Anda di halaman 1dari 42

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Di era globalisasi ini, banyak perusahaan di Indonesia yang ingin

memperluas kegiatan usahanya melalui ekspansi bisnis. Tujuannya adalah untuk

menjadi perusahaan yang lebih kompetitif dan untuk meningkatkan keuntungan

perusahaan.

Bursa efek atau pasar modal pada dasarnya adalah sama dengan

pasar-pasar biasa yang berhubungan dengan penjualan dan pembelian, bedanya

yang diperjualbelikan adalah saham. Perdagangan saham di Indonesia

dilaksanakan di Bursa Efek Indonesia (BEI) berpusat di Jakarta yang belakangan

ini pertumbuhannya sangat cepat, hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya

perusahaan yang telah go public di Indonesia. Pasar modal berfungsi sebagai

sarana untuk mempertemukan antara dua pihak yaitu pihak yang memerlukan

dana dan pihak yang kelebihan dana atau biasa disebut investor. Perusahaan yang

go public menerbitkan saham untuk pendanaan perusahaannya di pasar modal.

Saham itu sendiri adalah tanda kepemilikan seseorang atau badan atas

suatu perusahaan atau perseroan terbatas yang diperoleh dari pembelian atau cara

lain yang nantinya dapat memberikan hak atas deviden atau yang lainnya

sesuai dengan besar kecilnya investasi yang diberikan. Saham banyak

dijadikan sebagai pilihan oleh investor untuk memperoleh laba atau return yang
besar karena menurut mereka saham dapat memberikan keuntungan yang

menarik. Keuntungan tersebut diperoleh dari pembagian dividen dan kenaikan

harga saham. Naik dan turunnya harga saham lebih dijadikan perhatian oleh para

investor untuk berinvestasi daripada mengharapkan pembagian dividen yang

dilakukan secara berkala.

Pasar modal menjadi salah satu sumber kemajuan ekonomi karena dapat

menjadi sumber dan alternatif bagi perusahaan disamping bank. Pasar modal

merupakan alternatif pembiayaan untuk mendapatkan modal dan juga tempat

untuk investasi jangka pendek dan jangka panjang. Keuntungan yang dapat

diperoleh dengan berinvestasi melalui saham cukup terbilang tinggi. Namun

risiko yang ditanggung pun juga dapat dikatakan memiliki risiko yang juga

tinggi. Hal tersebut dikarenakan harga saham yang berfluktuatif dengan kondisi

permintaan dan penawaran yang sedang terjadi. Para investor lebih tergiur dan

memilih berinvestasi pada saham umumnya bertujuan dengan maksud

mengharapkan return yang diperoleh lebih besar dari dana yang diinvestasikan.

Menurut Zuliarni (2012), masalah utama yang dihadapi perusahaan dalam

melakukan ekspansi bisnis adalah modal. Salah satu alternatif bagi perusahaan

untuk mendapatkan tambahan modal adalah melalui pasar modal. Pasar modal

adalah tempat bagi perusahaan memperoleh tambahan dana untuk kegiatan

bisnisnya, sehingga dapat meningkatkan keuntungan perusahaan.

Menurut Mohammad Samsul (2006), “pasar modal merupakan tempat

bertemunya permintaan dan penawaran instrumen keuangan jangka panjang.”

2
Yang termasuk dalam instrumen keuangan jangka panjang antara lain: saham,

obligasi, reksadana, obligasi derivatif (opsi dan futures). Dan di antara instrumen

pasar modal tersebut, yang paling populer adalah saham.

Menurut Martalena dan Malinda (2011:2) “pasar modal adalah pasar

untuk berbagi instrument keuangan jangka panjang yang bisa diperjual belikan,

baik surat utang, ekuitas, reksadana, instrument derivatif maupun instrument

lainnya”. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun

institusi lain, dan sebagai sarana kegiatan investasi, dengan demikian pasar modal

memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan

terkait lainnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa pasar modal adalah pasar yang

mempertemukan penjual dan pembeli sekuritas jangka panjang baik dalam

bentuk hutang maupun modal sendiri. Sedangkan tempat terjadinya transaksi

disebut bursa efek. Oleh karena itu bursa efek merupakan arti pasar modal secara

fisik.

Menurut Fakhruddin dalam Tomi (2011:1) pasar modal kini memiliki

peranan penting bagi suatu negara dalam bidang perekonomiannya temasuk di

Indonesia. Hal ini dikarenakan pasar modal mempunyai dua fungsi yaitu fungsi

ekonomi dan fungsi keuangan. Fungsi pasar modal dalam segi ekonomi adalah

pasar modal sebagai fasilitas untuk menghubungkan pihak yang membutuhkan

dana dan pihak yang kelebihan dana (investor). Sedangkan fungsi keuangan yaitu

memberikan peluang dan kesempatan untuk memperoleh imbalan bagi pemilik

dana sesuai dengan karakterisitk investasi yang dipilih.

3
Menurut Jogiyanto (2009:111) menjelaskan bahwa investasi adalah

komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya pada saat ini untuk

memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang akan datang. Salah satu sarana

atau tempat untuk melakukan investasi adalah pasar modal. Tempat untuk

menghubungkan atau mempertemukannya dilaksanakan berdasarkan suatu

lembaga resmi yang disebut dengan bursa efek. Salah satu efek yang diperjualkan

belikan adalah saham.

Saham adalah surat bukti kepemilikan suatu perusahaan (Tandelilin,

2007). Pemilik saham akan menerima penghasilan berupa dividen dan capital

gain yang akan dibagikan apabila perusahaan mendapatkan keuntungan. Di

samping dapat memberikan keuntungan, saham juga mempunyai resiko yang

tidak bisa diabaikan begitu saja. Semakin tinggi imbal hasil yang diharapkan,

maka semakin tinggi pula resiko yang akan dihadapi investor. Berdasarkan hal

tersebut, para investor harus jeli dan memperhitungkan segala sesuatu dengan

baik sebelum berinvestasi dalam saham di pasar modal.

Investasi dalam bentuk saham dirasa memiliki resiko yang cukup tinggi.

Investor tidak mengetahui secara pasti resiko apa yang akan dialami. Oleh

sebab itu investor memerlukan informasi dan juga alat pengukur kinerja

perusahaan yang tepat agar dapat memilih saham mana yang harus dipilih. Harga

saham peka dengan perubahan-perubahan yang terjadi baik perubahan dalam

negeri maupun luar negeri, terutama kondisi investasi di Indonesia yang lebih

4
didominasi oleh investor asing daripada investor dalam negeri kondisi pasar

modal sering cenderung bergerak menurut keinginan para investor asing tersebut.

Aspek penting yang menarik juga untuk dipahami dalam pasar modal

adalah tentang pengerakan naik turunnya harga saham. Penilaian saham secara

akurat bisa meminimalkan resiko sekaligus membantu investor mendapatkan

keuntungan yang wajar hal ini didasari oleh karena investasi di pasar modal

merupakan jenis investasi yang beresiko tinggi meski menjanjikan keuntungan

yang relatif besar. Investasi di pasar modal sekurang- kurangnya memperlihatkan

dua hal yaitu keuntungan yang diharapkan dan rasio yang mungkin terjadi ini

berarti investasi dalam bentuk saham menjanjikan keuntungan yang besar sekaligus

beresiko, oleh karena itu, perlu penelaahan dan pengamatan yang lebih focus

terhadap pergerakan saham dan legalitas perusahaan yang ada di bursa efek.

Di sisi lain, pergerakan harga saham merupakan salah satu faktor yang

memberikan kontribusi terhadap investasi sebab harga saham merupakan cerminan

keadaan perusahaan, yang membuat investor tertarik untu berinvestasi di

perusahaan tersebut.

Apabila harga saham turun akan mengalami kerugian bagi investor dan

apabila tingkat harga saham tinggi maka kekayaan pemegang saham semakin

besar dan hal ini dianggap menguntungkan bagi investor.Naik turunnya harga

saham dapat ditentukan dari berbagai faktor, baik berasal dari lingkungan internal

maupun eksternal pada perusahaan.

5
Zuliarni (2012) juga menjelaskan bahwa salah satu faktor yang

mempengaruhi harga saham adalah kondisi perusahaan yang erat hubungannya

dengan kinerja keuangan perusahaan. Ukuran kinerja keuangan yang sering

digunakan adalah laporan keuangan perusahaan. Sedangkan analisis yang

digunakan untuk laporan keuangan adalah dengan menggunakan rasio keuangan.

Jenis rasio keuangan yang sering digunakan untuk mengukur kinerja

keuangan adalah rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio leverage, dan rasio

manajemen asset atau rasio aktivitas. Menurut Brigham (2012), apabila nilai

dari keempat rasio yang disebutkan di atas terlihat baik dan

menunjukkan keadaan yang stabil, maka kemungkinan harga saham akan

tinggi. Jenis rasio yang digunakan untuk menilai kinerja keuangan diantaranya:

Current Ratio (CR), Return On Assets (ROA), Earning Per Share (EPS), dan Net

Profit Margin (NPM).

Current ratio merupakan rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan

untuk membayar kewajiban jangka pendek perusahaan, kemampuan suatu

perusahaan memenuhi kebutuhan utang ketika jatuh tempo, untuk memenuhi

biaya operasionalnya sehingga dapat meyakinkan investor untuk berinvestasi.

Investor untuk melakukan investasi di pasar modal bertujuan untuk mendapatkan

suatu pengembalian maupun keuntungan. dari hasil berinvestasi. Perusahaan

juga perlu memperhatikan besaran rasio profitabilitas yang salah satunya dapat

diukur dengan menggunakan Net Profit Margin. Net Profit Margin (NPM) adalah

rasio yang digunakan untuk menunjukan kemampuan perusahaan dalam

6
menghasilkan keuntungan bersih. Net Profit Margin (NPM) merupakan

keuntungan penjualan setelah menghitungseluruh biaya dan pajak penghasilan.

Rasio ini menunjukkan perbandingan laba bersih setelah pajak dengan penjualan.

Seorang investor yang membeli suatu saham perusahaan akan

memperhatikan besaran Likuiditas, Profitabilitas dan Solvabilitas. Karena

solvabilitas merupakan kemampuan pada suatu perusahaan didalam memenuhi

seluruh kewajiban keuangan yang secepatnya dapat dicairkan atau yang sudah

jatuh tempo. alat ukur yang dipergunakan untuk mengukur tingkat likuiditas antara

lain adalah: Current Ratio (Rasio Lancar). Current Ratio digunakan untuk

mengetahui kemampuan perusahaan melunasi kewajiban jangka pendeknya dengan

aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Kondisi perusahaan yang memiliki Current

Ratio yang baik adalah dianggap sebagai perusahaan yang baik dan bagus, namun

jika Current Ratio terlalu tinggi juga dianggap tidak baik.

Dengan kata lain, jika current ratio rendah atau terlalu tinggi akan membuat

harga saham suatu perusahaan mengalami penurunan. Penelitian yang di lakukan

oleh (Nurdin, 2015), (Pratama & Erawati, 2014), (Setiyawan & Pardiman, 2014)

menyatakan bahwa Current Ratio (CR) tidak memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap Harga Saham. Berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan

oleh (Valintino & Sularto, 2015), (Sia & Tjun, 2011), (Manoppo, Tewal & Jan,

2017), (Faleria, Lambey & Walandouw, 2017) menyatakan bahwa Current Ratio

(CR) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Harga Saham.

7
Rasio Net Profit Margin disebut juga dengan rasio pendapatan terhadap

penjualan. Mengenai profit margin ini Joel G. Siegel dan Jae K. Shim mengatakan,

margin laba bersih sama dengan laba bersih dibagi dengan penjualan bersih. Ini

menunjukan kestabilan kesatuan untuk menghasilkan perolehan pada tingkat

penjualan khusus. Dengan memeriksa margin laba dan norma industri sebuah

perusahaan pada tahun-tahun sebelumnya, kita dapat menilai efisiensi operasi

dan strategi penetapan harga serta status persaingan perusahaan dengan perusahaan

lain dalam industri tersebut. Margin laba kotor sama dengan laba kotor dibagi laba

bersih. Margin laba yang tinggi lebih disukai karena menunjukkan bahwa

perusahaan medapat hasil yang baik yang melebihi harga pokok penjualan.

Semakin besar NPM menunjukkan kinerja perusahaan yang produktif

karena dapat menghasilkan laba yang tinggi melalui aktivitas penjualannya,

sehingga saham perusahaan tersebut banyak diminati investor dan akan

menaikkan harga saham perusahaan.

Zuliarni (2012) juga menjelaskan bahwa salah satu faktor yang

mempengaruhi harga saham adalah kondisi perusahaan yang erat hubungannya

dengan kinerja keuangan perusahaan. Ukuran kinerja keuangan yang sering

digunakan adalah laporan keuangan perusahaan. Sedangkan analisis yang

digunakan untuk laporan keuangan adalah dengan menggunakan rasio keuangan.

Jenis rasio keuangan yang sering digunakan untuk mengukur kinerja

keuangan adalah rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio leverage, dan rasio

manajemen asset atau rasio aktivitas. Menurut Brigham (2012), apabila nilai

8
dari keempat rasio yang disebutkan di atas terlihat baik dan menunjukkan

keadaan yang stabil, maka kemungkinan harga saham akan tinggi. Jenis rasio

yang digunakan untuk menilai kinerja keuangan diantaranya: Current Ratio (CR),

Return On Assets (ROA), Earning Per Share (EPS), dan Net Profit Margin (NPM).

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan mengambil judul “Analisis Pengaruh Current Ratio (CR) dan

Net Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham Di Perusahaan

Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2016-

2019”.

1.2. Rumusan Masalah

1. Rasio keuangan dari suatu perusahaan mempengaruhi minat investor untuk

berinvestasi pada perusahaan tersebut.

2. Perusahaan yang memiliki rasio keuangan yang bagus tentu saja menarik

perhatian para investor untuk berinvestasi, yang nantinya akan mempengaruhi

permintaan dari suatu saham.

3. Tujuan utama dari aktivitas perdagangan para investor di pasar modal

adalah memperoleh keuntungan. Untuk itu diperlukan adanya informasi terutama

tentang kondisi keuangan yang dapat meyakinkan para investor untuk berinvestasi

pada perusahaan tersebut.

4. Semakin banyaknya permintaan dari suatu saham, maka akan

mempengaruhi harga dari saham tersebut.

9
5. Telah banyak literatur penelitian yang membahas tentang faktor-faktor

yang mempengaruhi tingkat rasio keuangan dan harga saham, namun ditemukan

hasil yang tidak sama (research gap).

1.3. Pertanyaan Penelitian

1. Apakah Currrent Ratio (CR) berpengaruh terhadap harga saham pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2016-

2019?

2. Apakah Net Profit Margin (NPM) berpengaruh terhadap harga saham pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2016-

2019?

3. Apakah Currrent Ratio (CR), dan Net Profit Margin (NPM) secara

simultan berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2016-2019?

1.4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan penelitian

dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui Apakah Currrent Ratio (CR) berpengaruh terhadap harga

saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(BEI) tahun 2016-2019?

10
2. Untuk mengetahui Apakah Net Profit Margin (NPM) berpengaruh terhadap

harga saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) tahun 2016-2019?

3. Untuk mengetahui Apakah Currrent Ratio (CR), dan Net Profit Margin (NPM)

secara simultan berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2016-2019?

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini, yaitu :

1. Bagi Peneliti dan Akademisi

Penelitian ini sebagai bahan masukan untuk menambah wawasan

bahwasanya harga saham dapat dipengaruhi oleh Currrent Ratio (CR), dan Net

Profit Margin (NPM). Hasil ini dapat menjadi tambahan referensi bagi peneliti

selanjutnya, untuk menguji kembali mengenai pengaruh keempat variabel tersebut

dan variabel lain yang mampu berdampak terhadap tingkat kecukupan modal dan

harga saham pada kondisi ataupun jenis perusahaan yang berbeda.

2. Bagi Perusahaan

Bagi perusahaan, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan

informasi akuntansi khususnya berkaitan dengan perkembangan Currrent Ratio

(CR), dan Net Profit Margin (NPM) yang berpengaruh terhadap harga saham,

sehingga perusahaan dapat mengantisipasi kebijakan akuntansi yang lebih baik

pada periode yang akan datang.

11
3. Bagi Investor

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk melihat

lebih lanjut hal-hal yang terkait dengan informasi Currrent Ratio (CR), dan Net

Profit Margin (NPM) dalam mengambil keputusan berinvestasi pada suatu

perusahaan tertentu.

1.6. Originalitas Penelitian

Originalitas penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang

dilakukan oleh (Edwin, 2018) dengan judul : Pengaruh Current Ratio (CR) dan Net

Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham Perusahaan Makanan dan Minuman

Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Adapun perbedaan penelitian ini dengan

penelitian sebelumnya dapat ditunjukkan pada Tabel 1.1 berikut ini :

Tabel 1.1
Originalitas Penelitian
Keterangan Peneliti Terdahulu Peneliti
Judul Pengaruh Current Ratio Analisis Pengaruh Current
(CR) dan Net Profit Margin Ratio (CR) dan Net Profit
(NPM) Terhadap Harga Margin (NPM) Terhadap
Saham Perusahaan Harga Saham Di Perusahaan
Makanan dan Minuman Manufaktur Yang Terdaftar
Yang Terdaftar di Bursa Di Bursa Efek Indonesia
Efek Indonesia (BEI) Periode 2016-2019.
Variabel 1. Current Ratio (CR) 1. Current Ratio (CR)
Independen 2. Net Profit Margin (NPM) 2. Net Profit Margin (NPM)

Variabel Harga Saham Harga Saham


Dependen
Tahun Penelitian 2012-2016 2016-2019
Jumlah Sampel 12 Sampel 66 Sampel

12
13

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Agency Theory

Agency Theory (Teori Keagenan) merupakan teori yang menjelaskan

hubungan antara pihak manajemen (agent) dengan pemegang saham (principal).

Kedua belah pihak ini memiliki hak dan kewajiban serta tanggung jawab masing-

masing. Pemegang saham (principal) memberikan dana dan fasilitas untuk

operasional perusahaan, sedangkan pihak manajemen yang berlaku sebagai agen

menjalankan apa yang ditugaskan oleh pemegang saham kepadanya. Untuk

kepentingan ini keduanya sama-sama mendapatkan keuntungan, pemegang saham

akan memperoleh hasil berupa pembagian laba sedangkan pihak manajemen akan

memperoleh bonus, gaji atau berbagai bentuk insentif lainnya.

Jensen dan Meckling (1976:5) menjelaskan hubungan keagenan

merupakan suatu kontrak dimana satu atau lebih orang (prinsipal) memerintah

orang lain (agen) untuk melakukan suatu jasa atas nama prinsipal serta memberi

wewenang kepada agen membuat keputusan yang terbaik bagi prinsipal. Jika

kedua belah pihak tersebut mempunyai tujuan yang sama untuk memaksimumkan

nilai perusahaan, maka diyakini agen akan bertindak dengan cara yang sesuai

dengan kepentingan prinsipal.


Hubungan keagenan dapat menimbulkan masalah pada saat pihak-pihak

yang bersangkutan mempunyai tujuan yang berbeda, pemilik modal

menginginkan bertambahnya kekayaan dan kemakmuran sedangkan manajer

menginginkan bertambahnya kesejahteraan. Masalah keagenan antara manajer

dengan pemegang saham berpotensi muncul ketika manajer suatu perusahaan

memiliki kurang dari 100 persen saham perusahaan, sehingga manajer cenderung

bertindak untuk mengejar kepentingan dirinya dan sudah tidak berdasarkan pada

maksimalisasi nilai dalam mengambil keputusan pendanaan (Jensen dan

Meckling, 1976). Teori keagenan juga menyatakan bahwa konflik kepentingan

antara manajemen dengan pemegang saham dapat diminimalisasi dengan suatu

mekanisme pengawasan yang dapat mensejajarkan kepentingan-kepentingan yang

terkait (Ramadhani, 2008). Mekanisme pengawasan tersebut dapat berupa

penerapan tata kelola bank yang baik (Good Coorporate Governance).

Adapun penggunaan teori keagenan ini dikarenakan menurut peneliti teori

keagenan ini dapat menjelaskan pengaruh antara variabel independen dengan

variabel dependen peneliti yaitu Tingkat Kecukupan Modal. Hubungan antara

profitabilitas dengan tingkat kecukupan modal ini dijelaskan melalui bonus plan

hypothesis dalam Agency Theory. (Hettihewa , 2003) dalam Ramadhani (2008)

menyatakan bahwa manajer dengan rencana bonus akan berusaha untuk

meningkatkan profitabilitas perusahaan, karena profitabilitas yang semakin tinggi

akan meningkatkan bonus yang diterimanya.

14
2.1.2. Signalling Theory

Signalling theory menekankan kepada pentingnya informasi yang

dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar

perusahaan. Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis

karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran

baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang

bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya.

Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh

investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan

investasi. Konsep signaling pertama kali dipelajari dalam konteks kerja dan

produk pasar, yang dikembangkan oleh equilibrum signal oleh Spence (1973)

yang menyatakan bahwa perusahaan yang baik dapat membedakan diri dengan

perusahaan yang buruk dengan mengirimkan sinyal yang kredibel mengenai

kualitas ke pasar modal. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah

dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat

berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut

lebih baik daripada perusahaan lain. Manajer memberikan informasi melalui

laporan keuangan bahwa mereka menerapkan kebijakan akuntansi konservatisme

yang menghasilkan laba yang lebih berkualitas karena prinsip ini mencegah

perusahaan melakukan tindakan membesar-besarkan laba dan membantu

pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva yang tidak

overstate.

15
Keadaan ini akan menyebabkan peningkatan pasar saham perusahaan

yang nantinya berpengaruh terhadap peningkatan return saham di pasar modal.

Kondisi sebaliknya jika semakin banyak investor yang menarik dananya dari

suatu perusahaan, maka akan menurunkan volume perdagangannya yang

kemudian akan menurunkan harga pasar sahamnya.

2.2. Telaah Literatur

2.2.1. Pengertian Pasar Modal

Pengertian pasar modal secara umum menurut Keputusan Menteri

Keuangan RI No.1548/kmk/1990 tentang Peraturan Pasar Modal adalah: “Suatu

sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk di dalamnya adalah bank-bank

komersil dan semua lembaga perantara dibidang keuangan, serta seluruh surat-

surat berharga yang beredar”. Dalam arti sempit pasar modal adalah suatu tempat

dalam pengertian fisik yang mengorganisasikan transaksi penjualan efek atau

disebut sebagai bursa efek.

Pasar modal merupakan salah satu aset negara yang sangat membantu

dalam menumbuh kembangkan perekonomian Negara, dimana Pasar modal juga

merupakan salah satu alternative yang digunakan oleh perusahaan untuk

memperoleh dana. Kehadiran pasar modal memperbanyak pilihan sumber dana

bagi investor serta menambah pilihan investasi, yang juga dapat diartikan

kesempatan untuk memperoleh imbal hasil. Investasi merupakan komitmen atas

16
sejumlah dana atau sumber dana lainnya yang dilakukan pada saat ini dengan

tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang akan datang.

Aspek penting yang menarik juga untuk dipahami dalam pasar

modal adalah tentang pengerakan naik turunnya harga saham. Penilaian saham

secara akurat bisa meminimalkan resiko sekaligus membantu investor

mendapatkan keuntungan yang wajar hal ini didasari oleh karena investasi di

pasar modal merupakan jenis investasi yang beresiko tinggi meski menjanjikan

keuntungan yang relatef besar. Investasi di pasar modal sekurang- kurangnya

memperlihatkan dua hal yaitu keuntungan yang diharapkan dan rasio yang

mungkin terjadi ini berarti investasi dalam bentuk saham menjanjikan

keuntungan yang besar sekaligus beresiko, oleh karena itu, perlu penelaahan

dan pengamatan yang lebih focus terhadap pergerakan saham dan legalitas

perusahaan yang ada di bursa efek.

Pasar modal adalah tempat pertemuan antara penawaran dengan

permintaan surat berharga. “Di tempat ini para pelaku pasar yaitu individu-

individu atau badan usaha yang mempunyai kelebihan dana (surplus fund)

melakukan investasi dalam surat berharga yang ditawarkan oleh emiten”

(Sumariyah, 2011:5).

Menurut Martalena dan Malinda (2011:2) “pasar modal adalah pasar

untuk berbagi instrument keuangan jangka panjang yang bisa diperjual belikan,

17
baik surat utang, ekuitas, reksadana, instrument derivatif maupun instrument

lainnya”. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun

institusi lain, dan sebagai sarana kegiatan investasi, dengan demikian pasar

modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan

kegiatan terkait lainnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa pasar modal adalah pasar

yang mempertemukan penjual dan pembeli sekuritas jangka panjang baik dalam

bentuk hutang maupun modal sendiri. Sedangkan tempat terjadinya transaksi

disebut bursa efek. Oleh karena itu bursa efek merupakan arti pasar modal secara

fisik.

Pada pasar modal, kenaikan dan penurunan harga saham sering terjadi

mengikuti perubahan lingkungan bisnis pada saat itu. Untuk itulah para investor

memerlukan informasi yang akurat sebagai bahan pertimbangan untuk

melakukan investasi. Dalam berinvestasi para investor mengharapkan return yang

terbaik, oleh sebab itu untuk menentukan pilihan saham yang tepat perlu

dilakukan analisis fundamental yang berhubungan dengan kinerja keuangan

perusahaan tentang efektivitas dan efisiensi perusahaan untuk mencapai

tujuannya dengan menganalisis kondisi keuangan perusahaan. Analisis

fundamental dilakukan untuk menganalisa kondisi dan nilai perusahaan

berdasarkan kinerja perusahaan. Menganalisis kinerja perusahaan dapat

dilakukan dengan menganalisis kinerja keuangan perusahaan dengan melihat

laporan keuangan yang telah diterbitkan oleh perusahaan tersebut. Dari laporan

keuangan para investor dapat memperoleh informasi tentang kinerja suatu

18
perusahaan yang mengukur keberhasilan dari setiap bisnis. Kinerja perusahaan

yang baik dapat meningkatkan laba bersih sehingga harga saham perusahaan

menjadi tinggi.

Secara umum nilai perusahaan digambarkan dengan adanya

perkembangan harga saham perusahaan di pasar modal. Semakin tinggi harga

saham suatu perusahaan, maka semakin tinggi pula nilai perusahaan

tersebut.Harga saham di pasar modal dipengaruhi oleh beberapa faktor. Antara

lain, kinerja perusahaan secara keseluruhan khususnya prospek perusahaan di

masa depan serta laba yang dihasilkan. Selain itu, deviden yang dibagikan kepada

pemegang saham, suku bunga bank, serta tingkat perubahan harga dianggap

cukup berpengaruh.Seluruh faktor fundamental tersebut dipengaruhi oleh kondisi

perekonomian pada umumnya.

2.2.2. Pengertian Rasio Keuangan

Rasio keuangan adalah suatu alat analisis keuangan yang digunakan oleh

perusahaan dalam menilai kinerja perusahaannya berdasarkan perbandingan data

keuangan yang ada pada pos laporan keuangan, seperti laporan neraca, laporan

aliran kas, dan laporan laba-rugi. Dengan adanya rasio keuangan, maka pihak

manajemen perusahaan, investor, dan kreditur akan lebih mudah dalam

menganalisis kinerja bisnis, mengetahui titik permasalahan, keuangan, dan

kelemahan keuangan perusahaan, dan mempermudah dalam pengambilan

keputusan.

19
Menurut Kasmir (2008:104) “rasio keuangan merupakan kegiatan yang

membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara

membagi satu angka dengan angka yang lainnya”. “Analisis rasio adalah

membandingkan utang masing-masing perusahaan dengan aktivanya dan

membandingkan beban yang harus dibayarkan dengan laba yang tersedia untuk

pembayaran bunga” (Brigham, 2006: 95). Pengertian rasio keuangan menurut

Sutrisno (2008:210) “adalah suatau cara untuk melakukan perbandingan data

keuangan perusahaan agar menjadi lebih berarti, dengan menggunakan

perhitungan-perhitungan rasio kuantitatif yang disajikan dalam neraca maupun

laba rugi”.

2.2.3. Saham

Salah satu jenis sekuritas yang paling populer di pasar modal adalah

sekuritas saham. Pada umumnya, saham adalah suatu surat berharga yang

menunjukkan adanya kepemilikan seseorang atau badan hukum terhadap

perusahaan penerbit saham (Darmadji dan Fakhruddin, 2001). Pengertian lain,

saham adalah tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu

perusahaan (Fakhruddin dan Hadianto, 2001).

Saham adalah salah satu aset yang diperdagangkan oleh perusahaan dalam

pasar modal. Pasar modal merupakan salah satu fasilitas untuk menyalurkan dana

dari pihak yang memiliki kelebihan dana kepada pihak yang membutuhkan dana.

Dengan melonjaknya jumlah saham yang ditransaksikan, dan semakin tingginya

volume perdagangan saham, akan dapat mendorong perkembangan pasar modal di


20
Indonesia. Seiring dengan perkembangan tersebut, maka kebutuhan akan

informasi dalam pengambilan keputusan investasi di pasar modal juga meningkat.

Saham merupakan surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan

yang berbentuk perseroan yang biasa disebut emiten, yang menyatakan bahwa

pemilik saham tersebut adalah juga pemilik sebagian dari perusahaan itu. Menurut

Najmudin (2011:226), "Modal saham adalah tanda bukti adanya bagian

kepemilikan atau anggota dalam suatu perusahaan”. Dengan melonjaknya jumlah

saham yang ditransaksikan, dan semakin tingginya volume perdagangan saham,

akan dapat mendorong perkembangan pasar modal di Indonesia. Seiring dengan

perkembangan tersebut, maka kebutuhan akan informasi dalam pengambilan

keputusan investasi di pasar modal juga meningkat.

Menurut Sutrisno (2008:310) “saham adalah bukti kepemilikan bagian

modal atau tanda penyertaan modal pada perseroan terbatas, yang memberi hak

menurut besar – kecilnya modal yang disetor”. Saham juga didefinisikan sebagai

tanda penyertaan badan usaha suatu perusahaan. Selembar saham adalah selembar

kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik

(berapapun porsinya) dari suatu perusahaan yang tertera pada saham.

21
2.2.4. Jenis-jenis Saham

a. Saham Preferen

Saham preferen merupakan saham yang mempunyai sifat gabungan antara

obligasi dan saham biasa. Adapun hak yang dimiliki oleh pemegang saham

preferen adalah :

1. Hak preferen terhadap dividen, pemegang saham memiliki hak untuk

menerima dividen terlebih dahulu dibandingkan dengan saham biasa.

2. Hak dividen kumulatif, pemegan saham berhak menerima pembayaran

bertahun – tahun yang belum dibayarkan sebelumnya.

3. Hak preferen saat likuidasi, pemegang saham berhak menerima aktiva

perusahaan terlebih dahulu dibandingkan pemegang saham biasa.

b. Saham Biasa

Saham biasa adalah saham yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam satu kelas

saja. Adapun hak yang dimiliki pemegang saham biasa adalah :

1. Hak kontrol, yaitu hak pemegang saham untuk dapat memilih

pimpinan perusahaan

2. Hak menerima, yaitu hak pemegang saham untuk menerima pembagian

keuntungan perusahaan

3. Hak preemprive, yaitu hak untuk mendapatkan persentase kepemilikan

sahm bila perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham.


22
2.2.5. Harga Saham

Harga saham terbentuk karena adanya permintaan dan penawaran atas

saham dimana penawaran dan permintaan tersebut terjadi karena adanya beberapa

faktor, baik yang sifatnya spesifik atas saham tersebut (kinerja perusahaan industri

dimana perusahaan tersebut bergerak) maupun faktor yang sifatnya makro seperti

kondisi ekonomi negara, kondisi sosial dan politik, maupun rumor-rumor yang

sedang berkembang dimana menjadi penyebab harga saham berfluktuatif.

Harga saham menentukan kekayaan pemegang saham. Maksimalisasi

kekayaan pemegang saham diterjemahkan menjadi maksimalkan harga saham

Perusahaan. Harga saham pada satu waktu tertentu akan bergantung pada arus kas

yang diharapkan diterima di masa depan oleh investor jika investor membeli

saham. (Brigham & Houston, 2016)

Menurut Martono dan Harjito (2007:13) dalam bukunya Manajemen

Keuangan, harga saham merupakan refleksi dari keputusan-keputusan investasi,

pendanaan (termasuk kebijakan dividen) dan pengelolaan asset. Menurut Rusdin

(2008:66) dalam bukunya Teori, Masalah dan Kebijakan dalam Praktik, harga

saham ditentukan menurut hukum permintaan – penawaran atau kekuatan tawar –

menawar. Makin banyak orang yang ingin membeli, maka harga saham tersebut

cenderung bergerak naik. Sebaliknya, makin banyak orang yang ingin menjual

saham, maka saham tersebut akan bergerak turun. Harga saham dapat dibedakan

menjadi tiga, yaitu sebagai berikut :

23
a. Harga Nominal

Harga nominal adalah harga yang tercantum dalam lembar saham yang

ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan.

Besarnya harga nominal meneri arti penting karena dividen minimal biasanya

ditetapkan berdasarkan nilai nominal.

b. Harga Perdana

Harga perdana adalah harga pada saat saham tersebut tercatat di bursa efek.

Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh pinjaman emisi

(underwriter) dan emiten. Dengan itu, akan diketahui berapa harga saham emiten

itu akan dijual untuk menentukan harga perdana.

Keberhasilan tingginya harga saham suatu perusahaan akan

memberikan kepuasan bagi para investor. Karena dengan harga saham yang

tinggi, tidak hanya investor yang akan memperoleh keuntungan berupa dividen

dan capital gain, tetapi perusahaan tersebut juga akan memperoleh citra

yang lebih baik, sehingga manajemen perusahaan dapat dengan mudah

mendapatkan dana dari luar perusahaan.

2.2.6. Pengertian Current Ratio

(Rahmadewi & Abundanti, 2018). current ratio yang rendah akan

menyebabkan harga pasar saham ikut menurun, sebaliknya current ratio yang

24
tinggi akan meningkatkan harga saham tetapi current ratio yang terlalu tinggi

tidak menjamin keuntungan dalam perusahaan.

Setiyawan & Pardiman, 2014). Current ratio yang semakin membaik akan

mempengaruhi peningkatan harga saham, karena perusahaan mampu untuk

menutupi hutang lancarnya. Hal ini akan menarik investor untuk berinvestasi

dalam bentuk saham.

(Nur”aidawati, 2018). besarnya nilai current ratio akan berpengaruh bagi

investor untuk menanamkan modalnya, karena current ratio yang tinggi dapat

meningkatkan kenaikan harga saham pada suatu perusahaan.

Rasio lancar atau (current ratio) merupakan rasio untuk mengukur

kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang

segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain,

seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka

pendek yang segera jatuh tempo. Rasio lancar dapat pula dikatakan sebagai

bentuk untuk mengukur tingkat keamanan (margin of safety) suatu perusahaan.

(Kasmir, 2016:134).

Untuk mengukur Current Ratio dapat dihitung dengan menggunakan rumus

sebagai berikut:

Current Assets
Current Ratio= X 100 %
Current Liabilities

25
2.2.7. Net Profit Margin (NPM)

Hutami (2012) Net profit margin yang semakin besar akan berpengaruh

positif terhadap kinerja perusahaan, maka harga saham akan meningkat karena

permintaan akan saham perusahaan tersebut akan bertambah.Hal ini dikarenakan

perusahaan dapat meningkatkan laba melalui penjualannya, dan perusahaan juga

dapat menutupi biaya operasionalnya.

Watung & Ilat (2016) Nilai Net profit margin akan tinggi jika laba

perusahaan tersebut meningkat, maka harga saham juga akan ikut meningkat. Hal

ini akan menarik investor untuk berinvestasi karena harga pasar akan naik pada

perusahaan tersebut.

Amalya (2018) Net profit margin memiliki pengaruh yang tinggi

terhadap kenaikan harga saham, karena kinerja perusahaan dapat dilihat

berdasarkan hasil dari nilai Net profit margin-nya. Perusahaan yang memiliki

kinerja yang baik akan mendapatkan laba yang tinggi pula dan akan berdampak

terhadap peningkatan harga saham.

Net Profit Margin (NPM) menunjukkan berapa besar persentase laba

bersih yang diperoleh dari setiap penjualan (Rinati, 2001). Rasio ini bermanfaat

untuk mengukur tingkat efisiensi pengeluaran biaya perusahaan. Semakin

efisien perusahaan dalam pengeluaran biayanya, maka semakin tinggi pula

keuntungan yang akan diperoleh perusahaan tersebut.

26
Nilai Net profit margin yang semakin tinggi menyebabkan perusahaan

tersebut memiliki potensi untuk mengalami keuntungan melalui penjualannya.

Dengan keuntungan yang diperoleh dari perusahaan maka akan berpeluang harga

saham perusahaan tersebut akan meningkat dan harga pasar juga akan naik

menyebabkan investor berminat untuk berinvestasi berupa saham.

Semakin besar NPM menunjukkan kinerja perusahaan yang produktif

karena dapat menghasilkan laba yang tinggi melalui aktivitas penjualannya,

sehingga saham perusahaan tersebut banyak diminati investor dan akan

menaikkan harga saham perusahaan. Rasio NPM dapat dirumuskan sebagai

berikut:

Net Income After Tax


Net Profit Margin= X 100 %
Sales

27
28

BAB III

KERANGKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1. Kerangka Berpikir

Pada bagian ini dijelaskan dan digambarkan mengenai kerangka pemikiran

penelitian. Kerangka pemikiran penelitian menunjukkan hubungan antara 2 faktor

yaitu : Current Ratio (CR), Net Profit Margin (NPM), dan secara simultan

terhadap harga saham perusahaan :

Gambar 3.1

Variabel Independen Variabel Dependen

Current Ratio (X1)

Harga Saham (Y)


Net Profit Margin (X2)

3.2. Hipotesis

3.2.1. Hubungan Current Ratio (CR) terhadap Harga Saham

Current Ratio merupakan rasio likuiditas yang digunakan untuk mengukur

kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva lancar untuk memenuhi

kewajiban lancarnya. Jika utang lancar melebihi aktiva lancar yang dimiliki
perusahaan, berarti perusahaan tidak mampu menanggung tagihan utang jangka

pendeknya yang dijamin oleh aktiva lancarnya.

Current Ratio yang tinggi akan menimbulkan kepercayaan investor untuk

menginvestasikan modalnya ke perusahaan. Karena perusahaan dinilai memiliki

kemampuan untuk melunasi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya, sehingga

dapat meningkatkan permintaan dan harga saham perusahaan.

H1: Current Ratio (CR) berpengaruh positif terhadap Harga Saham

3.2.1. Hubungan Net Profit Margin (NPM) terhadap Harga Saham

Net Profit Margin (NPM) menunjukkan berapa besar persentase laba bersih yang

diperoleh dari setiap penjualan (Rinati, 2001). Rasio ini bermanfaat untuk

mengukur tingkat efisiensi pengeluaran biaya perusahaan. Semakin efisien

perusahaan dalam pengeluaran biayanya, maka semakin tinggi pula keuntungan

yang akan diperoleh perusahaan tersebut.

Semakin besar NPM menunjukkan kinerja perusahaan yang produktif karena dapat

menghasilkan laba yang tinggi melalui aktivitas penjualannya, sehingga saham

perusahaan tersebut banyak diminati investor dan akan menaikkan harga saham

perusahaan.

H2: Net Profit Margin (NPM) berpengaruh positif terhadap Harga Saham

H3: Current Ratio, dan Net Profit Margin secara simultan berpengaruh

positif terhadap Harga Saham

29
30

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2016-2019, yaitu perusahaan yang bergerak pada

bidang manufaktur. Penelitian ini berlangsung dimulai dari bulan Januari tahun

2021 sampai dengan selesai.

4.2 Populasi dan Sampel

Populasi juga merupakan keseluruhan kumpulan elemen yang berkaitan

dengan yang di harapkan peneliti dalam mengambil beberapa kesimpulan, Ikhsan

(2013). Sedangkan elemen-elemen populasi disebut sampel. Populasi dalam

penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun

2016 sampai dengan 2019. 

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2014). Adapun dalam penentuan sampel yaitu

dengan menggunakan metode purposive sampling, yaitu pemilihan sampel

perusahaan selama penelitian berdasarkan kriteria tertentu.


4.3 Jenis Dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini dalah data sekunder. Sumber dara sekunder

diperoleh dari laporan keuangan tahun 2016-2019 yang diperoleh dari BEI dan

Indonesian Stock Exhange (IDX) pada tahun 2016-2019 www.idx.co.id.

4.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

4.4.1 Variabel Penelitian 

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Harga Saham (Y)

2. Current Ratio (X1)

3. Net Profit Margin (X2)

4.4.2 Definisi Operasional

4.4.2.1. Harga Saham

Harga saham menentukan kekayaan pemegang saham. Maksimalisasi

kekayaan pemegang saham diterjemahkan menjadi maksimalkan harga saham

Perusahaan. Harga saham pada satu waktu tertentu akan bergantung pada arus kas

yang diharapkan diterima di masa depan oleh investor jika investor membeli

saham. (Brigham & Houston, 2016)

4.4.2.2. Current Ratio

31
Rasio lancar atau (current ratio) merupakan rasio untuk mengukur

kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang

segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain,

seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka

pendek yang segera jatuh tempo.

4.4.2.3. Net Profit Margin (NPM)

Net Profit Margin (NPM) menunjukkan berapa besar persentase laba

bersih yang diperoleh dari setiap penjualan (Rinati, 2001). Rasio ini bermanfaat

untuk mengukur tingkat efisiensi pengeluaran biaya perusahaan. Semakin efisien

perusahaan dalam pengeluaran biayanya, maka semakin tinggi pula keuntungan

yang akan diperoleh perusahaan tersebut.

4.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

dengan cara dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

mempelajari atau mengumpulkan catatan atau dokumen yang berkaitan dengan

masalah yang diteliti. Informasi mengenai laporan keuangan perusahaan

manufaktur melalui www.idx.co.id pada tahun 2016-2019.

4.6. Teknik Analisis Data

32
Data penelitian dianalisis dan diuji dengan beberapa uji statistik

yang olah dengan menggunakan Amos 20.

4.6.1. Uji Asumsi Klasik

4.6.1.1. Uji Multikolinearitas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang

baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika variabel

independen saling berkolerasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal.

Variabel orthogonal adalah variabel independen yang nilai kolerasi antar sesame

variabel independen sama dengan nol.

Ada dua cara untuk mendeteksi adanya multikolinearitas, yakni dengan

melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Tolerance mengukur

variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel

independen lainnya sementara VIF merupakan suatu estimasi mengenai seberapa

besar multikolinearitas meningkatkan varian pada suatu koefisien estimasi sebuah

variabel independen. Semakin tinggi nilai VIF, maka semakin berat dampak

multikolonieritas. Menurut Ghozali (2013:106) “nilai cutoff yang umum dipakai

untuk menunjukkan adanya multikolineritas adalah jika tolerance < 0,1dan nilai

VIF > 10”.

4.6.1.2. Uji Autokorelasi

33
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada

korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi

kolerasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokolerasi muncul karena

observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya.

Uji yang digunakan untuk melihat autokorelasi dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan run test. Run test dapat digunakan untuk menguji apakah

antar residual adalah acak atau random. Apabila hasil nilai test dengan Sig/

Asymptotic atau probabilitas diatas 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa residual

random (acak) atau tidak terjadi autokorelasi antar nilai residual.

3.

4.

4.6.

4.6.2. Pengujian Hipotesis

4.6.2.1. Menguji Model Fit

Uji ini digunakan untuk menilai model yang telah dihipotesiskan telah fit

atau tidak dengan data. Hipotesis untuk menilai model fit adalah:

H0 : Model yang dihipotesiskan fit dengan data

H1 : Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data

34
Dari hipotesis ini, agar model fit dengan data maka H0 harus diterima.

Statistik yang digunakan berdasarkan Likelihood. Likelihood L dari model adalah

probabilitas bahwa model yang dihipotesiskan menggambarkan data input. Untuk

menguji hipotesis nol dan alternative, L ditransformasikan menjadi -2 LogL.

Output SPSS memberikan dua nilai -2 LogL yaitu satu untuk model yang hanya

memasukkan konstanta saja dan satu model dengan konstanta serta tambahan

bebas. Adanya pengurangan nilai antara -2LogL awal dengan nilai -2LogL pada

langkah berikutnya menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan

data (Ghozali, 2013: 204). Log Likelihood pada regresi logistik mirip dengan

pengertian “Sum of Square Error” pada model regresi, sehingga penurunan model

Log Likelihood menunjukkan model regresi yang semakin baik.

4.6.2.2. Menilai Model Fit

Langkah pertama dalam regresi logistik adalah menilai keseluruhan

model fit terhadap data. Hosmer dan Lemeshow’s Goodness of Fit Test

menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan model (tidak

ada perbedaan antara model dengan data sehingga model dapat dikatakan

fit). Hipotesis untuk menilai model ini adalah, Ghozali (2013):

H0 : Model yang dihipotesiskan fit dengan data.

H1 : Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data.

Dari hipotesis tersebut jelas bahwa hipotesis nol tidak boleh ditolak agar model

fit dengan data. Keputusannya, Ghozali (2013):


35
1. Jika nilai Hosmer dan Lemeshow Goodness of Fit sama dengan atau

kurang dari 0,05, maka hipotesis nol ditolak yang berarti ada perbedaan yang

signifkan antara model dengan nilai observasinya sehingga goodness of fit model

tidak baik karena model tidak dapat mempredikasi nilai observasinya (model

tidak fit dengan data).

2. Jika nilai Hosmer dan Lemeshow Goodness of Fit lebih besar dari 0,05, maka

hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model mampu memprediksi nilai

observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena cocok dengan

data observasinya (model fit dengan data).

4.6.2.3. Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)

Nagelkerke R Square merupakan pengujian yang dilakukan untuk

mengetahui seberapa besar variabel independen mampu menjelaskan variabel

dependen. Nilai Nagelkerke R Square bervariasi antara 1 (satu) dan 0 (nol).

Semakin mendekati nilai 1 maka model dianggap semakin goodness of fit

sementara semakin mendekati 0 maka model semakin tidak goodness of fit

(Ghozali, 2013).

4.6.2.4. Pengukuran Variabel

1. Harga Saham

Harga saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga saham penutupan

(closing price) pada akhir tahun 2016, 2017, 2018, dan 2019.

2. Current Ratio

36
Current Ratio dapat diukur dengan cara membandingkan antara total aktiva lancar

dengan total utang lancar. Current Ratio dinyatakan dalam persen (%). Rumus

yang dikemukakan oleh Kasmir (2012:135) sebagai berikut:

Current Assets
Current Ratio= X 100 %
Current Liabilities

3. Net Profit Margin

Net Profit Margin dapat diukur dengan cara membandingkan antara laba bersih

dengan penjualan bersih. Net Profit Margin dinyatakan dalam persen (%).

Rumus yang dikemukakan oleh Hery (2015:235) sebagai berikut:

Net Income After Tax


Net Profit Margin= X 100 %
Sales

4.6.2.5. Analisis Regresi Logistik

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan logistic regression

karena variabel dependennya berupa variabel non-metrik dan variabel

independennya berupa kombinasi antara metrik dan non-metrik, Ghozali (2013:

h.8). Regresi logistik adalah regresi yang digunakan untuk menguji apakah

probabilitas terjadinya variabel terikat dapat diprediksi dengan variabel

bebasnya. Tujuan penggunaan regresi logistik adalah untuk menguji kemampuan

variabel independen dalam memprediksi opini audit dengan benar.

Menurut Ghozali (2013, h.225) teknik analisis ini (regresi logistik) tidak

memerlukan lagi uji normalitas dan uji asumsi klasik pada variabel

bebasnya. Analisis data menggunakan persamaan umum regresi linier berganda


37
atas empat variabel bebas yaitu Current Ratio (CR), dan Net Profit Margin

(NPM) terhadap variabel tidak bebas yaitu harga saham. Analisis regresi linear

berganda dapat dirumuskan sebagai berikut:

Y = a + β1 X1 + β2 X2+ e

Dimana:

Y = Harga Saham a = Konstanta

β1 = Koefisien regresi variabel Current Ratio (CR)

β2 = Koefisien regresi variabel Net Profit Margin (NPM)

X1 = Current Ratio (CR)

X2 = Net Profit Margin (NPM)

4.6.2.6. Estimasi Parameter dan Interpretasinya

Untuk menilai hasil analisis regresi logistik kita menggunakan model

persamaan kedua yang memasukkan semua komponen dari variabel independen,

yang dapat dilihat dari Variable in The Equation , Ghozali (2013). Pengujian

dilakukan pada tingkat signifikansi 5% atau dengan melihat nilai kritis Wald

pada signifikansi 10%. Keputusannya adalah H0 ditolak, jika p > 0,10 dan H0

diterima jika p < 0,10.

38
39

DAFTAR PUSTAKA

Tugroho, Edwin Prayogi. 2011. Pengaruh Current Ratio dan Net Profit Margin
Terhadap Harga Saham Perusahaan Makanan dan Minuman yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Universitas Negeri Makassar

Astuti, Dewi. 2004. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Fahmi, Irham. 2015. Pengantar Portofolio dan Analisis Investasi. Jakarta:


Alfabeta.

Ferdianto, Egi. 2014. Analisis Pengaruh Return On Asset, Debt To Equity Ratio,
Net Profit Margin dan Current Ratio Terhadap Harga Saham (Studi
Empiris Pada Perusahaan Tambang Yang Terdaftar di BEI 2011-2013).
Skripsi. Universitas Islam Negeri Hidayatullah Jakarta.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.


Semarang: BP UNDIP

Hartono, Jogiyanto. 2017. Teori Portofolio Dan Analisis Investasi. Yogyakarta:


BPFE.

Hery. 2015. Analisis Laporan Keuangan Pendekatan Rasio Keuangan. Jakarta:


Center of Academic Publishing Service.

Husnan, Suad. 2015. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas.


Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2016. Metodologi Penelitian Bisnis


Untuk Akuntansi dan Manajemen. Jakarta: BPFE-Yogyakarta.

Kamaludin dan Rini Indriani. 2012. Manajemen Keuangan Konsep Dasar dan
Penerapannya. Bandung: Mandar Maju.

Kasmir. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.


Najmudin. 2011. Manajemen Keuangan dan Aktualisasi Syar'iyyah
Modern. Penerbit Andi. Jakarta.

Puspitasari, Rini. 2013. Pengaruh PER, ROE dan NPM Terhadap Harga Saham
Pada Perusahaan Di Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia 2006-2010. Skripsi. Universitas Hasanuddin Makassar.

Qoribulloh, A. Rizal. 2013. Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Harga Saham


Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2011. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.

Samsul, Mohamad. 2015. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Jakarta:


Penerbit Erlangga.
Sartono, Agus. 2015. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta:
BPFE.

Sawir, Agnes. 2009. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan


Perusahaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Sitanggang. 2014. Manajeme Keuangan Perusahaan Dilengkapi Soal dan


Penyelesaiannya. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan RAD. Bandung:


Alfabeta.

Sunyoto, Danang dan Fathonah Eka Susanti. 2015. Manajemen Keuangan Untuk
Perusahaan. Jakarta : Center of Academic Publishing Service.

Widoatmodjo, Sawidji. 2007. Cara Sehat Investasi di Pasar Modal. Jakarta: Elex

Media Computindo.Ismail. 2010. Akuntansi Bank : Teori dan Aplikasi dalam


Rupiah. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Jensen, M, W.Meckling. 1976. “Theory Of The Firm: Managerial Behaviour,


Agency, And Ownership Structure”. Journal Of Financial Economics.
Volume. 3, No. 4, pp. 305-360.305-360.

Judisseno, Rimsky K. 2005. Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia.


Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Kasmir. 2011. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : Rajagrafindo Persada.

Krisna, Yansen. 2008. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Capital Adequacy


Ratio. Tesis, Universitas Diponegoro.

Masood, Umar dan Sanaullah Ansari. 2016. Determinants of Capital Adequacy


Ratio : A perspective from Pakistani Banking Sector. International Journal
of Economics, Commerce and Management, Vol. IV, Issue 7, July 2016.

Mekonnen, Yonas. 2015. Determinants of Capital Adequacy of Ethiopia


Commercial Banks. European Scientific Journal, Vol. 11, No. 25.

Nazaf, Feby Loviana. 2014. Pengaruh Kualitas Aset, Likuiditas, Dan


Profitabilitas Terhadap Tingkat Kecukupan Modal Perbankan. Artikel
Skripsi. Universitas Negeri Padang.

Nuviyanti and Achmad Herlanto Anggono. 2014. Determinants Of Capital


Adequacy Ratio (CAR) In 19 Commercial Banks. Journal Of Business And
Management. Vol . 3, No.7, 2014: 752-764.

40
Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/12/PBI/2013 Tentang Kewajiban Penyediaan
Modal Minimum Bank Umum.

Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 Tentang Pelaksanaan Good


Coorporate Governance Bagi Bank Umum.

Pratama, Ivan Nohan. 2014. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Capital


Adequacy Ratio. Skripsi, Universitas Diponegoro.

Ramadhani, Rachmat. 2008. Analisis Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi


Permodalan Bank. Tesis, Universitas Diponegoro.

Romdhane, Mohamed. 2012. The Determinants of Banks’ Capital Ratio in


Developing Countries : Empirical Evidence From Tunisia. Journal of
Finance and Accounting. Vol.3, No.1.

Santosa, R. E. W. A. 2012. Corporate Social Responsibility: Dimensi dan


Perspektif dalam Penelitian-Penelitian Empiris. Value Added Majalah
Ekonomi Dan Bisnis, 8(2), 63-77

Sambul, Sandro Heston, et. All. 2016. Pengaruh Kinerja Keuangan Perbankan
Terhadap Harga Saham yang Ditawarkan di BEI (Studi Kasus 10 Bank
dengan Aset Terbesar. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi. Vol. 16, No. 02.

Samsul, Mohammad. 2006. Pasar Modal & Manajemen Portofolio. Jakarta:


Penerbit Erlangga.

Sanjaya, Made Dimas. 2014. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga


Saham Perbankan yang Listik di Bursa Efek Indonesia (BEI). Skripsi,
Universitas Diponegoro.

Santoso, Ahmad Minan. 2015. Pengaruh Good Coorporate Governance (GCG),


Capital Adequacy Ratio (CAR), dan Net Interest Margin (NIM) terhadap
Kinerja Keuangan Perbankan yang terdaftar di BEI periode 2010-2013.
Skripsi, Universitas Negeri Yogyakarta.

Satria, Indra dan Iha Haryani Hatta. 2015. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap
Harga Saham 10 Bank terkemuka di Indonesia. Jurnal Akuntansi, Vol.
XIX, No. 02 Mei 2015: 179-191.

Sanusi, Anwar. 2011. Metodologi Penelitian Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.

Sawir, Agnes. 2005. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan


Perusahaan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Setyawan, Aditya Wira Perdana. 2012. Pengaruh Komponen Risk Based Bank
Rating Terhadap Harga Saham Perusahaan Perbankan yang Go Public di
BEI Tahun 2008-2011. Skripsi, Universitas Diponegoro.
41
Silvanita, Ktut. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Sudirman, I Wayan. 2013. Manajemen Perbankan. Jakarta : Kencana.
Suhita, Mayrosa Dewi dan Imam Mas’ud. 2016. Pengaruh Risk Profile, Capital,
dan GCG terhadap Profitabilitas Perbankan. Artikel Ilmiah, Universitas
Jember.
Surat Edaran Bank Indonesia No.13/ 24 /DPNP. 25 Oktober 2011.

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/12/DPNP. 30 Mei 2007.

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001.

Surat Edaran Bank Indonesia No. 15/15/DPNP tanggal 29 April 2013.

Suryana, Djohan. Bank Mutiara : Buah Simalakama. www.kompasiana.com.


(22 Desember 2013).

Spence, Michael. 1973. Job Market Signalling. Journal of Economics. Vol. 87,
No. 3.
Trianto, B. 2016. Riset Modelling.Pekanbaru:Adh Dhuha Institute

Ulfa, Maria dan Budiyanto. 2014. Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Harga
Saham Bank Umum Milik Pemerintah di BEI. Jurnal Ilmu & Riset
Manajemen. Vol. 3, No. 11.

Wismaryanto, Sigit Dwi. 2013. Pengaruh NPL, LDR, ROA, ROE, NIM, BOPO,
DAN CAR Terhadap Harga Saham Pada Sub Sektor Perbankan Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2012. Jurnal Manajemen,
Vol. 3 No. 1 Juni 2013.

Yunialdo, Fredy Herman. 2015. Pengaruh ROA, Size, Risiko Likuiditas, Risiko
Kredit, Risiko Suku Bunga, Dan Risiko Modal Terhadap CAR Pada Bank
Umum Yang Terdaftar Di BEI Periode 2008–2013. Skripsi, Universitas
Diponegoro.

42

Anda mungkin juga menyukai