Anda di halaman 1dari 8

Potensi Energi Matahari dan Energi Angin di Indonesia Annisa Nurfadhilah

(D032211025)

A. Energi Surya
Matahari adalah sumber energi utama yang memancarkan energi yang luar biasa
besarnya ke permukaan bumi. Pada keadaan cuaca cerah, permukaan bumi menerima sekitar
1000 watt energi matahari per-meter persegi. Kurang dari 30 % energi tersebut dipantulkan
kembali ke angkasa, 47% dikonversikan menjadi panas, 23 % digunakan untuk seluruh
sirkulasi kerja yang terdapat di atas permukaan bumi, sebagaian kecil 0,25 % ditampung
angin, gelombang dan arus dan masih ada bagian yang sangat kecil 0,025 % disimpan melalui
proses fotosintesis di dalam tumbuh-tumbuhan yang akhirnya digunakan dalam proses
pembentukan batu bara dan minyak bumi (bahan bakar fosil, proses fotosintesis yang
memakan jutaan tahun) yang saat ini digunakan secara ekstensif dan eksploratif bukan hanya
untuk bahan bakar tetapi juga untuk bahan pembuat plastik, formika, bahan sintesis
lainnya.Sehingga bisa dikatakan bahwa sumber segala energi adalah energi matahari. Energi
matahari dapat dimanfaatkan dengan berbagai cara yang berlainan bahan bakar minyak
adalah hasil fotosintesis, tenaga hidro elektrik adalah hasil sirkulasi hujan tenaga angin
adalah hasil perbedaan suhu antar daerah dan sel surya (sel fotovoltaik) yang menjanjikan
masa depan yang cerah sebagai sumber energi listrik. . Menurut salah satu perkiraan, inti
sang surya yang merupakan suatu tungku termonuklir bersuhu 100 juta derajat celcius setiap
detik mengonversi 5 ton materi menjadi energi yang dipancarkan ke angkasa luas sebanyak
6,41 x102 W/m2 .
Karena sel surya sanggup menyediakan energi listrik bersih tanpa polusi, mudah
dipindah, dekat dengan pusat beban sehingga penyaluran energi sangat sederhana serta
sebagai negara tropis, Indonesia mempunyai karakteristik cahaya matahari yang baik
(intensitas cahaya tidak fluktuatif) dibanding tenaga angin seperti di negara-negara 4 musim,
utamanya lagi sel surya relatif efisien, tidak ada pemeliharaan yang spesifik dan bisa
mencapai umur yang panjang serta mempunyai keandalan yang tinggi.

Potensi Energi Surya di Indonesia

Indonesia terletak di kawasan iklim khatulistiwa, sinar surya rata-rata harian adalah
4000-5000 Wj/m2, sedangkan rata-rata jumlah jam sinaran Antara 4 hingga 8 jam. Indonesia
mengalami jumlah hari hujan sekitar 170 hari pertahun, rata-rata suhu udara Antara 26 hingga
32̊ C dan kelembapan relative rata-rata 80 hingga 90% dan tidak pernah turun di bawah 60%.
Keadaan langit di kawasan tropika ini berawan, karena komponen sinar surya langsung
Potensi Energi Matahari dan Energi Angin di Indonesia Annisa Nurfadhilah
(D032211025)

kurang 40%. Perincian ini penting untuk pengkajian energi surya, terutama sistem surya
termal, terutama dalam pembuatan dan pemiihan pengumpul surya.

(a)

(b)

Gambar 1 (a)Potensi Fotovoltaik di Indonesia (b) Peta Global Irradiation Horizontal di


Sulawesi Selatan (Solargis, 2018)

Potensi PLTS Indonesia sangat besar, di atas 1 TW. Indonesia adalah negara dengan
serapan tenaga surya terbesar di ASEAN, karena matahari ada setiap hari sepanjang tahun.
Potensi Energi Matahari dan Energi Angin di Indonesia Annisa Nurfadhilah
(D032211025)

Kapasitas terpasang relatif masih rendah yaitu 12.1 MW, tersebar di seluruh wilayah di
Indonesia.
Hingga tahun 2025 direncanakan pengembangan potensi PLTS sebesar 5000 MW.
Skema pengembangan PLTS tersebut dapat melalui program Pemerintah melalui skema feed
in tariff atau negosiasi dengan PLN, yang regulasinya saat ini masih dalam tahap finalisasi.
Berdasarkan RUPTL PT. PLN (Persero) akan ada tambahan proyek baru di Sulawesi
yang berupa PLTS Tersebar Sulawesi dengan kapasitas sebesar 70 MW yang bertujuan untuk
memenuhi pertumbuhan beban listrik di masing-masing sistem dan peningkatan porsi
pembangkit EBT menjadi 25% pada 2025.
B. Energi Angin

Angin merupakan energi yang terjadi dikarenakan adanya perbedaan suhu antara udara
dingin dan panas yang mengalir. Angin adalah udara yang bergerak sehingga memiliki
kecepatan, tenaga, dan arah. Penyebab dari pergerakan ini adalah pemanasan bumi oleh
radiasi matahari. Pergerakan angin ini memiliki energi kinetik, oleh karena itu energi angin
dapat dikonversi menjadi energi lainnya seperti energi listrik dengan menggunakan kincir
angin atau turbin angin.
Angin seperti fluida yang lain pada umumnya mempunyai profil geseran atau profil
kecepatan ketika mengalir melewati benda padat, misalnya permukaan bumi. Pada tepat di
permukaan bumi, kecepatan relatif angin terhadap permukaan bumi sama dengan nol.
Kemudian kecepatan ini menjadi semakin tinggi sebanding ketinggian dari permukaan bumi.
Ada dua jenis profil geseran angin yang biasa digunakan untuk menghitung energi: profil
geseran angin eksponensial (exponential wind shear profile) dan profil geseran angin
kekasaran permukaan (surface roughness wind shear stress).
Penerapan teknologi energi angin di Indonesia masih rendah. Total pembangkit listrik
tenaga angin yang terpasang di Indonesia sekitar 1,6 MW dalam skala non-komersial.
Penerapan sistem energi angin terisolasi biasanya di daerah/lokasi terpencil atau pulau-pulau,
dan sering dipasang sebagai bagian dari proyek pengembangan atau penelitian. Beberapa
daerah di sepanjang pantai Pulau Jawa bagian utara dan selatan, Pulau Madura bagian timur,
Pulau Sulawesi bagian selatan dan utara, dan sebagian Pulau Nusa Tenggara, telah
menerapkan turbin angin untuk pembangkit listrik. Sebagian besar diimplementasikan dalam
sistem stand-alone dan sistem hybrid namun kuantitas dan kualitasnya masih perlu
ditingkatkan. Kapasitas terbesar unit turbin angin terpasang di Indonesia saat ini adalah
Potensi Energi Matahari dan Energi Angin di Indonesia Annisa Nurfadhilah
(D032211025)

100kW, yang dipasang oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) di
Sukabumi-Jawa Barat dan Selayar-Sulawesi Selatan. Namun, hingga saat ini, fasilitas
pembangkit listrik tenaga angin terbesar dipasang di Nusa Penida-Bali, dengan total kapasitas
735 kW. Fasilitas pembangkit listrik tenaga angin on-grid ini merupakan kerjasama antara
Pemerintah Daerah Klungkung, Bali, Kementerian ESDM dan PT. PLN (Persero). Total
kapasitas terpasang tenaga angin terbesar kedua adalah 240 kW di Sangihe-Sulawesi Utara.
Pemasangan sistem sambungan grid ini juga merupakan kerjasama antara ESDM dan PT.
PLN (Persero), dimana pembangkit listrik tenaga angin langsung mensuplai jaringan PLN.

Potensi Energi Angin Di Indonesia

a. Kampanye Pengukuran

Salah satu isu terpenting dalam pengembangan energi angin adalah pengukuran. Metode
pengukuran yang tepat harus dilakukan untuk mendapatkan data yang valid tentang energi
angin, terutama untuk kecepatan angin. Hal ini sangat penting untuk pemilihan teknologi
yang akan digunakan untuk menghasilkan listrik. Indonesia memiliki potensi sumber energi
angin. Kementerian ESDM memperkirakan total kapasitas energi angin di dalam negeri
sekitar 9,29 GW. Namun, total kapasitas terpasang untuk pembangkit listrik tenaga angin
hanya 1.6MW, dan sebagian besar untuk tujuan penelitian.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Lembaga Penerbangan dan


Antariksa Nasional (LAPAN), Winrock International USA, Wind Guard Germany
bekerjasama dengan Pemerintah Daerah), Soluziona (bekerjasama dengan Kementerian
ESDM, NipSA_Spain dan lembaga terkait lainnya di beberapa daerah di Indonesia. Namun
masih ada lokasi yang belum terakses karena letaknya yang terpencil, besarnya jumlah lokasi
yang terisolasi dan keterbatasan keuangan. Untuk lokasi tersebut kerjasama dengan instansi
terkait dan sektor swasta diperlukan. Untuk peningkatan kualitas data, jumlah pengukuran
diperluas dengan menggunakan peralatan yang lebih andal dan pengukuran langsung di
lokasi pemilihan, Berdasarkan data yang terkumpul, sekitar 166 lokasi di Indonesia telah
diukur potensi energi anginnya. Dan hasilnya menunjukkan bahwa 35 lokasi memiliki potensi
energi angin yang baik, dengan kecepatan angin rata-rata tahunan di atas 6 m/ s. Selain itu,
sekitar 34 lokasi juga memiliki energi angin yang cukup untuk dikembangkan; dengan rata-
rata kecepatan angin tahunan berkisar antara 4- 5 m/s. Pengukuran energi angin di Indonesia
telah dilakukan lebih dari 15 tahun yang lalu. Sebagian besar adalah dilakukan oleh LAPAN.
Potensi Energi Matahari dan Energi Angin di Indonesia Annisa Nurfadhilah
(D032211025)

Tabel 1 Data Angin Indonesia

b. Penilaian sumber daya angin (WRA)

Wind Resources Assessment (WRA) dilakukan untuk memprediksi potensi energi angin
di suatu wilayah. Ini membutuhkan data sekunder iklim angin untuk skala meso dan data
primer untuk skala mikro (data sekunder dari penurunan skala statistik dimungkinkan jika
data satelit cuaca sebagai data primer tidak tersedia). WRA dalam penelitian ini dilakukan
dalam kategori skala mikro, dimana area yang dianalisis adalah titik acuan besarnya 20 km.
Proyek WHyPGen telah melakukan WRA di 11 lokasi, menggunakan data dari satelit dan
survei kunjungan lapangan. WRA berada di 7 provinsi, dan luas wilayah yang dinilai sekitar
9.936,53 km2. Dengan menggunakan turbin angin berdiameter 55 m (atau kapasitas sekitar
750 kW), hasil simulasi energi angin di lokasi tersebut dapat menghasilkan listrik sekitar
2,745 GW atau sekitar 55,184 GWh/tahun. Data lokasi berikut telah dilakukan dalam
penilaian sumber daya angin yang disajikan pada Tabel 2.
Potensi Energi Matahari dan Energi Angin di Indonesia Annisa Nurfadhilah
(D032211025)

Tabel 2 Situs ringkasan penilaian sumber daya angin.

c. Peta Angin
WRA merupakan salah satu program utama yang dilakukan secara berkesinambungan,
bekerjasama dengan beberapa institusi baik nasional maupun internasional untuk
menghasilkan peta angin untuk beberapa wilayah di Indonesia berdasarkan data yang tersedia
dari lokasi yang dipantau dan data dan informasi topografi yang ada, dengan menggunakan
ekstrapolasi tertentu. teknik. Dan peta/atlas angin Indonesia harus segera dikembangkan.
Untuk itu, diperlukan komitmen dari instansi terkait. Gambar berikut (Gbr. 2) menunjukkan
potensi energi angin di Indonesia yang dinilai melalui data satelit dari 3TIER. Lokasi
potensial berwarna gradasi dari kuning sampai coklat tua. Hal ini menunjukkan bahwa
sumber energi angin tersedia di pantai selatan Pulau Jawa, Indonesia bagian timur (NTT,
Maluku) dan Pulau Sulawesi bagian selatan. Namun demikian, sebagian wilayah Sumatera,
Kalimantan dan Papua, khususnya pulau-pulau, juga memiliki sumber energi angin yang
dapat dimanfaatkan untuk pembangkitan listrik, terutama untuk daerah pedesaan dan
terpencil yang akses fasilitas listriknya masih sangat terbatas.
Potensi Energi Matahari dan Energi Angin di Indonesia Annisa Nurfadhilah
(D032211025)

d. Situs potensial ladang angin

Kajian yang dilakukan di lokasi-lokasi potensial menunjukkan kemungkinan pengembangan


tenaga angin, dengan kapasitas skala menengah hingga besar. Rangkuman data hasil studi angin
disajikan pada tabel berikut.

Tabel 3 Rangkuman lokasi potensi ladang angin.


Potensi Energi Matahari dan Energi Angin di Indonesia Annisa Nurfadhilah
(D032211025)

Refrensi

Manan, Saiful. Energi Matahari, Sumber Energi Alternatif Yang Effisien, Handal Dan
Ramah Lingkungan Di Indonesia.Universitas Diponegoro:2009
K. ESDM, Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT. PLN (Persero), Jakarta,
2016.

S. M, Pembangkit Energi Listrik, Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2011.

Supranto, Teknologi Tenaga Surya, Yogyakarta: Global Pustaka Utama, 2015.

M. S. Boedoyo, "Potensi dan Peranan PLTS sebagai Energi Alternatif Masa Depan di
Indonesia," Jurnal Sains dan Teknoogi Indonesia, vol. 14, pp. 146-152, 2012.
Soeripno Martosaputroa , Nila Murti. Blowing the Wind Energy in Indonesia. Conference
and Exhibition Indonesia Renewable Energy & Energy Conservation [Indonesia EBTKE
CONEX 2013]

Anda mungkin juga menyukai