Anda di halaman 1dari 25

EPISTEMOLOGI:

PROSES PEMBENTUKAN ILMU

KELOMPOK 5
• Novita Anugrah Listiyana 12030118410019
• Ovi Itsnaini Ulynnuha 12030118410011
• Siti Syahada 12030118410032
Kontruktivisme Individual dan Sosial
Epistemologi merupakan cabang phylosophy yang mempelajari pengetahuan.

Epistemologi fokus pada telaah tentang bagaimana cara ilmu pengetahuan mem
peroleh kebenarannya atau bagaimana cara mendapatkan pengetahuan yang be
nar atau bagaimana seseorang itu tahu apa yang mereka ketahui dengan “How”
sebagai kata kuncinya.
Konstruktivisme Individual dan Sosial
Pendekatan Konstruktivisme

Konstruktivisme Individual Konstruktivisme Sosial


01 02
Mengasumsikan bahwa seorang individu mencoba Memahami mufakat antara subjek berbeda sebagai
mencapai koherensi di antara perbedaan potongan- ketentuan tertinggi untuk menilai pengetahuan. “ Ke
potongan pengetahuan itu. Pengkonstruksian yang benaran “ atau “ Kenyataan “ hanya akan di berikan
tidak konsisten dengan mayoritas pengetahuan lain terhadap pengontruksikan yang di setujui kebanyaka
akan menyebabkan individu jadi cenderung untuk n orang dari suatu kelompok masyarakat.
menolaknya.
Pengertian Epistemologi
Epistemologi berasal dari kata "Episteme" yang berarti pengetahuan dan "Logos"
yang berarti pengetahuan sistematik.

Jadi, Epistemologi adalah pengetahuan sitematik tentang pengetahuan.


Epistemologi merupakan disiplin filsafat yang secara khusus hendak memperoleh
pengetahuan tentang pengetahuan.
Pengertian Epistemologi
Secara singkat dapat dikatakan bahwa epistemologi merupakan salah satu cabang filsafat
yang mempersoalkan mengenai masalah hakikat pengetahuan.

Pengetahuan ilmiah, yang diperoleh secara sadar, aktif, sistematis, jelas prosesnya secara
produral, metodis dan teknis, tidak bersifat acak, kemudian di akhiri dengan verifikasi

atau di uji kebenaran (validitas) ilmiahnya.


Pengertian Epistemologi
Pengetahuan yang pra ilmiah, sesungguhnya diperoleh secara sadar dan aktif, namun bersifat
acak, yaitu tanpa metode, apalagi yang berupa intuisi, sehingga tidak di masukan dalam ilmu.
Pengetahuan pra ilmiah karena tidak di peroleh secara sistematis-metodologis ada yang cende
rung menyebutkan sebagai pengetahuan ”naluriah“.
Pengertian Epistemologi

Berdasarkan berbagai definisi dapat yaitu sebagai cabang filsafat yang ber
diartikan bahwa epistemologi berkait usaha mencari hakikat dan kebenaran
an dengan masalah-masalah sebagai pengetahuan
berikut:

sebagai metode bertujuan mengatur manusia


untuk memperoleh pengetahuan.

Sistem sebagai suatu sistem bertujuan memperoleh


realitas kebenaran pengetahuan itu sendiri.
Metode untuk Memperoleh Pengetahuan

Empirisme Fenomenalisme
suatu cara atau metode dalam filsa Kant membuat uraian tentang pen
fat yang mendasarkan cara mempe galaman, barang sesuatu sebagaim
roleh pengetahuan dengan melalui ana terdapat dalam dirinya sendiri
pengalaman. merangsang alat inderawi kita dan
diterima oleh akal kita dalam bent
uk-bentuk pengalaman dan disusu
n secara sistematis dengan jalan p
enalaran.

Rasionalisme Intuisi
berpendirian bahwa sumber penge suatu sarana untuk mengetahui sec
tahuan terletak pada akal.. ara langsung dan seketika. Analisa
, atau pengetahuan yang diperoleh
dengan jalan pelukisan, tidak akan
dapat menggantikan hasil pengena
lan secara langsung dari pengetahu
an instuitif.
Problem Kebenaran dalam Epistemologi
Menurut Titus ada 3 persoalan pokok epistemologi, sebagai penyelidikan filsafat terhadap pengetahuan, antara lain:

Menyangkut watak pengetahuan Menyangkut sumber pengetahuan Menyangkut kebenaran


pengetahuan
Justifikasi Epistemologi

1 Evidensi
Cara bagaimana kenyataan itu
dapat hadir atau “perwujudan
dari yang ada bagi akal”
2 Kepastian
Memuat kebenaran dasar atau disebut
sebagai kebenaran primer. Prinsip perta
ma adalah suatu “kepastian dasar yang
mengungkapkan eksistensi subjek”

3 Keraguan
• Aliran Skeptisisme-Doktriner
• Aliran Skepetisisme-Metodik
Epistemolog Rasional-Kritis Popper
1. Induksi dan Verifikasi
Induksi dipahami dengan metode pengetahuan yang bertitik pangkal pada
pemeriksaan (eksperimen) yang teliti dan telaten mengenai data-data partikul
ar, selanjutnya rasio bergerak menuju suatu penafsiran atas alam.
Prinsip verifikasi menyatakan bahwa suatu proporsisi adalah bermakna ji
ka ia dapat diuji dengan pengalaman dan dapat diverifikasi dengan pengamat
an (observasi).
Epistemolog Rasional-Kritis Popper
2. Konjektur : Membangun Hipotesis untuk Objektifitas
Propper menyusun dua asas dalam teorinya. Pertama, penyelidikan tidak boleh dimulai
dengan usaha observasi yang memihak, tetapi justru harus fokus terhasap satu persoalan.
Kedua, usaha untuk menemukan sebuah solusi tidak boleh merupakan usaha yang meng
hindari dari fakta yang ada (hanya memilah fakta yang mendukung teori yang diyakini)
akan tetapi mestilah berpegang pada prinsip penggabungan antara dugaan yang berani d
engan kritisisme yang tajam.
Epistemolog Rasional-Kritis Popper
3. Demarkasi antara True Science dan Pseudo Science
Persoalan demarkasi merupakan titik tolak Popper untuk membangun metodologi pengetahua
nnya. Ia menolak pandangan tradisional mengenai demarkasi yang dikembangkan oleh kalang
an tradisional, dikarenakan Popper memandang bahwa ungkapan yang tidak bersifat ilmiah- ti
dak dapat dibuktikan dengan observasi dan eksprimen, memiliki kemungkin sangat bermakna
(meaningful).
Epistemolog Rasional-Kritis Popper
4. Falsifikasi: Dugaan dan Penolakan
Falsifikasi adalah lawan dari verifikasi. Istilah verifikasi dipakai oleh para ilmuwan
dan filsuf yang menjadi anggota Lingkaran Wina yang memegang teguh metode ind
uksi dan yang semisal dengan mereka. Sebaliknya, Popper tidak percaya pada indu
ksi sama sekali meskipun dia benar-benar mempercayai empirisme.
Paradigma Gerakan Zaman Baru Capra
1. Kesamaan Pendekatannya
Capra mengusulkan untuk menggabungkan kedua sistem pengetahuan. Dan Capra
melihat bahwa sebenarnya, kedua sistem ini saling tumpang tindih di dua dunia (re
alm) tersebut. Disini Capra melangkah lebih jauh dengan meletakkan pengetahuan i
ntuitif (intuitive knowledge) di atas pengetahuan rasional, bahkan riset rasional.
Kemudian, ia mengatakan bahwa wawasan intuitif tidak terpakai di dunia fisika, ke
cuali ia bisa diformulasikan di dalam kerangka kerja matematis, yang didukung den
gan suatu penafsiran dalam bahasa yang gamblang.
Paradigma Gerakan Zaman Baru Capra
2. Penerimaan Paradigma Capra

Dukungan Hipotesa Manusia sebagai Kehidupan Materi Rusaknya Definisi & Rusaknya Batasan
Relativitas Einstein Pusat Metodologi Sains Sains
Paradigma Thomas Kuhn

1. Ide tentang Paradigma


Paradigma adalah terma pokok Kuhn dalam bukunya, The Structure. Paradigma sering
diartikan sebagai “cara berpikir” atau “pendekatan terhadap masalah”. Kuhn sangat me
nekankan bahwa paradigma tidak dapat disederhanakan menjadi sekelompok kepercay
aan atau daftar peraturan saja. Karena sesungguhnya para ilmuwan harus mempelajarin
ya dengan cara melakukannya, secara mental dengan berpikir tentang konsep yang digu
nakan dilapangan ilmu pengetahuan tertentu secara fisik dengan memanipulasi material
untuk memunculkan fenomena.
Paradigma Thomas Kuhn
2. Kritik atas Ambiguitas Terma Paradigma
a. Ide tentang Revolusi Ilmu Pengetahuan
Kuhn melawan konsepsi yang lebih umum, dengan menyataka bahwa ilmuan sesungguh
nya adalah sosok pemikir yang tidak obyektif dan tidak independen. Bahkan mereka adal
ah individu konservatif yang menerima apa yang telah mereka pelajari dan menggunakan
apa yang mereka ketahui untuk menyelesaikan suatu persoalan sesuai apa yang dituntun
oleh teori.
Paradigma Thomas Kuhn

b. Kritik atas Ide tentang Revolusi Ilmu Pengetahuan


Perubahan pada ilmu pengetahuan secara praktis dan realistis adalah revisi secara
bertahap dan berkali-kali, bukan seperti apa yang dicontohkan di The Structure
yang berupa revolusi yang dramatis dan radikal.
Paradigma Thomas Kuhn

c. Ide tentang Incommensurability


Untuk menguatkan klaim bahwa tidak ada piranti percobaan dan penelitian
yang dapat membantu ilmuwan untuk menentukan paradigma mana yang be
nar, Kuhn memberikan pendapat bahwa suatu perubahan revolusioner bukan
hanya sekadar mengganti nama atas sesuatu (partikel, kemudian gelombang,
kemudian photon pada cahaya misalnya) tapi sesungguhnya para ilmuan bek
erja pada paradigma yang berbeda dan mengumpulkan data yang berbeda se
rta bekerja pada ranah yang berbeda.
Paradigma Thomas Kuhn

d. Kritik terhadap Incommensurability


Kritik C.R. Kordig menyatakan bahwa tesis Kuhn tentang incommensurability
sangat radikal sehingga hal ini membuat tidak mungkin untuk menjelaskan
konfrontasi atas teori-teori ilmiah yang sering muncul.
Paradigma Thomas Kuhn

3. Kritik-kritik Lain atas The Structure


a. Simposium mengenai The Structure
Kritik dari simposium diantaranya berdasarkan presentasi simposion disamping juga
beberapa esai.
b. The Structure sangat Eropasenteis
Arun bala menyatakan bahwa the structure sangat kental dengan nuansa eropasentris
sebagai sebuah karya keilmuan, walaupun disisi tertentu membuka pintu untuk peran
multicultural dalam studi sejarah keilmuan.
Paradigma Thomas Kuhn
4. Dukungan atas Ide-Ide Kuhn
a. Massimiano Bucchi
Ia menyatakan bahwa munculnya paradigma menjadi sinyal bahwa sektor
penelitian yang bersifat kosolidatif perlu menjadi sebuah disiplin ilmiah.
Pendapatnya pula bahwa sains dan paradigma secara efektif sama, karena
sesungguhnya paradigma adalah konsensus kolektif dari definisi yang tida
k lain merupakan sebuah ilmu pengetahuan.
Paradigma Thomas Kuhn
b. Peter Dear
Ia membela secara khusus filosofis Kuhn dimana sejarawan ilmu selalu
menghindari prasangka.

c. Alexander Bird
Ia berpendapat teori Kuhn adalah teori asli. Ia berpendapat adanya dua dampak
dari teori Kuhn terhadap ilmu-ilmu sosial yaitu;
 Perubahan dalam diri ilmu sosial-persepsi
 Saran peran baru dan materi untuk ilmu-ilmu sosial
Thank you

Anda mungkin juga menyukai