Anda di halaman 1dari 11

A.

Teori Pokok Epistemologi

Secara etimologi, epistemologi merupakan kata gabungan yang diangkat dari dua kata
dalam bahasa Yunani, yaitu episteme dan logos.“Episteme” artinya pengetahuan, sedangkan
“logos” lazim dipakai untuk menunjukkan adanya pengetahuan sistematik.

Kamus Istilah Filsafat mengartikan epistemologi berasal dari kata epistemic; episteme
(pengetahuan) + logos (kajian tentang, teori tentang) teori pengetahuan, kajian tentang (a)
asal-usul, (b) anggapan dasar, (c) tabiat, (d) rentang dan (e) kecermatan (kebenaran,
keterandalan, kabsahan) pengetahuan. Cabang filsafat yang menanyakan tentang pertanyaan-
pertanyaan seperti; darimanakah datangnya pengetahuan--bagaimana pengetahuan
dirumuskan, diekpresikan dan dikomunikasikan? Apakah pengetahuan itu? Apakah
pengalaman inderawi penting bagi semua tipe pengetahuan?. Bagian apa yang dimainkan
oleh rasio dalam pengetahuan? Apakah keadaan antara konsep-konsep seperti; keyakinan,
pengetahuan, pendapat, fakta, realitas, kesalahan, imajinasi, konseptualisasi, kebenaran,
kemungkinan, kepastian.

Titus, Smith, Nolan dalam buku Persoalan-Persoalan Filsafat, menyatakan epistemologi


adalah cabang filsafat yang mengkaji sumber-sumber, watak dan kebenaran pengetahuan.
Istilah untuk nama teori pengetahuan adalah epistemologi, yang berasal dari kata Yunani
episteme (pengetahuan). Terdapat tiga persoalan pokok dalam bidang ini:

1. Apakah sumber - sumber pengetahuan? Dari mana pengetahuan yang benar itu
datang, dan bagaimana manusia dapat mengetahui? Ini semua adalah problem “asal “
(origins)
2. Apakah watak dari pengetahuan? Apakah ada dunia yang riil di luar akal, dan kalau
ada, dapatkah manusia mengetahui?.Ini semua merupakan problem penampilan
(apperience) terhadap realitas.
3. Apakah pengetahuan manusia itu benar (valid). Bagaimana membedakan antara
kebenaran dan kekeliruan? Ini adalah problema memcoba pengetahuan (verification)

Karena membahas tentang kebenaran,epistemologi juga disebut logika, yaitu ilmu tentang
pikiran atau ilmu tentang metode (cara) berpikir. Tetapi, logika dibedakan menjadi dua, yaitu
logika minor dan logika mayor. Logika minor mempelajari struktur berpikir dan dalil-
dalilnya.Seperti silogisme. Logika mayor mempelajari hal pengetahuan, kebenaran, dan
kepastian yang sama dengan lingkup epistemologi.
Epistemologi menurut para ahli yaitu :

1. Abdul Munir Mulkan. Segala macam bentuk aktivitas dan pemikiran manusia yang selalu
mempertanyakan dari mana asal muasal ilmu pengetahuan itu diperoleh.
2. Mujamil Qomar. Bagian ilmu filsafat yang secara khusus mempelajari dan menentukan arah
dan kodrat pengetahuan.
3. Anton Bakker. Cabang filsafat yang berurusan mengenai ruang lingkup serta hakikat
pengetahuan.
4. Achmad Charris Zubair. Suatu ilmu yang secara khusus mempelajari dan mempersoalkan
secara dalam mengenai apa itu pengetahuan, dari mana pengetahuan itu diperoleh serta
bagaimana cara memperolehnya.
5. Jujun S. Suria Sumantri. Arah berfikir manusia dalam menemukan dan memperoleh suatu
ilmu pengetahuan degan menggunakan kemampuan rasio

Objek dan tujuan Epistemologi:

Sebagai sub sistem filsafat, epistemology atau teori pengetahuan yang untuk pertama kali
digagas oleh Plato ini memiliki objek tertentu. Objek epistemology ini menurut Jujun S. Suria
suamantri berupa“ segenap proses yang terlibat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuan.”
Proses untuk memperolehn pengetahuan inilah yang mejadi sasaran teori pengetahuan dan
sekaligus berfungsi mengantarkan tercapainya tujuan, sebab sasaran itu merupakan suatu tahap
perantara yang harus dilalui dalam mewujudkan tujan. Tanpa suatu sasaran, mustahil tujuan bisa
terealisir, sebaliknya tanpa suatu tujuan, maka sasaran menjadi tidak terarah sama sekali.

Jacques Martain mengatakan, “ tujuan epistemologi bukanlah hal yang utama untuk menjawab
pertanyaan, apakah saya dapat tahu, tetapi untuk menemukan syarat-syarat yang memungkinkan
saya dapat tahu.”hal ini menunjukkan, bahwa tujuan epistemologi bukan untuk memperoleh
pengetahuan kendati pun keadaan ini tak bisa dihindari akan tetapi yang menjadi pusat perhatian
dari tujuan epistemologi adalah hal lebih penting dari itu, yaitu ingin memiliki potensi untuk
memperoleh pengetahuan.

Rumusan tujuan epistemologi tersebut memiliki makna strategis dalam dinamika


pengetuhuan.Rumusan tersebut menumbuhkan kesadaran seseorang bahwa jangan sampai kita
puas dengan sekedar memperoleh pengetahuan, tanpa disertai dengan cara atau bekal untuk
memperoleh pengetahuan, sebab keadaan memperoleh pengetahuan melambangkan sikappasif,
sedangkan cara memperoleh pengetahuan melambangkan sikap dinamis.
B. Sumber Terjadinya Pengetahuan

John Locke (1632-1704) dalam karangannya yang sangat masyhur, Essay Concerning
Human Understanding, menunjukkan bahwa problem tentang sumber-sumber pengetahuan
merupakan persoalan yang pertama dan fundamental yang harus dibereskan.

Immanuel Kant (1724-1804) juga menempatkan isyu tersebut sebagai yang pertamadi
antara persoalan-persoalan hidupyang pokok. Sejak zaman Locke danKant, problema
pengetahuan telah mendapat tempat yang penting dalam pembahasan-pembahasan filsafat.

Vauger menyatakan bahwa titik tolak penyelidikan epistemologi adalah situasi manusia
dan alam sekitarnya, Yaitu kejadian. Manusia sadar bahwa dirinya mempunyai pengetahuan
lalu berusaha untuk memahami, menghayati dan pada saatnya memberikan pengetahuan
dengan menerangkan dan mempertanggung jawabkannya, apakah pengetahuan manusia
benar dalam arti mempunyai isi dan arti atau tidak.

Akal sehat dan cara mencoba-coba mempunyai peran penting dalam usaha manusia
menemukan penjelasan mengenai berbagi gejala alam. Ilmu dan filsafat dimulai dengan akal
sehat sebab tidak mempunyai landasan lain untuk berpijak. Tiap peradaban betapapun
primitifnya mempunyai kumpulan pengetahuan yang berupa akal sehat.

Randall dan Buchlar mendefinisikan akal sehat sebagai pengetahuan yang diperoleh lewat
pengalaman secara tidak sengaja yang bersifat sporadis dan kebetulan18 .Sedangkan
karakteristik akal sehat, menurut Titus, adalah

1. Karena landasannya yang berakar pada adat dan tradisi maka akal sehat cenderung
untuk bersifat kebiasaan dan pengulangan,
2. Karena landasannya yang berakar kurang kuat maka akal sehat cenderung untuk
bersifat kabur dan samar, dan
3. Karena kesimpulan yang ditariknya sering berdasarkan asumsi yang tidak dikaji lebih
lanjut maka akal sehat lebih merupakan pengetahuan yang tidak teruji.

Pandangan dunia (weltanschauung) seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, di


antaranya konsepsi dan pengenalannya terhadap "kebenaran" (asy-Syai fil khârij). Kebenaran
yang dimaksud di sini adalah segala sesuatu yang berkorespondensi dengan dunia luar.
Semakin besar pengenalannya, semakin luas dan dalam pandangan dunianya. Pandangan
dunia yang valid dan argumentatif dapat melesakkan seseorang mencapai titik-kulminasi
peradaban dan sebaliknya akan membuatnya terpuruk hingga titik-nadir peradaban. Karena
nilai dan kualitas keberadaan manusia sangat bergantung kepada pengenalan manusia
terhadap kebenaran.

Sebelum berkembangnya filsafat modern, menurut Titus, Smith dan Nolan, tradisi dan
faham orang awam, termasuk dianggap sebagai sumber pengetahuan.

Dalam pembahasan-pembahasan episitemologi modern biasanya disebutkan empat


sumber pengetahuan.

a. Pengetahuan bersumber pada kesaksian atau otorititas. Otoritas sebagai sumber


pengetahuan mempunyai nilai tetapi jugamengandung bahaya. Kesaksian atau
otoritasyang terbuka bagi penyelidikanyang bebas dan jujur tentang kebenarannya
adalah suatu sumberyang sah dari pengetahuan.
b. Pengetahuan bersumber pada persepsi indra. Apa yang dilihat, dengar, sentuh, cium
dan cicipi, yakni pengalaman-pengalaman manusia yang kongkrit, membentuk bidang
pengetahuan, begitulah pendirian pengikut aliran empirisisme. Empirisisme
menekankan kemampuan manusia, untuk persepsi, atau pengamatan, atau apa yang
diterima pancaindra dari lingkungan. Pengetahuan itu diperoleh dengan membentuk
ide sesuai dengan fakta yang di amati. Dengan ringkas, empirisisme beranggapan
bahwa manusia mengetahui apa yang di dapatkan dari pancaindra24.
c. Pengetahuan bersumber pada akal. Para pemikir menekankan bahwa pikiran atau akal
adalah faktor pokok dalam pengetahuan, dinamakan rasionalis. Rasionalisme adalah
pandangan bahwa manusiamengetahui apa yang dipikirkan dan bahwa akal
mempunyai kemampuan mengungkapkan kebenaran dengan diri sendiri, atau bahwa
pengetahuan itu diperoleh dengan membandingkan ide dengan ide. Dengan
menekankan kekuatan manusia untuk berpikir dan apa yang diberikan oleh akal
kepada pengetahuan, seorang rasionalis, pada hakikatnya, berkata bahwa rasa (sense)
itu sendiri tidak dapat rnemberikan suatu pertimbangan yang koheren dan benar
secara universal.
d. Pengetahuan besumber pada intuisi. Suatu sumber pengetahuan yang mungkin ada
adalah intuisi atau pemahaman yang langsung tentang pengetahuan yang tidak
merupakan hasil pemikiran yang sadar atau persepsi rasa yang langsung.
C. Pokok-Pokok Bahasan Epistemologi

Dengan memperhatikan definisi epistemologi, bisa dikatakan bahwa tema dan pokok
pengkajian epistemologi ialah ilmu, makrifat dan pengetahuan. Dalam hal ini, dua poin
penting akan dijelaskan:

a. Cakupan pokok bahasan, yakni apakah subyek epistemologi adalah ilmu secara umum
atau ilmu dalam pengertian khusus seperti ilmu hushûlî. Ilmu itu sendiri memiliki
istilah yang berbeda dan setiap istilah menunjukkan batasan dari ilmu itu. Istilah-
istilah ilmu tersebut adalah sebagai berikut: 1).Makna leksikal ilmu adalah sama
dengan pengideraan secara umum dan mencakup segala hal yang hakiki, sains,
teknologi, keterampilan, kemahiran, dan juga meliputi ilmu-ilmu seperti hudhûrî,
hushûlî, ilmu Tuhan, ilmu para malaikat, dan ilmu manusia. 2) Ilmu adalah kehadiran
(hudhûrî) dan segala bentuk penyingkapan. Istilah ini digunakan dalam filsafat Islam.
Makna ini mencakup ilmu hushûlî dan ilmu hudhûrî. 3) Ilmu yang hanya dimaknakan
sebagai ilmu hushûlî dimana berhubungan dengan ilmu logika (mantik).4) Ilmu
adalah pembenaran (at-tashdiq) dan hukum yang meliputi kebenaran yang diyakini
dan belum diyakini. 5). Ilmu adalah pembenaran yang diyakini. 6). Ilmu ialah
kebenaran dan keyakinan yang bersesuaian dengan kenyataan dan realitas eksternal.
7). Ilmu adalah keyakinan benar yang bisa dibuktikan. 8). Ilmu ialah kumpulan
proposisi-proposisi universal yang saling bersesuaian dimana tidak berhubungan
dengan masalah-masalah sejarah dan geografi. 9). Ilmu ialah gabungan proposisi-
proposisi universal yang hakiki dimana tidak termasuk hal-hal yang linguistik 10).
Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang bersifat empirik.
b. Sudut pembahasan, yakni apabila subyek epistemologi adalah ilmu dan makrifat,
maka dari sudut mana subyek ini dibahas, karena ilmu dan makrifat juga dikaji dalam
ontologi, logika, dan psikologi. Sudut-sudut yang berbeda bisa menjadi pokok
bahasan dalam ilmu.Terkadang yang menjadi titik tekan adalah dari sisi hakikat
keberadaan ilmu.Sisi ini menjadi salah satu pembahasan dibidang ontologi dan
filsafat. Sisi pengungkapan dan kesesuian ilmu dengan realitas eksternal juga menjadi
pokok kajian epistemologi. Sementara aspek penyingkapan ilmu baru dengan
perantaraan ilmu-ilmu sebelumnya dan faktor riil yang menjadi penyebab hadirnya
pengindraan adalah dibahas dalam ilmu logika.Dan ilmu psikologi mengkaji subyek
ilmu dari aspek pengaruh umur manusia terhadap tingkatan dan pencapaian suatu
ilmu. Sudut pandang pembahasan akan sangat berpengaruh dalam pemahaman
mendalam tentang perbedaan-perbedaan ilmu.

Dalam epistemologi akan dikaji kesesuaian dan probabilitas pengetahuan, pembagian dan
observasi ilmu, dan batasan-batasan pengetahuan. Sisi ini, ilmu hushûlî dan ilmu hudhûrî
juga akan menjadi pokok-pokok pembahasannya. Dengan demikian, ilmu yang diartikan
sebagai keumuman penyingkapan dan pengindraan adalah bisa dijadikan sebagai subyek
dalam epistemologi.

D. Metode Epistemologi

Metode epsitemologi atau metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan


pengetahuan yang disebut ilmu.Jadi ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat
metode ilmiah. Metode, menurut Senn, merupakan prosedur atau cara mengetahui sesuatu,
yang memiliki langkahlangkah yang sistematis. Metodologi ilmiah merupakan pengkajian
dalam mempelajari peraturan-peraturan dalam metode tersebut.

Proses kegiatan ilmiah, menurut Riychia Calder, dimulai ketika manusia mengamati
sesuatu. Secara ontologis ilmu membatasi masalah yang diamati dan dikaji hanya pada
masalah yang terdapat dalam ruang lingkup jangkauan pengetahuan manusia.Jadi ilmu tidak
mempermasalahkan tentang hal-hal di luar jangkauan manusia. Karena yang dihadapinya
adalah nyata maka ilmu mencari jawabannya pada dunia yang nyata pula.Einstein
menegaskan bahwa ilmu dimulai dengan fakta dan diakhiri dengan fakta, apapun juga teori-
teori yang menjembatani antara keduanya. Teori yang dimaksud di sini adalah penjelasan
mengenai gejala yang terdapat dalam dunia fisik tersebut, tetapi merupakan suatu abstraksi
intelektual di mana pendekatan secara rasional digabungkan dengan pengalaman
empiris.Artinya, teori ilmu merupakan suatu penjelasan rasional yang berkesusaian dengan
obyek yang dijelaskannya.Suatu penjelasan biar bagaimanapun meyakinkannya, harus
didukung oleh fakta empiris untuk dinyatakan benar.

Pendekatan rasional digabungkan dengan pendekatan empiris dalam langkah-langkah


yang disebut metode ilmiah.Secara rasional, ilmu menyusun pengetahuannya secara
konsisten dan kumulatif, sedangkan secara empiris ilmu memisahkan pengetahuan yang
sesuai dengan fakta dari yang tidak.

Berkembangnya metode eksperimen yang merupakan jembatan antara penjelasan teoritis


yang hidup di alam rasional dengan pembuktian yang dilakukan secara empiris.Metode ini
dikembangkan lebih lanjut oleh sarjanasarjana Muslim pada abad keemasan Islam.Semangat
untuk mencari kebenaran yang dimulai oleh para pemikir Yunani dihidupkan kembali dalam
kebudayaan Islam. Perjalanan sejarah, lewat orang-orang Muslimlah, dunia modern sekarang
ini mendapatkan cahaya dan kekuatannya. Pengembangan metode eksperimen yang berasal
dari Timur ini mempunyai pengaruh penting terhadap cara berpikir manusia. Sebab dengan
berbagai penjelasan teoritis dapat diuji, apakah sesuai dengan kenyataan empiris atau tidak.

E. Ukuran Keberanan Pengetahuan

Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang kebenaran, antara lain sebagai berikut:

1. The correspondence theory of truth, kebenaran atau keadaan benar itu berupa
kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu pendapat dengan apa yang sungguh
merupakan halnya atau faktanya.
2. The consistence theory of truth, kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara
putusan dengan sesuatu yang lain, yaitu fakta atau realitas.Tetapi atas hubungan
antara putusan-putusan itu sendiri. Dengan kata lain bahwa kebenaran ditegaskan atas
hubungan antara yang baru itu dengan putusan-putusan lainnya yang telah kita
ketahui dan kita akui benarnya terlebih dahulu.
3. The pragmatic theory of truth, bahwa benar tidaknya sesuatu ucapan, dalil, atau teori
semata-mata bergantung kepada berfaedah tidaknya ucapan, dalil, atau teori tersebut
bagi manusia untuk bertindak dalam kehidupannya.

Tiga teori tersebut dapat disimpulkan bahwa kebenaran adalah kesesuaian arti dengan
fakta yang ada dengan putusan-putusan lain yang telah diakui kebenarannya dan
tergantung kepada berfaedah tidaknya teori tersebut bagi kehidupan manusia.

Epistemologi Menurut Pandangan Beragam Aliran Filsafat Dunia:

1. Epistemologi idealisme.

Epistemologi idealisme ini meniscayakan kurikulum yang digunakan dalam pendidikan pun lebih
berfokus pada isi secara objektif menyediakan beragam pengalaman belajar sebanyak-banyaknya,
pada subjek didik untuk mampu menggerakan jiwanya pada ragam realitas yang akan menjadikan
cara berfikir dan analisnya terhadap keseluruhan realitas pengalamnya.

Pribadi Idealisme adalah pribadi yang peka terhadap realitas di sekitarnya, sehingga tidak Satu
pun kejadian yang dilihat dan didengarnya luput dari pikirannya. Sedemikian rupa hingga
memunculkan kepribadian yang cermat dan tangkas dalam mencerna keseluruhan realitas yang
terbangun dari ruang idenya

2. Epistemologi Realisme.

Epistemologi pendidikan dalam realisme adalah proses ilmiah yang ditujukan pada hal-hal yang
beraneka ragam persoalan pendidikan seperti mengenai realitas peserta didik, pendidik, dan isi
pendidikan, strategi dan lain sebagainya yang dapat digunakan oleh seseorang atau sekelompok
orang sebagai dasar utama dalam menyelenggarakan kegiatan pendidikan.

3. Epistemologi Pragmatisme.

Menurut kaum pragmatisme tidaklah dikatakan pengetahuan, jika tidak membawa pada
perubahan bagi kehidupan manusia. Jadi nilai pengetahuan dilihat dari kadar instrumentalianya yang
akan membawa pada akibat-akibat, baik yang, setelah atau yang akan dihasilkan oleh ide pikiran
dalam dunia pengalaman nyata.

4. Epistemologi Eksistensialisme.

Epistemologi Eksistensialisme adalah suatu eksistensi yang dipilih dalam kebebasan.


Bereksistensi berarti bereksistensi dalam suatu perbuatan yang harus dilakukan oleh setiap orang
bagi dirinya sendiri. Pilihan bukanlah soal konseptual melainkan soal komitmen total seluruh
individu.

Landasan Epistemologi:

Landasan epistemology ilmu disebut metode ilmiah, yaitu cara yang dilakukan ilmu dalam
menyusun pengetahuan yang benar. Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan
pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi, ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang di dapatkan
lewat metode ilmiah.Tidak semua pengetahuan disebut ilmiah, sebab ilmu merupakan pengetahuan
yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang harus
dipenuhi agar suatu pengetahuan bisa disebut ilmu yakni tercantum dalam metode ilmiah.

F. Tipe dan Tingkatan Keberanan Epistemologi

Nilai kebenaran itu bertingkat-tingkat, sebagai mana yang telah diuraikan oleh Andi
Hakim Nasution dalam bukunya Pengantar ke Filsafat Sains, bahwa kebenaran mempunyai
tiga tingkatan, yaitu haq alyaqin, ‘ain al-yaqin, dan ‘ilm al-yaqin. Adapun kebenaran menurut
Anshari mempunyai empat tingkatan, yaitu:
1. Kebenaran wahyu
2. Kebenaran spekulatif filsafat
3. Kebenaran positif ilmu pengetahuan
4. Kebenaran pengetahuan biasa.

Pengetahuan yang dibawa wahyu diyakini bersifat absolut dan mutlak benar , sedangkan
pengetahuan yang diperoleh melalui akal bersifat relatif, mungkin benar dan mungkin salah.
Jadi, apa yang diyakini atas dasar pemikiran, mungkin saja tidak benar karena ada sesuatu di
dalam nalar kita yang salah. Demikian pula apa yang diyakini karena diamati belum tentu
benar karena penglihatan kita mungkin saja mengalami penyimpangan.

Ada dua tipe kebenaran. Yaitu:

1. Kebenaran relative atau spekulatif

Relatif dalamKamus Besar Bahasa Indonesia dimaknai sebagai suatu nilai (kebenaran)
yang sifatnya tidak mutlak atau nisbi. Sedang spekulatif dimaknai sebagai suatu nilai atau
kebenaran yang bersifat untung-untungan (spekulasi).

2. Kebenaran absolut yang bersifat (bertipe) idealistik

Absolut atau absolute berasal dari bahasa.Latin, absolutus; “ab”, dari,jauh dan“solver”,
melepaskan, membebaskan dari pengertian bahasa tersebut absolut selanjutnya dimaknai:
Bebas dari kekurangan, kualifikasi, atau batasan-batasan; misalnya: wujud absolut, keindahan
absolut, kebaikan absolut, otoritas absolute.

G. Sejarah Epistemologi

Gerakan epistemologi paling awal muncul di Yunani yang digerakkan antara lain oleh
kelompok yang disebut Sophis. Yaitu orang yang secara sadar empermasalahkan segala
sesuatu.Dan kelompok Shopis adalah kelompok yang paling bertanggung jawab atas
keraguan itu.

Pranarka menyatakan sejarah epistemologi dimulai pada zaman Yunani kuno, ketika
orang mulai mempertanyakan secara sadar mengenai pengetahuan dan merasakan bahwa
pengetahuan merupakan faktor penting yang dapat menentukan hidup dan kehidupan
manusia.Pandangan itu merupakan tradisi masyarakat dan kebudayaan Athena.Tradisi dan
kebudayaan Spharta, lebih melihat kemauan dan kekuatan sebagai satu-satunya faktor.Athena
mungkin dapat dipandang sebagai basisnya intelektualisme dan Spharta merupakan basisnya
voluntarisme.

Zaman Romawi tidak begitu banyak menunjukkan perkembangan pemikiran mendasar


sistematik mengenai pengetahuan.Hal itu terjadi karena alam pikiran Romawi adalah alam
pikiran yang sifatnya lebih pragmatis dan ideologis.Masuknya agama Nasrani ke Eropa
memacu perkembangan epistemologi lebih lanjut, khususnya karena terdapat masalah
hubungan antara pengetahuan samawi dan pengetahuan manusiawi, pengetahuan supranatural
dan pengetahuan rasional-natural-intelektual, antara iman dan akal.Kaum agama di satu pihak
mengatakan bahwa pengetahuan manusiawi harus disempurnakan dengan pengetahuan fides,
sedang kaum intelektual mengemukakan bahwa iman adalah omong kosong kalau tidak
terbuktikan oleh akal.

Situasi ini menimbulkan tumbuhnya aliran Skolastik yang cukup banyak perhatiannya
pada masalah epistemologi. Karena berusaha untuk menjalin paduan sistematik antara
pengetahuan dan ajaran samawi di satu pihak, dengan pengetahuan dan ajaran manusiawi
intelektual-rasional di lain pihak. Pada fase inilah terjadi pertemuan dan sekaligus juga
pergumulan antara Hellenisme dan Semitisme. Kekuasaan keagamaan yang tumbuh
berkembang selama abad pertengahan Eropa tampaknya menyebabkan terjadinya supremasi
Semitik di atas alam pikiran Hellenistik. Di lain pihak, orang merasa dapat memadukan
Hellenisme yang bersifat manusiawi intelektual dengan ajaran agama yang bersifat samawi-
supernatural. Dari sinilah tumbuh Rasionalisme, Empirisme, Idelisme, dan Positivisme yang
kesemuanya memberikan perhatian yang amat besar terhadap problem pengetahuan.

Selanjutnya, Pranarka menjelaskan bahwa zaman modern ini telah membangkitkan


gerakan Aufklarung, suatu gerakan yang meyakini bahwa dengan bekal pengetahuan,
manusia secara natural akan mampu membangun tata dunia yang sempurna. Optimisme yang
kelewat dari Aufklarung serta perpecahan dogmatik doktriner antara berbagai macam aliran
sebagai akibat dari pergumulan epistemologi modern yang menjadi multiplikatif telah
menghasilkan suasana krisis budaya. Semua itu menunjukkan bahwa perkembangan
epistemologi tampaknya berjalan di dalam dialektika antara pola absolutisasi dan pola
relativisasi, di mana lahir aliran-aliran dasar seperti skeptisisme, dogmatisme, relativisme,
dan realisme.Namun, di samping itu, tumbuh pula kesadaran bahwa pengetahuan itu adalah
selalu pengetahuan manusia. Bukan intelek atau rasio yang mengetahui, manusialah yang
mengetahui. Kebenaran dan kepastian adalah selalu kebenaran dan kepastian di dalam hidup
dan kehidupan manusia.

Anda mungkin juga menyukai