Anda di halaman 1dari 33

PROPOSAL

JUDUL : ANALISIS ROA,ROE,DER TERHADAP MANAJEMEN LABA

DAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN SEKTOR

PERTAMBANGAN DI BURSA EFEK INDONESIA 2012-2016

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Peningkatan laba oleh perusahaan dapat ditempuh dengan

berbagai cara. Salah satunya dengan berinvestasi pada pasar modal.

Kegiatan investasi merupakan suatu kegiatan menempatkan dana pada

satu atau lebih asset selama periode tertentu dengan harapan dapat

memperoleh pendapatan atau peningkatan atas nilai investasi awal

(modal) yang bertujuan untuk memaksimalkan hasil (return) yang

diharapkan dalam batas risiko yang dapat diterima untuk tiap investor

(Jogiyanto, 2010). Namun banyak hal yang harus dipertimbangkan

dalam memilih saham yang akan diinvestasikan. Tujuan utama dari

aktivitas di pasar modal adalah untuk memperoleh keuntungan (return).

Para investor menggunakan berbagai cara untuk memperoleh return

yang diharapkan, baik melalui analisis sendiri terhadap perilaku

perdagangan saham, maupun dengan memanfaatkan saran yang diberikan


oleh para analis pasar modal seperti broker, dealer, manajer investasi dan

lain-lain.

Kehadiran pasar modal di Indonesia ditandai dengan banyaknya

investor yang mulai menanamkan sahamnya dalam industri

pert ambangan. Semakin pesatnya perkembangan sektor pertambangan

ini diikuti dengan membuat emiten-emiten pertambangan membutuhkan

dana dari sumber eksternal. Dana dari sumber eksternal dapat diperoleh

melalui pasar modal (Husnan, 2011).

Obyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah industri

perkembangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sektor ini dipilih

menjadi obyek penelitian karena sektor ini telah mengalami

perkembangan setelah krisis moneter dan mulai menunjukkan

kontribusinya pada pertumbuhan perekonomian akhir-akhir ini.

Menurut Ang (1997) ada dua faktor yang mempengaruhi return

suatu investasi yaitu pertama, faktor internal perusahaan seperti kualitas

dan reputasi manajemennya, struktur permodalannya, struktur

hutang perusahaan, dan sebagainya, kedua adalah menyangkut faktor

eksternal, misalnya pengaruh kebijakan moneter dan fiskal,

perkembangan sektor industrinya, faktor ekonomi misalnya terjadinya

inflasi, dan sebagainya. Ang (1997) mengungkapkan bahwa rasio

keuangan dapat dikelompokkan menjadi lima macam yaitu: rasio

likuiditas yaitu rasio yang mengukur kemampuan likuiditas jangka

pendek perusahaan dengan melihat aktiva lancar relatif terhadap hutang


lancarnya. Kedua rasio solvabilitas, yaitu rasio yang mengukur kemampuan

perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban jangka panjang.

Ketiga, rasio profitabilitas yaitu rasio yang mengukur kemampuan

perusahaan memperoleh laba dalam hubungan dengan penjualan, total

aktiva maupun modal sendiri. Keempat, rasio aktivitas yaitu rasio

yang mengukur seberapa jauh efektivitas perusahaan dalam mengerjakan

sumber dananya. Dan yang kelima adalah rasio pasar yaitu rasio yang

mengukur harga pasar saham relatif terhadap nilai bukunya.

Analisis fundamental mikro pada dasarnya adalah melakukan

analisis historis atas kekuatan keuangan dari suatu perusahaan, dimana

proses ini sering juga disebut sebagai analisis perusahaan (company

analysis). Data historis mencerminkan keadaan keuangan yang telah lalu

yang digunakan sebagai dasar untuk memproyeksikan keadaan

keuangan perusahaan dimasa depan. Dalam company analysis para

investor (pemodal) akan mempelajari laporan keuangan perusahaan

dengan tujuan untuk menganalisis kinerja perusahaan dengan

mengetahui kekuatan dan kelemahan perusahaan, mengidentifikasi

kecenderungan dan mengevaluasi efisiensi operasional serta memahami

sifat dasar dan karakter operasional perusahaan (Ang ,1997).

Pola perilaku harga saham menentukan pola return yang diterima

dari saham tersebut. Harga saham tidak hanya dipengaruhi profit

perusahaan semata tetapi juga dipengaruhi faktor ekonomi, politik, dan

keuangan suatu negara. Variabel makro yang mempengaruhi misalnya


nilai tukar dan inflasi. Untuk berinvestasi dalam bentuk sekuritas saham,

seorang investor yang rasional akan menginvestasikan dananya dengan

memilih saham-saham yang efisien, yang dapat memberikan return

maksimal dengan tingkat risiko tertentu atau return tertentu dengan

risiko yang seminimal mungkin. Harga saham bisa naik bisa pula turun.

Hal ini yang perlu disadari oleh para pemodal. Analisis terhadap faktor-

faktor yang diperkirakan akan mempengaruhi harga saham, risiko yang

ditanggung pemodal, merupakan faktor yang akan mempengaruhi

perkembangan pasar modal.

Tingginya tingkat inflasi menunjukkan bahwa risiko untuk

melakukan investasi cukup besar sebab inflasi yang tinggi akan

mengurangi tingkat pengembalian (rate of return) dari investor. Pada

kondisi inflasi yang tinggi maka harga barang-barang atau bahan baku

memiliki kecenderungan untuk meningkat. Peningkatan harga barang-

barang dan bahan baku akan membuat biaya produksi menjadi tinggi

sehingga akan berpengaruh pada penurunan jumlah permintaan yang

berakibat pada penurunan penjualan sehingga akan mengurangi

pendapatan perusahaan. Selanjutnya akan berdampak buruk pada kinerja

perusahaan yang tercermin pula oleh turunnnya return saham (Nurdin,

2010).

Fluktuasi nilai tukar suatu mata uang juga dapat mempengaruhi

kegiatan dan nilai pasar atas pasar lokal, jika perusahaan pada taraf

persaingan internasional, hal ini berarti return saham perusahaan


dipengaruhi oleh perubahan nilai tukar mata uang karena berdampak

terhadap laporan perdagangan dan modal atas keseimbangan pembelian

dalam negeri. Suseno (2012) menyatakan bahwa nilai tukar rupiah yang

relatif rendah terhadap mata uang negara lain terutama US$ akan

mendorong peningkatan ekspor dan dapat mengurangi laju pertumbuhan

impor. Nilai tukar rupiah yang rendah juga akan mendorong

melemahnya daya beli masyarakat yang dapat memicu kurang

menariknya tingkat investasi dalam rupiah.

Faktor lain yang mempengaruhi return suatu investasi adalah

faktor internal perusahaan. Faktor internal yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Return On Asset (ROA), Return on equity (ROE)

dan Debt to Equity Ratio (DER). Rasio profitabilitas yang berfungsi dan

sering digunakan untuk memprediksi harga saham atau return saham

adalah return on asset (ROA) atau return on investment (ROI). Return

On Asset (ROA) atau ROI digunakan untuk mengukur efektifitas

perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva

yang dimilikinya. Jika Return On Asset (ROA) semakin meningkat, maka

kinerja perusahaan juga semakin membaik, karena tingkat kembalian

semakin meningkat (Hardiningsih et.al., 2002). Bahkan Ang (1997)

mengatakan bahwa Return On Asset (ROA) merupakan rasio yang

terpenting di antara rasio profitabilitas yang ada untuk memprediksi

return saham.

Rasio solvabilitas yang sering dikaitkan dengan return saham


yaitu Debt To Equity Ratio (DER). Debt To Equity Ratio (DER)

mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh

kewajibannya yang ditunjukkan oleh berapa bagian dari modal sendiri

yang digunakan untuk membayar hutang. Debt To Equity Ratio (DER)

juga memberikan jaminan tentang seberapa besar hutang-hutang

perusahaan dijamin modal sendiri. Debt To Equity Ratio (DER) akan

mempengaruhi kinerja perusahaan dan menyebabkan apresiasi dan

depresiasi harga saham.

Return on equity (ROE) yang merupakan tingkat

pengembalian atas ekuitas pemilik perusahaan. Rasio ini mengukur

pengembalian nilai buku kepada pemilik saham. Perhitungan ROE

didapat dengan membagi keuntungan bersih dengan nilai buku ekuitas.

Suatu angka ROE yang tinggi akan membawa keberhasilan bagi

perusahaan yang mengakibatkan tingginya harga saham dan membuat

perusahaan dengan mudah menarik dana baru, memungkinkan

perusahaan untuk berkembang, menciptakan kondisi pasar yang

sesuai, dan pada gilirannya akan memberikan laba yang lebih besar

(Ciaran Walsh, 1998 : 56).

Semakin besar Debt To Equity Ratio (DER) menandakan

struktur permodalan usaha lebih banyak memanfaatkan hutang-hutang

relatif terhadap ekuitas. Semakin besar Debt To Equity Ratio (DER)

mencerminkan risiko perusahaan yang relatif tinggi akibatnya para

investor cenderung menghindari saham-saham yang memiliki nilai Debt To


Equity Ratio (DER) yang tinggi. Sofiati (2000) dalam Suwandi (2003)

menyatakan bahwa penggunaan hutang oleh suatu perusahaan akan

membuat risiko yang ditanggung pemegang saham meningkat. Ketika

terdapat penambahan jumlah hutang secara absolut maka akan menurunkan

tingkat solvabilitas perusahaan, yang selanjutnya akan berdampak dengan

menurunnya nilai (return) saham perusahaan.

Dengan adanya beberapa penelitian terdahulu memperkuat

perlunya diajukan penelitian untuk menganalisis pengaruh Return On

Asset (ROA), Return on equity (ROE) dan Debt to Equity Ratio (DER)

terhadap harga saham.

1.2. Identifikasi Masalah

1. Atas dasar latar belakang masalah tersebut diatas, maka dapat

disimpulkan terjadinya suatu kesenjangan (gap) antara teori yang selama

ini dianggap benar dan pengaruh antara Return On Asset (ROA),

Return On Equity (ROE) dan Debt to Equity Ratio (DER) t e r h a d a p

h a r g a saham industri pertambangan.

2. Hasil penelitian terdahulu yang berbeda-beda menunjukkan adanya

research gap mengenai pengaruh inflasi, nilai tukar ROA, ROE, dan

DER terhadap har ga saham. Hal ini mengakibatkan pemahaman

mengenai pengaruh ROA, R O E dan D E R t e r hadap ha r g a saham

memerlukan justifikasi lebih mendalam. Permasalahan penelitian yang

akan diteliti adalah harga saham industri pertambangan mengalami


fluktuasi selama 2012 hingga 2016, sehingga perlu dilakukan penelitian

lebih lanjut. Oleh karena itu, investor perlu untuk memprediksi

kondisi makro ekonomi perusahaan (inflasi dan nilai tukar) dan

fundamental (ROA, ROE dan DER).

3. Semakin besar Debt To Equity Ratio (DER) mencerminkan risiko

perusahaan yang relatif tinggi akibatnya para investor cenderung

menghindari saham-saham yang memiliki nilai Debt To Equity Ratio

(DER) yang tinggi.

1.3. Batasan Masalah

Penelitian ini hanya membahas dan menganalisa mengenai Return On

Asset (ROA), Return On Equity (ROE) , Debt to Equity Ratio (DER),

manajemen laba dan harga saham industri pertambangan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia periode 2012 -2016.

1.4. Rumusan Masalah

Dari uraian diatas maka dapat dirumuskan sebagai berikut :

1 Apakah terdapat pengaruh dari Return On Asset (ROA) terhadap

manajemen laba industri pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia ?

2 Apakah terdapat pengaruh dari Return On E q u i t y (ROE) terhadap

manajemen laba industri pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia ?
3 Apakah terdapat pengaruh dari Debt to Equity Ratio (DER) terhadap

manajemen laba industri pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia ?

4 Apakah terdapat pengaruh dari Return On Asset (ROA), Return On

E q u i t y (ROE), Debt to Equity Ratio (DER) terhadap manajemen

laba industri pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ?

5 Apakah terdapat pengaruh dari Return On Asset (ROA) terhadap

harga saham industri pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia ?

6 Apakah terdapat pengaruh dari Return On E q u i t y (ROE) terhadap

harga saham industri pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia ?

7 Apakah terdapat pengaruh dari Debt to Equity Ratio (DER) terhadap

harga saham industri pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia ?

8 Apakah terdapat pengaruh dari Return On Asset (ROA), Return On

E q u i t y (ROE) d a n Debt to Equity Ratio (DER) secara simultan

terhadap harga saham industri pertambangan yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia ?

9 Apakah terdapat pengaruh dari manajemen laba terhadap harga saham

industri pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ?


1.5. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dan menganalisis terdapat pengaruh dari Return On

Asset (ROA) terhadap manajemen laba industri pertambangan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh dari Return On

E q u i t y (ROE) terhadap manajemen laba industri pertambangan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh dari Debt to Equity Ratio

(DER) terhadap manajemen laba industri pertambangan yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia

4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh dari Return On Asset

(ROA), Return On E q u i t y (ROE), Debt to Equity Ratio (DER)

terhadap manajemen laba industri pertambangan yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia ?

5. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh dari Return On Asset

(ROA) terhadap harga saham industri pertambangan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia

6. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh dari Return On E q u i t y

(ROE) terhadap harga saham industri pertambangan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia

7. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh dari Debt to Equity Ratio

(DER) terhadap harga saham industri pertambangan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia


8. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh dari Return On Asset

(ROA), Return On E q u i t y (ROE) d a n Debt to Equity Ratio (DER)

secara simultan terhadap harga saham industri pertambangan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia

9. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh dari manajemen laba

terhadap harga saham industri pertambangan yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia

1.6. Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu

dasar pertimbangan di dalam pengambilan keputusan dalam bidang

keuangan terutama dalam rangka memaksimumkan kinerja perusahaan

dan pemegang saham, sehingga saham perusahaannya dapat terus

bertahan dan mempunyai return yang besar.

2. Memberikan informasi dan referensi tambahan kepada pihak-pihak

yang berkepentingan, terutama sebagai input dalam perhitungan proyeksi

tingkat pengembalian saham pada masa yang akan datang.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Landasan Teori

2.1.1. Return On Asset (ROA)

Return On Asset (ROA) juga sering disebut Return on Investment

(ROI) merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur

efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan

memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Menurut Ang (1997) ROA

merupakan rasio antara pendapatan bersih sesudah pajak (Net Income

After Tax-NIAT) terhadap total asset.

Return On Asset (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas,

yaitu rasio yang menunjukkan seberapa efektifnya perusahaan beroperasi

sehingga menghasilkan keuntungan atau laba perusahaan (Clara E.S.,

2001). Return On Asset (ROA) juga merupakan salah satu rasio yang

mengukur tingkat profitabilitas suatu perusahaan. Return On Asset

(ROA) digunakan untuk mengetahui besarnya laba bersih yang dapat

diperoleh dari operasional perusahaan dengan menggunakan seluruh

kekayaannya. Tinggi rendahnya Return On Asset (ROA) tergantung pada

pengelolaan asset perusahaan oleh manajemen yang menggambarkan


efisiensi dari operasional perusahaan. Semakin tinggi Return On Asset

(ROA) semakin efisien operasional perusahaan dan sebaliknya,

rendahnya Return On Asset (ROA) dapat disebabkan oleh banyaknya

asset perusahaan yang menganggur, investasi dalam persediaan yang

terlalu banyak, kelebihan uang kertas, aktiva tetap beroperasi dibawah

normal dan lain-lain.

2.1.2. Return on equity (ROE)

Return on equity (ROE) merupakan tingkat pengembalian atas

ekuitas pemilik perusahaan. Ekuitas pemilik adalah jumlah aktiva

bersih perusahaan. Return on equity atau return on net worth mengukur

kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi

pemegang saham perusahaan (Agus Sartono, 2013)

ROE secara eksplisit memperhitungkan kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan return bagi pemegang saham biasa setelah

memperhitungkan bunga (biaya hutang) dan biaya saham preferen. Seperti

diketahui, pemegang saham mempunyai klaim sisa atas keuntungan yang

diperoleh perusahaan pertama akan dipakai untuk membayar bunga hutang

kemudian saham preferen baru kemudian ke pemegang saham biasa

(Helfert, 1996).

Return on equity merupakan rasio yang sangat penting bagi pemilik


perusahaan (the common stockholder), karena rasio ini menunjukkan

tingkat kembalian yang dihasilkan oleh manajemen dari modal yang

disediakan oleh pemilik perusahaan. Dengan kata lain, ROE menunjukkan

keuntungan yang akan dinikmati oleh pemilik saham. Adanya

pertumbuhan ROE menunjukkan prospek perusahaan yang semakin baik

karena berarti adanya potensi peningkatan keuntungan yang diperoleh

perusahaan. Hal ini ditangkap oleh investor sebagai sinyal positif dari

perusahaan sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor serta akan

mempermudah manajemen perusahaan untuk menarik modal dalam bentuk

saham. Apabila terdapat kenaikkan permintaan saham suatu perusahaan,

maka secara tidak langsung akan menaikkan harga saham tersebut di pasar

modal (Irawan, 2012).

2.1.3. Debt to Equity Ratio (DER)

Mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi

kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian dari modal sendiri

atau ekuitas yang digunakan untuk membayar hutang Debt to Equity Ratio

(DER) merupakan perbandingan antara total hutang yang dimiliki

perusahaan dengan total ekuitasnya.

Total debt merupakan total liabilities (baik hutang jangka pendek

maupun jangka panjang), sedangkan total shareholders equity merupakan

total modal sendiri yang dimiliki perusahaan. Rasio ini menunjukkan

komposisi atau struktur modal dari total pinjaman (hutang) terhadap total

modal yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi Debt to Equity Ratio


(DER) menunjukkan komposisi total hutang (jangka pendek maupun

jangka panjang) semakin besar dibanding dengan total modal sendiri,

sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar

(kreditur) (Ang, 1997).

Semakin besar hutang, semakin besar risiko yang ditanggung

perusahaan. Oleh sebab itu perusahaan yang tetap mengambil hutang

sangat tergantung pada biaya relatif. Biaya hutang lebih kecil daripada

dana ekuitas. Dengan menambahkan hutang ke dalam neracanya,

perusahaan secara umum dapat meningkatkan profitabilitas, yang

kemudian menaikkan harga sahamnya, sehingga meningkatkan

kesejahteraan para pemegang saham dan membangun potensi pertumbuhan

yang lebih besar. Sebaliknya Biaya hutang lebih besar daripada dana

ekuitas. Dengan menambahkan hutang ke dalam neracanya, justru akan

menurunkan profitabilitas perusahaan (Walsh, 2004).

Kemampuan suatu perusahaan untuk membayar semua hutang-

hutangnya menunjukkan solvabilitas suatu perusahaan. Suatu perusahaan

yang solvable berarti perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau

kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya (Riyanto,

2011). Sejalan dengan uraian diatas, Debt to Equity Ratio (DER)

menunjukkan struktur pemodalan suatu perusahaan yang merupakan

perbandingan antara total hutang dengan ekuitas yang digunakan sebagai

sumber pendanaan perusahaan. Debt to Equity Ratio (DER) adalah rasio

pengukur leverage perusahaan, menurut Gitman dan Joehnk (1996) rasio


leverage adalah: Financial ratios that measure the amount of debt being

used to support operations and ability of the firm to service its debt.

2.1.4. Manajemen Laba

Manajemen laba merupakan financial numbers game, dalam artian

bahwa financial numbers game merupakan permainan angka-angka dimana

penggunaan praktik-praktik akuntansi kreatif agar dapat mengubah

pandangan pengguna laporan keuangan atas kinerja suatu perusahaan.

Manajemen laba dilakukan oleh manajemen perusahaan dengan menaikan

atau menurunkan laba yang dilaporkan dari unit yang menjadi tanggung

jawabnya yang tidak mempunyai hubungan dengan kenaikan atau

penurunan profitabilitas dalam jangka panjang (Meta, 2012). Manajemen

laba merupakan suatu perilaku oportunistik manajer untuk

memaksimumkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi,

kontrak uang, dan political cost (Scott, 2000: 351 dalam Armando, 2011).

Manajemen laba adalah suatu bentuk penyimpangan dalam proses

penyusunan laporan keuangan, yaitu mempengaruhi tingkat laba yang

ditampilkan dalam laporan keuangan. Sugiri (1998) definisi manajemen

laba dibagi menjadi dua, yaitu: yang pertama definisi sempit yang mana

manajemen laba dalam hal ini hanya berkaitan dengan pemilihan metode

akuntansi. Manajemen laba dalam artian sempit ini didefinisikan sebagai

perilaku manajer untuk bermain dengan komponen diskresioner akrual

dalam penentuan besarnya laba; kedua definisi luas yang mana manajemen

laba merupakan suatu tindakan dari manajer perusahaan untuk


meningkatkan (mengurangi) laba yang dilaporkan saat ini atas unit dimana

manajer bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan atau

penurunan profitabilitas ekonomi jangka panjang dari unit tersebut.

Manajemen laba adalah suatu bentuk penyimpangan dalam proses

penyusunan laporan keuangan, yaitu mempengaruhi tingkat laba yang

ditampilkan dalam laporan keuangan. Manajemen laba adalah perilaku

oportunistik manajer untuk memaksimumkan utilitasnya dalam

menghadapi kontrak kompensasi, kontrak uang, dan political cost (Scott,

2000:351 dalam Armando, 2011). Scott (2009) mengemukakan motivasi

manajemen melakukan tindakan pengaturan laba adalah sebagai berikut:

1) Rencana Bonus (bonus scheme);

2) Motivasi Politik (political motivation);

3) Motivasi Perpajakan (taxation motivation);

4) Pergantian CEO;

5) Intial Publik Offering (IPO)

2.1.5. Harga Saham (HS)

Menurut pasal 1 Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995

mendefinisikan Bursa efek sebagai pihak yang menyelenggarakan dan

menyediakan system dan/ atau sarana untuk mempertemukan penawaran

jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan

efek. Saham adalah tanda bukti memiliki perusahaan dimana pemiliknya

disebut sebagai pemegang saham (shareholder atau stockholder)

(Samsul, 2013). Bukti bahwa seseorang atau suatu pihak dapat dianggap
sebagai pemegang saham adalah apabila mereka sudah tercatat sebagai

pemegang saham dalam buku yang disebut Daftar Pemegang Saham

(DPS). Bukti bahwa seseorang adalah pemegang saham juga dapat

dilihat pada halaman belakang lembar saham apakah namanya sudah

diregistrasi oleh perusahaan (emiten) atau belum.

Harga pasar (market price) adalah harga yang sedang berlaku di

pasar. Nilai pasar saham adalah harga suatu saham pada pasar yang

sedang berlangsung di bursa efek. Apabila bursa efek telah tutup

maka harga pasar adalah harga penutupannya (clossing price). Untuk

mendapatkan jumlah nilai pasar (market value) suatu saham yaitu

dengan mengalikan harga pasar dengan jumlah saham yang dikeluarkan

(Sunariyah, 2004). Biasanya pergerakan harga saham disajikan setiap

hari, berdasarkan harga penutupan di bursa pada hari tersebut.

2.2. Penelitian Terdahulu

No Nama Penulis Judul Hasil penelitian


1 Dwi Suhartanto Pengaruh Ukuran Variabel ROA, leverage, kepemilikan
(2015) Perusahaan, Profitabilitas, publik dan perubahan harga saham tidak
Leverage, Kepemilikan berpengaruh secara signifikan terhadap
Publik, Perubahan Harga praktik perataan laba. Sedangkan untuk
Saham Dan Risiko Bisnis variabel ukuran perusahaan, NPM dan
Terhadap Manajemen Laba risiko bisnis berpengaruh secara
Pada Perusahaan Publik signifikan terhadap praktik perataan laba.
Sektor Keuangan
2 Nova Analisis Makro Ekonomi Nilai tukar mata uang, ROA, EPS, dan
Hadiansyah1 Dan Fundamental Terhadap DERberpengaruh terhadap harga saham
Bambang Harga Saham Perbankan perbankan. Sedangkan variabel inflasi,
Gunawan Yang Terdaftar Pada Indeks ROE, dan LDRtidak berpengaruh
(2017) Lq 45 Periode 2009-2013 terhadap harga saham perbankan.
Berdasarkan uji F simultan bahwa
variabel inflasi, nilait ukar mata uang,
ROA, ROE, EPS, DER, dan LDR
berpengaruh secara simultan terhadap
harga saham perbankan. Hasil Adjusted
R2 menyatakan bahwa variabel inflasi,
nilai tukar mata uang, ROA, ROE, EPS,
DER, dan LDRmempengaruhi harga
saham.

3 Nita Armiyanti ( Pengaruh Bursa Saham Hasil penelitian menunjukan bahwa


2017) Regional Terhadap Bursa indeks hongkong (Hangseng)
Efek Indonesia Periode berpengaruh terhadap indeks Singapura
Tahun 2010-2014 (STI). Indeks shanghai, indeks kospi,
indeks nikkei berpengaruh terhadap
Indeks Kuala Lumpur (KLSE), dan
Indeks Kuala Lumpur (KLSE)
berpengaruh terhadap indeks harga saham
gabungan (IHSG).
4 Henny Medyawati Pengaruh Ukuran Kecenderungan harga tanah yang
Astri Sri Dayanti Perusahaan Terhadap semakin tinggi sehingga minat investasi
(2016) Manajemen Laba: Analisis akan terus meningkat. Praktik manajemen
Data Panel laba di sektor ini cenderung tidak menjadi
perhatian public. Kondisi perekonomian
selama rentang waktu penelitian
menunjukkan pertumbuhan sektor
peroperti dan real estate yang relatif
pesat, sehingga meningkatkan
kepercayaan investor dan konsumen
untuk tetap melakukan investasi di sektor
ini.
5 Lidya Hendrawati Pengaruh Debt to Equity Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh
dan Yulius Jogi Ratio, Arus Kas Operasi, terhadap return saham, arus kas operasi
Christiawan dan Earnings terhadap berpengaruh signifikan terhadap return
(2014) Return Saham Perusahaan saham, dan earnings tidak berpengaruh
Manufaktur Sektor Industri terhadap return saham.
Barang Konsumsi di Bursa
Efek Indonesia Periode
2008-2012.
2.3. Kerangka Pemikiran

ROE

ROA Manajemen Harga Saham


Laba

DER

2.4. Hipotesa

Hipotesa penelitian ini adalah Terdapat pengaruh antara ROA,ROE dan

DER terhadap Manajemen Laba dan Harga Saham., diperinci sebagai

berikut :

H1 : Terdapat pengaruh ROE terhadap Manajemen Laba

H2 : Terdapat pengaruh ROA terhadap Manajemen Laba

H3 : Terdapat pengaruh DER terhadap Manajemen Laba

H4 : Terdapat pengaruh ROE, ROA dan DER terhadap Manajemen

Laba

H5 : Terdapat pengaruh ROE terhadap Harga saham

H6 : Terdapat pengaruh ROA terhadap Harga saham

H7 : Terdapat pengaruh DER terhadap Harga saham

H8 : Terdapat pengaruh ROE, ROA dan DER terhadap harga saham

H9 : Terdapat pengaruh Manajemen laba terhadap harga saham


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sumber Data

1. Data yang dipergunakan adalah data sekunder yang berupa berupa

polling data untuk semua variabel yaitu manajemen laba harga saham,

Return On Asset (ROA), Return on equity (ROE), Debt to Equity Ratio

(DER) industri real estate and property yang listed atau terdaftar di

Bursa Efek Indonesia. Data sekunder ini diperoleh dengan metode

pengamatan saham-saham yang terdaftar selama pengamatan (periode

tahunan) dari tahun 2012 sampai 2016.

2. Return On Asset (ROA), Return on equity (ROE), Debt to Equity Ratio

(DER), dan har ga saham diperoleh dari ICMD (Indonesian Capital

Market Directory) dan Jakarta Stock Exchange (JSX) Monthly Statistic

dengan periode waktu tahunan periode 2012 sampai 2016.

3.2. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah industri per t amba nga n

sebanyak 4 4 perusahaan. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode

purposive sampling, dengan kriteria :

a. Perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia selama tahun

2012- 2016

b. Tersedia data laporan keuangan selama kurun waktu penelitian


(tahun 2012 - 2016).

c. Tidak di-delisting dalam kurun waktu 2012 2016.

Jumlah sampel industri pertambangan yang memenuhi kriteria

sebanyak 10 yang listed di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2016.

Sampel dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1. berikut.

No Kode Perusahaan Nama Perusahaan

1 ADRO Adaro Energy Tbk

2 BRAU Berau Coal Energy Tbk

3 DOID Delta Dunia Makmur Tbk

4 GEMS Golden Energy Mines Tbk

5 IMTG Indo Tambangraya Megah Tbk

6 KKGI Resource Alam Indonesia Tbk

7 PKPK Perdana Karya Perkasa

8 PTBA Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk

9 ARTI Ratu Prabu Energi Tbk

10 MEDC Medco Energi International Tbk

Sumber : Bursa Efek Indonesia 2017

3.4. Sumber dan Metode Pengumpulan Data

Sesuai dengan jenis data yang diperlukan yaitu data sekunder dan

sampel yang digunakan, maka metode pengumpulan data digunakan

dengan teknik dokumentasi yang didasarkan pada laporan keuangan

yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui Indonesian

Capital Market Directory (ICMD) dan Jakarta Stock Exchange (JSX)


Monthly Statistic periode tahun 2012-2016. Data harga saham diperoleh

dengan perhitungan menggunakan rumus dari data harga saham pada

Return On Asset (ROA), Return On equity (ROE), Debt to Equity Ratio

(DER), diperoleh dengan mengutip secara langsung dari Jakarta Stock

Exchange (JSX) Monthly Statistic, pada industri pertambangan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 5 tahun dari masing-masing

variabel.

3.5. Definisi Operasional Variabel

1. Harga Saham

Return saham adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal

atas investasi yang dilakukannya. Return saham merupakan hasil

investasi surat berharga (saham) yang berupa capital gain (loss) yaitu

selisih antara harga saham saat ini (closing price pada periode t)

dengan harga saham periode sebelumnya (closing price pada periode

t-1) dibagi dengan harga saham periode sebelumnya (closing price pada

periode t-1).

2. Manajemen Laba

Manajemen laba merupakan suatu intervensi dengan tujuan tertentu dalam

proses pelaporan keuangan eksternal, untuk memperoleh beberapa

keuntungan privat (sebagai lawan untuk memudahkan operasi yang netral

dari proses tersebut).


3. Return On Asset (ROA)

Return On Asset (ROA) merupakan rasio profitabilitas yang

digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan di dalam

menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang

dimilikinya.

4. Return On Equity (ROE)

Return On Equity merupakan salah satu rasio profitabilitas yang

merupakan hasil pembagian antara laba bersih dengan modal

sendiri. Rasio ini mengukur pengembalian nilai buku kepada

pemilik.

5. Debt to Equity Ratio (DER)

Debt to Equity Ratio (DER) merupakan perbandingan antara total

hutang yang dimiliki perusahaan dengan total ekuitasnya.

3.6. Teknik Analisa Data

3.6.1. Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik yang digunakan yaitu: uji normalitas,

multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi yang secara

rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi, variabel dependen dan variabel independen mempunyai

distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang
memiliki distribusi data normal/mendekati normal. Ada dua cara untuk

mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan

analisis grafik dan analisis statistik (Ghozali, 2013).

b. Uji Multikolinearitas

Menurut Ghozali (2006) uji ini bertujuan menguji apakah pada

model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Pada

model regresi yang baik antar variabel independen seharusnya tidak

terjadi kolerasi. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikoliniearitas dalam

model regresi diilakukan dengan melihat nilai tolerance dan nilai

Variance Inflation Factor (VIF) yang dapat dilihat dari output SPSS.

Sebagai dasar acuannya dapat disimpulkan:

1. Jika nilai tolerance > 10 persen dan nilai VIF < 10, maka dapat

d i simpulkan bahwa tidak ada multikolineritas antar variabel

bebas dalam model regresi.

2. Jika nilai tolerance < 10 persen dan nilai VIF > 10, maka

dapat disimpulkan bahwa ada multikolinaeritas antar variabel

bebas dalam model regresi.

c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu

model regresi linear ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode

t dengan kesalahan periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka

dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah yang

bebas autokorelasi. Untuk mendeteksi autokorelasi, dapat dilakukan uji


statistik melalui uji Durbin-Watson (DW test) (Ghozali, 2013).

DW test sebagai bagian dari statistik nonparametrik dapat

digunakan untuk menguji korelasi tingkat satu dan mensyaratkan adanya

intercept dalam model regresi dan tidak ada variabel lagi

diantara variabel independen. DW test dilakukan dengan membuat

hipotesis:

Ho : tidak ada autokorelasi ( r = 0 )

Ha : ada autokorelasi ( r 0 )

Dasar pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah:

1) Bila nilai DW terletak diantara batas atas atau upper bound

(du) dan (4du) maka koefisien autokorelasi = 0, berari tidak

ada autokorelasi.

2) Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower

bound (dl) maka koefisien autokorelasi > 0, berarti ada

autokorelasi positif.

3) Bila nilai DW lebih besar dari (4-dl) maka koefisien

autokorelasi < 0, berarti ada autokorelasi negatif.

4) Bila nilai DW terletak antara du dan dl atau DW terletak

antara (4-du) dan (4-dl), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.

d. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah yang


terjadi homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk

mendeteksi adanya heterokedastisitas dilakukan dengan melihat grafik

plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya

(SRESID).

Dasar nalisisnya:

1) Jika ada pola tertentu, seperti titik titik yang membentuk suatu

pola tertentu, yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian

menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi

heteroskedastisitas.

2) Jika tidak ada pola tertentu serta titiktitik menyebar diatas dan

dibawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi

heteroskedastisitas.

Analisis dengan grafik plot memiliki kelemahan yang cukup

signifikan oleh karena jumlah pengamatan mempengaruhi hasil ploting.

Semakin sedikit jumlah pengamatan, semakin sulit untuk

mengintepretasikan hasil grafik plot.

3.6.2. Analisis Regresi Berganda

Metode analisis yang digunakan adalah model regresi linier

berganda yang persamaannya dapat dituliskan sebagai berikut:

Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + e (3.1)

keterangan:

Y1 = Harga Saham

Y2 = Manajemen laba
X1 = ROA

X2 = ROE

X3 = DER

b 1.. b5 = Koefisien regresi

= konstanta

e = error term

Nilai koefisien regresi disini sangat menentukan sebagai dasar

analisis, mengingat penelitian ini bersifat fundamental method. Hal ini

berarti jika koefisien b bernilai positif (+) maka dapat dikatakan terjadi

pengaruh searah antara variabel bebas dengan variabel terikat (dependen),

setiap kenaikan nilai variabel bebas akan mengakibatkan kenaikan

variabel terikat (dependen). Demikian pula sebaliknya, bila koefisien nilai

b bernilai negatif (-), hal ini menunjukkan adanya pengaruh negatif

dimana kenaikan nilai variabel bebas akan mengakibatkan penurunan nilai

variabel terikat (dependen).

3.6.3. Pengujian Hipotesis

Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual

dapat diukur dari goodness of fit nya. Secara statistik, setidaknya ini

dapat diukur dari nilai koefisien determinansi, nilai statistik F dan nilai

satistik t. Perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik, apabila

uji nilai statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah dimana Ho

ditolak). Sebaliknya, disebut tidak signifikan bila uji nilai statistiknya

berada dalam daerah dimana Ho diterima.


a. Uji t

Uji t digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh faktor

makro ekonomi serta ROA, DER dan CR terhadap return saham

industri real estate and property di Bursa Efek Indonesia. Oleh

karena itu uji t ini digunakan untuk menguji hipotesis Ha1, Ha2 dan

Ha3. Langkahlangkah pengujian yang dilakukan adalah dengan

pengujian dua arah, sebagai berikut (Gujarati, 1999):

1) Merumuskan hipotesis (Ha)

Ha diterima: berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara

variabel independen terhadap variabel dependen (risiko

investasi) s ecara parsial.

2) Menentukan tingkat signifikansi () sebesar 0,05

3) Membandingkan thitung dengan ttabel,. Jika thitung lebih besar

dari ttabel aka Ha diterima.

1. Bila ttabel < -thitung dan thitung < ttabel, variabel bebas

(independen) secara individu tak berpengaruh terhadap

variabel dependen.

2. Bila thitung > ttabel dan t hitung < -t tabel, variabel bebas

(independen) secara individu berpengaruh terhadap

variabel dependen.

b. Berdasarkan probabilitas

Ha akan diterima jika nilai probabilitasnya kurang dari 0,05 ( )

c. Menentukan variabel independen mana yang mempunyai


pengaruh paling dominan terhadap variabel dependen. Hubungan

ini dapat dilihat dari koefisien regresinya.

b. Uji F

Uji F digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh nilai

tukar, inflasi, Return On Asset (ROA), Debt to Equity Ratio

(DER) dan Current Ratio (CR) secara simultan. Langkahlangkah

yang dilakukan adalah (Gujarati, 1999):

1) Merumuskan Hipotesis (Ha)

Ha diterima: berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara

variabel independen terhadap variabel dependen (risiko

investasi) secara simultan.

2) Menentukan tingkat signifikansi yaitu sebesar 0.05 (=0,05)

3) Membandingkan Fhitung dengan Ftabel

a) Bila F hitung < F tabel, variabel bebas secara bersama-sama

tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

b) Bila F hitung > F tabel, variabel bebas secara bersama-

sama berpengaruh terhadap variabel dependen.

4) Berdasarkan Probabilitas

Dengan menggunakan nilai probabilitas, Ha akan diterima

jika probabilitas kurang dari 0,05

5) Menentukan nilai koefisien determinasi, dimana koefisien ini

menunjukkan seberapa besar variabel independen pada model

yang digunakan mampu menjelaskan variabel dependennya.


c. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinansi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Koefisien

determinasi dapat dicari dengan rumus (Gujarati, 1999)

Nilai koefisien determinansi adalah antara 0 dan 1. Nilai R2 yang

kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan

variasi variabel dependen amat terbatas (Ghozali, 2005). Nilai yang

mendekati 1 (satu) berarti variabelvariabel independen memberikan

hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel

dependen.

3.7. Jadwal Penelitian

Maret April Mei Juni


No Keterangan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan Judul
2 Penyusunan Proposal
3 Seminar Proposal
4 Survey ke lapangan
5 Analisa data
6 Penyusunan Bab IV
7 Penyusunan bab V
8 Penyusunan Draft
Skripsi
9 Sidang Skripsi
DAFTAR PUSTAKA

Clara E.S., 2011, Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Yang Go


Public Di Bursa Efek Jakarta : Studi Kasus Industri Tekstil Dan
Garmen, Tesis Magister Manajemen Universitas Diponegoro (tidak
dipublikasikan)
Dwi Suhartanto, Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage,
Kepemilikan Publik, Perubahan Harga Saham Dan Risiko Bisnis
Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Publik Sektor
Keuangan, Jurnal Ekonomi Bisnis Volume 20 No. 1, April 2015
Ghozali, Imam, 2013, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan SPSS,
Universitas Diponegoro, Semarang.
Gujarati, Damodar, 1999, Basic Econometrics, 3nd Edition, McGraw-Hill,
Inc, Singapore
Henny Medyawati dan Astri Sri Dayanti, Pengaruh Ukuran Perusahaan
Terhadap Manajemen Laba: Analisis Data Panel, Jurnal Ekonomi
Bisnis Volume 21 No.3, Desember 2016
Lidya Hendrawati dan Yulius Jogi Christiawan, Pengaruh Debt to Equity
Ratio, Arus Kas Operasi, dan Earnings terhadap Return Saham
Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi di Bursa
Efek Indonesia Periode 2008-2012. Business Accounting Review, Vol. 2,
No.2, Juli 2014: 42-51
Masdar Masud, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur
Modal Dan Hubungannya Terhadap Nilai Perusahaan, Manajemen Dan
Bisnis Volume 7 Nomor 1 Maret 2008
Nova Hadiansyah, Bambang Gunawan. Analisis Makro Ekonomi Dan
Fundamental Terhadap Harga Saham Perbankan Yang Terdaftar
Pada Indeks Lq 45 Periode 2009-2013. Jurnal Ekonomi Bisnis Volume
22 No.1, April 2017
Samsul, M., 2006, Pasar Modal & Manajemen Portofolio, Jakarta: Erlangga.
Sekaran, U., 2006, Research Methods For Bussiness, Jakarta: Salemba Empat.
Sunariyah, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, UPP AMP YKPN,
Yogyakarta, 2004
Van Horne dan Wachowicz, Jr, 2000, Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan,
Salemba Empat, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai