PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filsafat adalah ilmu yang menggambarkan usaha manusia untuk mencari dan
menemukan kebenaran atau kenyataan baik yang mengenai diri sendiri maupun segala
sesuatu yang dijadikan objeknya.
Sistematika filsafat secara garis besar ada tiga pembahasan pokok atau bagian
yaitu; epistemologi atau teori pengetahuan yang membahas bagaimana kita memperoleh
pengetahuan,ontologi atau teori hakikat yang membahas tentang hakikat segala sesuatu
yang melahirkan pengetahuan dan aksiologi atau teori nilai yang membahas tentang guna
pengetahuan.
Epistemologi adalah suatu cabang filsafat yang mengkaji tentang usaha dan upaya
untuk mencari tahu suatu kebenaran secara hakiki. Epistemologi akan terus mengkaji
tentang suatu fakta sampai pada batas yang tidak dapat dikaji lagi. Batasan dari
epistemologi merupakan adalah batasan dari pola pikir manusia, sehingga kebenaran
sejati yang tidak dapat dicapai oleh manusia adalah milik tuhan semata.
B. Identitas Chapter
Chapter ini merupakan salah satu chapter yang ada dalam buku Orienasi ke Arah
Pemahaman Filsafat Ilmu yang ditulis oleh Prof. Dr. Mukhtar Latif, M, Pd. Buku ini
terdiri dari 13 Bab, yaitu: Bab I. Pendahuluan, Bab II. Hakikat Filsafat Ilmu, Bab III.
Filsafat dan Sejarah Perkembangan Ilmu, Bab IV. Dasar dan Jenis Ilmu Pengetahuan, Bab
V. Filsafat Ilmu, Kebenaran, dan Penjelajahannya, Bab VI. Filsafat Ilmu dan
pengembangan Metode Ilmiah, Bab VII. Sarana Berpikir Ilmiah dalam Ilmu
Pengetahuan, Bab VIII. Aspek Ontologi ILmu Pengetahuan, Bab IX Konstruksi
Epistemologi Ilmu Pengetahuan, Bab X. Aksiologi Ilmu Pengetahuan dan Manfaatnya
Bagi Manusia, Bab XI. Logika dan Penalaran dalam Ilmu Pengetauan, Bab XII. Etika dan
Moral dalam Ilmu Pengetauan, Bab XIII. Perspektif Ilmu, Seni, dan Agama dalam
Khazanah Pengetahuan, Budaya, dan Peradaban. Filsafat Ilmu Terapan Chapter report
yang akan dibahas dalam laporan ini adalah Chapter IX. Konstruksi Epistemologi Ilmu
Pengetahuan halaman 191 203.
C. Pokok Bahasan
Pokok Pembahasan yang akan dibahas dalam laporan ini yaitu:
1. Hakikat Epistemologi Ilmu Pengetahuan
2. Sejarah Konstruktivisme Epistemologi
3. Pengertian Epistemologi
4. Metode Untuk Memperoleh Pengetahuan
5. Problem Dan Justifikasi Kebenaran Dalam Epistemologi
6. Paradigma Dalam Epistemologi Pengetahuan
D. Tujuan
Tujuan
chapter
report
ini
untuk
mengetahui
dan
memahami
hakikat
ilmu
BAB II
DESKRIPSI ISI CHAPTER
A. Hakikat Epistemologi Ilmu Pengetahuan
Manusia pada dasarnya ialah makhluk pencari kebenaran. Manusia tidak pernah
puas dengan apa yang sudah ada, tetapi selalu mencari dan mencari kebenaran yang
sesungguhnya dengan bertanya-tanya untuk mendapatkan jawaban. Namun setiap
jawaban itu juga selalu memuaskan manusia. Ia harus mengujinya dengan metode
tertentu untuk mengukur apakah yang dimaksud di sini bukanlah kebenaran yang bersifat
semu, melainkan kebenaran yang bersifat ilmiah yaitu kebenaran yang bisa diukur
dengan cara-cara ilmiah.
Jujun S. Suriasumantri (2010) mengatakan pengetahuan merupakan khazanah
kekayaan mental yang secara langsung atau tak langsung turut memperkaya kehidupan
kita. Pengetahuan juga dapat dikatakan sebagai jawaban dan berbagai pertanyaan yang
muncul dalam kehidupan. Dan suatu pertanyaan diharapkan mendapatkan jawaban yang
benar. Maka dan itu muncullah masalab, bagaimana cara kita menyusun pengetahuan
yang benar? Masalah inilah yang pada ilmu filsafat disebut dengan epistemologi.
Lahirnya epistemologi pada hakikatnya yaitu karena para pemikjr melihat bahwa
pancaindra manusia merupakan satu-satunya alat peng. hubung antara manusia dengan
realitas eksternal.
B. Sejarah Konstruktivisme Epistemologi
Jujun S. Suriasumntri mengatakan Epistemologi merupakan cabang filsafat yang
mempelajari pengetahuan. Epistemologi mencoba menjawab pertanyaan mendasar : apa
yang membedakan pengetahuan yang benar dan pengetahuan yang salah.
LittleJohn mengatakan sebagai salah satu komponen dalam filsafat ilmu,
Epistemologi di fokuskan pada telaah tentang bagaimana cara ilmu pengetahuan
memperoleh kebenarannya, atau bagaimana cara ilmu pengetahuan yang benar atau
bagaimana seseorang itu tahu apa yang mereka ketahui.
Plato mengatakan pengetahuan yaitu suatu kesadaran mutlak, Universal Ideas or
Forms, keberadaan bebas suatu subjek yang perlu dipahami.
Aristoteles mengatakan ia lebih menaruh penekanan pada metode logika dan
empiris bagi upaya penghimpunan, dan masih menyetujui pandangan bahwa pengetahuan
memandang akal sebagai sejenis tempat penampungan yang secara pasif menerima
hasil pengindraan itu.
2. Metode Rasionalisme
Rasionalisme yaitu satu cara atau metode dalam memperoleh sumber pengetahuan
yang berlandaskan pada akal. Bukan karena Rasionalisme mengingkari nilai
pengalaman, melainkan pengalaman paling-paling dipandang sebagai sejenis
perangsang bagi fikiran. Para penganut Rasionalisme yakin bahwa kebenaran dan
kesesatan terletak di dalam ide kita, dan bukan di dalam atau pada barang sesuatu.
Maka kebenaran hanya ada di dalam fikiran kita dan hanya dapat di peroleh dengan
akal budi.
3. Metode Fenomenalisme
Fenomenalisme yaitu satu cara atau metode dalam memperoleh sumber ilmu
pengetahuan dengan menggali pengalaman dari dalam dirinya sendiri. Tokoh di
dalamnya ialah Immanuel Kant, Kant menguraikan tentang pengalaman. Barang
sesuatu sebagaimana terdapat dalam dirinya sendiri merangsang alat inderawi kita
dan diterima oleh akal kita dalam bentuk-bentuk pengalaman dan disusun secara
sistematis dengan jalan penalaran. Karena itu kita tidak pernah mempunyai
pengetahuan tentang barang sesuatu seperti keadaannya sendiri, melainkan hanya
tentang sesuatu seperti yang menampak kepada kita, artinya, pengetahuan tentang
gejala (Phenomenon). Bagi Kant para penganut empirisme benar bila berpendapat
bahwa semua pengetahuan didasarkan pada pengalaman-meskipun benar hanya untuk
sebagian. Tetapi para penganut rasionalisme juga benar, karena akal memaksakan
bentuk-bentuknya sendiri terhadap barang sesuatu serta pengalaman.
4. Metode Intuisionisme
Intuisionisme yaitu satu cara atau metode dalam memperoleh sumber ilmu
pengetahuan dengan menggunakan sarana intuisi untuk mengetahui secara langsung
dan seketika. Tokoh yang terkanal yaitu Bregson, menurut Bregson dimungkinkan
adanya suatu bentuk pengalaman di samping pengalaman yang dihayati oleh indera.
E. Problem Dan Justifikasi Kebenaran Dalam Epistemologi
Ada tiga problem pokok epistemologi yang harus dirumuskan sebagai penyelidikan
filsafat terhadap epistemologi pengetahuan, antara lain:
1. Menyangkut watak pengetahuan, dengan pertanyaan pokok: apakah ada dunia yang
benarbenar berada di luar pikiran kita, dan kalau ada apakah kita dapat
mengetahuinya?
2. Menyangkut sumber pengetahuan, dengan pertanyaan pokok: dan manakah
pengetahuan yang benar itu datang? Atau apakah yang merupakan asal mula
pengetahuan kita? Bagaimanakah cara kita mengetahui bila kita mempunyai
pengetahuan? Apakah yang merupakan bentuk pengetahuan itu? Corak pengetahuan
apakah yang ada? Bagaimanakah cara kita memperoleh pengetahuan?
3. Menyangkut kebenaran pengetahuan, dengan pertanyaan pokok apakah kebenaran
dan kesesatan itu? Apakah kesalahan itu? Apakah pengetahuan kita benar? Dan
bagaimana kita dapat membedakan antara pengetahuan yang benar dan pengetahuan
yang salah?
Imam Wahyudi (2007) memberikan beberapa cara untuk melakukan justifikasi
epistemologi pengetahuan, yakni:
1. Evidensi
Evidensi yaitu cara bagaimana kenyataan ini dapat hadir atau perwududan dan yang
ada bagi akal. Konsekuensi dan pengertian itu yaitu, bahwa evidensi sangatlah
bervariasi. Akibat lebih lanjut yaitu persetujuan yang dijamin oleh kehadiran ada yang
bervariasi mi juga akan bervariasi.
2. Kepastian.
Kepastian dalam hal mi memuat kebenaran dasar atau yang disebut sebagai
kebenaran primer. Prinsip pertama yaitu suatu kepastian dasar yang mengungkapkan
eksistensi subjek.
3. Keraguan
Ada dua bentuk aliran yang mempertanyakan kepastian mengenai adanya kebenaran.
Keduanya dapat dianggap sebagal aliran yang mempermasaiahkan, meragukan, dan
mempertanyakan kebenaran dan adanya kebenaran, yaitu:
BAB III
KESIMPULAN
TUGAS INDIVIDU
MATA KULIAH FILSAFAT ILMU
DOSEN PENGAMPU
Dr. M. Syukri, M, Pd
Oleh
VIVI AWALIA
NIM.