada
umumnya akan menaikkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui
sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate
apabila inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan.
BI Rate ditetapkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia dalam Rapat Dewan
Gubernur (RDG) triwulanan setiap bulan Januari, April, Juli dan Oktober. Dalam kondisi
tertentu, jika dipandang perlu, Bi Rate dapat disesuaikan dalam RDG pada bulan-bulan
yang lain. Pada dasarnya perubahan BI Rate menunjukkan penilaian Bank Indonesia
terhadap prakiraan Inflasi ke depan dibandingkan dengan sasaran Inflasi yang ditetapkan.
Pelaku pasar dan masyarakat akan mengamati penilaian Bank Indonesia tersebut melalui
penguatan dan transparansi yang akan dilakukan, antara lain dalam Laporan Kebijakan
Moneter yang disampaikan secara triwulanan dan press release bulanan.
Apabila tingkat suku bunga naik, maka investor akan menjual seluruh atau sebagian
sahamnya untuk dialihkan ke dalam investasi lainnya yang relatif lebih menguntungkan
dan bebas resiko, akibatnya harga saham akan turun, sehingga menyebabkan return saham
juga menurun, demikian pula sebaliknya. Tingkat bunga dan investasi berhubungan
terbalik (McConnel & Brue, 2002).
d. Cadangan Devisa
Cadangan devisa adalah alat pembayaran luar negeri yang berupa emas, uang kertas
asing, dan tagihan lainnya dalam valuta asing kepada pihak luar negeri. Cadangan
devisamerupakan sejumlah dana valuta asing yang dicadangkan bank sentral untuk
berjaga-jaga guna memenuhi berbagai keperluan pembiayaan dan kewajiban negara yang
bersangkutan. Pembiayaan luar negeri umumnya untuk keperluan impor, serta pembiayaan
lain kepada pihak asing yang harus dilakukan bagi kepentingan kegiatan ekonomi
simpanan mata uang asing oleh bank sentral dan otoritas moneter. Simpanan ini
merupakan aset bank sentral yang tersimpan dalam beberapa mata uang cadangan dan
digunakan untuk menjamin kewajibannya.
Cadangan devisa adalah aset eksternal yang meliputi emas moneter, hak tarik khusus,
posisi cadangan di IMF, cadangan dalam valuta asing, dan tagihan lainnya. Yang menjadi
sumber cadangan devisa tersebut tentunya sumber daya alam seperti kopi, minyak, gas,
karet,kayu yang melimpah ruah dan yang dapat diperdagangkan ke luar negeri.
Posisi cadangan devisa suatu negara dinyatakan aman apabila mencukupi kebutuhan
impor untuk jangka waktu sekitar tiga bulan. Jika cadangan devisa tidak mencukupi
kebutuhan untuk tiga bulan impor, maka hal itu dianggap rawan. Tipisnya persedian valuta
asing suatu negara dapat menimbulkan kesulitan ekonomi bagi negara yang bersangkutan.
Cadangan devisa merupakan salah satu patokan yang dapat dilihat untuk mengukur
tingkat pendapatan suatu negara. Jika cadangan devisa suatu negara tinggi, maka semakin
tinggi pula pendapatan yang diterima oleh negara tersebut. Cadangan devisa akan
berkaitan erat dengan neraca pembayaran suatu negara. Jika cadangan devisa suatu negara
tinggi, maka neraca pembayaran akan surplus. Surplus neraca pembayaran ini akan
membuat investor tertarik untuk berinvestasi di Indonesia dan akan meningkatkan
perdagangan saham di pasar modal dalam negeri.
e. Product Domestic Bruto (PDB)
Product Domestic Bruto (PDB) adalah penghitungan yang digunakan oleh suatu
negara sebagai ukuran utama bagi aktivitas perekonomian nasionalnya, tetapi pada

353
Mayfi dan Rudianto 348 – 362 Jurnal MIX, Volume IV, No. 3, Okt 2014

dasarnya PDB mengukur seluruh volume produksi dari suatu wilayah (negara) secara
geografis.
Hubungan antara harga saham dan PDB riil menunjukkan hubungan positif (Maysami
dan Koh, 2000). Menurut Fama (1986), Mukherjee dan Naka (1995) dan Ibrahim dan Aziz
(2003), peningkatan PDB riil akan mempengaruhi harga saham melalui dampak terhadap
keuntungan perusahaan. Hal ini terjadi karena ketika ada peningkatan PDB riil, arus kas
yang diharapkan di masa depan perusahaan akan meningkat dan harga saham juga akan
meningkat.
PDB yang berubah mengakibatkan nilai pasar dari sebuah barang atau jasa juga akan
berubah dan mempengaruhi penjualan yang pada akhirnya sedikit banyak akan
mempengaruhi neraca perusahaan. Dengan berubahnya neraca perusahaan akan menjadi
salah satu tolak ukur dari kinerja perusahaan yang akan mempengaruhi harga dan return
saham perusaahaan tersebut.
Berdasarkan perumusan masalah yang ada, maka dapat diambil hipotesis yang
merupakan jawaban yang bersifat sementara dan masih harus diuji kebenarannya, yaitu:
(1) Faktor internal berpengaruh terhadap return saham, (2) Faktor internal berpengaruh
terhadap return saham, (3) Faktor internal dan eksternal berpengaruh terhadap return
saham.
METODE

Jenis dan Sumber Data Penelitian. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini
berupa data sekunder. Data tersebut terdiri dari data return saham Jakarta Islamic Index
(JII), data rasio-rasio keuangan dari perusahaan emiten dalam Jakarta Islamic Index (JII),
Nilai Tukar Rupiah, Inflasi, BI Rate, Cadangan Devisa, danProduct Domestic Bruto
(PDB). Data sekunder ini bersumber dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD),
website Jakarta Stock Exchange, website Bank Indonesiadan website Yahoo Finance.

Identifikasi Variabel. Dalam penelitian ini terdapat dua kelompok variabel yaitu variabel
terikat (dependent variable) dan variabel bebas (independent variable). Kelompok
variabel terikat (dependent variable) adalah variabel Return Saham (Y), sedangkan
kelompok variabel bebas (independent variable) meliputi Total Assets Turnover(X11),
Return On Assets(X12), Debt to Equity Ratio (X13), Current Ratio (X14), Earning Per
Share (X15), Inflasi (X21), Kurs (X22), BI Rate (X23), Cadangan Devisa(X24), dan Product
Domestic Bruto (X25). Perubahan nilai variabel terikat dipengaruhi oleh perilaku variabel
bebasnya, artinya apabila salah satu atau lebih variabel bebas berubah maka akan
mengakibatkan nilai variabel terikatnya juga berubah
Model Analisis Data. Model Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
regresi linier berganda. Model regresi yang digunakan akan dibuat menjadi tiga
persamaan yang dirumuskan sebagai berikut:
Y= a + b11X11 + b12X12 + b13X13 + b14X14 + b15X15 + e

Y= a + b21X21 + b22X22 + b23X23 + b24X24 + b25X25 + e

Y = a + b11X11 + b12X12 + b13X13 + b14X14 + b15X15 + b21X21 +


b22X22 + b23X23 + b24X24 + b25X25 + e

354
Mayfi dan Rudianto 348 – 362 Jurnal MIX, Volume IV, No. 3, Okt 2014

dimana: Y = Return Saham; a = Konstanta; X11 = Inventory Turn Over (ITO); X12 =
Return On Assets(ROA); X13 = Debt to Equity Ratio (DER); X14 = Current Ratio (CR);
X15 = Earning Per Share (EPS); X21 = Inflasi; X22 = Kurs; X23 = BI Rate; X24 = Cadangan
Devisa; X25 = Product Domestic Bruto (PDB); b11-b25 = Koefisien regresi parsial variabel
X; e = Faktor Pengganggu

Pengujian Data. Pengujian data ini dilakukan untuk menjamin bahwa data dapat
digunakan untuk menguji model.
1. Uji Normalitas Data Residual. Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah
dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal
(Ghozali, 2005).
 Uji grafik. Uji grafik untuk mendeteksi normalitas residual dengan melihat grafik
histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang
mendekati distribusi normal. Selain itu juga dengan melihat normal probability plot
yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal.
 Uji Statistik Kolmogorof-Smirnov. Uji statistik Kolmogorof-Smirnov untuk menguji
normalitas residual dilakukan dengan cara menguji distribusi dari data residualnya,
yaitu dengan menganalisis nilai K-S dan signifikansinya.

2. Uji Asumsi Klasik. Dalam analisis regresi berganda perlu menghindari penyimpangan
asumi klasik supaya tidak timbul masalah dalam penggunaan analisis tersebut. Untuk
tujuan tersebut maka harus dilakukan pengujian terhadap tiga asumsi klasik berikut
ini: (a) Tidak terdapat multikolinieritas, (b) Tidak terdapat autokorelasi, (c) Variabel
pengganggu adalah konstan (homoskedastisitas).

Uji Multikolinieritas. Bertujuan untuk menemukan korelasi antar variabel independen.


Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variable independen.
Untuk mendeteksi adanya multikolinieritas di dalam model regresi dilakukan dengan cara:
(a) Menganalisis Matrik Korelasi Antar Variabel Independen, (b) Menganalisis Nilai
Tolerance dan Variance Inflasion Factor (VIF).
Uji Autokorelasi. Bertujuan untuk menguji adanya korelasi antara kesalahan pengganggu
pada periode t dengan kesalahan penganggu pada periode t-1 (sebelumnya) dalam model
regresi linier. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan problem autokorelasi. Salah satu cara
mendeteksi adanya autokorelasi adalah uji Durbin-Watson (D-W test).
Uji Heteroskedastisitas. Bertujuan menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi
ketidaksamaan varian dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lain. Jika
variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
Homoskedastisitas.
a) Uji grafik. Menganalisis grafik normal plot antara nilai prediksi variabel independen
dengan residualnya.
b) Uji Glejser. Dilakukan dengan meregres nilai absolut residual terhadap variabel
independen.
Jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen yang
berupa nilai absolut residual, maka ada indikasi terjadi Heteroskedastisitas dan jika
variabel independen tidak signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen
nilai absolut residual, maka dapat dikatakan tidak terjadi Heteroskedastisitas.

355
Mayfi dan Rudianto 348 – 362 Jurnal MIX, Volume IV, No. 3, Okt 2014

Analisis Regresi. Dilakukan untuk mengukur ketepatan fungsi regresi dalam menaksir
nilai aktual.
1) Analisis Koefisien determinasi. Koefisien determinasi (R 2) adalah mengukur seberapa
jauh kemempuan model dalam menerangkan variasi dari variabel dependen. Nilai R 2 yang
kecil menunjukkan kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel
dependen amat terbatas.
2) Uji Signifikansi Simultan (F-test). Uji statistik F (F-test) atau uji simultan digunakan
untuk mengetahui apakah variabel–variabel independen yang dimasukkan dalam model
mempunyai pengaruh secara bersama-sama atau simultan terhadap variabel dependen.
3) Uji Signifikansi Individual (t-test). Uji t-test atau disebut uji parsial digunakan untuk
mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Uji Normalitas Data Residual.Grafik histogram memberikan pola distribusi yang normal
(tidak menceng) dan pada grafik normal plot terlihat titik-titik yang menggambarkan data
sesungguhnya mengikuti garis diagonalnya, kedua grafik ini menunjukkan bahwa model
regresi memenuhi asumsi normalitas.
Besarnya nilai Kolmogorof-Smirnov adalah 1,285 dan signifikansinya pada 0,073 (di
atas 0.05). Hal ini berarti data residual terdistribusi secara normal, dengan demikian dapat
disimpulkan model regresi memenuhi asumsi normalitas.

Uji Asumsi Klasik


1. Uji Multikolonieritas. Nilai koefisien korelasi antar variabel-variabel independen
sangat kecil (dibawah 0,5),dan nilai koefisien korelasi ini masih dibawah 90 %, maka
dapat dikatakan bahwa antar variabel-variabel independen tidak terjadi
multikolonieritas yang serius. Nilai Tolerance dari setiap variable independen diatas
10%, hal ini menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai
Tolerance kurang dari 0,10 dan nilai Variance Inflation Factor (VIF) dari setiap
variable independent di bawah 10, hal ini menunjukkan bahwa tidak ada variabel
independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10, dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa tidak ada multikolonieritas antara variabel independen dalam model regresi.
2. Uji Autokorelasi. Nilai Durbin-Watson dari tabel didapat dl = 1,60245 dan du =
1,73468, sehingga nilai D-W 2,264 lebih besar dari batas atas (du) 1,73468 dan kurang
dari 4 - 1,73468 = 2,26532 (4 – du). Dengan demikian dapat disimpulkan tidak terjadi
autokorelasi positif. Hal ini berarti model regresi yang dihasilkan pada penelitian ini
bebas dari autokorelasi.
3. Heteroskedastisitas. Dari grafik scatter plots terlihat bahwa titik-titik
menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada
sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada heteroskedastisitas pada model
regresi. Dari hasil uji glejser, tampak bahwa pengaruh variable-variabel independen
tehadap variable dependen yang berupa nilai absolute dari residualnya tidak signifikan
(signifikansinya > 0,05), sehingga dapat disimpulkan tidak ada heteroskedastisitas
dalam model regresi.

356
Mayfi dan Rudianto 348 – 362 Jurnal MIX, Volume IV, No. 3, Okt 2014

Analisis Regresi Faktor Internal. Berdasarkan nilai konstanta dan koefisien regresi
tersebut, maka hubungan antara variabel-variabel independen dengan variabel dependen
dalam model regresi dapat dirumuskan sebagai berikut:
Y = 0,019 + 0,014X11 + 0,063 X12 - 0,004 X13 - 0,001 X14 + 0,004 X15

1. Adjusted R2
Nilai Adjusted R2 sebesar 0,691 atau (69,1%). Hal ini menunjukkan bahwa prosentase
sumbangan pengaruh variabel independen (EPS, DER, TATO, CR, dan ROA) terhadap
variabel dependen (harga saham) sebesar 69,1%. Sedangkan sisanya sebesar 30,9%
dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain.
2. Uji F
Nilai F hitung 105,465 dan nilai F tabel sebesar 2,400, Karena F hitung > F tabel
(105,465 > 2,400), artinya ada pengaruh secara signifikan antara ROA, TATO, DER, CR
dan EPS secara bersama-sama terhadap terhadap return saham.
3. Uji t
Tabel 1. Hasil Uji t Faktor Internal

Variabel t hitung t tabel Sig. Kesimpulan

TATO 3,794 2,145 0,000 Berpengaruh


ROA 2,982 2,145 0,000 Berpengaruh
DER -1,372 -2,145 0,227 Tidak Berpengaruh
CR -2,259 -2,145 0,000 Berpengaruh
EPS 3,879 2,145 0,004 Berpengaruh
Sumber. Data diolah

Interpretasi Ekonomi
Hasil analisis ini menunjukkan bahwa perubahan nilai Total Assets Turnover
(TATO) akan memberikan kontribusi positif yang signifikan terhadap perubahan return
saham JII, yaitu kenaikan atau penurunan nilai TATO akan berdampak pada kenaikan atau
penurunan return saham JII, nilai TATO yang semakin tinggi akan memberikan kontribusi
terhadap nilai return saham JIIyang semakin tinggi atau sebaliknya nilai TATO yang
semakin rendah akan memberikan kontribusi terhadap return saham JIIyang semakin
rendah.
Hal ini sesuai dengan teori yang mendasari bahwa nilai TATO yang semakin besar
menunjukkan bahwa perusahaan semakin efisien dalam menggunakan aktiva yang
dimilikinya untuk memperoleh penjualan. Semakin tinggi nilai TATO menunjukkan
semakin tinggi nilai penjualan bersih yang diperoleh perusahaan, dengan nilai penjualan
yang tinggi memberikan harapan perusahaan untuk memperoleh laba yang tinggi pula.
Return On Assets (ROA). Hasil analisis ini menunjukkan bahwa perubahan nilai Return
On Assets (ROA) akan memberikan kontribusi positif yang signifikan terhadap perubahan
return saham JII, yaitu kenaikan atau penurunan nilai ROA akan berdampak pada
kenaikan atau penurunan return saham JII, nilai ROA yang semakin tinggi akan
memberikan kontribusi terhadap nilai return saham JIIyang semakin tinggi atau
sebaliknya nilai ROA yang semakin rendah akan memberikan kontribusi terhadap return
saham JIIyang semakin rendah.

357
Mayfi dan Rudianto 348 – 362 Jurnal MIX, Volume IV, No. 3, Okt 2014

Hasil analisis ini menunjukkan bahwa perubahan nilai Debt to Equity Ratio (DER)
tidak memberikan kontribusi signifikan terhadap perubahan return saham JII, yaitu
kenaikan atau penurunan nilai ROA tidak akan berdampak pada kenaikan atau penurunan
return saham JII. Berdasarkan hasil penelitian ini DER tidak dapat dipakai sebagai
prediktor dalam memprediksi tentang return saham khususnya untuk return saham JII.
Hasil analisis ini menunjukkan bahwa perubahan nilai Current Assets (CR) akan
memberikan kontribusi negatif yang signifikan terhadap perubahan return saham JII, yaitu
kenaikan atau penurunan nilai CR akan berdampak pada kenaikan atau penurunan return
saham JII secara negatif. Hasil analisis ini mengindikasikan bahwa investor juga
menggunakan CR sebagai parameter untuk mengukur kinerja perusahaan guna
memprediksi return saham Jakarta Islamic Index (JII).
Hasil analisis ini menunjukkan bahwa perubahan nilai Earning per Share (EPS) akan
memberikan kontribusi positif terhadap perubahan return saham, yaitu kenaikan atau
penurunan nilai EPS akan berdampak pada kenaikan atau penurunan return saham JII,
nilai EPS yang semakin tinggi akan memberikan kontribusi terhadap return saham JIIyang
semakin tinggi atau sebaliknya nilai EPS yang semakin rendah akan memberikan
kontribusi terhadap return saham JIIyang semakin rendah. Hal ini sesuai dengan teori
yang mendasari bahwa EPS yang semakin besar akan menunjukkan bahwa kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba bersih setelah pajak semakin meningkat. Dengan
meningkatnya laba bersih setelah pajak yang dihasilkan oleh perusahaan, maka return
yang akan diterima oleh para pemegang saham juga semakin meningkat.

Analisis Regresi Faktor Eksternal. Berdasarkan nilai konstanta dan koefisien regresi
tersebut, maka hubungan antara variabel-variabel independen dengan variabel dependen
dalam model regresi dapat dirumuskan sebagai berikut:
Y = 0,247 - 0,353X21 + 3,082X22 - 2,091X23 + 0,0001 X24 + 0,0000631X25

1. Adjusted R2
Nilai Adjusted R2 sebesar 0,377 atau (37,7%). Hal ini menunjukkan bahwa prosentase
sumbangan pengaruh variabel independen (Inflasi, Kurs, BI-Rate, Cadangan Devisa, dan
PDB) terhadap variabel dependen (harga saham) sebesar 37,7%. Atau variasi variabel
independen yang digunakan dalam model (Inflasi, Kurs, BI-Rate, Cadangan Devisa, dan
PDB) mampu menjelaskan sebesar 37,7% variasi variabel dependen (harga saham).
Sedangkan sisanya sebesar 62,3% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang
tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.
2. Uji F
Nilai F hitung 11,293 dan nilai F tabel sebesar 2,400, Karena F hitung > F tabel
(11,293 > 2,400), artinya ada pengaruh secara signifikan antara Inflasi, Kurs, BI-Rate,
Cadangan Devisa dan Product Domestic Bruto (PDB) secara bersama-sama terhadap
terhadap return saham.

358
Mayfi dan Rudianto 348 – 362 Jurnal MIX, Volume IV, No. 3, Okt 2014

3. Uji t
Tabel 2. Hasil Uji t Faktor Eksternal

Variabel t hitung t tabel Sig. Kesimpulan

Inflasi -2,751 -2,145 0,004 Berpengaruh


Kurs 3,060 2,145 0,002 Berpengaruh
BI-rate -1,270 -2,145 0,205 Tidak
Berpengaruh
CaDev 0,407 2,145 0,685 Tidak
Berpengaruh
PDB 3,162 2,145 0,062 Berpengaruh
Sumber. Data diolah
Interpretasi Ekonomi

Inflasi. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa perubahan nilai Inflasi akan memberikan
kontribusi negatif yang signifikan terhadap perubahan return saham JII, yaitu kenaikan
atau penurunan nilai Inflasi akan berdampak pada kenaikan atau penurunan return saham
JII, nilai inflasi yang sangat tinggi cenderung disertai dengan tingkat pengembalian
investasi pada saham yang rendah atau sebaliknya nilai Inflasi yang semakin rendah akan
memberikan kontribusi terhadap return saham JIIyang tinggi.
Hal ini sesuai dengan teori yang mengungkapkan bahwa inflasi akan cenderung
meningkatkan biaya produksi dari perusahaan. Berarti margin keuntungan perusahaan
menjadi lebih rendah dan dampak lebih lanjut menjadikan harga sahamnya di bursa efek
menjadi menurun. Jika terjadi demikian, maka penurunan tersebut cenderung tidak akan
berlangsung seketika tetapi melalui proses waktu. Dilihat dari sisi investor, tingginya
inflasi akan mengurangi nilai keuntungan dan juga mengurangi daya beli modal
investasinya. Dengan demikian jika angka inflasi naik, maka harga saham akan menurun
dan juga sebaliknya.

Kurs. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa perubahan nilai Kurs akan memberikan
kontribusi positif yang signifikan terhadap perubahan return saham JII, yaitu kenaikan
atau penurunan nilai Kurs akan berdampak pada kenaikan atau penurunan return saham
JII, nilai Kurs yang sangat tinggi cenderung disertai dengan tingkat pengembalian
investasi pada saham yang juga tinggi atau sebaliknya nilai Kurs yang semakin rendah
akan memberikan kontribusi terhadap return saham JIIyang juga rendah.
Berdasarkan hasil penelitian ini Kurs dapat dipakai sebagai prediktor dalam
memprediksi return saham khususnya untuk return saham JII. Sehubungan dengan hal
tersebut terlihat bahwa investor dalam memprediksi return saham JIIjuga memperhatikan
faktor eksternal salah satunya faktor Kurs.

BI-Rate. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa perubahan nilai Kurs tidak akan
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perubahan return saham JII. Bi-Rate
berhubungan dengan suku bunga untuk usaha dalam bidang perbankan, sementara dalam
penelitian ini diambil objek penelitian yaitu Jakarta Islamic Index (JII) yang tidak
mengikutsertakan saham bidang perbankan, sehingga naik atau turunnya BI-Rate tidak
terlalu mempengaruhi pergerakan saham JII. Hasil analisis ini mengindikasikan bahwa

359
Mayfi dan Rudianto 348 – 362 Jurnal MIX, Volume IV, No. 3, Okt 2014

investor tidak menggunakan BI-Rate sebagai parameter untuk memprediksi return saham
Jakarta Islamic Index (JII).
Cadangan Devisa. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa perubahan nilai Cadangan
Devisa tidak akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perubahan return
saham JII. Hasil analisis ini mengindikasikan bahwa investor tidak menggunakan
Cadangan Devisasebagai parameter untuk memprediksi return saham Jakarta Islamic
Index (JII).

Product Domestic Bruto (PDB). Hasil analisis ini menunjukkan bahwa perubahan nilai
PDB akan memberikan kontribusi positif tapi tidak signifikan terhadap perubahan return
saham JII. Meskipun pada dasarnya peningkatan PDB akan meningkatkan tingkat
konsumsi dan investasi yang akan meningkatkan kinerja perusahaan. Namun karena
pengaruh peningkatan PDB ini hanya berpengaruh terhadap konsumsi produk perusahaan
secara langsung, melainkan tidak dapat memengaruhi peningkatan harga saham secara
langsung.
Analisis Regresi Faktor Internal dan Eksternal. Berdasarkan nilai konstanta dan
koefisien regresi tersebut, maka hubungan antara variabel-variabel independen dengan
variabel dependen dalam model regresi dapat dirumuskan sebagai berikut:
Y = 0,245 + 0,014X11 + 0,049X12 - 0,010X13 - 0,001X14 + 0,005X15 - 0,341X21 + 3,225X22
- 2,219X23 + 0,000X24 + 0,0000638X25
Adjusted R2. Nilai Adjusted R2 sebesar 0,369 atau (36,9%). Hal ini menunjukkan bahwa
prosentase sumbangan pengaruh variabel independen (TATO, ROA, DER, CR, EPS,
Inflasi, Kurs, BI-Rate, Cadangan Devisa, dan PDB) terhadap variabel dependen (harga
saham) sebesar 36,9%. Atau variasi variabel independen yang digunakan dalam model
(TATO, ROA, DER, CR, EPS, Inflasi, Kurs, BI-Rate, Cadangan Devisa, dan PDB)
mampu menjelaskan sebesar 36,9% variasi variabel dependen (harga saham). Sedangkan
sisanya sebesar 63,1% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
dimasukkan dalam model penelitian ini.
Uji F. Nilai F hitung 5,872 dan nilai F tabel sebesar 2,948, Karena F hitung > F tabel
(5,872> 2,948), artinya ada pengaruh secara signifikan antara TATO, ROA, DER, CR,
EPS, Inflasi, Kurs, BI-Rate, Cadangan Devisa dan Product Domestic Bruto (PDB) secara
bersama-sama terhadap terhadap return saham. Jadi dari kasus ini dapat disimpulkan
bahwa TATO, ROA, DER, CR, EPS, Inflasi, Kurs, BI-Rate, Cadangan Devisa dan
Product Domestic Bruto (PDB) secara bersama-sama berpengaruh terhadap return saham
pada perusahaan yang terdapat dalam Jakarta Islamic Index (JII).
Hasil ini menunjukkan bahwa penggabungan variabel TATO, ROA, DER, CR, EPS,
Inflasi, Kurs, BI-Rate, Cadangan Devisa dan Product Domestic Bruto (PDB) relevan
digunakan untuk memprediksi return saham dalam Jakarta Islamic Index (JII) dimasa
yang akan datang, karena kontribusi TATO, ROA, DER, CR, EPS, Inflasi, Kurs, BI-Rate,
Cadangan Devisa dan PDB dalam menjelaskan variansi return saham dalam Jakarta
Islamic Index (JII) sebesar 40,4% dan sisanya 59,6 % dijelaskan oleh variabel lain yang
tidak diteliti.

360
Mayfi dan Rudianto 348 – 362 Jurnal MIX, Volume IV, No. 3, Okt 2014

PENUTUP

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dalam penelitian ini dapat disimpulkan
sebagai berikut: Pertama. Pengaruh faktor-faktor internal perusahaan terhadap return
saham JII: (a) Total Assets Turnover (TATO) berpengaruh positif signifikan, (b) Return
On Assets (ROA) berpengaruh positif signifikan, (c) Debt to Equity Ratio (DER) tidak
berpengaruh positif signifikan, (d) Current Ratio (CR) berpengaruh negatif signifikan, (e)
Earning per Share (EPS) berpengaruh positif signifikan. Kedua. Pengaruh faktor-faktor
eksternal perusahaan terhadap return saham JII: (a) Inflasi berpengaruh negatif signifikan,
(b) Kurs berpengaruh positif signifikan, (c) BI Rate tidak berpengaruh positif signifikan,
(d) Cadangan Devisa tidak berpengaruh positif signifikan, (e)Product Domestic Bruto
(PDB) berpengaruh positif tidak signifikan. Ketiga. Faktor internal perusahaan
mempengaruhi return sahamdalam Jakarta Islamic Index (JII), faktor eksternal
perusahaan mempengaruhi return sahamdalam Jakarta Islamic Index (JII). Faktor internal
dan eksternal perusahaan juga secara bersama-sama mempengaruhi return sahamdalam
Jakarta Islamic Index (JII).
Berdasarkan hasil-hasil kesimpulan diatas, penulis memberikan beberapa saran
sebagai berikut:
1. Bagi Investor. Investor sebaiknya selalu memperhatikan dan menggunakan informasi
tentang kinerja perusahaan (emiten) dari sisi rasio-rasio keuangan emiten serta
informasi pasar, karena informasi tersebut mempunyai pengaruh terhadap return
saham. Hal ini dimaksudkan agar investor dapat mengambil keputusan yang tepat
dalam berinvestasi pada sektor saham khususnya saham syariah. Disamping itu
investor juga harus mempertimbangkan faktor-faktor lain di luar kebijakan
perusahaan, seperti faktor eksternal perusahaan karena hal ini secara tidak langsung
akan mempengaruhi pola perdagangan saham yang pada akhirnya berdampak pada
perolehan return.
2. Bagi Penelitian selanjutnya. Penelitian ini hanya terbatas opada periode waktu yang
pendek yaitu selama 5 tahun dengan memakai data triwulan dan terbatas hanya 30
saham, selanjutnya dapat melakukan penelitian menggunakan data dengan rentang
waktu yang lebih panjang lagi sehingga rules yang dihasilkan lebih beragam dan lebih
berguna untuk pengambilan keputusan. Semakin besar data semakin berguna informasi
yang dihasilkan.

DAFTAR RUJUKAN

Binswanger, M. (2004). ‖How important are fundamentals?Evidence from a structural


VAR model for the stockmarkets in the US, Japan and Europe‖.Journal of
International Financial Markets, Institutions and Money, 14(2),185-201.
Blume. Marshal E..(1982). Complete Guide to Investment Opportunities.The Free Press.
Ohio.
Bodie. (1976). ―Common stocks as a hedge against inflation”. Journal of Finance, 31,
459-470.
Boucher, C. (2006). ―Stock prices-inflation puzzle and the predictability of stock market
returns‖. Economics Letters,90(2), 205-212.
Butt, Babar., Rehman, Kashif., Khan, Aslam. And Safwan, Nadeem. (2010). ―Do
Economic Factors Influence Stock Returns? A Firm and Industry Level
Analysis”.African Journal of Business Management.Vol. 4(5), pp. 583-593.

361
Mayfi dan Rudianto 348 – 362 Jurnal MIX, Volume IV, No. 3, Okt 2014

Campbell, J. Y., Lettau, M., Malkiel, B. G., & Xu, Y. (2001). ―Have individual stocks
become more volatile? An empirical exploration of idiosyncratic risk‖.Journal of
Finance, 56(1), 1-43.
Ewing, B. T., & Thompson, M. A. (2007).―Dynamic cyclical comovements of oil prices
with industrial production, consumer prices, unemployment, and stock prices‖.Energy
Policy, 35(11), 5535-5540.
Fama, E. F. (1986). ―Term premiums and default premiums in money markets‖. Journal of
Financial Economics, Vol. 17, p. 175-196.
Fama and Schwert. (1977). ―Asset returns and inflation‖.Journal of Business, 55, 201-231.
Ghozali, Imam. (2012). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS. Badan
Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
Ibrahim, M and Aziz, PP. (2003), ―Macroeconomic Variables and the Malaysian Equity
Market: a View Through Rolling Subsamples‖, Journal of Economic Studies, Vol. 30
No. 1, pp. 6-27.
Kim, K.-h. (2003). ―Dollar exchange rate and stock price: evidence from multivariate
cointegration and errorcorrection model‖. Review of Financial Economics, 12(3), 301-
313.
Mankiw, Gregory.(2006).Pengantar Ekonomi Makro. Salemba Empat. Jakarta.
Martono SU dan D. Agus Harjito. (2002). Manajemen Keuangan. Ekorisia. Yogyakarta.
Maysami, R.C. & Koh, T.S. (2000), ―A Vector Error Correction model of the Singapore
stock market‖, International Review of Economics and Finance, Vol. 9 No. 1, pp.79-
96.
McConnell, C.R. and Brue, S.L. (2002). Economic, Principles, Problem and Policie,. 15th
McConnell International Edition, McGraw Hill/Irwin. USA.
Mukherjee, T.K. and Naka, A. (1995), ―Dynamic Relationship Between Macroeconomic
Variables and The Japanese Stock Market: An Aplication of a Vector Error Correction
Model‖, The Journal of Financial Research, Vol. 18 No. 2, pp. 223-237.
Peebles, G., & Wilson, P. (1996).The Singapore Economy, Cheltenham: Edward Elgar.
Rudianto, Dudi and Sutawidjaya, Achmad. (2012). ―Factor Analysis of Internal and
External Company and Its Effect on Company Value in Listed Mining Sector in Stock
Exchange Indonesia‖.International Conference on Business and Management. Phuket,
Thailand.
Tampubolon, P. Manahan. (2005). Manajemen Keuangan. Ghalia Indonesia. Bogor.
Usman, Yulianty. (2004). ―Analisis Pengaruh EVA, MVA, dan Kinerja Keuangan
Konvensional terhadap Return Saham di Bursa Efek Jakarta”. Tesis Pascasarjana.
Universitas Diponegoro. Semarang.
Widiatmodjo, Sawidji. (2005). Cara Sehat Investasi di Pasar Modal. Elex
MediaKomputindo. Jakarta.

362
Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan p-ISSN 2548 – 298X
Akreditasi No. 32a/E/KPT/2017 e-ISSN 2548 – 5024
DOI: 10.24034/j25485024.y2017.v1.i4.2685

HARGA MINYAK BUMI DAN EMAS DUNIA SEBAGAI PENENTU


PERGERAKAN INDEKS SEKTORAL DI BEI PERIODE 2011 - 2015

Isti Fadah
Istitatuk@yahoo.co.id
Dayu Kristianto
Novi Puspitasari
Universitas Jember

ABSTRACT

The increase in the price of petroleum increases the cost of production of the company, so the price of goods sold
will rise. The increase in the price of goods directly affects the sales of products, which further affects the profit and
stock price of the company. Another factor that plays an important role in the economy is the price of gold. World
gold prices affect the movement of stock price index. This study aims to analyze the effect of changes in oil price
and gold price on sectoral index movement. The population of this study is Sectoral Indices, by using purposive
sampling method resulted sample in six sectors. It uses secondary data form of the west texas intermediate oil
price, london gold fix price, and sectoral index in the period of 2011-2015. Regression analysis is applied to this
study. The findings show that changes in oil price have negative and significant effect on four sectors, namely is a
basic industry and chemicals sector, miscellaneous sector, property and real estate sector, infrastucture, utility,
and transportation sector. While the gold price hasn't effect on the six sectors.

Key words : investment, oil, gold, sectoral indices

ABSTRAK

Kenaikan harga minyak bumi meningkatkan biaya produksi perusahaan, sehingga harga barang yang
dijual akan naik. Kenaikan harga barang berpengaruh langsung terhadap penjualan produk, yang
selanjutnya berdampak pada keuntungan dan harga saham perusahaan. Faktor lain yang berperan
penting dalam perekonomian adalah harga emas. Harga emas dunia berpengaruh terhadap pergerakan
indeks harga saham. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh perubahan harga minyak
bumi dan emas dunia terhadap pergerakan indeks saham sektoral. Populasi penelitian adalah Indeks
Saham Sektoral, dengan menggunakan metode purposive sampling menghasilkan sampel 6 sektor
saham. Data sekunder yang digunakan berupa harga minyak bumi west texas intermediate, harga emas
london gold p.m. fix, dan data indeks saham sektoral tahun 2011-2015. Analisis data menggunakan regresi
linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga minyak bumi berpengaruh negatif
signifikan pada 4 sektor, yaitu sektor industri dasar dan kimia, sektor aneka industri, sektor properti
dan real estate, serta sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi. Sedangkan harga emas dunia tidak
berpengaruh signifikan terhadap keenam sektor. Penelitian selanjutnya disarankan untuk mem-
perpanjang periode penelitian sehingga diperoleh gambaran yang lebih baik tentang kondisi pasar
modal.

Kata kunci : investasi, minyak bumi, emas, indeks sektoral

PENDAHULUAN dua macam, yaitu investasi langsung atau


Investasi dapat diartikan sebagai pe- investasi pada aset-aset riil dan investasi
nempatan sejumlah dana dengan harapan tidak langsung atau investasi pada aset-aset
untuk memperoleh keuntungan di masa finansial. Investasi pada aset riil dapat
mendatang. Investasi dibedakan menjadi berupa pembelian aset produktif, pendirian

472
Harga Minyak Bumi Dan Emas Dunia ... – Fadah, Kristianto, Puspitasari 473

pabrik, logam mulia, dan lainnya, sedangkan tercatat di BEI, yaitu sektor pertanian (agri-
investasi pada aset finansial dilakukan di culture), sektor pertambangan (mining), sek-
pasar uang dan pasar modal. tor industri dasar dan kimia (basic industry
Tujuan utama dalam berinvestasi adalah and chemicals), sektor aneka industri (mis-
memperoleh keuntungan. Namun, dibalik cellaneous industry), sektor industri barang
sebuah keuntungan akan muncul risiko. konsumsi (consumer goods), sektor properti
Sesuai dengan teori perimbangan risiko dan dan real estate (construction, property, and real
return, risiko berbanding lurus dengan estate), sektor infrastruktur, utilitas, dan
tingkat keuntungan. Konsep ini menyatakan transportasi (infrastucture, utility, and trans-
bahwa “high risk high return and low risk low portation), sektor keuangan (finance), serta
return” (Gumanti, 2007:208). Pernyataan ter- sektor perdangangan jasa dan investasi
sebut berlawanan dengan harapan investor, (trade and service). Sembilan sektor ini disebut
yang ingin memperoleh keuntungan maksi- sebagai Indeks Saham Sektoral. Masing-
mum dengan risiko minimum. Salah satu masing sektor memiliki karakteristik yang
cara untuk mengurangi tingkat risiko adalah berbeda. Hal tersebut menjadi pertimbangan
dengan membentuk portofolio. Bodie et al. bahwa penggunaan indeks harga saham
(2016:8) mendefinisikan portofolio sebagai sektoral dinilai efektif dan mampu men-
kumpulan dari aset investasi (collection of cerminkan situasi sebenarnya di pasar
investment assets). Portofolio investasi dapat saham.
berisi aset finansial maupun aset riil sesuai Komoditas sebagai sarana investasi
dengan tujuan dan kemampuan investor akan memengaruhi harga di pasar modal
dalam mengelola modal. Kumpulan aset di- (Kowanda et al., 2015). Minyak bumi me-
katakan sebagai portofolio apabila minimal rupakan salah satu komoditas yang me-
berisi dua jenis aset berbeda. Semakin ba- megang peranan penting dalam pereko-
nyak jenis asetnya, semakin tersebar risiko- nomian Indonesia. Kenaikan harga minyak
nya. Saham menjadi instrumen pasar modal bumi memengaruhi kenaikan harga bahan
yang populer saat ini. Saham secara seder- bakar minyak (BBM) di Indonesia. Semua
hana diartikan sebagai tanda penyertaan jenis industri yang membutuhkan BBM
modal dalam suatu perusahaan. Investasi sebagai sumber energi akan merasakan
saham diminati investor karena mampu dampaknya. Menurut Fithriyana et al. (2014),
memberikan keuntungan tinggi. Harga sa- pasokan minyak bumi merupakan input
ham terbentuk karena permintaan dan penting dalam proses produksi industri, ter-
penawaran. Semakin banyak volume per- utama untuk menghasilkan listrik, menjalan-
mintaan dan penawaran akan mempercepat kan mesin, mengangkut bahan baku, dan
pergerakan harga saham. Transaksi saham mengirim hasil produksi. Kenaikan BBM
dilakukan setiap hari kerja, sehingga me- meningkatkan biaya produksi perusahaan,
ngalami pergerakan rutin. Salah satu indi- sehingga harga barang yang dijual akan
kator untuk mengukur pergerakan harga naik. Kenaikan harga barang berpengaruh
saham adalah indeks harga saham. Indeks langsung terhadap penjualan produk, yang
mampu menggambarkan kondisi pasar selanjutnya berdampak pada keuntungan
secara keseluruhan. dan harga saham perusahaan.
Menurut data dari www.idx.co.id, ter- Selain minyak bumi, faktor yang ber-
dapat 539 saham perusahaan yang terdaftar peran penting dalam perekonomian adalah
di BEI periode 15 Februari 2017. Semua emas. Harga emas dunia berpengaruh
saham yang terdaftar akan ditempatkan terhadap pergerakan indeks harga saham.
pada sektor yang sesuai dengan bidang yang Hal ini didasari bahwa emas merupakan
dikerjakan oleh masing-masing perusahaan. salah satu alternatif investasi yang cen-
Saat ini ada sembilan sektor saham yang derung aman dan bebas resiko (Sunariyah,
474 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 4, Desember 2017 : 472 – 490

2011:4). Menurut Fadah (2010), pada umum- merupakan cara investor melakukan diver-
nya investor lebih suka menghindari risiko, sifikasi aset guna mengurangi risiko. Berikut
sehingga investor lebih memilih investasi ini adalah data fluktuasi harga emas dunia
dengan risiko rendah dibandingkan jenis dan IHSG dalam bentuk grafik selama
investasi berisiko tinggi. Investasi emas periode 2011-2015.

2000.00

1800.00

1600.00
USD

1400.00

1200.00

1000.00
01/01/2011 01/01/2012 01/01/2013 01/01/2014 01/01/2015

Gambar 1
Data harga emas 2011-2015

6000.00

5000.00
Rupiah

4000.00

3000.00
01/01/2011 01/01/2012 01/01/2013 01/01/2014 01/01/2015

Sumber: data diolah dari fred.stlouisfed.org dan finance.yahoo.com (2017)

Gambar 2
Data IHSG 2011-2015

Berdasarkan grafik pada Gambar 1 dan dengan Oktober 2015. Namun, menurut
Gambar 2, dapat dilihat bahwa ketika harga Witjaksono (2010) dan Gumilang et al. (2014)
emas dunia cenderung melemah, IHSG Harga emas dunia berpengaruh positif
justru cenderung mengalami penguatan. Ini signifikan terhadap pergerakan indeks harga
terjadi selama periode bulan Juli 2011 sampai saham, yang berarti bahwa kenaikan harga
Harga Minyak Bumi Dan Emas Dunia ... – Fadah, Kristianto, Puspitasari 475

emas dunia akan diikuti dengan kenaikan 1952. Seorang ekonom yang pernah men-
indeks saham. Dari uraian tersebut dapat dapat Nobel (1992) karena teori portfolio
dilihat bahwa terdapat kontradiksi antara selection, yang juga terkenal dengan dengan
hasil penelitian sebelumnya dengan fakta kalimatnya “Don’t put all your eggs in one
yang terjadi pada beberapa tahun terakhir. basket, if it drops, you’re in trouble”. Teori
Pertanyaan yang menarik untuk di- portofolio mencakup dua hal besar, yang
jawab adalah bagaimana pengaruh harga pertama adalah bagaimana investor melaku-
minyak bumi dan emas dunia terhadap kan alokasi aset. Kemudian yang kedua ada-
harga saham. Beberapa penelitian telah di- lah bagaimana menyikapi perkembangan
lakukan, tetapi terdapat perbedaan hasil globalisasi investasi. Jika investor memiliki
temuan. Witjaksono (2010) menyebutkan pemahaman yang baik mengenai teori porto-
bahwa variabel harga minyak dunia dan folio, maka dapat melakukan alokasi aset
harga emas dunia berpengaruh positif ter- dengan baik sesuai dengan tingkat pre-
hadap IHSG. Hutapea et al. (2014) menyata- ferensi risiko dan return yang dihadapi.
kan bahwa return minyak mempunyai
pengaruh positif signifikan terhadap return Teori Pasar Modal (Capital Market Theory)
IHSG. Sebaliknya, Gumilang et al. (2014) Teori pasar modal mencakup tiga hal,
menyatakan bahwa harga minyak dunia yaitu; (1) perimbangan risiko dan return (risk
memiliki pengaruh negatif terhadap IHSG. and return trade off); (2) analisis portofolio;
Tjandrasa dan Sutjiati (2016) menemukan dan (3) pengukuran kinerja portofolio. Per-
bahwa harga minyak bumi dan emas dunia imbangan risiko dan return merupakan salah
tidak berpengaruh signifikan terhadap satu aspek yang paling penting dalam
IHSG. Kemudian Partalidou et al. (2016), me- manejemen investasi, karena konsep ter-
nyebutkan bahwa harga emas dunia ber- sebut menunjukkan bagaimana seorang
pengaruh negatif terhadap indeks saham di investor mengambil keputusan investasi
Amerika. Beberapa hasil penelitian yang dengan membandingkan tingkat risiko dan
bertentangan mengindikasikan bahwa ma- return yang melekat didalamnya. Investor
sih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang bertipe penghindar risiko (risk averse)
untuk mendapatkan hasil yang konsisten. akan memilih jenis investasi yang menawar-
Berdasarkan uraian di atas, permasalahan kan kepastian return lebih tinggi untuk
penelitian adalah bagaimana pengaruh tingkat risiko tertentu. Artinya, mereka yang
harga minyak bumi secara parsial terhadap tergolong risk averse tidak menyukai risiko
indeks harga saham sektoral yang terdaftar tetapi mengharapkan return tinggi. Investor
di BEI?; dan bagaimana pengaruh harga kelompok risk averse hanya akan mengambil
emas dunia secara parsial terhadap indeks alternatif investasi yang aman-aman saja.
harga saham sektoral yang terdaftar di BEI?. Kebanyakan investor adalah tipe risk averse.
Investor tipe kedua adalah yang memiliki
TINJAUAN TEORETIS keseimbangan atau netral terhadap per-
Perkembangan Teori Manajemen Investasi imbangan antara risiko dan return (risk
Teori yang berkaitan dengan mana- neutral). Kelompok investor ini adalah me-
jemen investasi mengalami perkembangan reka yang bisa menerima secara wajar
pesat dari waktu ke waktu. Menurut keseimbangan antara risiko dan return. Jika
Gumanti (2007:24-27), ada lima teori yang alternatif investasi memiliki risiko dan return
melandasi manajemen investasi, yaitu: yang sepadan, maka mereka akan mene-
rimanya. Adapun tipe ketiga dari investor
Teori Portofolio (Portfolio Theory) adalah mereka yang menyukai risiko atau
Teori portofolio dikembangkan oleh pencari risiko (risk seeker). Kelompok ini
Professor Harry Max Markowitz pada tahun mengambil alternatif investasi yang me-
476 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 4, Desember 2017 : 472 – 490

ngandung risiko tinggi meskipun tingkat dimana menurut konsep ini tingkat efisiensi
return nya rendah. Kelompok ketiga berisi pasar berdasarkan kualitas informasinya
investor yang diidentikkan dengan spe- dapat dibedakan menjadi 3, yaitu pasar
kulan. bentuk lemah (weak form efficient market),
Analisis portofolio (portfolio analysis) pasar bentuk semi kuat (semi-strong form
merupakan langkah-langkah dalam meng- efficient market), dan pasar bentuk kuat
kaji apakah alternatif investasi yang diambil (strong form efficient). Tingkat efisiensi pasar
mampu memberikan nilai tambah yang berdasarkan kualitas informasi, menentukan
sepadan dengan harapan investor. Seorang apakah seorang investor dapat meng-
investor dituntut untuk melakukan analisis eksploitasi informasi yang ada dalam rangka
kinerja portofolionya untuk mengetahui memperoleh abnormal return. Jika investor
apakah investasi yang dipilih mampu mem- mampu menggunakan informasi harga
berikan manfaat yang sesuai dengan harap- sekuritas masa lalu untuk memperoleh
an. Investor dapat menggunakan beberapa abnormal return, maka dipastikan pasar
indikator untuk mengevaluasi kinerja porto- tersebut belum efisien dalam bentuk lemah.
folio, misalnya dengan mengetahui berapa Jika investor mampu menggunakan infor-
indeks kinerja yang ada. Indeks kinerja yang masi publik untuk menghasilkan abnormal
umum digunakan sesuai dengan teori ada- return terus-menerus, maka pasar tersebut
lah Indeks Jansen, Indeks Trynor, dan Indeks belum efisien dalam bentuk semi kuat.
Sharpe. Ketiga jenis indeks tersebut memiliki Namun, jika investor mampu menggunakan
dasar perhitungan yang berbeda-beda mes- informasi privat untuk menghasilkan ab-
kipun secara konsep menggunakan variabel normal return terus-menerus, maka pasar
yang masih berkaitan. tersebut belum efisien dalam bentuk kuat.

Penilaian Sekuritas (Security Valuation) Penilaian Sekuritas Derivatif


Terdapat beberapa model penilaian Investor sekuritas derivatif tidak harus
sekuritas yang dikenal, model yang umum memiliki dana sebesar investor saham
dipahami adalah model diskonto dividen dimana opsi tersebut diturunkan. Salah satu
(discounted dividend model) dan model garis model penilaian sekuritas derivatif adalah
pasar sekuritas (security market line model). Black-Scholes Option Pricing Model (BSOPM).
Model diskonto dividen menekankan bahwa Model yang dikembangkan oleh Black dan
harga saham saat ini merupakan nilai Scholes ini telah menjadi model penilaian
sekarang dari serangkaian nilai dividen sekuritas yang mengubah cara penilaian opsi
dimasa mendatang yang didiskonto dengan yang ada sejauh ini dan menjadi model
tingkat pengembalian tertentu, sedangkan penilaian opsi yang standar.
model garis pasar sekuritas menekankan
analisis dengan menggunakan patokan ting- Rerangka Konseptual Penelitian
kat pengembalian bebas risiko (risk free rate Kerangka konseptual bertujuan untuk
assets) dan tingkat pengembalian keseimba- mempermudah ketika menganalisis pe-
ngan pasar (market equilibrium) yang bisa ngaruh dari masing-masing variabel inde-
diturunkan dari model penilaian harga aset, penden terhadap variabel dependen. Pe-
seorang investor dapat menilai apakah suatu mikiran peneliti berawal dari investasi,
saham akan diyakini dinilai terlalu tinggi tujuan utama dalam berinvestasi adalah
(overpriced) atau terlalu rendah (underpriced). memperoleh keuntungan, namun, dibalik
sebuah keuntungan akan muncul risiko.
Konsep Efisiensi Pasar (Efficient Market Salah satu cara untuk mengurangi risiko
Hypotesis) tersebut adalah dengan membentuk diver-
Konsep pasar efisien pertama kali di- sifikasi portofolio. Bodie et al. (2016:8) men-
kemukakan oleh Malkiel dan Fama (1970), definisikan portofolio sebagai kumpulan
Harga Minyak Bumi Dan Emas Dunia ... – Fadah, Kristianto, Puspitasari 477

dari aset investasi (collection of investment kan bahan baku untuk bahan bakar industri-
assets). Aset investor dikategorikan dalam al yang menjadi pertimbangan setiap per-
kelas aset. Kelas aset yang besar meliputi usahaan. Kemudian komoditas emas me-
saham, obligasi, aset riil, komoditas, dan lain rupakan jenis alternatif investasi yang cen-
sebagainya. Komoditas yang diduga dapat derung aman dan bebas risiko (Sunariyah,
memengaruhi pergerakan indeks harga 2011: 4). Secara sistematis, konsep pemikiran
saham adalah minyak bumi dan emas dunia. peneliti dapat dilihat pada gambar 3
Hal ini dikarenakan minyak bumi merupa- rerangka konseptual berikut ini:

Variabel Dependen
Variabel Independen
Indeks Sektoral
Harga Minyak Bumi 1. Sektor Pertambangan
(West Texas Intermediate) 2. Sektor Industri Dasar dan Kimia
3. Sektor Aneka Industri
4. Sektor Industri Barang Konsumsi
5. Sektor Properti dan Real Estate
Harga Emas Dunia
6. Sektor Infrastruktur, Utilitas, dan
(London Gold Fixing P.M)
Transportasi

Gambar 3
Rerangka Konseptual Penelitian

Pengembangan Hipotesis dunia berpengaruh negatif signifikan ter-


Perubahan harga minyak dunia mampu hadap IHSG. Keterkaitan perubahan harga
menggerakkan harga saham. Kenaikan har- minyak bumi terhadap enam sektor saham
ga minyak berbanding lurus dengan per- pada indeks sektoral adalah:
gerakan harga saham sektor pertambangan
dan sub sektor energi, namun, perubahan Sektor Pertambangan
harga minyak cenderung memberikan dam- Sektor pertambangan diklasifikasikan
pak yang negatif terhadap kinerja sektor kedalam lima sub sektor, salah satunya
industri yang membutuhkan BBM. Kenaikan adalah sub sektor minyak dan gas bumi. Sub
harga minyak bumi mengakibatkan kenai- sektor minyak dan gas bumi terdiri dari
kan biaya produksi perusahaan, sehingga saham-saham perusahaan yang melakukan
harga produk akan naik. Kenaikan harga eksplorasi minyak. Eksistensi perusahaan
barang berpengaruh langsung terhadap pen- sub sektor minyak menjadikan Indonesia
jualan produk, yang selanjutnya berdampak sebagai salah satu negara pengekspor mi-
pada harga saham perusahaan. Hersugondo nyak bumi, sehingga sensitif terhadap pe-
et al. (2015) menyebutkan bahwa harga mi- rubahan harga minyak bumi. Menurut Silim
nyak dunia berpengaruh positif dan signi- (2013), meningkatnya harga minyak dunia
fikan terhadap beberapa indeks harga saham secara umum akan mendorong kenaikan
di wilayah Asia, tetapi berkorelasi negatif harga saham sektor pertambangan. Hipo-
dengan indeks harga saham gabungan di tesis pertama adalah:
Indonesia. H : Harga minyak bumi berpengaruh
Selanjutnya, hasil penelitian Mikial positif terhadap indeks saham sektor
(2014), menyatakan bahwa harga minyak pertambangan.
478 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 4, Desember 2017 : 472 – 490

Sektor Industri Dasar dan Kimia Fithriyana et al. (2014), pasokan minyak bumi
Sektor industri dasar dan kimia terdiri merupakan input penting dalam proses
dari saham-saham perusahaan industri yang produksi industri, menjalankan mesin,
membutuhkan olahan minyak bumi sebagai mengangkut bahan baku, dan mengirim
bahan bakar produksi. Kemudian terdapat hasil produksi. Rutinitas proses distribusi
juga sub sektor plastik dan kemasan yang meningkatkan jumlah kebutuhan BBM. Hal
membutuhkan produk turunan minyak ini menguatkan asumsi bahwa kenaikan
bumi sebagai bahan baku. Kebutuhan akan minyak bumi mampu menurunkan laba
olahan minyak bumi menjadikan sektor perusahaan.
industri dasar dan kimia sensitif terhadap H4: Harga minyak bumi berpengaruh
perubahan harga minyak bumi. Sektor negatif terhadap indeks saham sektor
industri dasar dan kimia didominasi oleh industri barang konsumsi.
sub sektor logam dan sejenisnya. Menurut
Asmara et al. (2011) industri yang meng- Sektor Properti dan Real Estate
gunakan BBM lebih besar dibanding industri Sektor properti dan real estate berkaitan
lain adalah industri besi baja, industri semen erat dengan penggunaan mesin dan alat
dan industri logam. berat yang membutuhkan produk olahan
H : Harga minyak bumi berpengaruh minyak bumi sebagai bahan bakar. Bahkan
negatif terhadap indeks saham sektor beberapa jenis olahan minyak bumi seperti
industri dasar dan kimia. aspal digunakan sebagai bahan baku. Per-
nyataan tersebut menguatkan asumsi bahwa
Sektor Aneka Industri kenaikan harga minyak bumi mampu me-
Sub sektor yang dominan pada sektor nurunkan laba perusahaan pada sektor
aneka industri adalah sub sektor otomotif properti dan real estate.
dan komponen, serta sub sektor tekstil dan H : Harga minyak bumi berpengaruh
garmen. Perusahaan yang menerbitkan sa- negatif terhadap indeks saham sektor
ham pada sub sektor otomotif memproduksi properti dan real estate.
kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor
membutuhkan BBM sebagai bahan bakar. Sektor Infrastruktur, Utilitas, dan
Secara tidak langsung, perubahan harga Transportasi
minyak bumi akan dirasakan. Selain itu, Sub sektor yang dominan pada sektor
Asmara et al. (2011), menemukan bahwa infrastruktur, utilitas, dan transportasi ada-
peningkatan volatilitas harga minyak dunia lah sub sektor transportasi. Mayoritas
memperparah penurunan industri tekstil transportasi di Indonesia masih mengguna-
dan industri alas kaki. kan BBM. Fenomena tersebut menyebabkan
H : Harga minyak bumi berpengaruh sektor infrastruktur, utilitas, dan transpor-
negatif terhadap indeks saham sektor tasi terkena dampak paling cepat ketika
aneka industri. terjadi kenaikan harga minyak bumi.
H : Harga minyak bumi berpengaruh
Sektor Industri Barang Konsumsi. negatif terhadap indeks saham sektor
Sama dengan sektor manufaktur lain, insfrastruktur, utilitas, dan transpor-
sektor ini terbentuk dari saham perusahaan- tasi.
perusahaan industri yang membutuhkan Emas merupakan salah satu alternatif
BBM sebagai bahan bakar produksi. Sub investasi yang potensial, karena aman dan
sektor yang mendominasi adalah makanan bebas risiko. Menurut Baur dan Lucey
dan minuman. Makanan dan minuman (2010), emas dapat dijadikan sarana hedging
adalah kebutuhan pokok setiap orang. dari investasi saham, karena emas memiliki
Proses produksi dan distribusi dari pabrik ke korelasi negatif dengan harga saham secara
konsumen dilakukan setiap hari. Menurut umum pada kondisi pasar yang ekstrim.
Harga Minyak Bumi Dan Emas Dunia ... – Fadah, Kristianto, Puspitasari 479

Keunggulan tersebut dimanfaatkan oleh Properti dan real estate merupakan subtitusi
sebagian investor dengan cara mengalihkan investasi emas.
investasi saham menjadi investasi dalam H8 : Harga emas dunia berpengaruh ne-
bentuk emas. Pengalihan investasi ini mam- gatif terhadap indeks saham sektor
pu memengaruhi pergerakan indeks harga industri dasar dan kimia.
saham. Pernyataan tersebut sejalan dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Witjak- Sektor Aneka Industri
sono (2010) bahwa harga emas berpengaruh Pada sektor aneka industri terdapat dua
signifikan terhadap indeks harga saham. sub sektor yang dominan, yaitu sub sektor
Harga emas dunia juga berpengaruh ter- otomotif dan komponen serta sub sektor
hadap ISE 100 (Contuk et al., 2013). Kemudi- tekstil dan garmen. Target perusahaan-per-
an menurut Handiani (2014), harga emas usahaan pada sub sektor ini adalah masya-
dunia berpengaruh positif dan signifikan rakat yang memiliki kelebihan dana agar
terhadap indeks harga saham gabungan di membeli produk mereka. Kenaikan harga
Indoneisa. Keterkaitan perubahan harga emas memberikan opsi lain bagi investor.
emas dunia terhadap enam sektor saham Investor dapat menggunakan dana untuk
pada indeks sektoral adalah: investasi emas yang akan dirasakan man-
faatnya di masa yang akan datang atau
Sektor Pertambangan menggunakan dana untuk pembelian yang
Sektor pertambangan diklasifikasikan manfaatnya dirasakan saat ini.
kedalam lima sub sektor, salah satunya ada- H : Harga emas dunia berpengaruh ne-
lah sub sektor logam dan mineral lainnya. gatif terhadap indeks saham sektor
Sub sektor logam dan mineral lainnya terdiri aneka industri.
dari saham-saham perusahaan yang melaku-
kan eksplorasi logam dan mineral, seperti Sektor Industri Barang Konsumsi
emas. Perusahaan-perusahaan yang meng- Sektor industri barang konsumsi terdiri
eksplorasi dan mengolah emas akan sensitif dari sub sektor makanan dan minuman,
terhadap perubahan harga emas dunia. kosmetik dan barang keperluan rumah
Menurut Silim (2013), kenaikan harga saham tangga, rokok, peralatan rumah tangga, dan
di sektor pertambangan disebabkan tinggi- sub sektor lainnya yang berkaitan erat
nya permintaan emas dipasar, sehingga dengan kebutuhan sehari-hari masyarakat.
kenaikan harga emas secara umum akan Potensi kenaikan harga emas akan menarik
mendorong sektor pertambangan. minat masyarakat untuk mengurangi kon-
H7 : Harga emas dunia berpengaruh ne- sumsinya dan mengalihkan dana untuk
gatif terhadap indeks saham sektor investasi emas, sehingga kenaikan emas ber-
pertambangan. dampak negatif pada sektor barang kon-
sumsi.
Sektor Industri Dasar dan Kimia H : Harga emas dunia berpengaruh
Indeks saham sektor industri dasar dan negatif terhadap indeks saham sektor
kimia terbentuk dari delapan sub sektor, industri barang konsumsi.
yang empat diantaranya yaitu sub sektor
semen, sub sektor keramik, porselen dan Sektor Properti dan Real Estate
kaca, sub sektor logam dan sejenisnya, sub Apartemen dan perumahan merupakan
sektor kayu dan pengolahannya, merupakan salah satu alternatif investasi yang aman dan
sub sektor yang berisi perusahaan-per- bebas risiko, karena dapat mengalami ke-
usahaan penyedia bahan baku properti dan naikan harga dari waktu ke waktu. Begitu
real estate, sehingga pergerakannya akan juga dengan emas, emas merupakan alter-
sejalan dengan pembangunan properti. natif investasi yang aman dan bebas risiko.
480 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 4, Desember 2017 : 472 – 490

Kenaikan harga emas akan memberikan sampling yang mensyaratkan kriteria: (1)
investor pilihan, apakah menggunakan Periode pengamatan dimulai tahun 2011
dananya untuk investasi emas atau properti. sampai dengan tahun 2015, dengan tujuan
H : Harga emas dunia berpengaruh agar perubahan harga yang dialami masing-
negatif terhadap indeks saham sektor masing variabel penelitian bebas dari pe-
properti dan real estate. ngaruh krisis keuangan global. (2) Sampel
merupakan sektor saham yang berkaitan
Sektor Infrastruktur, Utilitas, dan dengan fluktuasi harga minyak bumi dan
Transportasi emas dunia. Kriteria ini bertujuan agar hasil
Sub sektor yang dominan pada sektor analisis data dapat dijelaskan secara rasional.
ini adalah transportasi. Indonesia merupa- Kriteria tersebut menghasilkan 6 sektor sa-
kan negara kepulauan yang sangat luas dan ham sebagai sampel, yaitu sektor per-
memiliki penduduk terbanyak keempat di tambangan, sektor industri dasar dan kimia,
dunia, sehingga membutuhkan sistem trans- sektor aneka industri, sektor industri barang
portasi yang memadai. Kebutuhan trans- konsumsi, sektor properti dan real estate,
portasi di Indonesia menarik minat sebagian serta sektor infrastruktur, utilitas, dan
besar investor untuk menanamkan dana transportasi. Indeks sektor pertanian, per-
pada sektor ini. Terdapat 33 jenis saham dagangan jasa dan investasi, serta keuangan
transportasi yang aktif di bursa membukti- tidak diteliti karena tidak berkaitan dengan
kan bahwa tranportasi merupakan sektor perubahan harga minyak bumi dan emas
potensial untuk investasi saham. Namun, dunia. Jika dipaksakan untuk diteliti, maka
permasalahan transportasi yang sulit diatasi kemungkinan hasilnya tidak dapat dijelas-
seperti macet, menjadikan investasi saham kan secara rasional.
tranportasi sangat berisiko. Potensi kenaikan
harga emas akan menarik minat investor Jenis dan Sumber Data
untuk beralih pada investasi yang lebih Berdasarkan waktu pengumpulan, data
aman. ini termasuk data time series. Pengumpulan
H : Harga emas dunia berpengaruh ne- data dilakukan dengan cara dokumentasi
gatif terhadap indeks saham sektor dari berbagai sumber. Data yang digunakan
insfrastruktur, utilitas, dan transpor- adalah data sekunder berupa closing price
tasi. indeks saham sektoral yang diperoleh dari
website (finance.yahoo.com dan duniainves-
METODE PENELITIAN tasi.com), harga minyak WTI dan emas
Rancangan Penelitian london fix yang diperoleh dari fred.stlouisfed.
Penelitian ini adalah jenis explanatory org. Penelitian menggunakan data bulanan
research dengan pendekatan kuantitatif yang bertujuan untuk menghindari terjadinya bias
bertujuan untuk menguji pengaruh harga perubahan harga minyak dan emas terhadap
minyak bumi dan emas dunia terhadap indeks saham sektoral, sehingga diharapkan
indeks saham sektoral. Pengujian yang dapat memperoleh hasil yang lebih akurat.
dimaksud dilakukan secara parsial, dimulai
dengan pengujian secara parsial pengaruh Definisi Operasional dan Skala Peng-
harga minyak bumi terhadap indeks harga ukuran Variabel
saham sektoral. Selanjutnya dilakukan pe- Variabel dependen dalam penelitian ini
ngujian parsial pengaruh harga emas dunia adalah perubahan indeks harga saham
terhadap indeks harga saham sektoral. sektoral yang terdaftar di BEI. Indeks saham
sektoral diklasifikasikan menjadi sembilan
Populasi dan Sampel sektor, tetapi yang digunakan sebagai
Populasi penelitian adalah Indeks Sa- variabel dependen adalah perubahan indeks
ham Sektoral, dengan metode purposive enam sektor. Data yang diteliti adalah
Harga Minyak Bumi Dan Emas Dunia ... – Fadah, Kristianto, Puspitasari 481

perubahan data closing price dari masing- ini adalah persamaan untuk memperoleh
masing sektor tiap awal bulan selama data perubahan harga minyak:
periode amatan antara 1 Januari 2011 hingga ℎ −ℎ
∆ =
1 Desember 2015. Data perubahan closing ℎ
price indeks sektoral menggunakan satuan keterangan:
persentase (%) dan termasuk data dengan ∆ : perubahan harga minyak bumi
skala rasio. Data tersebut diperoleh dari ℎ : harga minyak bumi pada bulan t
persamaan berikut: ℎ : harga minyak bumi pada bulan
− sebelum t
, ,
∆ , =
,
Perubahan Harga Emas Dunia
keterangan:
Harga emas dunia adalah harga spot
∆ , : perubahan nilai indeks harga
yang terbentuk dari akumulasi penawaran
saham sektor i, pada bulan ke t
dan permintaan di pasar emas London.
, : nilai indeks harga saham sektor
Harga emas yang digunakan sebagai objek
i, pada bulan ke t
penelitian adalah harga emas penutupan
: nilai indeks harga saham sektor
, pada sore hari (london gold fixing p.m). Data
i, pada bulan sebelum t
yang diteliti adalah perubahan data harga
emas pada awal bulan selama periode
Pada variabel independen harga minyak
amatan antara tahun 2011-2015. Variabel
bumi dan harga emas dunia akan ditetapkan
Harga emas dunia menggunakan skala rasio.
lag. penetapan lag dikarena pengaruh per-
Berikut ini adalah persamaan untuk mem-
ubahan harga minyak bumi terhadap per-
peroleh data perubahan harga minyak:
usahaan emiten memerlukan waktu tunggu. ℎ −ℎ
Ketika terjadi kenaikan harga minyak bumi, ∆ =

harga BBM di Indonesia tidak seketika naik
keterangan:
pada hari itu juga, tetapi menunggu ke-
∆ : perubahan harga emas dunia
putusan dari pemerintah dan pihak lain
ℎ : harga emas dunia pada bulan t
yang berwenang. Kemudian menurut Law-
ℎ : harga emas dunia pada bulan
rence (2013), variabel harga emas memiliki
sebelum t
jeda waktu sebelum berpengaruh terhadap
indeks harga saham. Berikut ini adalah Metode Analisis Data
variabel-variabel independen yang diguna- Metode analisis yang digunakan me-
kan. liputi Uji Normalitas Data, Analisis Regresi
Linear Berganda, Uji Asumsi Klasik (Multi-
Perubahan Harga Minyak Bumi kolinearitas, Heteroskedastisitas, Normalitas
Harga minyak dunia merupakan harga Residual, dan Autokorelasi). Kemudian
spot pasar minyak bumi di dunia yang menggunakan uji statistik t untuk menguji
terbentuk dari akumulasi permintaan dan hipotesis. Berikut ini rincian hasil dari
penawaran. Pada penelitian ini harga mi- metode analisis yang digunakan.
nyak bumi yang digunakan adalah standar
west texas intermediate. West texas intermediate ANALISIS DAN PEMBAHASAN
(WTI) merupakan harga kontrak dasar Uji Normalitas Data
minyak mentah Amerika Serikat. Data yang Uji normalitas data bertujuan untuk
diteliti adalah perubahan harga minyak mengetahui distribusi data yang digunakan,
bumi tiap awal bulan selama periode amatan apakah berdistribusi normal atau tidak.
antara tahun 2011-2015 dalam bentuk Distribusi data normal dibutuhkan sebagai
persentase (%). Variabel tersebut mengguna- syarat analisis regresi linear berganda yang
kan pengukuran dengan skala rasio. Berikut termasuk dalam analisis statistik parametrik.
482 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 4, Desember 2017 : 472 – 490

Proses uji normalitas menggunakan Uji disimbolkan dengan CONS, perubahan in-
Kolmogorov-Smirnov, berikut ini adalah hasil deks saham sektor properti dan real estate
dari Uji Kolmogorov-Smirnov: disimbolkan dengan PROP, perubahan in-
Hasil uji normalitas data ditampilkan deks saham sektor infrastruktur, utilitas, dan
pada Tabel 1. Terdapat delapan variabel transportasi disimbolkan dengan INFA,
yaitu perubahan indeks saham sektor per- perubahan harga minyak bumi disimbolkan
tambangan disimbolkan dengan MING, per- dengan Lag_MINYAK, sesta perubahan har-
ubahan indeks saham sektor industri dasar ga emas disimbolkan dengan Lag_EMAS.
dan kimia disimbolkan dengan BIND, per- Jumlah data awal yang terkumpul se-
ubahan indeks saham sektor aneka industri banyak 60 data pada masing-masing varia-
disimbolkan dengan MISC, perubahan in- bel. Setelah dilakukan perhitungan untuk
deks saham sektor industri barang konsumsi mencari perubahan harga dan nilai indeks,

Tabel 1
Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Normalitas Data

No Nama Variabel N Kolmogorov-Smirnov Z p-value


1. MING 59 0,080 0,200
2. BIND 59 0,114 0,054
3. MISC 59 0,134 0,010
4. CONS 59 0,082 0,200
5. PROP 59 0,068 0,200
6. INFA 59 0,078 0,200
7. Lag_MINYAK 58 0,099 0,200
8. Lag_EMAS 58 0,074 0,200
9. ZMISC 59 0,122 0,010
Sumber : output IBM SPSS 22, data diolah (2017)

jumlah data menjadi 59 pada masing-masing tidak normal pada tingkat signifikansi 5%,
variabel. Kemudian pada variabel perubah- sehingga perlu dilakukan perbaikan dengan
an harga minyak bumi dan emas dunia cara konversi data dalam bentuk Zscore.
ditetapkan lag 1 bulan (t-1), sehingga jumlah Variabel indeks saham sektor aneka industri
data variabel perubahan harga minyak bumi ditransformasikan dalam bentuk Zscore
dan emas dunia menjadi 58 data. Setelah menjadi ZMISC. Setelah dikonversi kedalam
dilakukan Uji Kolmogorov-Smirnov pertama bentuk Z-score diasumsikan data telah ber-
kali, diketahui bahwa tujuh variabel yaitu distribusi normal baku. Langkah selanjutnya
MING, BIND, CONS, PROP, INFA, Lag_ adalah melakukan analisis regresi linear
MINYAK, dan Lag_EMAS memiliki nilai p- berganda.
value lebih besar dari 5%, sehingga dapat
menerima . Artinya, tujuh variabel ter- Analisis Regresi Linear Berganda
sebut memiliki distribusi data yang normal Analisis regresi linear berganda ber-
dan memenuhi syarat penggunaan statistika tujuan untuk menganalisis hubungan linear
parametrik, namun, ditemukan ada satu antara perubahan harga minyak bumi dan
variabel lain yang memiliki nilai p-value harga emas dunia terhadap perubahan enam
lebih kecil dari tingkat signifikansi 5%. sektor saham pada indeks harga saham
Variabel tersebut adalah indeks saham sektoral, sehingga menghasilkan enam mo-
sektor aneka industri (MISC) dengan p-value del regresi linear berganda. Berikut ini
sebesar 0,010. Hal ini berarti bahwa adalah enam model hasil analisis regresi
ditolak atau distribusi data variabel tersebut linear berganda menggunakan IBM SPSS 22:
Harga Minyak Bumi Dan Emas Dunia ... – Fadah, Kristianto, Puspitasari 483

Coefficientsa

Unstandardized Standardized Collinearity


Coefficients Coefficients Statistics
Model B Std. Error Beta T Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) -,022 ,008 -2,606 ,012
lag_EMAS -,031 ,229 -,018 -,135 ,893 ,996 1,004
lag_MINY
-,065 ,106 -,083 -,614 ,542 ,996 1,004
AK
a. Dependent Variable: MING (Pertambangan)

Coefficientsa

Unstandardized Standardized Collinearity


Coefficients Coefficients Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) -,031 ,132 -,231 ,818
lag_MINYAK -3,145 1,679 -,245 -1,874 ,066 ,996 1,004
lag_EMAS 2,634 3,623 ,095 ,727 ,470 ,996 1,004
a. Dependent Variable: Zscore(MISC/ Industri Dasar dan Kimia)

Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics

Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF


1 (Constant) -,001 ,008 -,085 ,933
lag_MINYAK -,196 ,102 -,250 -1,925 ,059 ,996 1,004
lag_EMAS -,171 ,220 -,101 -,779 ,439 ,996 1,004
a. Dependent Variable: BIND (Aneka Industri)

Coefficientsa

Unstandardized Standardized Collinearity


Coefficients Coefficients Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) ,011 ,006 1,837 ,072
lag_MINYAK -,068 ,078 -,117 -,871 ,387 ,996 1,004
lag_EMAS ,016 ,169 ,013 ,094 ,925 ,996 1,004
a. Dependent Variable: CONS (Industri Barang Konsumsi)
484 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 4, Desember 2017 : 472 – 490

Coefficientsa
Unstandardized Standardized Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) ,013 ,010 1,250 ,217
lag_EMAS -,372 ,286 -,165 -1,302 ,198 ,996 1,004
lag_MINYAK -,305 ,132 -,292 -2,302 ,025 ,996 1,004
a. Dependent Variable: PROP (Properti dan Real Estate)

Coefficientsa
Unstandardized Standardized Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) ,001 ,006 ,174 ,862
lag_EMAS -,068 ,152 -,058 -,451 ,654 ,996 1,004
lag_MINYAK -,156 ,070 -,286 -2,215 ,031 ,996 1,004
a. Dependent Variable: INFA (Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi)

Dari output analisis regresi yang dilakukan = Lagged harga minyak bumi (West
pada enam industri di BEI diperoleh enam Texas Intermediate)
persamaan regresi berikut ini: = Lagged harga emas dunia (london gold
= −0,022 − 0,031 − 0,031 fixing P.M.)
+ = Tingkat kesalahan yang mungkin
= −0,031 − 3,145 + 2,634 terjadi (error)
+
= −0,001 − 0,196 − 0,171 Uji Asumsi Klasik
+ Analisis regresi linear berganda ter-
= 0,011 − 0,068 + 0,016 + masuk bagian dari metode statistik para-
= 0,013 − 0,305 − 0,372 + metrik yang memerlukan beberapa syarat,
salah satunya adalah model regresi harus
= 0,001 − 0,156 − 0,068 +
memenuhi uji asumsi klasik. Uji asumsi
keterangan: klasik perlu dilakukan agar memperoleh
= Indeks saham sektor pertambangan model regresi yang bersifat BLUE (Best
pada waktu t Linear Unbiased Estimator). Berikut ini adalah
= Indeks saham sektor industri dasar hasil dari uji asumsi klasik tabel 2.
dan kimia pada waktu t Tabel 2, menampilkan hasil Uji Asumsi
= Indeks saham sektor aneka industri Klasik (Multikolinearitas, Heteroskedastisi-
pada waktu t tas, Normalitas Residual, dan Autokorelasi).
= Indeks saham sektor industri barang Diketahui bahwa Semua variabel inde-
konsumsi pada waktu t penden dari enam model regresi linear
= Indeks saham sektor properti dan memiliki nilai VIF yang dibawah 10,
real estate pada waktu t sehingga dapat disimpulkan bahwa ber-
= Indeks saham sektor infrastruktur, dasarkan nilai VIF, semua variabel inde-
utilitas, dan transportasi pada penden pada model-model tersebut tidak
waktu t saling berkorelasi.
Harga Minyak Bumi Dan Emas Dunia ... – Fadah, Kristianto, Puspitasari 485

Tabel 2
Hasil Uji Asumsi Klasik

p-value p-value p-value


p-value
Model Dependen Independen Uji t VIF Uji Uji K-S
Uji Run
1 sisi Glejser Residual
Lag_MINYAK 0,2710 1,004 0,812
1 MING 0,200 0,185
Lag_EMAS 0,4465 1,004 0,092
Lag_MINYAK 0,0295 1,004 0,556
2 BIND 0,200 0,289
Lag_EMAS 0,2195 1,004 0,733
Lag_MINYAK 0,0330 1,004 0,007
3 ZMISC 0,007 0,185
Lag_EMAS 0,2350 1,004 0,781
Lag_MINYAK 0,1935 1,004 0,025
4 CONS 0,200 0,185
Lag_EMAS 0,4625 1,004 0,480
Lag_MINYAK 0,0125 1,004 0,191
5 PROP 0,200 0,427
Lag_EMAS 0,0990 1,004 0,285
Lag_MINYAK 0,0155 1,004 0,596
6 INFA 0,200 0,289
Lag_EMAS 0,3270 1,004 0,711
Sumber : output IBM SPSS 22, data diolah (2017)

Hal ini menunjukkan bahwa model yaitu Model 3, sehingga ditolak. Artinya
regresi layak untuk digunakan karena tidak Model 3 memiliki residual yang tidak
terdapat variabel yang mengalami multi- berdistribusi normal.
kolinearitas. Pada Tabel 2 terdapat nilai p-value Uji
Berdasarkan nilai p-value hasil Uji Run dari semua model regresi linear
Glejser, terdapat 2 variabel yang memiliki berganda. Nilai p-value dari semua model
nilai p-value di bawah 5%, yaitu variabel regresi linear berada di atas tingkat
Lag_MINYAK pada Model 3 dan variabel signifikansi 5%, sehingga diterima.
Lag_MINYAK pada Model 4, sehingga Artinya, berdasarkan nilai p-value hasil Uji
ditolak. Artinya, kedua variabel tersebut Run, dapat disimpulkan bahwa semua
mengalami heteroskedastisitas. Semua vari- model regresi linear telah terbebas dari
abel selain kedua variabel tersebut memiliki masalah autokorelasi.
nilai p-value hasil Uji Glejser di atas tingkat Uji t bertujuan untuk menunjukkan
signifikansi 5%, sehingga diterima. Arti- pengaruh perubahan harga minyak bumi
nya, semua variabel selain variabel Lag_ dan emas dunia terhadap indeks harga
MINYAK pada Model 3 dan variabel Lag_ saham sektoral secara parsial. Berdasarkan
MINYAK pada Model 4 memiliki varians persamaan regresi dan Tabel 2, diketahui
yang bersifat homoskedastis atau terbebas bahwa: Harga minyak bumi tidak berpe-
dari masalah heteroskedastisitas. ngaruh signifikan (p-value = 0,271 > 0,05;
Model regresi linear yang digunakan ditolak) terhadap perubahan indeks saham
yaitu Model 1, Model 2, Model 4, Model sektor pertambangan. Hasil ini tidak sesuai
5,dan Model 6, memiliki p-value lebih besar dengan penelitian Silim (2013), yang me-
dari tingkat signifikansi (5%), sehingga nemukan bahwa meningkatnya harga mi-
diterima, yang artinya model regresi yang nyak dunia secara umum akan mendorong
digunakan telah memiliki distribusi data kenaikan harga saham sektor pertambangan.
yang normal, dan model regresi layak Indeks sektor pertambangan melemah di-
dipakai karena telah memenuhi asumsi karenakan jumlah ekspor batu bara di
normalitas, namun, terdapat satu model Indonesia turun selama periode penelitian.
yang memiliki nilai p-value kurang dari 5% Sektor pertambangan didominasi oleh sub
486 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 4, Desember 2017 : 472 – 490

sektor batu bara. Kementerian Perdagangan tri. Harga minyak bumi tidak berpengaruh
Indonesia menunjukkan ekspor batubara signifikan (p-value = 0,1935 > 0,05; di-
turun 19% menjadi 137 juta ton pada tahun tolak) terhadap perubahan indeks saham
2012 (www.bisnis.com). Impor batu bara sektor industri barang konsumsi. Pemilu dan
dari Indonesia turun 12,45% year on year piala dunia tahun 2014 memberikan senti
menjadi 3,13 juta ton selama 2014 (migas- men positif untuk sektor konsumsi. Per-
review.com). Penurunan ini berdampak tumbuhan kelas menengah menjadi peng-
terhadap indeks saham sektor pertamba- gerak sektor ini. Pernyataan tersebut di-
ngan. Harga minyak bumi berpengaruh dukung riset PT Buana Capital, konsumsi
negatif signifikan (p-value = 0,0295 < 0,05; masyarakat menunjang ekonomi Indonesia
diterima) terhadap perubahan indeks dalam jangka menengah hingga panjang.
saham sektor industri dasar dan kimia. Pertumbuhan penduduk menjaga daya beli
Perusahaan industri membutuhkan BBM dari tekanan inflasi. Berdasarkan riset PT
untuk produksi. Selama periode penelitian, Henan Putihrai, ketika pemilu dilaksanakan
harga minyak bumi WTI menurun drastis, pada 2009, Jakarta consumer index mengalami
dari 110$ per barel pada Maret 2011 menjadi pertumbuhan hingga 98% (bisnis.liputan6.
31$ per barel pada akhir 2015 (fred. com). Hasil penelitian ini juga sejalan dengan
stlouisfed.org). Penurunan harga minyak penelitian Asmara et al. (2011), bahwa sektor
bumi dapat menurunkan biaya produksi industri pengolahan relatif rentan terhadap
perusahaan, sehingga keuntungan yang di- shock harga minyak dunia, tetapi terdapat
peroleh akan meningkat. Hasil ini men- dua industri yang cenderung mampu men-
dukung penelitian Asmara et al. (2011), capai peningkatan kinerja output yaitu
industri yang memiliki penggunaan BBM industri makanan olahan dan industri
relatif lebih besar dibanding industri lain pupuk.
adalah industri besi baja, industri semen dan Harga minyak bumi berpengaruh
industri logam. Ketiga industri tersebut negatif signifikan (p-value = 0,0125 < 0,05;
merupakan sub sektor yang mendominasi diterima) terhadap perubahan indeks saham
sektor industri dasar dan kimia. sektor properti dan real estate. Properti dan
Harga minyak bumi berpengaruh ne- real estate berkaitan erat dengan penggunaan
gatif (p-value = 0,0330 < 0,05; diterima) mesin dan alat berat yang membutuhkan
terhadap perubahan indeks saham sektor BBM. Bahkan beberapa jenis olahan minyak
aneka industri. Sektor ini didominasi dua bumi seperti aspal digunakan sebagai bahan
sub sektor yaitu otomotif dan komponen, baku. Penurunan harga minyak mengurangi
serta tekstil dan garmen. Tahun 2012 muncul biaya perusahaan. Hasil penelitian ini sesuai
isu kebijakan pemerintah mengenai low dengan pernyataan Tony Prasetiantono,
carbon emission program (LCEP), yang di selaku Kepala Pusat Studi Ekonomi dan
sahkan tahun 2013. PP tentang LCEP di- Kebijakan Publik Universitas Gajah Mada
rencanakan sebagai payung hukum untuk Yogyakarta dan juga ekonom PT Bank
mendorong produksi dan penggunaan mo- Permata Tbk. Menurut Tony, harga minyak
bil ramah lingkungan baik yang tergolong dunia yang anjlok menjadi 68 dollar AS per
low cost green car (LCGC), mobil bertenaga barrel berdampak positif terhadap sektor
hybrid, dan mobil listrik. Kebijakan tersebut properti Indonesia. Kompas.com, (9/12/
memengaruhi volume pejualan mobil di- 2014).
Indonesia. Hasil penelitian ini juga sejalan Harga minyak bumi berpengaruh ne-
dengan Asmara et al. (2011), yang menye- gatif signifikan (p-value = 0,0155 < 0,05;
butkan bahwa peningkatan volatilitas harga diterima) terhadap perubahan indeks saham
minyak dunia memperparah penurunan sektor infrastruktur, utilitas, dan transpor-
industri tekstil dan industri alas kaki, se- tasi. Hasil ini berlawanan dengan penelitian
hingga menekan output sektor aneka indus- McSweeney dan Whorthington (2008) yang
Harga Minyak Bumi Dan Emas Dunia ... – Fadah, Kristianto, Puspitasari 487

menyatakan bahwa kenaikan harga minyak terhadap return indeks sektor aneka industri.
bumi mendorong kenaikan harga saham Berdasarkan data BPS, perekonomian Indo-
sektor energi. Hal ini dikarenakan sub sektor nesia meningkat 4-7%/tahun selama 2010-
energi tidak mendominasi sektor ini. Sub 2015, begitu juga dengan UMR. Peningkatan
sektor yang dominan pada sektor ini adalah perekonomian dan UMR mengindikasikan
transportasi. Mayoritas transportasi di Indo- bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat
nesia masih menggunakan BBM. Selama meningkat. Masyarakat lebih memilih meng-
periode penelitian, harga minyak bumi tu- gunakan peningkatan pendapatannya untuk
run sampai titik $37 per barel pada Desem- membeli produk tekstil dan garmen. Ter-
ber 2015. Penurunan harga minyak bumi bukti tahun 2010 nilai impor tekstil Indo-
memangkas biaya perusahaan sub sektor nesia $6,19 miliar meningkat menjadi $8,43
transportasi. pada tahun 2011. Angka itu terus naik,
Harga emas dunia tidak berpengaruh meskipun tahun 2014 sedikit menurun pada
signifikan (p-value = 0,4465 > 0,05; di- titik $7,08 (www.kemenperin.go.id). Hal ini
tolak) terhadap perubahan indeks saham menyebabkan sub sektor tekstil dan garmen
sektor pertambangan. Sub sektor logam dan yang mendominasi sektor aneka industri
mineral lainnya yang terkait langsung de- mengalami peningkatan.
ngan perubahan harga emas belum mampu Harga emas dunia tidak berpengaruh
mewakili pergerakan indeks sektor per- signifikan (p-value = 0,4625 > 0,05; di-
tambangan. Harga emas dunia tidak menjadi tolak) terhadap perubahan indeks saham
acuan investor dalam berinvestasi pada sektor industri barang konsumsi. Selama
sektor pertambangan. Hasil penelitian ini periode penelitian, harga emas dunia relatif
sesuai dengan penelitian Rachman (2012), turun sejalan dengan sektor konsumsi di
harga emas dunia tidak berpengaruh dalam Indonesia. Menurut Enny Sri Hartati, Direk-
jangka pendek maupun panjang terhadap tur Eksekutif Institute for Development of
Indeks Saham Pertambangan. Economic and Finance, sepanjang 2015
Harga emas dunia tidak berpengaruh konsumsi rumah tangga di Indonesia hanya
positif signifikan (p-value = 0,2195 > 0,05; tumbuh 4,96%. Angka tersebut lebih rendah
ditolak) terhadap perubahan indeks saham dibanding beberapa tahun sebelumnya yang
sektor industri dasar dan kimia. Hasil ini mencapai 5,43% pada tahun 2013 dan 5,16%
sesuai dengan penelitian Lawrence (2013), pada tahun 2014 (kompas.com). Penurunan
Tjandrasa dan Sutjiati (2016) yang menemu- tingkat konsumsi rumah tangga bukan
kan bahwa harga emas dunia tidak ber- karena pengaruh penurunan harga emas
pengaruh signifikan terhadap indeks harga dunia, tetapi dikarenakan kenaikan harga
saham. Sektor industri dasar dan kimia pangan. Harga pangan yang mahal mem-
menurun sejak 2013-2015, dikarenakan in- buat masyarakat mengurangi tingkat kon-
dustri semen yang turun signifikan. Me- sumsi. Hasil ini sesuai dengan penelitian
nurut Widodo, Ketua Asosiasi Semen Indo- Rachman (2012) bahwa harga emas tidak
nesia (ASI), penurunan permintaan semen berpengaruh signifikan terhadap return
disebabkan semen impor dari Thailand dan indeks sektor industri barang konsumsi.
Vietnam. Permintaan semen turun drastis Harga emas dunia tidak berpengaruh
sejak 2013 (tempo.com). signifikan (p-value = 0,099 > 0,05; di-
Harga emas dunia tidak berpengaruh tolak) terhadap perubahan indeks saham
signifikan (p-value = 0,235 > 0,05; ditolak) sektor properti dan real estate. Hasil ini sesuai
terhadap perubahan indeks saham sektor dengan hasil penelitian Rachman (2012)
aneka industri. Hasil ini sesuai dengan bahwa harga emas dunia tidak berpengaruh
penelitian Rachman (2012) bahwa harga signifikan terhadap return indeks sektor
emas dunia tidak berpengaruh signifikan properti dan real estate. Selama periode
488 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 4, Desember 2017 : 472 – 490

penelitian, sektor properti menguat, dari bumi. Artinya, jika harga minyak bumi
203,10 pada Januari 2011 menjadi 490,93 mengalami penurunan, maka indeks saham
pada Desember 2015, sebaliknya harga emas keempat sektor tersebut justru cenderung
dunia menurun, samun, kenaikan sektor menguat, sedangkan dua sektor lainnya
properti dipengaruhi oleh peningkatan yaitu, sektor pertambangan dan sektor
infrastruktur. Indonesia memiliki tambahan industri barang konsumsi tidak terkena pe-
dana Rp 291 triliun dari pemotongan subsidi ngaruh signifikan dengan adanya perubah-
BBM (kompas.com). Tambahan dana ter- an harga minyak bumi. Harga minyak bumi
sebut dialokasikan untuk pembangunan tidak menjadi acuan bagi investor dalam
infrastruktur. Infrastruktur yang baik me- berinvestasi pada sektor-sektor tersebut.
mudahkan akses pembangunan properti, Semua sektor saham yang diteliti tidak
khususnya didaerah yang awalnya kurang terkena pengaruh signifikan oleh perubahan
strategis. harga emas dunia pada periode 2011-2015.
Harga emas dunia tidak berpengaruh Keenam sektor yang diteliti berkorelasi
signifikan (p-value = 0,327 > 0,05; di- negatif dengan perubahan harga emas dunia
tolak) terhadap perubahan indeks saham sesuai dengan hipotesis, tetapi tidak ber-
sektor infrastruktur, utilitas, dan transpor- pengaruh signifikan.
tasi. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Berdasarkan hasil pembahasan dan
Rachman (2012) bahwa harga emas dunia simpulan, berikut ini ada beberapa saran
tidak berpengaruh signifikan terhadap yang dapat diajukan bagi investor maupun
return indeks sektor insfrastruktur, utilitas, pihak akademisi: Investor yang akan me-
dan transportasi. Sektor ini mengalami nanamkan modal pada saham di sektor
kenaikan dari 819,21 pada Januari 2011, properti dan real estate, sektor infrastruktur,
menjadi 1007,59 pada Desember 2015. Ke- utilitas, dan transportasi, sektor aneka
naikan indeks saham sektor insfrastruktur, industri serta sektor industri dasar dan kimia
utilitas, dan transportasi dipengaruhi oleh lebih baik mempertimbangkan perubahan
tambahan dana pemerintah untuk mem- harga minyak bumi karena faktor tersebut
bangun infrastruktur jalan, jembatan, wa- berpengaruh signifikan terhadap pergera-
duk, jaringan kereta listrik, transportasi kan indeks harga saham.
publik dan juga bandara. Tambahan dana Penelitian selanjutnya disarankan untuk
untuk infrastruktur menjadi daya tarik memperpanjang periode penelitian sehingga
investor, sehingga mampu meningkatkan diperoleh gambaran yang lebih baik tentang
indeks saham sektor insfrastruktur, utilitas, kondisi pasar modal. Memperpanjang perio-
dan transportasi de penelitian juga dapat menghilangkan
masalah normalitas data dan heteroskedas-
SIMPULAN DAN SARAN tisitas. Peneliti selanjutnya juga disarankan
Penelitian ini bertujuan untuk meng- untuk mengkaitkan hasil penelitian dengan
analisis perubahan harga minyak bumi dan faktor-faktor makro yang terjadi serta meng-
emas dunia secara parsial terhadap indeks gunakan alat analisis yang sesuai dengan
saham sektoral. Berdasarkan hasil analisis distribusi data penelitian agar hasil yang
data dan pembahasan, dapat disimpulkan diperoleh dapat lebih dipertanggungjawab-
bahwa sektor saham yang terkena pengaruh kan. Penelitian ini menggunakan data bulan-
signifikan dari perubahan harga minyak an, ada kemungkinan jika menggunakan
bumi pada periode 2011-2015 adalah sektor data mingguan atau data harian, maka akan
industri dasar dan kimia, sektor aneka menemukan hasil yang berbeda.
industri, sektor properti dan real estate, serta
sektor infrastruktur, utilitas, dan transpor- DAFTAR PUSTAKA
tasi. Keempat sektor tersebut berkorelasi Asmara, A., R. Oktaviani, Kuntjoro, dan M.
negatif dengan perubahan harga minyak Firdaus. 2011. Volatilitas Harga Minyak
Harga Minyak Bumi Dan Emas Dunia ... – Fadah, Kristianto, Puspitasari 489

Dunia dan Dampaknya terhadap Movements and Stock Returns in


Kinerja Sektor Industri Pengolahan dan Several Southeast Asia’s Capital Mar-
Makroekonomi Indonesia. Jurnal Agro kets. Internasional Journal of Applied
Ekonomi. 29(1): 49-69. Business and Economic Research. 13(2):
Baur, D. G. dan B. M. Lucey. 2010. Is Gold a 527-534.
Hedge or a Safe Haven? An Analysis of Hutapea, G., E. Margareth, dan L. Tarigan.
Stocks, Bonds, and Gold. The Financial 2014. Analisis Pengaruh Kurs US$/IDR,
Review. 45(2): 217-229. Harga Minyak, Harga Emas terhadap
Bodie, Z., A. Kane, dan A. J. Marcus. 2016. Return Saham (Studi Kasus pada BEI
Manajemen Portofolio dan Investasi. Ter- Periode 2007-2011). Jurnal Ilmiah Buletin
jemahan oleh Romi Bhakti Hartono dan Ekonomi 18(2): 23-33.
Zuliani Dalimunthe. Edisi Kesembilan. Kowanda, D., S. Binastuti, R. B. F. Pasaribu,
Salemba Empat. Jakarta. dan M. Ellim. 2015. Pengaruh Bursa
Contuk, F. Y., H. Burucu, dan B. Güngör. Saham Global, ASEAN, dan Harga
2013. Effect of Gold Price Volatility on Komoditas terhadap IHSG, dan Nilai
Stock Returns: Example of Turkey. Tukar EUR/USD. Jurnal Akuntansi dan
International Journal Of Economics And Manajemen. 25(2): 79-88.
Finance Studies. 5(1): 119-140. Malkiel, B. G. dan E. F. Fama. 1970. Efficient
Fadah, I. 2010. Ownership Structure, Divi- Capital Markets: A Review of Theory
dend Payment, Agency Cost And Cor- and Emprical. Work. The Journal of
porate Value (Suatu Pengujian Model Finance 25(2): 383-417.
Struktural). Jurnal Ekuitas 14(1): 39-56. Markowitz, H. M. 1952. Porfolio Selection.
Fithriyana, R., E. Nur DP dan V. Ratnawati. Journal of Finance. 7: 77-91.
2014. Analisis Pengaruh Kenaikan Har- McSweeney, E. J. dan A. C. Worthington.
ga Bahan Bakar Minyak (BBM) terhadap 2008. A Comparative Analysis of Oil As
Pergerakan Harga Saham (Seminggu A Risk Factor In Australian Industry
Sebelum dan Sesudah Kenaikan BBM) Stock Return 1980-2006. Journal Studies
Tahun 2013. Jurnal Ekonomi. 22(3): 168- in Economics and Finance. 25(2): 131-145.
182. Mikial, M. 2014. Pengaruh Inflasi, Suku
Gumanti, T. A. 2007. Manajemen Investasi: Bunga Bank Indonesia, Harga Minyak
Konsep, Teori, dan Aplikasi. Edisi Pertama. Dunia dan Cadangan Devisa terhadap
Penerbit Center for Society Studies. Indeks Harga Saham Gabungan. Jurnal
Jember. Kompetitif 3(2): 1-13.
Gumilang, R. C., R. R. Hidayat, dan M. G. Wi Partalidou, X., A. Kiohos, G. Giannarakis,
Endang NP. 2014. Pengaruh Variabel dan N. Sariannidis. 2016. The Impact of
Makro Ekonomi, Harga Emas dan Har- Gold, Bond, Currency, Metals and Oil
ga Minyak Dunia terhadap Indeks Har- Markets on the USA Stock Market.
ga Saham Gabungan (Studi pada Bursa International Journal of Energy Economics
Efek Indonesia Periode 2009-2013). and Policy. 6 (1): 76-81.
Jurnal Administrasi Bisnis 14(1): 1-9. Rachman, P. P. 2012. Analisis Pengaruh
Handiani, S. 2014. Pengaruh Harga Emas Variabel Makro terhadap Return Indeks
Dunia, Harga Minyak Dunia dan Nilai Sembilan Sektor pada Bursa Efek
Tukar Dolar Amerika/Rupiah Terhadap Indonesia. Tesis. Tidak dipublikasikan.
Indeks Harga Saham Gabungan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Indo-
Periode 2008-2013. E-Journal Graduate nesia. Jakarta.
Unpar 1(1): 85-93. Silim, L. 2013. Pengaruh Variabel Makro
Hersugondo, Robiyanto, S. Wahyudi, dan H. terhadap Indeks Harga Saham Gabung-
Muharam. 2015. The World Oil Price an pada Bursa Efek Indonesia Periode
490 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 4, Desember 2017 : 472 – 490

2002-2011. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Uni- Index. International Journal of Education


versitas Surabaya. 2(2): 1-18. and Research. 4(7): 215-222.
Sunariyah. 2011. Pengantar Pengetahuan Pasar Witjaksono, A. A. 2010. Analisis Pengaruh
Modal. Edisi Keenam. UPP STIM YKPN. Tingkat Suku Bunga SBI, Harga Minyak
Yogyakarta. Dunia, Harga Emas Dunia, Kurs Rupiah,
Tjandrasa, B. B. dan R. Sutjiati. 2016. Effect of Indeks Nikkei 225, dan Indeks Dow
World Gold Price, Crude Oil Price and Jones Terhadap IHSG. Karisma. 5(2): 63-
Interest Rate to Jakarta Composite 72.
EKUITAS ISSN 1411-0393
Akreditasi No.49/DIKTI/Kep/2003

ANALISIS PENGARUH BEBERAPA VARIABEL FUNDAMENTAL


KEUANGAN PERUSAHAAN TERHADAP HARGA SAHAM
PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI YANG TERCATAT
DI BURSA EFEK JAKARTA

Ir. Rajio Suwahyono, MM.

PT. BOC Gases Indonesia

Ir. Hening Widi Oetomo, MM, PhD.

STIESIA Surabaya

ABSTRACT

The users of financial information need financial statements of company to analyze their
financial conditions and performances. Financial ratios are useful measure for
predicting the stock price. The study focused on the usefull of financial ratios in
predicting stock price.

The aim of the study is to examine whether financial statements of company that are
price earning ratio, price to book value, current ratio, debt to equity ratio, debt ratio,
operating profit margin, net profit margin, total assets turnover, and return on asset
simultaneously can influence the stock price and which ratios, partially can influence the
stock price. The sample of this study is the telecommunication companies that listed in
Jakarta Stock Exchange. Using purposive sampling, there are two companies that
become sample that are PT Telekomunikasi Indonesia Tbk and PT Indosat Tbk. The study
period is 10 years (1994 up to 2004). The data were analysed by multiple linier
regression.

The study show that financial statements of company that are price earning ratio, price
on book value, current ratio, debt ratio, operating profit margin, net profit margin, and
total assets turnover simultaneously can influence the stock price. Partially price on
book value, current ratio dan total asset turnover influence the stock price.

Key word: stock price, financial ratios, simultaneously, partially.

Analisis Pengaruh Beberapa Variabel (Rajio Suwahyono & Hening Widi Oetomo) 307
LATAR BELAKANG

Harga saham yang berlaku di bursa efek bukan merupakan suatu harga yang tetap. Hal ini
disebabkan karena adanya faktor-faktor yang dapat mempengaruhi harga saham tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham dapat dibedakan menjadi dua yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam
perusahaan dan dapat dikendalikan oleh manajemen perusahaan. Sedangkan faktor
eksternal merupakan faktor-faktor yang datangnya dari luar perusahaan dan tidak dapat
dikendalikan oleh pihak manajemen perusahaan.

Untuk pengambilan keputusan ekonomi, para pelaku bisnis dan pemerintah


membutuhkan informasi tentang kondisi dan kinerja keuangan perusahaan. Informasi ini
mempunyai peran yang sangat besar dalam keputusan investasi. Informasi yang terdapat
dalam Laporan Keuangan meliputi Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan aliran kas dapat
dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan ekonomi, karena informasi ini
menunjukkan prestasi perusahaan pada periode tersebut. Namun demikian, informasi
keuangan ini bukan informasi yang sifatnya absolut dalam pengambilan keputusan bagi
investor. Untuk kondisi pasar modal di Indonesia, pertimbangan membeli dan menjual
saham pada prakteknya masih banyak didasarkan pada informasi non akuntansi seperti,
dengan melihat daftar pengikat saham. Informasi tersebut berguna sebagai pengurang
ketidakpastian dalam pengambilan keputusan (Arwanta, et al, 2004).

Foster (1986) seperti dikutip oleh Meythi (2003) mengemukakan bahwa informasi yang
ada dalam suatu laporan keuangan dibutuhkan oleh banyak pihak, di antaranya pemegang
saham, investor dan analis sekuritas, manajer, pemberi pinjaman dan pemasok, karyawan
dan bahkan pemerintah. Ada dua alasan mengapa pihak-pihak ini membutuhkan
informasi yang terdapat dalam laporan keuangan yaitu: pertama informasi yang ada
dalam laporan keuangan memiliki potensi untuk mengurangi ketidakpastian, kedua
informasi laporan keuangan merupakan sumber informasi yang dapat berkompetisi
dengan sumber informasi lainnya.

Dengan asumsi bahwa investor adalah rasional maka aspek fundamental menjadi dasar
penilaian yang utama bagi seorang fundamentalis, argumentasi dasarnya adalah bahwa
nilai saham mewakili nilai perusahaan, tidak hanya nilai intrinsik suatu saat, tapi juga,
dan bahkan lebih penting adalah harapan akan kemampuan perusahaan dalam
meningkatkan nilai kekayaan (wealth) di kemudian hari (Syahib, 2000).

Analisa fundamental menitikberatkan pada data-data kunci dalam laporan keuangan


perusahaan untuk memperhitungkan apakah harga saham sudah di apresiasi secara
akurat. Pasar saham adalah pasar ekspektasi dimana semua pemegang saham
mengharapkan perusahaannya selalu menghasilkan laba yang pada akhirnya laba ini akan
dibagikan kepada pemegang saham yang kita kenal dengan istilah dividen. Walaupun

308 Ekuitas Vol.10 No.3 September 2006: 307 - 334


tidak semua pemegang saham mengharapkan pembagian dividen ini karena
pada dasarnya keuntungan yang diperoleh dari permainan saham ini bukan hanya
dividen, tetapi ada juga yang disebut dengan capital gain yaitu keuntungan yang
diperoleh dari fluktuasi harga saham yang biasanya diharapkan oleh investor yang
memiliki time horizon yang pendek. Menghitung kondisi perusahaan biasanya dilakukan
dengan menggunakan rasio-rasio keuangan.

Celal (1996) seperti dikutip oleh Asyik (2000) dalam penelitiannya yang menyelidiki
time-series properties dan proses penyesuaian dari kelompok rasio keuangan dalam
upaya menemukan model peramalan yang tepat mendapatkan bahwa ketepatan prediksi
meningkat jika sampel digolongkan pada tiap industri.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi


menimbang antara lain (1) bahwa penyelenggaraan telekomunikasi mempunyai arti
strategis dalam upaya memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, memperlancar
kegiatan pemerintahan, mendukung terciptanya tujuan pemerataan pembangunan dan
hasil-hasilnya, serta meningkatkan hubungan antar bangsa, (2) bahwa pengaruh
globalisasi dan perkembangan teknologi telekomunikasi yang sangat pesat telah
mengakibatkan perubahan yang mendasar dalam penyelenggaraan dan cara pandang
terhadap kelekomunikasi. Selain itu beberapa saham perusahaan telekomunikasi
merupakan saham unggulan (blue chip). Martono (2002:368) menyatakan bahwa saham
unggulan adalah saham yang diterbitkan besar, dan telah memperlihatkan kemampuan
dalam memperoleh keuntungan dan pembayaran dividen. Melihat peranannya yang
begitu strategis ini, maka industri telekomunikasi dijadikan obyek penelitian ini.

Dari berbagai variabel fundamental keuangan perusahaan (mikro) yang ada, variabel-
variabel yang akan diteliti, yang diduga akan berpengaruh terhadap harga saham adalah
price earning ratio, price on book value, current ratio, debt to equity ratio, debt ratio,
operating profit margin, net profit margin, total assets turnover, dan return on asset.

RUMUSAN MASALAH

Mengetahui variabel fundamental perusahaan mempunyai peranan sangat penting dalam


pengambilan keputusan berinvestasi di pasar modal. Untuk mengetahui perubahan harga
saham diperlukan model-model melalui variabel-variabel yang mampu menjelaskan
perubahan harga saham.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat dirumuskan permasalahan sebagai


berikut:
1. Apakah variabel-variabel fundamental keuangan perusahaan price earning ratio,
price to book value, current ratio, debt to equity ratio, debt ratio, operating profit

Analisis Pengaruh Beberapa Variabel (Rajio Suwahyono & Hening Widi Oetomo) 309
margin, net profit margin, total assets turnover, dan return on asset secara bersama-
sama berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham?

2. Apakah variabel-variabel fundamental keuangan perusahaan price earning ratio,


price to book value, current ratio, debt to equity ratio, debt ratio, operating profit
margin, net profit margin, total assets turnover, dan return on asset secara individu
berpengaruh terhadap harga saham?

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah variabel-variabel fundamental keuangan perusahaan price


earning ratio, price to book value, current ratio, debt to equity ratio, debt ratio,
operating profit margin, net profit margin, total assets turnover, dan return on asset
secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham?

2. Untuk mengetahui apakah variabel-variabel fundamental keuangan perusahaan


perusahaan price earning ratio, price to book value, current ratio, debt to equity ratio,
debt ratio, operating profit margin, net profit margin, total assets turnover, dan return
on asset secara individu berpengaruh terhadap harga saham?

RUANG LINGKUP PENELITIAN

Untuk dapat memberikan pemahaman yang sesuai dengan tujuan penelitian yang
ditetapkan maka perlu diberikan batasan terhadap ruang lingkup penelitian yaitu bahwa
penelitian dilakukan di PT Bursa Efek Jakarta dengan kegiatan menganalisa variabel-
variabel fundamental keuangan perusahaan price earning ratio, price to book value,
current ratio, debt to equity ratio, debt ratio, operating profit margin, net profit margin,
total assets turnover, dan return on asset terhadap harga saham perusahaan
telekomunikasi yang tercatat di PT Bursa Efek Jakarta. Data jangka waktu penelitian
adalah selama 10 tahun mulai tahun 1994 sampai 2004.

PENELITIAN TERDAHULU

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel


fundamental perusahaan terhadap harga saham, antara lain,

310 Ekuitas Vol.10 No.3 September 2006: 307 - 334


Natarsyah (2000), dalam penelitiannya berjudul “Analisis Pengaruh Beberapa Faktor
Fundamental Dan Risiko Sistematik Terhadap Harga Saham”, dengan menggunakan uji F
menunjukkan bahwa faktor-faktor seperti return on asset, return on equity, dividend
payout ratio, debt to equity ratio, book value equity per share, dan risiko sistematik
secara simultan mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan
kelompok industri barang konsumsi yang go public di pasar modal, dan uji t
menunjukkan bahwa faktor-faktor return on asset dan debt to equity ratio secara individu
berpengaruh terhadap harga saham.

Jakub (2000), dalam Tesisnya berjudul “Analisa Faktor-faktor yang Mempengaruhi


Harga Saham Industri Manufaktur Yang Listed di Bursa Efek Surabaya”, dengan
menggunakan uji F menunjukkan bahwa secara simultan faktor-faktor price earning
ratio, book value of common stock, financial leverage, tingkat suku bunga dan earning
per share berpengaruh terhadap harga saham adalah signifikan. Sedang dengan
menggunakan uji t menyimpulkan bahwa hanya financial leverage dan earning per share
yang memberi pengaruh yang signifikan terhadap perubahan harga saham.

Soejoto (2002), dalam penelitiannya berjudul ”Analisis Harga Saham Perusahaan


Manufaktur Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya di Pasar Modal Indonesia”.
Dengan teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif dan expantion path
menyimpulkan antara lain: (a) faktor yang mempengaruhi secara langsung adalah capital
gain, volume perdagangan saham, earning per share, price earning ratio, dividend yield,
dan kurs valas. Faktor yang mempengaruhi secara tidak langsung adalah suku bunga SBI.
(b) faktor yang berpengaruh dominan terhadap kumulasi netto harga saham adalah
capital gain, diikuti earning per share dan kurs valuta asing sebagai dasar pertimbangan.

Santoso (2005), dalam penelitiannya berjudul “Pengaruh Faktor-faktor Fundamental


Mikro Terhadap Harga Saham ”, Studi Kasus Pada Industri Makanan dan Minuman Yang
Terdaftar Pada Bursa Efek di Indonesia. Dengan menggunakan uji F menunjukkan bahwa
perubahan saham industri makanan dan minuman yang tercatat di Bursa Efek di
Indonesia dipengaruhi secara simultan oleh pertumbuhan aktiva, pertumbuhan tingkat
pengembalian aktiva, rasio hutang, rasio lancar, laba bersih per saham, rasio harga-laba
bersih per saham dan hasil (pendapatan) saham. Sementara itu, perubahan harga saham
industri makanan dan minuman yang tercatat di Bursa Efek di Indonesia dipengaruhi
secara parsial oleh laba bersih per saham.

Kharisma, et.al (2003), dalam penelitiannya berjudul” Analisis Pengaruh Variabel


Fundamental Dan Tehnikal Terhadap Harga Saham”, Studi di Bursa Efek Surabaya
terhadap industri makanan dan minuman. Dengan menggunakan uji F menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama pada earning per share,
return on equity, tingkat bunga deposito, dan harga saham masa lalu terhadap harga
saham perusahaan consumer goods yang go publik di BEJ. Secara parsial terdapat

Analisis Pengaruh Beberapa Variabel (Rajio Suwahyono & Hening Widi Oetomo) 311
pengaruh yang signifikan pada variabel earning per share, tingkat bunga deposito, dan
harga saham masa lalu, sedangkan variabel return on equity tidak mempunyai pengaruh
signifikan.

Meythi (2003), dalam penelitiannya berjudul” Rasio Keuangan Yang Paling Baik Untuk
Memprediksi Pertumbuhan Laba: Suatu Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur
Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”. Dengan menggunakan uji Confirmatory Factor
Analysis (CFA) menunjukkan bahwa untuk semua rasio keuangan yaitu current ratio
(CR), quick ratio (QR), debt ratio (DR), equity to total asset (ETA), equity to total
liabilities (ETL), equity to fixed asset (EFA), profit margin (PM), return on asset ( ROA ),
return on equity (ROE), inventory turnover (ITO), average collection period (AC ), fixed
asset turnover (FAT), total asset turnover (TAT), profit margin growth (PG) hanya return
on asset (ROA) yang paling baik dalam memprediksi pertumbuhan laba perusahaan
manufaktur sektor basic and chemical untuk periode 2000-2003.

KERANGKA KONSEPTUAL

Indriantoro, et.al (1999) menyatakan bahwa variabel independen adalah tipe variabel
yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel yang lain. Variabel dependen adalah tipe
variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen. Tujuan penelitian,
seperti halnya tujuan teori, adalah menjelaskan dan memprediksi fenomena. Penjelasan
atau prediksi fenomena secara sistematis digambarkan dengan variabilitas variabel-
variabel dependen yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel-variabel independen.
Bentuk hubungan antara variabel-variabel independen dengan variabel-variabel dependen
dapat berupa hubungan korelasional dan hubungan sebab akibat. Sesuai dengan
fenomena yang dijelaskan, bentuk hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen dapat bersifat positif atau negatif. Variabel independen dinamakan pula dengan
variabel yang diduga sebagai sebab (presumed cause variable) dari variabel dependen,
yaitu variabel yang diduga sebagai akibat (presumed effect variable).

Untuk melakukan analisa dalam memilih saham terdapat dua pendekatan dasar, yaitu
analisa fundamental (intrinsik) dan analisa teknikal. Sunariyah (2004) menyatakan bahwa
nilai intrinsik merupakan suatu fungsi dari variabel-variabel perusahaan yang
dikombinasikan untuk menghasilkan suatu return yang diharapkan dan suatu risiko yang
melekat pada saham tersebut. Hasil estimasi intrinsik kemudian dibandingkan dengan
harga yang sekarang (current market price). Harga saham pasar suatu saham merupakan
refleksi dari rata-rata nilai intrinsiknya.

Husnan (1996) menyatakan bahwa model berdasarkan atas faktor-faktor fundamental


mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan (i)
mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham yang

312 Ekuitas Vol.10 No.3 September 2006: 307 - 334


akan datang, dan (ii) menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh
taksiran harga saham. Model ini sering disebut sebagai share price forecasting model.
Dalam membuat model peramalan harga saham seperti pada gambar 1, langkah yang
penting adalah mengindentifikasikan faktor-faktor fundamental (seperti penjualan,
pertumbuhan penjualan, biaya, kebijakan dividen, dan sebagainya) yang diperkirakan
akan mempengaruhi harga saham.

FAKTOR-FAKTOR HARGA
FUNDAMENTAL SAHAM

Gambar 1
Hubungan antara faktor-faktor fundamental dengan harga saham (Husnan, 1996).

HIPOTESIS

Dalam penelitian ini hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:


1. Variabel-variabel keuangan perusahaan price earning ratio, price on book value,
current ratio, debt to equity ratio, debt ratio, operating profit margin, net profit
margin, total assets turnover, dan return on asset secara bersama-sama mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan telekomunikasi yang
tercatat di Bursa Efek Jakarta.

2. Variabel-variabel keuangan perusahaan price earning ratio, price on book value,


current ratio, debt to equity ratio, debt ratio, operating profit margin, net profit
margin, total assets turnover, dan return on asset secara individu mempunyai
pengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan telekomunikasi yang tercatat di
Bursa Efek Jakarta.

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kuantitatif. Sedangkan pendekatan yang
digunakan dalam menyusun penelitian ini adalah penelitian observasi, dimana peneliti
menjelaskan hubungan, menguji hipotesis-hipotesis, membuat prediksi serta
mendapatkan makna dan implikasi dari suatu masalah yang ingin dipecahkan (Nazir,
2003).

Analisis Pengaruh Beberapa Variabel (Rajio Suwahyono & Hening Widi Oetomo) 313
Metode penelitian yang dipakai adalah metode komparatif yaitu metode yang bertujuan
untuk mencari jawaban yang mendasar tentang sebab akibat, dengan menganalisa faktor-
faktor penyebab terjadinya suatu fenomena tertentu (Nazir, 2003). Metoda komparatif
bersifat ex post facto, artinya data dikumpulkan setelah semua kejadian yang
dikumpulkan telah selesai berlangsung, sehingga peneliti dapat melihat akibat dari suatu
fenomena dan menguji hubungan sebab akibat dari data-data yang tersedia. Hal ini sesuai
dengan tujuan penelitian yang berusaha mendapatkan gambaran mengenai fluktuasi harga
saham karena pengaruh kinerja keuangan perusahaan.

Teknik Penyampelan

Populasi dalam penelitian ini adalah saham-saham perusahaan yang bergerak di bidang
industri telekomunikasi yang tercatat di Bursa Efek Jakarta, dengan periode penelitian
selama 10 tahun yaitu dari tahun 1994 sampai tahun 2004. Perusahaan telekomunikasi
yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta ada 5 perusahaan yaitu PT. Telekomunikasi
Indonesia Tbk, PT. Indosat Tbk, PT. Bakrie Telecom Tbk, PT. Excelcomindo Pratama
Tbk, PT. Infoasia Teknologi Global Tbk. Perusahaan telekomunikasi, dalam daftar
perusahaan di Bursa Efek Jakarta, termasuk dalam golongan perusahaan infrastruktur,
utilitas dan transportasi.

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling, dengan kriteria


sebagai berikut:
1. Perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta mulai tahun 1994
sampai dengan tahun 2004.
2. Perusahaan-perusahaan tersebut telah terus menerus melaporkan laporan
keuangannya selama tahun 1994 sampai dengan tahun 2004.

Dengan kriteria tersebut perusahaan yang menjadi sampel adalah PT. Telekomunikasi
Indonesia Tbk dan PT. Indosat Tbk.

Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya

1. Variabel Dependen.
Variabel dependen merupakan harga saham Closing Price, selama 10 tahun (1994 –
2004) dari perusahaan telekomunikasi yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. Variabel
ini diberi notasi Y.
2. Variabel Independen.
Variabel independen merupakan rasio-rasio keuangan setiap tahun, selama 10 (1994
– 2004) dari perusahaan telekomunikasi yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. Ratio-
ratio dan cara menghitungnya adalah sebagai berikut:

314 Ekuitas Vol.10 No.3 September 2006: 307 - 334


a. Price Earning Ratio (PER )

Price Earning Ratio adalah rasio harga yang dihitung dengan membagi harga saham
saat ini dengan Earning Per Share ( EPS ), EPS sendiri merupakan rasio yang
menunjukkan berapa besar keuntungan yang diperoleh investor atau pemegang saham
per saham. Semakin tinggi nilai EPS tentu saja menggembirakan pemegang saham
karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham.

Net Profit
EPS =
Jumlah saham
Harga Saham
PER =
EPS

Price Earning Ratio ( PER ) menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan


perusahaan dalam menghasilkan laba. PER dihitung dalam satuan kali. Bagi para
investor semakin kecil PER suatu saham semakin bagus karena saham tersebut
termasuk murah.

b. Price to Book Value

Price to book value (PBV) menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai
buku saham suatu perusahaan. Makin tinggi rasio ini berarti pasar percaya akan
prospek perusahaan tersebut.

Harga Saham
PBV =
Book Value

Book Value (Nilai Buku) adalah rasio harga yang dihitung dengan membagi total aset
bersih (Aset - Hutang) dengan total saham yang beredar.

Total Ekuitas (Aset - Hutang)


Book Value =
Jumlah Saham yang beredar

Book Value digunakan untuk melihat harga suatu securitas apakah overpriced atau
underpriced..

c. Current Ratio

Current Ratio adalah rasio likuiditas yang dihitung dengan membagi asset saat ini
dengan hutang saat ini.

Analisis Pengaruh Beberapa Variabel (Rajio Suwahyono & Hening Widi Oetomo) 315
Aset Saat Ini
Current Ratio =
Hutang Saat Ini

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi tanggung jawab hutang
saat ini. Semakin tinggi rasionya, semakin tinggi likuiditas perusahaan tersebut. Rasio
ini dihitung dalam satuan kali. Sebagai contoh, rasio 3.0 mempunyai arti bahwa aset
saat ini jika dilikuidasi, akan cukup membayar 3 kali dari hutang saat ini.

d. Debt to Equity Ratio

Debt to equity ratio adalah rasio financial leverage yang dihitung dengan membagi
total hutang dengan total equity.

Total Hutang
Debt to Equity Ratio
Total Equity

Rasio ini menunjukkan proporsi atas penggunaan hutang untuk membiayai


investasinya. Rasio ini dihitung dalam satuan kali.

e. Debt Ratio

Debt ratio adalah rasio financial leverage yang dihitung dengan membagi total hutang
dengan total aktiva.

Total Hutang
Debt Ratio =
Total Aktiva

Rasio ini menunjukkan proporsi atas penggunaan hutang untuk membiayai


investasinya. Rasio ini dihitung dalam satuan kali.

f. Operating Profit Margin

Operating profit margin adalah rasio profitability yang dihitung dengan membagi laba
usaha dengan penjualan.

Laba Usaha
Operating Profit Margin =
Penjualan

316 Ekuitas Vol.10 No.3 September 2006: 307 - 334


Ratio ini memberi gambaran mengenai efisiensi perusahaan pada kegiatan utama
perusahaan. Rasio ini dihitung dalam prosentase.

g. Net Profit Margin

Net profit margin adalah rasio profitability yang dihitung dengan membagi
keuntungan bersih dengan total penjualan.

Keuntungan bersih
Net Profit Margin =
Total Sales

Rasio ini menunjukkan keuntungan bersih dengan total penjualan yang dapat di
peroleh dari setiap rupiah penjualan. Rasio ini dihitung dalam prosentase. Sebagai
ilustrasi, apabila profit margin sebuah perusahaan adalah 30% jumlah keuntungan
yang dapat diperoleh dari setiap Rp. 100,- adalah Rp. 30,-.

h. Total Assets Turnover

Total asset turnover adalah rasio yang dihitung dengan membagi penjualan dengan
aktiva rata-rata.

Penjualan
Total Asset Turnover =
Aktiva rata-rata

Rasio perputaran total aktiva mengukur aktivitas aktiva dan kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan penjualan melalui penggunaan aktiva tersebut. Rasio ini juga
mengukur seberapa efisien aktiva tersebut telah dimanfaatkan untuk memperoleh
penghasilan. Rasio ini dihitung dalam prosentase.

i. Return On Asset

Return on asset adalah rasio profitability yang dihitung dengan membagi laba setelah
pajak dengan total aktiva.

Analisis Pengaruh Beberapa Variabel (Rajio Suwahyono & Hening Widi Oetomo) 317
Keuntungan bersih
Return on Asset =
Total aktiva

Return on asset menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva


yang dipergunakan. Rasio ini dihitung dalam prosentase. Return on asset sebesar
5,31% berarti bahwa dengan menggunakan Rp.1.000,- aktiva akan menghasilkan laba
bersih setelah pajak sebesar Rp.53,10.

Tehnik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian


Pengumpulan data dilakukan melalui studi kepustakaan, dengan mengambil data-data
dari pusat data keuangan antara lain Bursa Efek Jakarta, dan Indonesian Capital Market
Directory.

Tehnik Analisa Data


Penelitian ini menggunakan model analisis Regresi Linear Berganda. Regresi Linear
Berganda merupakan alat analisis secara statistik untuk melakukan pengujian terhadap
hipotesis yang telah diajukan. Dengan model ini bisa diketahui seberapa besar pengaruh
variabel-variabel fundamental perusahaan terhadap harga saham industri telekomunikasi
yang tercatat di Bursa Efek Jakarta, baik pengaruh secara bersama-sama maupun secara
partial

ANALISIS

1. Pengujian Normalitas Data

Pada prinsipnya normalitas data dapat didetiksi dengan melihat penyebaran data (titik)
pada sumbu diagonal atau dengan melihat histogram dari residualnya. Dasar
pengambilan keputusan adalah jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan
mengikuti arah garis diagonalnya atau grafik histogramnya menunjukkan pola
distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

Hasil pengolahan dari program SPSS menunjukkan bahwa data menyebar disekitar
garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonalnya dan grafik histogramnya
menunjukkan pola distribusi normal maka data yang digunakan dalam penelitian ini
berdistribusi normal (lihat Gambar 2 dan Gambar 3).

318 Ekuitas Vol.10 No.3 September 2006: 307 - 334


Histogram
Dependent Variable: Harga Saham (Y)
8

4
Frequency

2
Std. Dev = .79
Mean = 0.00

0 N = 20.00
-1.50 -1.00 -.50 0.00 .50 1.00 1.50

Regression Standardized Residual

Sumber: Hasil analisa SPSS.

Gambar 2
Grafik histogram Uji Normalitas Data.

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual


Dependent Variable: Harga Saham (Y)
1.00

Expected Cum Prob

.75

.50

.25

0.00
0.00 .25 .50 .75 1.00

Observed Cum Prob

Sumber: Hasil analisa SPSS.

Gambar 3
Normal Plot Uji Normalitas

Analisis Pengaruh Beberapa Variabel (Rajio Suwahyono & Hening Widi Oetomo) 319
2. Uji Multikolinearitas

Salah satu cara untuk melakukan pengujian uji multikolinearitas adalah dengan
menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Jika antar variabel
independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas 0.90), maka hal ini
merupakan indikasi adanya multikolinearitas (Ghozali, 2005). Hasil pengujian
menunjukkan bahwa uji multikolinearitas ini terlanggar yaitu dengan adanya 4
variabel independen yang saling berkorelasi yaitu antara variabel net profit margin
dengan variabel return on asset yaitu dengan tingkat korelasi 91,9% dan antara
variabel debt ratio dengan variabel debt to equity ratio dengan tingkat korelasi
95,9%. Untuk menghindari terjadinya analisa yang bias karena terlanggarnya
multikolinieritas data, maka variabel yang melanggar dikeluarkan.

Dalam hal memilih variabel mana yang dikeluarkan, dilakukan dengan cara 4 kali
regresi yaitu (1) regresi tanpa variabel net profit margin, (2) regresi tanpa variabel
return on asset, (3) regresi tanpa variabel debt ratio, dan (4) regresi tanpa variabel
debt to equity ratio.Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa korelasi diantara
variabel-variabel independen tidak ada yang nilai korelasi lebih dari 90% maka dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinear lagi.

3. Uji Heteroskedastisitas

Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah melihat
grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan
residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan
melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED
dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y
prediksi Y sesungguhnya) yang telah distudentized.

Dasar analisis: (1) jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola
tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas, (2) jika tidak ada pola yang jelas,
serta titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas. Hasil pengujian menunjukkan bahwa titik-titik menyebar di atas
dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka dapat disimpulkan tidak terjadi
heteroskedastisitas.

4. Uji Autokorelasi

Untuk menguji apakah diantara variabel independen terdapat autokorelasi perlu


dilakukan uji autokorelasi yaitu dengan menggunakan uji Durbin-Watson (DW-test)

320 Ekuitas Vol.10 No.3 September 2006: 307 - 334


yang ditunjukkan pada tabel 1. Hipotesis yang diajukan adalah Ho: tidak ada
autokorelasi dan Ha: ada autokorelasi

Tabel 1
Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi.

Hipotesis nol Keputusan Jika


Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl
Tidak ada autokorelasi positif No decision dl < d < du
Tidak ada korelasi negatif Tolak 4 - dl < d < 4
Tidak ada korelasi negatif No decision 4 - du < d < 4 - dl
Tidak ada autokorelasi Tidak ditolak du < d < 4 - du
positif atau negatif

Nilai DW sebesar 2.010, nilai ini dibandingkan dengan nilai tabel dengan
menggunakan nilai signifikansi 5%, jumlah sampel 20 ( n=20 ) dan jumlah variabel
independen 7 ( k=7 ), maka diperoleh nilai dalam tabel Durbin Watson adalah dl =
0.595 dan du = 2.339.
Hasil pengujian menunjukkan nilai DW = 2.010 tidak lebih kecil dari batas bawah (dl)
= 0.595 dan juga tidak lebih kecil dari batas atas du = 2.783, maka dapat disimpulkan
bahwa no decision yang menyatakan bahwa tidak ada autokorelasi positif.
Dari hasil pengujian-pengujian tersebut menyebabkan beberapa variabel yang semula
dimasukkan ke dalam model, namun karena terjadinya multikolinearitas maka
variabel tersebut yaitu variabel debt to equity ratio dan variabel return on asset
dikeluarkan dari model, sehingga yang akhirnya menjadi variabel penelitian adalah
price earning ratio, price to book value, current ratio, debt ratio, operating profit
margin, net profit margin, dan total asset turnover.

Persamaan regresi yang dapat dibuat dari hasil pengolahan data SPSS adalah sebagai
berikut:
Y = 8821.212 + 293.308X1 – 3300.52X2 – 1535.71X3 – 14299.9X4
+ 979.274X5 + 10197.92X6 + 24321.99X7
Dimana:
Y = harga saham.
X1 = price earning ratio.
X2 = price to book value.
X3 = current ratio.
X4 = debt ratio.
X5 = operating profit margin.
X6 = net profit margin.
X7 = total assets turnover.

Analisis Pengaruh Beberapa Variabel (Rajio Suwahyono & Hening Widi Oetomo) 321
Persamaan regresi tersebut dapat diartikan sebagai berikut:

a. Konstanta 8821.212 menunjukkan bahwa jika tidak ada pengaruh variabel-variabel


price earning ratio, price to book value, current ratio, debt ratio, operating profit
margin, net profit margin, dan total assets turnover maka harga saham industri
telekomunikasi yang tercatat di PT. Bursa Efek Jakarta adalah sebesar Rp. 8821.212,-.

b. Koefisien regresi X1 sebesar + 293.308 menunjukkan bahwa setiap penambahan satu


satuan price earning ratio, akan menaikkan harga saham sebesar Rp. 293.308,-.
Begitu juga sebaliknya setiap penurunan satu satuan price earning ratio akan
menurunkan harga saham sebesar Rp. 293.308,-Tanda koefisien yang positif
menandakan arah hubungan yang searah, artinya jika price earning ratio naik, maka
harga saham juga naik dan sebaliknya jika price earning ratio turun, maka harga
saham juga turun.

c. Koefisien regresi X2 sebesar -3300.52 menunjukkan bahwa setiap penambahan satu


satuan price to book value, akan menurunkan harga saham industri telekomunikasi
sebesar Rp. 3300.52,-. Begitu juga sebaliknya setiap penurunan satu satuan price to
book value akan menaikkan harga saham sebesar Rp. 3300.52,-. Tanda koefisien yang
negatif menandakan arah hubungan yang tidak searah, artinya jika price to book value
naik, maka harga saham akan turun dan sebaliknya jika price to book value turun,
maka harga akan naik.

d. Koefisien regresi X3 sebesar –1535.71 menunjukkan bahwa setiap penambahan satu


satuan current ratio, akan menurunkan harga saham industri telekomunikasi sebesar
Rp. 1535.71,-. Begitu juga sebaliknya setiap penurunan satu satuan current ratio akan
menaikkan harga saham sebesar Rp. 1535.71,-. Tanda koefisien yang negatif
menandakan arah hubungan yang tidak searah, artinya jika current ratio naik, maka
harga saham akan turun dan sebaliknya jika current ratio turun, maka harga saham
akan naik.

e. Koefisien regresi X4 sebesar – 14299.9 menunjukkan bahwa setiap penambahan satu


satuan debt ratio, akan menurunkan harga saham sebesar Rp. 14299.9,-. Begitu juga
sebaliknya setiap penurunan satu satuan debt ratio akan menaikkan harga saham
sebesar Rp. 14299.9,-. Tanda koefisien yang negatif menandakan arah hubungan yang
tidak searah, artinya jika debt ratio naik, maka harga saham akan turun dan sebaliknya
jika debt ratio turun, maka harga saham akan naik

f. Koefisien regresi X5 sebesar +979.274 menunjukkan bahwa setiap penambahan satu


satuan operating profit margin, akan menaikkan harga saham sebesar Rp. 979.274,-.
Begitu juga sebaliknya setiap penurunan satu satuan operating profit margin akan
menurunkan harga saham sebesar Rp. 979.274,-. Tanda koefisien yang positif

322 Ekuitas Vol.10 No.3 September 2006: 307 - 334


menandakan arah hubungan yang searah, artinya jika operating profit margin naik,
maka harga saham juga naik dan sebaliknya jika operating profit margin turun, maka
harga saham juga turun.

g. Koefisien regresi X6 sebesar +10197.92 menunjukkan bahwa setiap penambahan satu


satuan net profit margin, akan menaikkan harga saham industri telekomunikasi
sebesar Rp. 10197.92,-. Begitu juga sebaliknya setiap penurunan satu satuan net profit
margin akan menurunkan harga saham sebesar Rp. 10197.92,-. Tanda koefisien yang
positif menandakan arah hubungan yang searah, artinya jika net profit margin naik,
maka harga saham juga naik dan sebaliknya jika net profit margin turun, maka harga
saham juga turun.

h. Koefisien regresi X7 sebesar +24321.99 menunjukkan bahwa setiap penambahan satu


satuan total assets turnover akan menaikkan harga saham industri telekomunikasi
sebesar Rp.24321.99,-. Begitu juga sebaliknya setiap penurunan satu satuan total
assets turnover akan menurunkan harga saham sebesar Rp. 24321.99,-. Tanda
koefisien yang positif menandakan arah hubungan yang searah, artinya jika total
assets turnover naik, maka harga saham juga naik dan sebaliknya jika total assets
turnover turun, maka harga saham juga turun.

PENGUJIAN HIPOTESIS

Untuk menguji hipotesis yang diajukan, dilakukan melalui Uji F (Uji Simultan) dan Uji t
(Uji Parsial).

a. Uji F (Uji Simultan)


Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel price earning ratio,
price to book value, current ratio, leverage ratio, operating profit margin, net profit
margin, dan total assets turnover secara bersama-sama terhadap harga saham.

Langkah-langkah yang ditempuh:


1. Memformulasikan hipotesis nol, dengan formulasi: Ho:b1=b2=b3= b4=b5=b6=b7=0,
yang artinya bahwa variabel-variabel keuangan perusahaan price earning ratio, price
to book value, current ratio, debt ratio, operating profit margin, net profit margin,
dan total assets turnover secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh signifikan
terhadap harga saham perusahaan telekomunikasi yang tercatat di Bursa Efek Jakarta.

2. Memformulasikan hipotesis alternatif, dengan formulasi:


Ha:b1≠b2≠b3≠b4≠b5≠b6≠b7≠0, yang artinya bahwa variabel-variabel keuangan
perusahaan price earning ratio, price to book value, current ratio, debt ratio,
operating profit margin, net profit margin, dan total assets turnover secara bersama-

Analisis Pengaruh Beberapa Variabel (Rajio Suwahyono & Hening Widi Oetomo) 323
sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan industri
telekomunikasi yang tercatat di Bursa Efek Jakarta.

3. Membandingkan antara F Hitung dengan F Tabel. Bila F Hitung < F Tabel, “Ho
diterima”, atau “Ha ditolak”. Ini artinya bahwa variabel-variabel keuangan perusahaan
price earning ratio, price to book value, current ratio, debt to equity ratio, debt ratio,
operating profit margin, net profit margin, total assets turnover, dan return on asset
secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh terhadap harga saham industri
perusahaan telekomunikasi yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. Namun bila F Hitung
> F Tabel,”Ho ditolak”, atau “Ha diterima”, hal ini berarti bahwa variabel-variabel
keuangan perusahaan price earning ratio, price to book value, current ratio, debt to
equity ratio, debt ratio, operating profit margin, net profit margin, total assets
turnover, dan return on asset secara bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap
harga saham industri perusahaan telekomunikasi yang tercatat di Bursa Efek Jakarta.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa F hitung = 4.778 (Tabel 2. ANOVA ) lebih besar
dari F tabel ( 7; 12;0,05 ) = 3.57 berarti ,”Ho ditolak”, atau “Ha diterima”, hal ini berarti
bahwa variabel-variabel keuangan perusahaan price earning ratio, price to book value,
current ratio, debt to equity ratio, debt ratio, operating profit margin, net profit margin,
total assets turnover, dan return on asset secara bersama-sama mempunyai pengaruh
terhadap harga saham industri perusahaan telekomunikasi yang tercatat di Bursa Efek
Jakarta.

Tabel 2
ANOVA b

Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regres sion 2.02E+08 7 28834888.74 4.778 .009a
Residual 72415154 12 6034596.152
Total 2.74E+08 19
a. Predictors: (Constant), Total Asset Turnover (X7), Price Earning Ratio (X1),
Leverage Ratio (X4), Price on Book Value (X2), Operating Profit Margin (X5), Current
Ratio (X3), Net Profit Margin (X6)
b. Dependent Variable: Harga Saham (Y)

4. Menghitung koefisien Determinasi Berganda ( R2 ) untuk mengukur ketepatan model


analisis yang dibuat. Nilai koefisien determinasi berganda digunakan untuk mengukur
besarnya sumbangan variabel bebas yang diteliti terhadap varians factor tergantung.
Apabila R2 mendekati 1, dapat disimpulkan bahwa sumbangan variabel bebas
terhadap variabel tergantung semakin besar, artinya model yang digunakan semakin
kuat untuk menerangkan variasi variabel tergantungnya. Apabila R2 mendekati 0,

324 Ekuitas Vol.10 No.3 September 2006: 307 - 334


dapat disimpulkan bahwa sumbangan variabel bebas terhadap variabel tergantung
semakin kecil. Artinya, model yang digunakan semakin lemah untuk menerangkan
variasi variabel tergantungnya. Secara umum dapat dikatakan bahwa besarnya
koefisien determinasi berganda R2 berada di antara 0 dan 1, atau 0<= R2 <=1.
Hasil pengujian ( lihat Tabel 4.12 Summary Model Regresi ) menunjukkan bahwa
nilai koefisien determinasi R2 = 0,735. Ini menunjukkan besarnya pengaruh variabel-
variabel price earning ratio, price to book value, current ratio, leverage ratio,
operating profit margin, net profit margin, dan total assets turnover adalah 73,5%,
sedang sisanya sebesar 26,5% dipengaruhi oleh selain variabel-variabel tersebut.

b. Uji t ( Uji Parsial )


Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel price earning ratio,
price to book value, current ratio, leverage ratio, operating profit margin, net profit
margin, dan total assets turnover secara individu terhadap harga saham.

1. Memformulasikan hipotesis nol, dengan formula: Ho:b1=b2=b3= b4=b5=b6=b7=0,


yang artinya bahwa variabel-variabel keuangan perusahaan price earning ratio, price
to book value, current ratio, debt ratio, operating profit margin, net profit margin,
dan total assets turnover secara parsial tidak mempunyai pengaruh terhadap harga
saham perusahaan industri telekomunikasi yang tercatat di Bursa Efek Jakarta.

2. Memformulasikan hipotesis alternatif, dengan formula:


Ha:b1≠b2≠b3≠b4≠b5≠b6≠b7≠0, artinya adalah bahwa variabel-variabel keuangan
perusahaan earning ratio, price to book value, current ratio, debt ratio, operating
profit margin, net profit margin, dan total assets turnover secara individu mempunyai
pengaruh terhadap harga saham perusahaan industri telekomunikasi yang tercatat di
Bursa Efek Jakarta.

3. Pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan letak nilai t hitung masing-masing


koefisien regresi pada kurva normal yang digunakan dalam penentuan nilai kritis. Jika
letak t hitung suatu koefisien regresi daerah penerimaan Ho, maka keputusannya
adalah menerima Ho, artinya koefisien regresi tersebut tidak berbeda dengan nol. Atau
dengan kata lain, variabel tersebut tidak berpengaruh terhadap nilai variabel dependen.
Jika pada pengujian terhadap suatu koefisien regressi, t hitung terletak di daerah
penolakan Ho, maka keputusannya adalah menolak Ho dan menerima Ha, artinya
variabel independen tersebut berpengaruh terhadap nilai variabel dependen. Atau
dengan kata lain, variabel independen tersebut berpengaruh terhadap variabel
dependen.

Nilai kritis uji t ditentukan dengan melihat tabel t sesuai dengan tingkat signifikansi 5%
dan degree of freedom (d.f ) 19, sehingga nilai kritis uji t adalah 2,093.

Analisis Pengaruh Beberapa Variabel (Rajio Suwahyono & Hening Widi Oetomo) 325
Perbandingan nilai t hitung untuk masing-masing koefisien regresi dengan t tabel dapat
dilihat pada tabel 3. berikut.

Tabel 3
Kesimpulan perhitungan uji t.

Variabel t hitung t tabel Hasil

Price Earning Ratio (X1) 1.786 2.093 Ho diterima


Price to Book Value (X2) -3.557 2.093 Ho ditolak
Current Ratio ( X3) -3.131 2.093 Ho ditolak
Leverage Ratio (X4) -2.114 2.093 Ho diterima
Operating Profit Margin (X5) 0.054 2.093 Ho diterima
Net Profit Margin (X6) 0.887 2.093 Ho diterima
Total Asset Turnover (X7) 2.431 2.093 Ho ditolak

Hasil perbandingan menunjukkan bahwa variabel price to book value, current ratio dan
total assets turnover yang ditolak Ho, artinya variabel-variabel tersebut secara individual
berpengaruh terhadap harga saham.

PEMBAHASAN

1. Hasil Uji F (Uji Simultan)


a. Variabel-variabel price earning ratio, price to book value, current ratio, debt ratio,
operating profit margin, net profit margin, dan total assets turnover mempunyai
pengaruh yang besar terhadap harga saham industri perusahaan telekomunikassi. Hal
ini terlihat dari nilai koefisien determinasi R2 = 0,735. atau sebesar 73,5%. Angka ini
menunjukkan besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen,
sedang sisanya sebesar 26,5% dipengaruhi oleh selain variabel-variabel tersebut,
misalnya suku bunga SBI (Soejoto, 2002), aspek psikologis pasar (Natarsyah, 2000)
dan lain-lain.

b. Hasil pengujian menunjukkan bahwa F hitung = 4,778 (lihat Tabel 4.13. ANOVA)
lebih besar dari F tabel (7; 12;0,05) = 3,57 berarti ,”Ho ditolak”, atau “Ha diterima”, hal
ini berarti bahwa variabel-variabel keuangan perusahaan price earning ratio, price to
book value, current ratio, debt to equity ratio, debt ratio, operating profit margin, net
profit margin, total assets turnover, dan return on asset secara bersama-sama

326 Ekuitas Vol.10 No.3 September 2006: 307 - 334


mempunyai pengaruh terhadap harga saham industri perusahaan telekomunikasi yang
tercatat di Bursa Efek Jakarta.

2. Hasil Uji t (Uji Parsial)


Hasil pengujian dan perhitungan uji t menunjukkan bahwa variabel price to book value,
current ratio, dan total asset turnover yang ditolak Ho, artinya variabel-variabel tersebut
secara individu berpengaruh terhadap harga saham. Variabel price to book value dan
current ratio berpengaruh secara tidak searah, sedang variabel total asset turnover
berpengaruh secara searah.

a. Price to book value


Price to book value menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham
suatu perusahaan. Makin tinggi rasio ini berarti pasar percaya akan prospek perusahaan
tersebut.

Helfert (1997: 94) mengemukakan bahwa rasio price on book value bukan merupakan
ukuran ekonomi atas kinerja, karena menghubungkan harga saham saat ini dengan nilai
akuntansi historis. Walaupun dalam suatu perusahaan tertentu hubungan antara nilai yang
ditetapkan dalam neraca dan nilai pasar mungkin menguntungkan, namun rasio ini tidak
sepenuhnya membantu analis membuat ekspektasi yang dapat diperbandingkan dengan
perusahaan lain. Jadi, ukuran ini hanya merupakan suatu langkah awal dalam penilaian
kinerja dan tinjauan jangka panjang.

Prastowo (2005) mengemukakan harga saham umumnya tidak memperkirakan nilai


buku, karena aktiva dicatat sebesar harga perolehan. Harga pokok historis mencerminkan
harga perolehan aktiva tersebut yang belum ditutup. Sebaliknya, di mata investor, harga
pasar mencerminkan potensi perusahaan di masa datang. Sebagai contoh, aktiva tanah
dibeli beberapa tahun yang lalu dan saat ini berharga lebih secara subtansil, maka harga
pasar dapat mengakui nilai tersebut. Rasio ini digunakan sangat terbatas oleh para analis,
karena perhitungannya didasarkan pada data historis. Apabila harga pasar di bawah nilai
bukunya, investor memandang bahwa perusahaan tidak cukup potensial. Bila seorang
investor pesimistik atas prospek suatu saham, banyak saham dijual pada harga di bawah
nilai bukunya. Sebaliknya, bila investor optimistik, banyak saham dijual dengan harga di
atas nilai bukunya.

Pasar modal pada dasarnya merupakan sistem yang tersusun atas elemen-elemen berupa
agen-agen ekonomi, dalam hal ini trader atau investor. Interaksi dan keputusan
perdagangan yang dibuat oleh pada investor merupakan faktor yang mempengaruhi
dinamika harga yang terjadi di pasar ( Khanafiah, 2005 ).

Analisis Pengaruh Beberapa Variabel (Rajio Suwahyono & Hening Widi Oetomo) 327
b. Current Ratio
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi tanggung jawab hutang
saat ini atau digunakan untuk menilai ketersediaan aktiva likuid untuk memenuhi
kewajiban jangka pendek perusahaan pada saat jatuh tempo Semakin tinggi rasionya,
semakin tinggi likuiditas perusahaan tersebut.

Sebagai contoh, jika rasio ini adalah 2 berbanding 1, artinya perusahaan dapat
memperoleh setengah dari nilai yang tertera pada neraca jika aktiva lancar dilikuidasi dan
tetap mampu memenuhi seluruh kewajiban lancarnya. Aktiva lancar merupakan item
yang diharapkan dapat diubah menjadi uang tunai dalam siklus operasi perusahaan yang
normal. Perusahaan mengalami kebangkrutan atau memperoleh kesulitan keuangan
karena perusahaan tidak dapat memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo, bukan
karena perusahaan tidak memperoleh keuntungan.

Terdapat anggapan bahwa semakin tinggi nilai rasio lancar, maka akan semakin baik
posisi pemberi pinjaman. Dari sudut pandang pemberi pinjaman suatu rasio yang tinggi
tampaknya memberikan perlindungan terhadap kemungkinan kerugian drastis bila terjadi
kegagalan perusahaan. Kelebihan aktiva lancar yang besar atas kewajiban lancar
tampaknya membantu melindungi klaim, karena persediaan dapat dicairkan dengan
pelelangan atau karena tidak terdapat banyak masalah dalam penagihan piutang usaha
(Helfert: 95).

Rasio lancar bisa dipengaruhi beberapa hal. Apabila perusahaan menjual surat-surat
berharga yang diklasifikasikan sebagai aktiva lancar dan menggunakan kas yang
diperolehnya untuk membiayai akuisisi perusahaan tersebut terhadap beberapa
perusahaan lain atau untuk aktivitas lain, rasio lancar bisa mengalami penurunan. Apabila
penjualan naik, sementara kebijakan piutang tetap, piutang akan naik dan memperbaiki
rasio lancar. Apabila supplier melonggarkan kebijakan kreditr mereka, misal dengan
memperpanjang jangka waktu hutang, hutang akan naik dan ini akan mengurangi rasio
lancar. Satu-satunya komponen dalam aktiva lancar yang dinyatakan dalam harga
perolehan (cost) adalah persediaan. Persediaan terjual dengan harga jual (bukan harga
perolehan/cost) yang biasanya lebih besar dibandingkan dengan harga perolehan. Dengan
demikian kas yang bisa diharapkan masuk akan lebih besar dibandingkan dengan angka
yang dipakai untuk menghitung rasio lancar.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yang bisa menyulitkan interpretasi rasio lancar,
salah satunya dalah bahwa rasio lancar yang tinggi barangkali justru mencerminkan
kondisi bisnis yang kurang menguntungkan, sementara penurunan rasio lancar barangkali
akan mencerminkan kondisi bisnis yang menguntungkan. Sebagai contoh, pada saat
kontraksi (menurunan aktivitas bisnis), perusahaan akan membayar hutang lancarnya,
dan ini akan mengakibatkan kenaikan rasio lancar. Sebaliknya, pada saat aktivitas bisnis
membaik, penjualan akan meningkat dan kredit dari supplier akan meningkat pula. Ini

328 Ekuitas Vol.10 No.3 September 2006: 307 - 334


akan mengakibatkan menurunnya rasio lancar, padahal kondisi bisnis sedang membaik.
(Mamduh, 213).

Analisis harus mempertimbangkan jenis industri yang terlibat dan karakteristik


khususnya. Demikian juga trend individual serta kondisi khusus perusahaan yang sedang
diteliti. Misalnya, bagi perusahaan tembakau atau minuman keras, persediaan mungkin
harus berusia sedikitnya empat tahun sebelum dapat diubah menjadi aktiva yang dapat
dijual. Perusahaan semacam ini umumnya memerlukan rasio lancar yang jauh lebih tinggi
dibandingkan rata-rata perusahaan lain agar dapat memiliki likuiditas cukup yang
dibutuhkan dalam memenuhi kewajiban lancar perusahaan yang akan jatuh tempo dalam
satu tahun.

c. Total Asset Turnover


Total asset turnover adalah rasio yang dihitung dengan membagi penjualan dengan aktiva
rata-rata. Rasio perputaran total aktiva mengukur aktivitas aktiva dan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan penjualan melalui penggunaan aktiva tersebut. Rasio ini
juga mengukur seberapa efisien aktiva tersebut telah dimanfaatkan untuk memperoleh
penghasilan.

Wajar sekiranya investor menghendaki manajemen perusahaan untuk meningkatkan rasio


perputaran total aktiva karena selama ini rata-rata rasionya relatif masih rendah yaitu
maksimal baru mencapai 60%. Semakin tinggi prosentase pencapaiannya semakin baik
tingkat pemanfaatan aktivanya.

PERBANDINGAN DENGAN PENELITIAN TERDAHULU

Dengan menggunakan data sekunder atas laporan keuangan perusahaan telekomunikasi


yang terdaftar di PT Bursa Efek Jakarta dan dengan menggunakan analisa regresi linier
berganda, penelitian ini menemukan bahwa variabel-variabel fundamental keuangan
perusahaan price earning ratio, price on book value, current ratio, debt to equity ratio,
debt ratio, operating profit margin, net profit margin, total assets turnover, dan return on
asset secara bersama-sama berpengaruh terhadap harga saham. Selanjutnya variabel-
variabel fundamental keuangan perusahaan price on book value, current ratio, dan total
assets turnover secara parsial berpengaruh terhadap harga saham.

Walaupun jenis penelitian relatif sama yaitu untuk mengetahui pengaruh variabel
independen baik variabel internal perusahaan maupun variabel external perusahaan
terhadap variabel dependen yaitu harga saham dan juga walaupun sama industri
manufakturnya, namun karena variabel yang dipilih berbeda, waktu yang berbeda, jenis
perusahaan yang berbeda maka hasilnyapun juga berbeda. Tabel 4 menunjukkan
perbedaan dan persamaan penelitian terdahulu dengan penulis.

Analisis Pengaruh Beberapa Variabel (Rajio Suwahyono & Hening Widi Oetomo) 329
Tabel 4
Persamaan dan Perbedaan dengan peneliti terdahulu

Peneliti
M. Jakub
Komponen (2000) Syahib Bambang Hadi Kharisma dan Penulis
Natarsyah
(2000) Santoso ( 2003 ) Maski ( 2003 ) Rajio ( 2006 )
Jenis
Perusahaan Manufaktur Manufaktur Manufaktur Manufaktur Jasa
Sumber
Data Sekunder Sekunder Sekunder Sekunder Sekunder
Price earning
Variabel ratio, Return on asset, Pertumbuhan Earning per Price earning
book value of return on equity, aktiva, share, ratio,
common
stock, divident payout rasio hutang, return on equity, price on book
financial
leverage, ratio, rasio lancar, tingkat bunga value,
tingkat suku
bunga, debt to equity laba bersih per deposito dan current ratio,
earning per
share. ratio, saham, harga saham debt ratio,
book value
equity rasio harga laba, masa lalu operating
per share, dan pendapatan profit margin,
net profit
risiko sistematik. saham. margin,
total asset
turnover.
Metode
Statistik Regresi linier Regresi dengan Regresi linear . Regresi dengan Regresi linier
berganda metode OLS berganda metode OLS berganda
a. Price a.Price
Hasil earning ratio, Return on asset, a.Pertumbuhan a. Earning per earning
book value of debt to equity aktiva, share, ratio,
common
stock, ratio, rasio hutang, return on equity, price on book
financial book value
leverage, equity rasio lancar, tingkat bunga value,
tingkat suku
bunga, per share, dan laba bersih, deposito dan current ratio,
earning per
share. risiko sistematik. per saham, harga saham debt ratio,
berpengaruh rasio harga laba, masa lalu operating

330 Ekuitas Vol.10 No.3 September 2006: 307 - 334


Metode
Statistik Regresi linier Regresi dengan Regresi linear Regresi dengan Regresi linier
berganda metode OLS berganda metode OLS berganda
secara pendapatan berpengaruh profit margin,
net profit
parsial saham secara margin,
berpengaruh bersama-sama total asset
secara turnover.
bersama-sama

b. financial b. price on
leverage b. Hanya laba b. Earning per book
dan earning value, current
per bersih share, ratio,
share per saham tingkat bunga berpengaruh
berpengaruh berpengaruh deposito dan secara parsial
secara
parsial secara harga saham tidak searah,
sedang total
parsial masa lalu asset
berpengaruh turnover
secara parsial. berpengaruh
dengan arah
searah

SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasar dari hasil penelitian ini , maka dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Secara bersama-sama variabel price earning ratio, price to book value, current ratio,
debt ratio, operating profit margin, net profit margin, dan total assets turnover
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham industri perusahaan
telekomunikasi.
2. Secara individu variabel price to book value, current ratio dan total asset turnover
berpengaruh terhadap harga saham. Pengaruh yang ditimbulkan oleh variabel total
assets turnover adalah searah.

Pengaruh yang ditimbulkan oleh variabel price on book value dan current ratio adalah
tidak searah. Tingginya nilai pengaruh variabel yang tidak dimasukkan dalam penelitian
yang mencapai 26,5 % menunjukkan bahwa perubahan harga saham tidak ditentukan

Analisis Pengaruh Beberapa Variabel (Rajio Suwahyono & Hening Widi Oetomo) 331
dan atau dipengaruhi sepenuhnya hanya oleh variavel-variabel fundamental perusahaan
saja, tetapi juga dipengaruhi oleh variabel-variabel diluar variabel-variabel fundamental.
Prastowo (2005) mengemukakan bahwa bila seorang investor pesimistik atas prospek
suatu saham, banyak saham dijual pada harga di bawah nilai bukunya. Sebaliknya, bila
investor optimistik, banyak saham dijual dengan harga di atas nilai bukunya.

Situngkir dan Surya (2004) dalam Khanafiah (2005) menyatakan bahwa investor dengan
strategi chartist secara umum memiliki kecenderungan untuk melihat tren pasar dalam
horizon acuan sejarah tertentu sebagai dasar pengambilan keputusannya. Investor chartist
diduga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan terjadi fluktuasi harga pada
beberapa saham yang memang terkenal likuid seperti halnya PT. Telkom.

Thian (2002) mengemukakan bahwa berita positif mengenai emiten dapat meningkatkan
harga sahamnya di bursa. Contohnya, berita yang ditanggapi oleh para investor mengenai
tercapainya MOU antara PT. Telkom dan PT. Indosat untuk mengakhiri kepemilikan
silang di sejumlah perusahaan pada tanggal 15 Februari 2001 meningkatkan saham PT.
Telkom dari Rp. 2.725,- menjadi Rp.3.100,- (13,8%) dan saham PT. Indosat dari Rp.
9.350,- menjadi Rp. 10.600,- (13,4%).

Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan, yaitu antara lain:


1. Populasi perusahaan yang dipilih dalam penelitian ini sedikit jumlahnya.

2. Tidak semua rasio keuangan dalam penelitian dapat dimasukkan dalam penelitian
karena keterbatasan data (data tidak lengkap) yaitu data dividend payout ratio,
dividend yield dan inventory turnover.

3.Tidak mempertimbangkan variabel-variabel yang mungkin akan mempengaruhi hasil


analisis penelitian, misalnya variabel-variabel indikator ekonomi seperti nilai tukar
mata uang, tingkat suku bunga, inflasi; faktor politik dan lain-lain.

Saran

Adapun saran-saran yang dapat diberikan berkaitan dengan hasil penelitian ini antara
lain:
1. Mengingat bahwa masing-masing industri memiliki kharakteristik sendiri-sendiri maka
perlu diadakan penelitian lebih lanjut kepada masing-masing industri yang tercatat di
Bursa Efek Jakarta maupun di Bursa Efek Surabaya.

2. Menambah jumlah variabel kinerja keuangan perusahaan yang berdasarkan teori dapat
berpengaruh terhadap perubahan harga saham.

332 Ekuitas Vol.10 No.3 September 2006: 307 - 334


DAFTAR PUSTAKA

Arwanta, Erwin dan Gantyowati, Evi (2004). Kemampuan Prediksi Rasio Keuangan
Terhadap Harga Saham: Suatu Studi Empiris Menurut Sudut Pandang
Kepentingan Investor. Kajian Bisnis. Vol.12, No. 1, 2004, 25-40.

Asyik, Nur Fadjrih dan Soelistyo (2000). Kemampuan Rasio Keuangan Dalam
Memprediksi Laba (Penerapan Rasio Keuangan sebagai Discriminato ). Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Indonesia, 2000, Vol.15, No.3, 313-331.

Ghozali, Imam (2005). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Edisi 3.
Penerbit: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Mamduh M dan Halim, Abdul (2005). Analisis Laporan Keuangan. Edisi Kedua. UPP
AMP YKPN.

Helfert, Erich A. (1997). Teknik Analisis Keuangan. Edisi Kedelapan. Penerbit


Erlangga.
Husnan, Suad (1996). Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi
Kedua, 1996. UPP AMP YKPN.

Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang (1999). Metodologi Penelitian Bisnis Untuk
Akuntansi & Manajemen. Edisi pertama. BPFE-Yogyakarta.

Jakub,M (2000). Tesis: Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Harga Industri


Manufaktur Yang Listed di Bursa Efek Surabaya. Universitas Jermber, Fakultas
Ekonomi. Program S-2 Magister Manajemen. Tidak dipublikasikan

Khanafiah, Deni; Situngkir, Hokky dan Surya, Yohanes (2005). Jejak Trading System
pada Profil Investor. WWW.bandungfe.net/wp2005/2005fpdf.

Kharisma, Erina dan Maski, Ghozali (2003). Analisis Pengaruh Fundamental dan
Teknikal Terhadap Harga Saham (Studi di Bursa Efek Surabay ). Lintasan
Ekonomi Volume XX, Nomor 2, Juli 2003.

Martono dan Harjito, Agus (2002). Manajemen Keuangan. Edisi Pertama, Cetakan
Kedua 2002. Penerbit: EKONISIA, Fakultas Ekonomi UII.

Meythi (2003). Rasio Keuangan Yang Paling Baik Untuk Memprediksi Pertumbuhan
Laba.. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol.XI No.2, September 2005: 254-271

Analisis Pengaruh Beberapa Variabel (Rajio Suwahyono & Hening Widi Oetomo) 333
Natarsyah, Syahib (2000). Analisis Pengaruh Beberapa Faktor Fundamental dan
Risiko Sistematik Terhadap Harga Saham. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia.
2000, Vol.15, No.3, 294-312.

Nazir, Moh (2003), Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Prastowo, Dwi dan Rifka Yuliaty (2005). Analisis laporan Keuangan Konsep dan
Aplikasi. Edisi Kedua. AMP YKPN. Yogyakarta.

Santoso, Bambang Hadi (2005). Pengaruh Faktor-faktor Fundamental Mikro


Terhadap Harga Saham”, Ekuitas, Jurnal Ekonomi dan Keuangan. Vol.9 No. 1 –
Maret 2005, 35-64

Soejoto, Ady (2002). Analisis Harga Saham Perusahaan Manaufaktur dan Faktor-
faktor Yang Mempengaruhinya di Pasar Modal Indonesia. EKUITAS, Jurnal
Ekonomi dan Keuangan. Vol.6 No. 3 September 2002, 250-267.

Sunariyah (2004). Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi keempat. UPP AMP
YKPN.

334 Ekuitas Vol.10 No.3 September 2006: 307 - 334

Anda mungkin juga menyukai