Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu sarana untuk melakukan investasi adalah pasar modal. Undang-Undang
Pasar Modal No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal mendefinisikan pasar modal sebagai
“Kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan
Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan Efek”. Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu
Negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi
perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal. Kedua pasar modal menjadi
sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrument keuangan seperti saham, obligasi,
waran, right, reksa dana, dan berbagai instrument derivative seperti option, futures, dan lain-
lain.

Salah satu instrument keuangan yang diperjuabelikan pada pasar modal adalah saham.
Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan
dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang
menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan
surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang
ditanamkan di perusahaan tersebut (Darmadji dan Fakhruddin, 2001:5). Dengan menjual
sahamnya maka perusahaan harus berbagi kepemilikan dengan para pemegang saham atau
biasa disebut dengan stockholder. Dengan berbagi kepemilikan perusahaan, maka laba yang
didapat juga harus dibagi dengan para stockholder yang secara umum dikenal dengan
dividen. Pengertian saham yang lainnya adalah tanda penyertaan atau pemilikan seseorang
atau badan dalam suatu perusahaan (Fakhruddin dan Hadianto, 2001: 6). Sedangkan menurut
Simamora (2000:408), saham memberikan indikasi kepemilikan atas perusahaan sehingga
para pemegang saham berhak menentukan arah kebijaksanaan perusahaan lewat Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS). Para pemegang saham juga berhak memperoleh deviden
yang dibagikan oleh perusahaan. Sebaliknya, pemegang saham juga turut menanggung resiko
sebesar saham yang dimiliki apabila perusahaan tersebut bangkrut.
Modal saham adalah unit kepemilikan dalam sebuah perusahaan, sebagai bukti
kepemilikanatas saham, perseroan terbatas menerbitkan sertifikat sahamnya. Harga saham
merupakan salah satu indikator keberhasilan pengelolaan perusahaan, jika harga saham suatu
perusahaan selalu mengalami kenaikan, maka investor atau calon investor menilai bahwa
perusahaan berhasil dalam mengelola usahanya. Kepercayaan investor atau calon investor
sangat bermanfaat bagi emiten, karena semakin banyak orang yang percaya terhadap emiten
maka keinginan untuk berinvestasi pada emiten semakin kuat. Semakin banyak permintaan
terhadap saham suatu emiten maka dapat menaikkan harga saham tersebut. Jika harga saham
yang tinggi dapat dipertahankan maka kepercayaan investor atau calon investor terhadap
emiten juga semakin tinggi dan hal ini dapat menaikkan nilai emiten. Sebaliknya, jika harga
saham mengalami penurunan terus-menerus berarti dapat menurunkan nilai emiten dimata
investor atau calon investor.

Pada perdagangan efek khususnya saham, informasi memiliki peranan yang dominan
dan krusial. Suad Husnan (2004) menyebutkan bahwa sebuah pasar modal dikategorikan
efisien jika harga sekuritasnya telah mencerminkan semua informasi yang relevan. Semakin
cepat informasi terefleksikan pada harga sekuritas maka pasar modal tersebut semakin
efisien. Investor dalam menanamkan modalnya berharap untuk memperoleh return saham
yang sebesar-besarnya. Oleh karena itu investor membutuhkan berbagai jenis informasi
sehingga investor dapat menilai kinerja perusahaan yang diperlukan untuk pengembalian
keputusan investasi. Secara garis besar informasi yang diperlukan investor terdiri dari
informasi fundamental dan teknikal.

Pendekatan fundamental memfokuskan pada analisis-analisis untuk mengetahui


kondisi fundamental perusahaan yang pada gilirannnya dipengaruhi oleh kondisi
perekonomian pada umumnya. Analisis fundamental membandingkan antara nilai intrinsik
suatu saham dengan harga pasarnya guna menentukan apakah harga saham tersebut sudah
mencerminkan nilai intrinsiknya. Ide dasar pendekatan ini adalah bahwa harga saham
dipengaruhi oleh kinerja perusahaan. Dan kinerja perusahaan itu sendiri dipengaruhi oleh
kondisi industri dan perekonomian secara makro (Abdul Halim dalam Raden Tinneke, 2007).
Analisis fundamental mendasarkan pola perilaku harga saham ditentukan oleh perubahan-
perubahan variasi perilaku variabel-variabel dasar kinerja perusahaan. Secara ringkas dapat
dikatakan bahwa harga saham ditentukan oleh nilai perusahaan. Apabila kinerja perusahaan
baik maka nilai usaha akan tinggi. Dengan nilai usaha yang tinggi membuat para investor
melirik perusahaan tersebut untuk menanamkan modalnya sehingga akan terjadi kenaikan
harga saham.

Analisis teknikal adalah menganalisis harga saham berdasarkan informasi yang


mencerminkan kondisi perdagangan saham, keadaan pasar, permintaan dan penawaran harga
di pasar saham, fluktuasi kurs, volume transaksi di masa lalu. Analisis teknikal menegaskan
bahwa perubahan harga saham terjadi berdasarkan pola perilaku harga saham itu sendiri,
sehingga cenderung untuk terulang kembali. Asumsi dasar dari analisis teknikal adalah
bahwa jual beli saham merupakan kegiatan berspekulasi.

Dalam kaitannya dengan penelitian ini, penulis akan menganalisis salah satu faktor
yang mempengaruhi harga saham, yaitu kondisi perusahaan. Kondisi perusahaan dalam hal
ini diartikan sebagai kinerja keuangan perusahaan. Kinerja perusahaan merupakan suatu hal
yang sangat penting, karena kinerja perusahaan berpengaruh dan dapat digunakan sebagai
alat untuk mengetahui apakah perusahaan mengalami perkembangan atau sebaliknya. Ukuran
kinerja perusahaan yang paling lama dan paling banyak digunakan adalah kinerja keuangan
yang diukur dari laporan keuangan perusahaan. Analisis terhadap laporan keuangan dapat
dilakukan dengan cara perhitungan rasio keuangan. Jenis rasio keuangan yang sering
digunakan dalam menilai kinerja keuangan perusahaan adalah rasio likuiditas, rasio aktivitas,
rasio solvabilitas, rasio profitabilitas dan rasio pasar.

Dalam penelitian ini, rasio yang digunakan untuk menganalisis kinerja keuangan
perusahaan otomotif dan komponenya yang berkaitan dengan harga saham meliputi Current
Ratio (CR), Return On Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), dan Earning Per Share
(EPS). Menurut Kasmir (2008), Current Ratio menunjukkan sejauh mana aktiva lancar dapat
digunakan untuk menutupi kewajiban jangka pendek atau hutang lancar. Semakin besar
perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar, maka semakin tinggi kemampuan
perusahaan menutupi kewajiban jangka pendek.

Return on Equity merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan


perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan modal tertentu”(Hanafi, 2008:42). Kenaikan
rasio ini berarti terjadi kenaikan laba bersih dari perusahaan yang bersangkutan. Jadi, para
investor dapat menggunakan indikator ROE sebagai bahan pertimbangan dalam memilih
saham atau menanamkan modalnya, karena rasio ini menunjukkan bahwa dengan kinerja
manajemen meningkat maka perusahaan dapat mengelola sumber dana pembiayaan
operasional secara efektif untuk menghasilkan laba bersih sehingga saham
perusahaan banyak diminati investor.

Net Profit Margin (NPM) merupakan rasio antara laba bersih (net profit) yaitu
sesudah dikurangi dengan seluruh expenses termasuk pajak dibandingkan dengan penjualan
(Syamsuddin, 2007:62). Semakin tinggi Net Profit Margin (NPM) akan menunjukkan adanya
efisiensi yang semakin tinggi, sehingga variabel ini menjadi faktor penting yang harus
dipertimbangkan.

Earning Per Share (EPS) adalah rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan
yang diperoleh investor per lembar saham Hasil suatu perusahaan umumnya dirangkum
dalam suatu bagian utama yaitu laba bersih. Tetapi walaupun demikian, laba bersih ini belum
di anggap ringkas, oleh karena itu sering dilakukan indikator lainnya yang lebih ringkas yaitu
laba per saham earning per share (EPS). Earning Per Share (EPS) bertujuan mengukur
besarnya kemampuan perusahaan dalam mendistribusikan pendapatannya kepada pemegang
saham. Earning per share (EPS) dihitung dengan membagi laba bersih setelah dikurangi
pajak dengan jumlah saham biasa yang beredar.
Fenomena tentang pergerakan harga saham yang terjadi pada perusahaan manufaktur
aneka industri pada tahun 2011-2015 yang sebenarnya tidak sesuai dengan teori yang ada.
Salah satunya adalah dilihat salah satu rasio yang mempengaruhi harga pergerakan saham,
yaitu Net Profit Margin (NPM) pada perusahaan Otomotif dan Komponennya pada tahun
2011-2015 yang mengalami kenaikan pada tingkat NPM perusahaan tersebut tetapi tidak
mengalami peningkatan terhadap harga sahamnya. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:

TINGKAT NPM SEKTOR ANEKA INDUSTRI 2011-2015

No Sub Sektor Jumlah Tahun Rata-


Perusahaan 2011 2012 2013 2014 2015 rata
1 Otomotif dan Komponennya 16 7,825 9,118 5,407 3,953 5,234 6,307
2 Tekstil dan Garmen 17 14,093 9,107 11,922 -9,076 0,625 5,334
3 Alas Kaki 2 4,83 5,155 -5,20 7,02 3,99 3,159
4 Kabel 6 3,145 4,021 4,664 7,433 4,405 4,134
Sumber data: www.idx.co.id (data diolah : 2016)
HARGA SAHAM SEKTOR ANEKA INDUSTRI 2011-2015

No Sub Sektor Jumlah Harga Saham Rata-


Perusahaan 2011 2012 2013 2014 2015 rata
1 Otomotif dan Komponennya 12 3586 3087 4952 4269 2229 4780
2 Tekstil dan Garmen 17 1089 1041 1592 1192 1351 1215
3 Alas Kaki 2 27950 30450 880 926 625 12172
4 Kabel 6 841 1472 1535 1602 1225 1295
Sumber data : www.yahoofinance.com

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa tingkat NPM perusahaan Otomotif dan
Komponennya mengalami peningkatan pada NPM pada tahun 2011 ke tahun 2012, yaitu
sebesar 7, 825 % menjadi 9,118. Sedangkan pada harga sahamnya mengalami penurunan,
yaitu sebesar 3.586 menjadi 3.087. Hal serupa juga terjadi pada tahun-tahun berikutnya yang
tidak sesuai dengan teori yang ada, yaitu Semakin tinggi tingkat NPM maka harga saham
juga akan naik, dan sebaliknya semakin rendah tingkat NPM maka harga saham perusahaan
tersebut juga akan mengalami penurunan.
Penelitian untuk menganalisis pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham telah
banyak dilakukan, namun masih banyak yang menghasilkan kesimpulan yang beragam.
Penelitian tentang pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham diantaranya dilakukan
oleh Anggrainy (2012) yang meneliti pengaruh Current Ratio (CR), Debt toEquity Ratio
(DER) dan Return On Equity (ROE) terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur
industri makanan dan minuman di BEI pada periode 2009-2011 dengan variabel dependen
yang digunakan adalah harga saham, sedangkan variabel independen yang digunakan adalah
CR, DER, dan ROE. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial, setiap variabel
independen yang diteliti yaitu CR, DER, dan ROE tidak berpengaruh signifikan terhadap
harga saham. Pengujian secara serempak menunjukkan bahwa CR, DER, dan ROE
berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

Angrawit Kusumawardani (2011) dalam penelitiannya tentang harga saham dengan


menggunakan sampel perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI, hasilnya variabel PER
berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham, ROE berpengaruh secara signifikan
terhadap harga saham, DER berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham dan Current
Ratio (CR) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham.

Tiara Rachman Putri (2011) tentang Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap
Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia, Hasil pengujian yang
dilakukannya menunjukkan secara parsial / uji t menunjukkan variabel ROA (Return On
Assets) dan EPS (Earning Per Share) yang berpengaruh positif terhadap harga saham dan
memiliki kontribusi dominan terhadap harga saham. Pengujian uji regresi secara simultan /
uji F menunjukkan variabel bebas (CR, DER, ROA, ROE, dan EPS) secara simultan
(bersama-sama) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat (harga saham).

Vindhy Ady Prastica (2013) dalam penelitiannya tentang Analisis Pengaruh Kinerja
Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Otomotif yang Go Publik di Bursa Efek
Indonesia. Berdasarkan hasil analisis model regresi untuk mengetahui pengaruh ROE, EPS,
dan PER terhadap harga saham. Hasil yang didapat Secara parsial, Return On Equity (ROE)
tidak berpengaruh terhadap harga saham, sedangkan Earning Per Share (EPS) dan Price
Earning Ratio (PER) terbukti berpengaruh terhadap harga saham.

Firman Maulana (2014) dalam penelitian tentang Analisis Pengaruh Kinerja


Keuangan Terhadap Harga Saham pada perusahaan makanan dan minuman yang Terdaftar di
BEI Periode Tahun 2010-2012. Teknik analisi data menggunakan metode regresi berganda.
Hasil penelitiannya menyimpulkan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa CR ,DER, dan
NPM) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.

Penelitian Wahyu Wulandari (2013) yang meneliti Pengaruh Kebijakan Dividen


Terhadap Harga Saham dengan EPS dan ROE sebagai Variabel Kontrol (studi kasus pada
perusahaan Listed di BEI tahun 2008-2011 mendapatkan hasil bahwa DPR dan EPS
berpengaruh signifikan terhadap harga saham dan ROE berpengaruh negatif terhadap harga
saham.

Andrarini (2007) dalam penelitiannya tentang pengaruh kinerja keuangan yang diukur
dengan rasio keuangan terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
BEJ periode 2003-2005 dengan variabel yang terdiri dari ROI, ROE, DER, CR, NPM dan
variabel terikatnya adalah harga saham, menyimpulkan bahwa secara simultan rasio
keuangan (ROI, ROE, DER, CR, dan NPM) berpengaruh signifikan terhadap harga saham
sedangkan hasil pengujian secara parsial menunjukkan rasio keuangan ROI, ROE, dan NPM
berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham.

Penelitian Sri Zuliarni (2012) tentang Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga
Saham Pada Perusahaan Mining and Mining Service di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada
periode 2008-2010 dengan menggunakan variabel Return On Asset (ROA), Price Earning
Ratio (PER) dan Dividend Payout Ratio (DPR), sedangkan variabel dependen adalah harga
saham. Hasil penelitian yang dilakukannya secara parsial (uji t) menunjukkan bahwa hanya
dua variabel yaitu ROA dan PER yang berpengaruh signifikan positif terhadap harga saham,
sedangkan DPR tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Sedangkan secara
simultan (uji f) menunjukkan bahwa ROA, PER dan DPR secara bersama-sama berpengaruh
terhadap harga saham.

Research Gap diatas dapat di ringkas dalam tabel 1.2 berikut ini:

TABEL 1.2
Research Gap Penelitian Terdahulu

Variabel Penelitian yang berpengaruh Penelitian yang tidak


signifikan berpengaruh signifikan
CR Hendra Adhitya Wicaksono (2013) Angrawit Kusumawardani (2011)
yang menggunakan sampel dalam penelitiannya tentang harga
perusahaan makanan dan minuman saham dengan menggunakan sampel
yang terdaftar di BEI. Penelitian perusahaan LQ45 yang terdaftar di
tersebut menghasilkan simpulan BEI, mendapatkan bahwa variabel
bahwa CR berpengaruh positif dan CR tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap harga saham. signifikan terhadap harga saham.

ROE Tiara Rachman Putri (2011) tentang Vindhy Ady Prastica (2013)
Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Berdasarkan hasil analisis dapat
Terhadap Harga Saham Pada disimpulkan bahwa Return On
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Equity (ROE) tidak berpengaruh
Indonesia, menyimpulkan ROA dan terhadap harga saham, sedangkan
ROE berpengaruh positif terhadap Earning Per Share (EPS)
harga saham. dan Price Earning Ratio (PER)
terbukti berpengaruh terhadap harga
saham.
NPM Firman Maulana (2014) dalam Achmad Husaini (2012) tentang
penelitian tentang Analisis Pengaruh Pengaruh Variabel Return On
Kinerja Keuangan Terhadap Harga Assets , Return On Equity, Net
Saham pada perusahaan makanan dan Profit Margin Dan Earning Per
minuman yang Terdaftar di BEI Share Terhadap Harga Saham
Periode Tahun 2010-2012 Perusahaan menunjukkan bahwa
menyimpulkan Hasil penelitian ini ROA dan EPS berpengaruh
menunjukkan bahwa CR ,DER, dan signifikan terhadap harga saham,
NPM) mempunyai pengaruh yang sedangkan ROE dan NPM
signifikan terhadap harga saham. berpengaruh negatif terhadap harga
saham.
EPS Penelitian yang dilakukan oleh Gede Penelitian yang dilakukan oleh Putu
Priana Dwipratama (2009) yang Dina Aristya Dewi (20130 tentang
meneliti tentang Pengaruh PBV, Pengaruh Eps, Der, Dan Pbv
DER, EPS, DPR, dan ROA terhadap Terhadap Harga Saham yang
Harga Saham (Studi Empiris Pada menunnjukan bahwa DER dan PBV
Perusahaan Food and Beverage yang berpengarug signifikan terhadap
Terdaftar di BEI) mendapatkan hasil harga saham dan EPS tidak
bahwa EPS berpengaruh signifikan berpengaruh terhadap harga saham.
positif terhadap harga saham.

Dari penelitian diatas masih terdapat hasil yang bervariatif. Untuk itu, peneliti tertarik
ingin meneliti lebih lanjut tentang pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham.
Motivasi dari penelitian ini adalah untuk dapat mengetahui adanya konsistensi hasil pada
penggunaan variabel, sampel dan periode penelitian yang berbeda.Perbedaan dari variabel
penelitian yang digunakan dan ketidakkonsistenan antara teori dengan hasil penelitian
maupun antara hasil penelitian dengan penelitian sebelumnya mendorong peneliti untuk
melakukan penelitian replikasi dari penelitian terdahulu dengan menggunakan sampel dan
periode penelitian yang berbeda. Sampel dalam penelitian ini menggunakan perusahaan
manufaktur pada sektor aneka industri yaitu perusahaan otomotif dan komponennya yang
terdaftar di BEI selama periode tahun 2011-2015 dan variabel yang digunakan adalah
Current Ratio (CR), Return On Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), dan Earning Per
Share (EPS) yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap harga saham.
Objek penelitian yang digunakan untuk penelitian ini adalah perusahaan otomotif
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2011-2015. Penulis memilih industri
otomotif sebagai objek penelitian karena industri ini adalah industri yang memiliki
kemungkinan terbesar untuk berkembang.

Hasil studi Edelman mendapati bahwa bisnis otomotif menempati urutan kepercayaan
publik nomor dua dengan presentase 69 persen, di bawah sektor teknologi yang meraih 81
persen. Kabar tersebut tentu saja membahagiakannkhususnya bagi para pebisnis sektor
otomotif yang ingin mengembangkan usahanya. Pasalnya, para responden survey
menganggap citra perusahaan-perusahaan otomotif jauh lebih baik dari instansi dan institusi
lain.

Dalam laporannya, Edelman juga menjelaskan bahwa perusahaan otomotif lebih


menjamin kualitas produk serta layanannya. Publik bahkan merasa perusahaan otomotif lebih
terbuka dan dekat dengan konsumen. (http://www.dapurpacu.com). Apa yang membuat posisi
kepercayaan publik terhadap sektor otomotif begitu tinggi? Edelman mencatat ada 3 faktor
yang menetukan hal tersebut.

Pertama, Faktor yang disebut sebagai underdog Effect. Pada kasus ini publik ternyata
bisa menerima kondisi suram pada tahun 2009 yang dialami sektor otomotif. Pubik bisa
memahami alasan keterpurukan (krisis global) sebagai sesuatu yang bisa dalam bisnis.
Pemikiran tersebut sangat berbeda dengan yang selama ini ditakuti para pemain di seluruh
sektor industri. Faktanya, Kebangkrutan atau penurunan penjualan tidak membuat konsumen
dewasa ini langsung menjatuhkan pada kualitas produk. (http://www.dapurpacu.com)

Kedua, langkah industri otomotif menuju produk ramah lingkungan disenangi publik.
Seperti kita ketahui, saat ini hampir seluruh merek kendaraan di sektor otomotif mulai
memproduksi kendaraan hybrid, electrik, atau bahan bakar alternatif. Dalam prosesnya,
perusahaan otomotif banyak berkomunikasi dengan publik tentang keuntungan mobil ramah
lingkungan dan hemat energi. Komunikasi seperti ini sangat diterima publik secara positif,
sekaligus membuatb pencitraan yang baik ((http://www.dapurpacu.com).

Ketiga, sosial media. Survey yang dilakukan Edelman mencatat hari ini publik sangat
butuh transparansi. Publik ingin tahu tentang apa saja yang sedang dan akan dilakukan
produsen. Kendati dalam pelaksanaan komunikasi sosial media banyak dilakukan trik, publik
sudah bisa memilahnya. Terpenting dalam publik tentang sosial media adalah keterbukaan
untuk menerima informasi produk, serta strategi kedepan sebuah perusahaan. Publik juga
merasa senang bisa berkomunikasi langsung dengan pimpinan perusahaan dengan sosial
media (http://www.dapurpacu.com).

Melihat kondisi industri otomotif yangf demikian, penulis tertarik untuk mengetahui
dan mengungkap bagaimana kinerja keuangan perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia pada periode 2011-2015 dan melihat pengaruhnya terhadap harga saham
perusahaan tersebut.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengaruh Current Ratio (CR) terhadap Harga Saham di
Perusahaan Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode
tahun 2011-2015?
2. Bagaimana pengaruh Return On Equity (ROE) terhadap Harga Saham di
Perusahaan Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode
tahun 2011-2015?
3. Bagaimana pengaruh Net Profit Margin (NPM) terhadap Harga Saham di
Perusahaan Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode
tahun 2011-2015?
4. Bagaimana pengaruh Earning Per Share (EPS) terhadap Harga Saham di
Perusahaan Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode
tahun 2011-2015?

1.3. Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan yang
ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Pengaruh Current Ratio (CR) Terhadap harga saham di perusahaan otomotif yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2011-2015.
2. Pengaruh Return On Equity (ROE) Terhadap harga saham di perusahaan otomotif
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2011-2015.
3. Pengaruh Net Profit Margin (NPM) Terhadap harga saham di perusahaan otomotif
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2011-2015.
4. Pengaruh Earning Per Share (EPS) Terhadap harga saham di perusahaan otomotif
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2011-2015.
1.4.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik dari segi teoritis
maupun praktis.

1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu sumber informasi ilmiah bagi
penelitian lain yang berkaitan dengan kinerja keuangan perusahaan yang
mempengaruhi harga sham perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Perusahaan
Bagi perusahaan dapat digunakan sebagai cerminan bagi perusahaan untuk
memperhatikan faktor faktor apa saja dalam kinerja keuangan yang dapat
mempengaruhi harga saham dan sebagai pedoman untuk memperbaiki pos pos
keuangan yang nantinya dapat berpengaruh terhadap harga saham.
b. Bagi Investor
Bagi investor dan calon investor dapat memberikan pengetahuan ketika akan
berinvestasi pada saham dengan mempertimbangkan kinerja keuangan
perusahaan yang akan dijadikan sebagai tempat investasi.
c. Bagi Akademis
Bagi para akademisi dan para peneliti dapat menambah pengetahuan mengenai
kinerja keuangan yang dapat mempengaruhi harga saham di perusahaan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu


Penelitian-penelitian terdahulu yang digunakan sebagai bahan perbandingan dan
referensi dalam penelitian ini adalah:

1. Jurnal penelitian skripsi Hendra Adhitya Wicaksono (2013) yang berjudul


Pengaruh Current Ratio, Debt to Assets Ratio, Total Assets Turnover, Return On
Equity, Suku Bunga, Kurs Valuta Asing, Inflasi, dan Kas Dividen terhadap Harga
Saham Perusahaan Makanan dan Minuman Yang Terdaftar di BEI Periode 2009-
2011. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan regresi linier sederhana dan
regresi linier berganda. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel Current
Ratio, Return On Equity, dan Total Assets Turnover mempunyai pengaruh positif
dan signifikan terhadap harga saham perusahaan makanan dan minuman yang
terdaftar di BEI periode 2009-2011. Variabel bebas yang lain seperti Debt to Assets
Ratio, suku bunga, kurs valuta asing dan inflasi mempunyai pengaruh negatif dan
tidak signifikan terhadap harga saham perusahaan makanan dan minuman yang
terdaftar di BEI periode 2009-2011. Sementara variabel kas deviden mempunyai
pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap harga saham perusahaan makanan
dan minuman yang terdaftar di BEI periode 2009-2011. Secara simultan, variabel
Current Ratio, Debt to Assets Ratio, Total Assets Turnover, Return On Equity, Suku
Bunga, Kurs Valuta Asing, Inflasi dan Kas Dividen berpengaruh signifikan
terhadap Harga Saham.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Achmad Husaini (2012) untuk menguji pengaruh
variabel Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Net Profit Margin
(NPM), dan Earning Per Share (EPS) terhadap harga saham perusahaan. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan yang diukur dari
ROA, ROE, NPM, dan EPS mempunyai pengaruh terhadap harga saham. Secara
parsial dengan uji t disimpulkan bahwa variabel ROA dan EPS yang berpengaruh
secara signifikan terhadap harga saham. Sedangkan variabel ROE dan NPM tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. ROA mempunyai pengaruh
dominan terhadap harga saham pada perusahaan yang termasuk dalam perusahaan
Food and Beverages.
3. Tiara Rachman Putri (2011) dalam penelitiannya tentang Analisis pengaruh kinerja
keuangan terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek
Indonesia. Berdasarkan hasil pengujian secara parsial / uji t menunjukkan variabel
Return On Asset (ROA) dan Earning Per Share (EPS) berpengaruh positif terhadap
harga saham dan memiliki konstribusi dominan terhadap harga saham. Pengujian
uju regresi secara simultan / uji f menunjukkan variabel bebas (CR, DER, ROA,
ROE, dan EPS) secara simultsn (bersama-sama) berpengaruh secara signifikan
terhadap harga saham.
4. Firman Maulana (2014) dalam penelitian tentang Analisis Pengaruh Kinerja
Keuangan Terhadap Harga Saham pada perusahaan makanan dan minuman yang
Terdaftar di BEI Periode Tahun 2010-2012. Teknik analisi data menggunakan
metode regresi berganda. Hasil penelitiannya menyimpulkan Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa CR ,DER, dan NPM mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap harga saham.
5. Andrarini (2007) dalam penelitiannya tentang pengaruh kinerja keuangan yang
diukur dengan rasio keuangan terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEJ periode 2003-2005 dengan variabel yang terdiri dari ROI,
ROE, DER, CR, NPM dan variabel terikatnya adalah harga saham. Penelitian ini
menyimpulkan bahwa secara simultan rasio keuangan ROI, ROE, DER, CR, dan
NPM berpengaruh signifikan positif terhadap harga saham, sedangkan hasil
pengujian secara parsial menunjukkan rasio keuangan ROI, ROE, dan NPM
berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham.
6. Nieke Arwiyati Shidiq (2012) dalam penelitiannya tentang pengaruh EVA, rasio
profitabilitas, dan EPS terhadap harga saham pada perusahaan asuransi yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2006-2010. Hasil analisis regresi
menunjukkan bahwa EVA dan EPS berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga
saham sedangkan Return on Equity (ROE) dan Return on Sales (ROS) berpengaruh
negatif tidak signifikan terhadap harga saham dan Return on Asset (ROA) berpengaruh
positif tidak signifikan terhadap harga saham.
7. Jurnal penelitian skripsi oleh Abied Luthfi Safitri (2013) yang berjudul Pengaruh
Earning Per Share, Price Earning Ratio, Return On Asset, Debt to Equity Ratio
dan Market Value Added terhadap Harga Saham dalam Kelompok Jakarta Islamic
Index. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan regresi linier berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa EPS, PER dan MVA mempunyai pengaruh
positif dan signifikan terhadap harga saham pada perusahaan dalam kelompok
Jakarta Islamic Index tahun 2008-2011. Variabel lainnya seperti ROA dan DER
tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan
dalam kelompok Jakarta Islamic Index tahun 2008-2011. Secara simultan, variabel
EPS, PER, ROA, DER, dan MVA berpengaruh terhadap harga saham dalam
kelompok JII tahun 2008-2011.

2.2.Pengembangan Hipotesis
2.2.1. Pengaruh Current Ratio (CR) Terhadap Saham
Current Ratio menunjukkan seberapa besar nilai aktiva lancar dapat menutupi
besarnya harta lancar. Current Ratio merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk
mengukur likuiditas perusahaan. Jika likuiditas perusahaan lemah akan menghalangi
perusahaan untuk mendapatkan keuntungan yang nantinya akan mengakibatkan menurunnya
laba yang dihasilkan oleh perusahaan. Jika Current Ratio rendah maka akan terjadi
penurunan pada harga saham perusahaan tersebut. Begitu juga sebaliknya, apabila Current
Ratio yang terlalu tinggi, itu juga tidak terlalu baik, karena hal tersebut mengindikasikan
kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba kurang maksimal terbukti adanya akitivitas
yang dilakukan oleh perusahaan sedikit. Dapat disimpulkan bahwa ketika Current Ratio yang
tinggi dapat memperlihatkan bahwa harga saham juga akan tinggi dan sebaliknya jika
Current Ratio yang semakin rendah mengindikasikan harga saham rendah.

2.2.2. Pengaruh Return On Asset (ROE) Terhadap Harga Saham

Return On Equity (ROE) merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk
mengukur profitabilitas suatu perusahaan. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan untuk diperhitungkan pengembalian perusahaan berdasarkan
modal saham yang dimiliki oleh perusahaan. Jika ROE semakin tinggi maka perusahaan
dapat menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dapat menguntungkan para
pemegang saham. Besar kecilnya nilai ROE akan mempengaruhi pula harga saham
perusahaan. Semakin tinggi nilai ROE, tentunya juga akan menarik minat para investor untuk
menanamkan modalnya pada perusahaan bersangkutan karena mengindikasikan bahwa
perusahaan tersebut mempunyai kinerja yang baik dan akibatnya harga saham pun akan ikut
tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ROE yang tinggi mengindikasikan harga saham
yang tinggi dan ketika ROE rendah mengindikasikan harga saham yang rendah.

2.2.3. Pengaruh Net Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham

Menurut Bastian dan Suhardjono, Net Profit Margin (NPM) adalah perbandingan
antara laba bersih dengan penjualan. Semakin besar NPM maka kinerja perusahaan akan semakin
produktif, sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada
perusahaan tersebut. Dengan mengetahui rasio ini investor dapat menilai apakah perusahaan itu
profitable atau tidak. Semakin besar Net Profit Margin (NPM) suatu perusahaan, berarti semakin
baik kinerja perusahaan tersebut dari sudut manajemen. Hal tersebut disebabkan karena semakin
tinggi NPM suatu perusahaan, maka akan semakin tinggi pula keuntungan marjinal yang
diperoleh perusahaan tersebut, Sehingga akan diperoleh tanggapan positif dari pelaku pasar
modal terutama dari sudut harga sahamnya, dengan kata lain semakin tinggi NPM suatu
perusahaan maka harga sahamnya juga akan meningkat.

2.2.4. Pengaruh Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham

Earning Per Share (EPS) adalah Tingkat keuntungan yang dapat dihasilkan
per lembar saham yang dimiliki oleh investor, sehingga akan mempengaruhi penilaian
investor terhadap suatu kinerja perusahaan emiten. Semakin tinggi nilai EPS maka investor
menganggap prospek perusahaan sangat baik untuk kedepannya sehingga mempengaruhi
tingkat permintaan terhadap saham perusahaan tersebut.

CR

ROE
Harga Saham (Y)
NPM

EPS
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1 :Terdapat pengaruh antara Current Ratio (CR) Terhadap Harga Saham Pada
Perusahaan Otomotif dan Komponennya yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2011-2015.

H2 : Terdapat pengaruh antara Return On Equity (ROE) Terhadap Harga Saham Pada
Perusahaan Otomotif dan Komponennya yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2011-2015.

H3 : Terdapat pengaruh antara Net Profit Margin (NPM)) Terhadap Harga Saham Pada
Perusahaan Otomotif dan Komponennya yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2011-2015.

H4 : Terdapat pengaruh antara Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham Pada
Perusahaan Otomotif dan Komponennya yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2011-2015
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Populasi dan Sampel

Populasi merupakan keseluruhan dari objek yang diteliti. Populasi dalam penelitian
ini adalah Perusahaan Otomotif dan Komponennya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
dalam periode tahun 2011-2015. Jumlah Populasi yaitu sebanyak 16 perusahaan Otomotif
dan Komponennya. Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya
hendak diselidiki dan dianggap bisa mewakili keseluruhan populasi. Pemilihan sampel dalam
penelitian ini dilakukan secara purposive sampling, yaitu populasi yang memenuhi kriteria
tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representatif sesuai dengan kriteria
yang ditentukan.

Adapun kriteria sampel penelitian ini adalah:

a. Perusahaan Otomotif dan Komponenya yang Go Public dan tidak delisting selama
periode pengamatan di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2015.
b. Perusahaan Otomotif dan Komponennya yang menerbitkan saham dan harus
tercatat secara terus menerus selama periode penelitian, karena bila datanya tidak
ada maka hasilnya akan bias.
Berdasarkan kriteria sampel diatas, 12 perusahaan Otomotif dan Komponenya
dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini. Adapun nama-nama perusahaan tersebut
adalah sebegai berikut:

NO NAMA PERUSAHAAN KODE PERUSAHAAN


1 PT. Astra Internasional Tbk ASII
2 PT. Astra Auto Part Tbk AUTO
3 PT. Indo Kordsa Tbk BRAM
4 PT. Goodyear Indonesia Tbk GDYR
5 PT. Gajah Tunggal Tbk GJTL
6 PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk IMAS
7 PT. Indospring Tbk INDS
8 PT. Multi Prima Sejahtera Tbk LPIN
9 PT. Multistrada Arah Sarana Tbk MASA
10 PT. Nippres Tbk NIPS
11 PT. Prima Alloy Steel Universal Tbk PRAS
12 PT. Selamat Sempurna Tbk SMSM
3.2. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder
adalah data yang telah di publikasikan oleh perusahaan, instansi atau sebuah kelompok
kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
metode dokumentasi. Metode dokumentasi adalah suatu cara pengumpulan data yang
diperoleh dari dokumen-dokumen yang ada atau catatan-catatan yang tersimpan, baik itu
berupa catatan transkrip, buku, surat kabar, dan lain sebagainya. Data yang diperlukan dalam
penelitian ini terdiri dari:
1. Nama Perusahaan aneka industi yang termasuk ke dalam sub sektor Otomotif dan
Komponenya. Data ini diperoleh dari www.sahamok.com
2. Laporan keuangan tahunan audited yang lengkap perusahaan yang menjadi sampel
penelitian. Data ini diperoleh dari www.idx.co.id
3. Harga saham setiap perusahaan yang termasuk perusahaan Otomotif dan
Komponenya periode tahun 2011-2015. Data ini diperoleh dari
www.yahoofinance.com

3.3. Variabel dan Defenisi Operasional


3.3.1. Variabel Penelitian
1. Variabel Dependen atau Variabel Terikat
Variabel dependen adalah variabel yang perubahannya dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2013: 61). Variabel dependen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah harga saham perusahaan Otomotif dan Komponenya
yang dinotasikan dengan Y. Harga saham yang diambil dalam penelitian ini adalah harga
saham pada saat penutupan (closing price) yang diterbitkan di bursa saham.
2. Variabel Independen atau Variabel Bebas
Variabel Independen adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya
atau timbulmya variabel terikat (Sugiyono, 2013: 61). Variabel independen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Current Ratio (CR), Return On Equity (ROE), Net Profit Margin
(NPM), dan Earning Per Share (EPS).
3.3.2. Defenisi Operasional
Di bawah ini dijelaskan beberapa variabel yang digunakan dalam penelitian, yaitu:
1. Kinerja keuangan
Kinerja Keuangan adalah pencapaian keberhasilan perusahaan pada periode
tertentu yang dapat digambarkan dengan kondisi kesehatan keuangan perusahaan.
2. Harga saham
Harga saham adalah harga jual beli yang sedang berlaku di pasar efek yang
ditentukan oleh kekuatan pasar dalam arti tergantung pada kekuatan permintaan
dan penawaran. Harga saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga
saham di bursa saham pada saat penutupan (closing).
3. Current Ratio (CR)
Current Ratio (CR) adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam
melunasi kewajiba-kewajiban jangka pendek, dimana dapat diketahui sampai
berapa jauh sebenarnya jumlah aktiva lancar perusahaan dapat menjamin utang
lancarnya. Yang diharapkan dapat dikonversi menjadi kas dalam waktu dekat.
Rumus yang digunakan untuk mencari rasio lancar atau current ratio adalah:
Aset Lancar
CR = x 100%
Kewajiban Lancar

(Brigham dan Houston, 2013: 134)

4. Return On Equity (ROE)


Return On Equity (ROE) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa
besar pengembalian atas ekuitas biasa. Rumus yang digunakan untuk mengetahui
rasio ini yaitu,
ROE = Laba Bersih x 100%
Ekuitas

(Brigham dan Houston, 2013)

5. Net Profit Margin (NPM)

Net Profit Margin (NPM) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih. Rumus yang
digunakan untuk mengetahui net profit margin yaitu,
Laba Bersih
NPM = Penjualan 100%

(Brigham dan Houston, 2013)

6. Earning Per Share (EPS)

Earning Per Share (EPS) adalah rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan

yang diperoleh investor per lembar saham. Rumus yang digunakan untuk

mengetahui earning per share (eps) yaitu:


EPS =
Laba Bersih x 100%
Jumlah Saham Biasa Yang Beredar

(Tjiptono dan Hendry, 2001 :139)

3.4. Metode Analisis

3.4.1. Statistik Deskriptif

Ghozali (2009) menyatakan bahwa statistik deskriptif memberikan gambaran suatu


data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum,
sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi). Statistik deskriptif biasanya
digunakan untuk menggambarkan profil data sampel sebelum memanfaatkan teknik analisis
statistik yang berfungsi untuk menguji hipotesis.

3.4.2. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui apakah model regresi benar-benar
menunjukkann hubungan yang signifikan dan mewakili (representatif) , maka model tersebut
harus memenuhi uji asumsi klasik regresi, yang meliputi:

3.4.2.1.Uji Normalitas

Pengujian normalitas dapat dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorof-Smirnov.


Caranya adalah menentukan terlebih dahulu hipotesis pengujian, yaitu:
Hipotesis Nol (Ho) : Data terdistribusi secara normal

Hipotesis Alternatif : Data tidak terdistribusi secara normal

Jika variabel nilai K-Snya nilainya jauh diatas α = 0.05, hal ini berarti hipotesis nol diterima
atau terdistribusi secara normal. Begitupun juga sebaliknya, jika variabel nilai K-Snya
dibawah α = 0.05, hal ini berarti hipotesis nol ditolak atau tidak terdistribusi secara normal.
(Ghozali, 2007:30)

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel terikat
dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang
baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Pada prinsipnya
normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data atau titik pada sumbu diagonal
dari grafik atau dengan melihat histogram dan residualnya.

Cara lain yang digunakan untuk menguji normalitas data adalah dengan melihat normal
probability plot, yang membandingkan distribusi komulatif dari distribusi normal. Distribusi
normal akan membentuk satu garis lurus diagonal dan ploting data akan dibandingkan dengan
garis diagonal. Jika distribusi data adalah normal, maka garis yang akan menggambarkan data
sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya (Ghozali, 2007:110).

3.4.2.2.Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui adanya hubungan yang sempurna


(koefisien korelasi tingkat tinggi atau bahkan 1) diantara beberapa atau semua variabel
independen yang menjelaskan model regresi (Algifari, 200:84).

Diagnosis secara sederhana terhadap adanya multikolinearitas di dalam regresi adalah


sebagai berikut:

1. Melalui (t hitung sangat rendah), maka kemungkinan terdapat multikolinearitas


dalam model tersebut.
2. Menentukan koefisien korelasi antara variabel independen yang satu dengan
variabel independen yang lain. Jika antara kedua variabel independen memiliki
korelasi yang spesifik atau korelasi yang tinggi yaitu lebih besar dari 0.1 maka di
dalam model regresi tersubut terdapat multikolinearitas.
3. Membuat persamaan regresi antar variabel independen. Jika koefisien regresinya
signifikan, maka dalam model pembelajaran tersebut terdapat multikolinearitas
(Algifari, 2000:84).

Deteksi lain adanya gejala multikolinearitas adalah dengan menggunakan nilai


Variance Inflaction Factor (VIF) dan Tolerance melalui SPSS. Apabila nilai tolerance di atas
10%, VIF di bawah 10, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi bebas
multikolinearitas.

3.4.2.3.Uji Autokorelasi

Pengujian autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antara


kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1
(sebelumnya). Model regresi yang baik adalahregresi yang bebas dari autokorelasi (Ghozali,
2007: 95). Mendeteksi terjadinya autokorelasi dapat dilakukan dengan pengujian terhadap nilai
uji Durbin Watson (Uji DW). Uji Durbin Watson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu
(first order autocorrelation) dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model regresi
dan tidak ada variabel lagi diantara variabel independen. Menurut Ghozali (2007:96) Hipotesis
yang diuji adalah:

Ho : tidak ada autokorelasi (r = 0)

Ha : ada autokorelasi (r ≠ 0)

Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut:

Hasil Perhitungan Klasifikasi


Kurang dari 1,38 Ada Autokorelasi
1,38 sampai dengan 1,77 Tanpa Kesimpulan
1,77 sampai dengan 2,23 Tidak ada Autokorelasi
2,23 sampai dengan 2,26 Tanpa Kesimpulan
Lebih dari 2,26 Ada Autokorelasi
Sumber: (Algifari, 2000 : 89)

3.4.2.4. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika
berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau
tidak terjadi heteroskedastisitas. Kebanyakan data crossection mengandung situasi
heteroskedastisitas karena data ini menghimpun dana yang mewakili berbagai ukuran (kecil,
sedang, dan besar).

Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas antara lain
dengan melihat grafik Plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan
residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat
ada tidaknya pola tertentu ada grafik scatterplot antara SRESID dengan ZPRED diman sumbu Y
adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang
telah di-studentized.

Dasar analisis:

1. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur
(bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi
heteroskedastisitas.
2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada
sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2007:105)

3.4.3. Analisis Regresi Berganda


Secara umum, analisis regresi adalah studi mengenai ketergantungan variabel dependen
(terikat) dengan satu atau lebih variabel independen (bebas) dengan tujuan untuk mengestimasi
atau memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai
variabel independen yang diketahui (Gujarati, 2003:72). Pengujian hipotesis dalam penelitian
menggunakan analisis regresi berganda.

Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui apakah rasio keuangan yang
merupakan variabel bebas dapat mengukur tingkat hargasaham. Analisis ini untuk menunjukkan
hubungan pengaruh antara kinerja keuangan yang diproksikan dengan rasio CR (X1), ROE (X2),
NPM (X3), dan DPR (X4) terhadap perubahan harga saham perusahaan Otomotif dan
Komponennya (Y).

Persamaan regresi linier ganda adalah sebagai berikut :

Y = a + bX1+b X2+bX3 +bX4+bX5+ e


Keterangan :

Y = Harga Saham Perusahaan Otomotif dan Komponennya

a = Bilangan Konstanta

b = Koefisien regresi variabel independen.

X1 = Carrent Ratio (CR)

X2 = Return On Equity (ROE)

X3 = Net Profit Margin (NPM)

X4 = Earning Per Share (EPS)

e = Residual

(Sudjana, 2002:348).

Dalam pengujian alat analisis regresi perlu dilakukan pengujian asumsi klasik agar hasil
analisis regresi menunjukkan hubungan yang valid meliputi: Ketepatan fungsi regresi sampel
dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari goodness of fit. Secara statistik, setidaknya hal ini
dapat diukur dari nilai koefisien determinasi, nilai statistik F, dan nilai statistik t (Ghozali, 2009).

3.4.3.1. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

Uji beda t-test digunakan untuk menguji seberapa jauh pengaruh variabel independen
yang digunakan dalam penelitian ini secara individual dalam menerangkan variabel dependen.
Dasar pengambilan keputusan yang digunakan dalam uji t adalah sebagai berikut :

a. Jika nilai probabilitas signifikansi ˃ 0,05, maka hipotesis ditolak. Hipotesis ditolak
mempunyai arti bahwa variabel tidak berpengaruh terhadap variabel dependen

b. Jika nilai probabilitas signifikansi ˂ 0,05, maka hipotesis tidak dapat ditolak. Hipotesis
tidak dapat ditolak mempunyai arti bahwa variabel independen berpengaruh terhadap
variabel dependen.

3.4.3.2.Uji signifikansi Simultan (Uji statistik F)


Uji signifikansi simultan bertujuan untuk mengetahui pengaruh semua variabel
independen terhadap variabel dependen. Penentuan penerimaan atau penolakan hipotesis sebagai
berikut :

a. Apabila probabilitas ˃ 0,05, maka semua variabel independen secara bersama-sama tidak
mempengaruhi variabel dependen.

b. Apabila probabilitas ˂ 0,05, maka semua variabel independen secara bersama-sama


mempengaruhi variabel dependen.

3.5.3.3.Koefisien Determinasi (R 2)

Koefisien determinasi mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam


menerangkan variasi variabel dependen. Nilai yang mendekati 1 berarti variabel-variabel
independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi
variasi variabel dependen (Ghozali, 2009).
JURNAL MAPPING
Nama Variabel yang
Tahun Judul Hasil yang diperoleh
peneliti digunakan
Firman 2014 Analisis Pengaruh Kinerja Variabel Dependen : Current Ratio (CR), Debt to Equity
Maulana Keuangan Terhadap Harga Saham Harga Saham Ratio (DER), dan Net Profit Margin (NPM)
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
Pada Perusahaan Makanan Dan Variabel Independen : harga saham. Sedangkan variabel Earning Per Share
Minuman Yang Terdaftar Di CR, DER, NPM, EPS (EPS) tidak berpengaruh terhadap harga saham.

Beiperiode Tahun 2010-2012

Tiara Rachman 2011 Analisis Pengaruh Kinerja Variabel Dependen : Secara simultan :
Harga saham CR, DER, ROA, ROE, dan EPS) secara simultan
Putri Keuangan Terhadap Harga
(bersama-sama) berpengaruh secara signifikan
Variabel Independen : terhadap variabel terikat (harga saham).
Saham Pada Perusahaan CR, DER, ROA, Secara parsial :
ROE, EPS ROA (Return On Assets) dan EPS
Manufaktur Di Bursa Efek
(Earning Per Share) yang berpengaruh positif
terhadap harga saham dan memiliki kontribusi
Indonesia dominanterhadap harga saham.

Gede Priana 2009 Pengaruh Pbv, Der, Eps, Dpr Variabel Dependen : Hanya Earning Per Share (EPS) yang
Dan Roa Terhadap Harga Harga saham mempengaruhi harga saham secara parsial,
Dwipratama Saham (Studi Empiris Pada sedangkan rasio keuangan yang lainnya tidak
Perusahaan Food And Variabel Independen : berpengaruh. Sedangkan secara simultan, semua
Beverage Yang Terdaftar Di PBV, DER, EPS, rasio keuangan (PBV, DER, EPS, DPR dan ROA)
Bei) DPR, dan ROA berpengaruh terhadap harga saham.

Ema 2013 Pengaruh Per, Eps, Roa Dan Variabel Dependen : Secara simultan :
Novasari Der Terhadap Harga Saham Harga Saham EPS dan DPS berpengaruh terhadap harga saham.
Perusahaan Sub-Sektor Industri
Textile Yang Go Public Di Variabel Independen : Secara parsial :
Bursa Efek Indonesia (Bei) PER, EPS, ROA, dan EPS berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Tahun 2009-2011. DER harga saham. Sedangkan DPS tidak berpengaruh
signifikan terhadap harga saham.

Achmad 2013 Pengaruh Variabel Return On Variabel Dependen : Secarasimultan:


Perubahan Harga ROA, ROE, NPM dan EPS mempunyai pengaruh
Husaini Assets , Return On Equity, Net terhadap harga saham
saham
Profit Margin Dan Earning Per
Variabel Independen : Secara Parsial:
Share Terhadap Harga Saham ROA dan EPS yang berpengaruh secara signifikan
ROA,ROE, NPM,
Perusahaan EPS terhadap harga saham, sedangkan variabel ROE dan
NPM tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
harga saham. ROA mempunyai pengaruh dominan
terhadap harga saham.

Rendra Yuli 2014 Pengaruh Kinerja Keuangan Variabel Dependen : ROA, EPS, dan PER mempunyai
Terhadap Harga Saham Perubahan Harga pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.
Aditya
Pada Perusahaan Rokok Di Bursa saham
Efek Indonesia Variabel Independen :
ROA,EPS, PER

Agustina 2014 Analisa Faktor-Faktor Yang Variabel Dependen : Secara simultan :


dan Fitri Mempengaruhi Pergerakan Harga Saham Net Profit Margin (NPM). Dividend Per Share
Sumartio Harga Saham Pada Perusahaan (DPS), tingkat suku bunga Sertifikat Bank
Pertambangan Variabel Independen : Indonesia (SBI), tingkat inflasi, dan kurs
NP M , D P R, berpengaruh terhadap pergerakan harga saham.
Tingkat Suku Bunga,
Inflasi,kurs Secara parsial :
Hanya Dividend Per Share (DPS) yang
berpengaruh terhadap pergerakan harga saham,
sedangkan Net Profit Margin (NPM), tingkat suku
bunga SBI, tingkat inflasi, dan kurs valuta asing
tidak berpengaruh terhadap pergerakan harga
saham.
Putu Dina 2013 Pengaruh Eps, Der, Dan Pbv Variabel Dependen: EPS, PBV terhadap harga saham adalah signifikan
Aristya Terhadap Harga Saham Harga Saham positif, sedangkan pengaruh DER terhadap harga
Dewi dan saham adalah signifikan negatif pada perusahaan
I.G.N.A Food and Beverage yang teregister di BEI dengan
Suaryana Variabel Independen: tahun pengamatan pada 2009-2011. Ketiga variabel
EPS, DER, dan PBV independen yang digunakan pada penelitian ini EPS,
DER, dan PBV bersama-sama berpengaruh
signifikan bagi harga saham perusahaan di bidang
Food and Beverage yang terdaftar di BEI dengan
periode pengamatan pada 2009-2011.

Maria 2015 Pengaruh Kinerja Keuangan Variabel Dependen: EPS dan PER berpengaruh signifikan terhadap harga
Fitriana Terhadap Harga Saham Harga Saham saham di Bursa Efek Indoensia, sedangkan ROE dan
Gere Perusahaan Manufaktur DER tidak berpengaruh signifikan terhadap harga
Di Bursa Efek Indonesia saham di Bursa Efek Indonesia.
Variabel Independen:
EPS, ROE, DER dan
PER

Anda mungkin juga menyukai