KERANGKA PEMIKIRAN
26
merekayasa ulang proses, perubahan dalam desain produk dan perhatian pada
rangkaian produk.
6. Procurement
Membina hubungan jangka panjang dengan sekelompok supplier dalam arti
hubungan win-win relationship akan mengubah sistem beli tradisional.
Melibatkan supplier sejak tahap desain produk akan mengurangi siklus
pemgembangan produk dan juga koordinasi antara engineering, purchasing,
dan supplier pada tahap akhir desain. Untuk mempercepat transfer data dan
komunikasi, purchasing dapat menggunakan fasilitas EDC (Electronic Data
Change).
7. Pengembangan produk dan komersialisasi
Untuk mengurangi waktu masuknya produk ke pangsa pasar, pelanggan dan
supplier seharusnya dimasukkan kedalam proses pengembangan produk. Bila
siklus produk termasuk singkat maka produk yang tepat harus dikembangkan
dan diproduksi pada waktu singkat dan tepat agar perusahaan kuat bersaing.
Manager pengembangan produk dan komersialisasi sebaiknya :
- Mengkoordinasikan dengan CRM untuk mengidentifikasi kebutuhan-
kebutuhan pelanggan yang telah tertampung maupun yang belum
ditampung.
- Memilih material dan supplier yang berhubungan dengan bagian
procurement.
- Mengembangkan teknologi produksi dan aliran produksi untuk mengakses
kemampuan produksi dan integrasi ke dalam aliran supply chain yang
terbaik untuk penggabungan produk/pasar.
8. Retur
Proses manajemen retur yang efektif memungkinkan kita mengidentifikasi
produktivitas kesempatan memperbaiki dan menerobos proyek-proyek agar
dapat bersaing. Ketersediaan retur (return to availabe) adalah pengukuran
waktu siklus yang diperlukan untuk mencapai pengembalian aset (return on
asset) pada status yang digunakan. Pengukuran ini penting bagi pelanggan
yang memerlukan produk pengganti dalam waktu singkat bila terjadi produk
27
gagal. Selain itu, perlengkapan yang digunakan untuk scarp dan waste dari
bagian produksi diukur pada waktu organisasi menerima uang cash.
Ringkasnya, tujuan atau hasil dari proses SCM ini adalah :
- Mengembangkan team yang berfokus pada pelanggan sehingga dapat
memberikan persetujuan produk dan jasa yang menguntungkan kedua
belah pihak pada pelanggan penting secara strategik.
- Membuat kontak hubungan yang secara efesien menangani pertanyaan-
pertanyaan dari semua pelanggan.
- Secara terus menerus mengumpulkan, menyusun dan meng-update
permintaan pelanggan untuk menyesuaikan demand dengan supply.
- Mengembangkan sistem produksi fleksibel yang tanggap secara tepat pada
perubahan kondisi pasar.
- Mengatur hubungan supplier sehinga quick response dan perbaikan
berkesinambungan dapat berjalan lancar.
- Pengiriman pesanan tepat waktu dan waktu 100%
- Minimasi waktu siklus ketersediaan retur (return to avalaible).
28
1) Metode perencanaan dan pengendalian
2) Struktur aliran kerja/aktivitas kerja
3) Struktur organisasi
4) Struktur fasilitas aliran komunikasi dan informasi
5) Struktur aliran produk
6) Metode manajemen
7) Struktur wewenang (power) dan kepemimpinan (leadership)
8) Struktur risiko dan reward
9) Budaya dan sikap
Metode Perencanaan dan Pengendalian
Perencanaan dan pengendalian operasi merupakan kunci untuk menuntun
organisasi atau Supply Chain ke arah yang diinginkan. Perencanaan yang meliputi
banyak aspek akan berpengaruh penting pada keberhasilan Supply Chain.
Walaupun komponen-komponen yang berbeda dapat ditekankan pada waktu yang
berbeda selama siklus pelaksanaan Supply Chain, tetapi dengan adanya
perencanaan, pelaksanaannya akan melebihi tahap-tahap tersebut. Aspek
pengendalian sendiri berfungsi sebagai kinerja pengukuran terbaik untuk
mengukur keberhasilan Supply Chain.
Struktur Aliran kerja/Aktivitas Kerja
Struktur aliran kerja/aktivitas kerja menunjukkan bagaimana perusahaan
menyampaikan tugas-tugas dan aktivitas-aktivitasnya. Tingkat integrasi proses-
proses yang melalui Supply Chain merupakan pengukuran struktur organisasi.
Struktur Organisasi
Struktur organisasi dapat berdasarkan perusahaan individu dan Supply
Chain. Kegunaan dari tim cross-functional menyarankan suatu pendekatan proses.
Bila tim ini melewati perbatasan organisasi, misalnya personil supplier dalam
pabrik, Supply Chain tersebut seharusnya menjadi lebih bersatu.
Struktur Fasilitas Aliran Komunikasi dan Informasi
Struktur fasilitas aliran informasi memiliki pengaruh yang kuat pada
keefesienan Supply Chain dan merupakan komponen utama yang menyatukan
sebagian atau seluruh bagian Supply Chain.
29
Struktur Fasilitas Aliran Produk
Struktur fasilitas aliran produk berhubungan dengan jaringan struktur
sourcing, produksi dan distribusi Supply Chain. Dengan pengurangan persediaan,
lebih sedikit gudang yang dibutuhkan. Persediaan memang diperlukan dalam
sistem, tetapi penyimpanan sejumlah persediaan pada bagian tertentu kadang-
kadang bisa tidak proporsional. Bila persediaan barang belum jadi atau barang
setengah jadi lebih murah daripada persediaan barang jadi, anggota-anggota
upstream akan lebih banyak terbebani. Rasionalnya jaringan Supply Chain telah
melibatkan seluruh anggota.
Pokok persoalan struktur produk termasuk bagaimana mengkoordinasi
perkembangan produk baru, yaitu melalui Supply Chain dan portfolio produk.
Kekurangan koordinasi dalam perkembangan produk baru dapat mengakibatkan
ketidakefesienan dalam produksi, tetapi juga berisiko atas pemberian informasi
yang tidak tepat. Kerumitan produk akan mempengaruhi jumlah supplier atas
komponen-komponen yang berbeda dan tantangan dari penyatuan Supply Chain.
Metode Manajemen
Metode manajemen meliputi filosogi perusahaan dan teknik manajemen.
Sulit untuk menyatukan struktur organisasi top-down dengan struktur bottom-up.
Tingkat keterlibatan manajemen dalam operasi sehari-hari dapat berbeda antar
anggota Supply Chain.
Struktur Wewenang dan Kepemimpinan
Struktur wewenang dan kepemimpinan melalui Supply Chain akan
mempengaruhi formatnya. Satu pemimpin yang kuat akan mengendalikan arah
Supply Chain. Selama ini oleh ada satu atau dua pemimpin yang kuat di antara
perusahaan-perusahaan karena latihan atau kekurangan tenaga akan
mempengaruhi tingkat komitmen dari anggota-anggota Supply Chain lainnya.
Sharing Risiko dan Reward
Antisipasi dari sharing risiko dan reward melalui Supply Chain
mempengaruhi komitmen jangka panjang anggota-anggotanya. Pemecatan pada
suatu supplier menunjukkan komitmen perusahaan/lembaga kepada supplier
lainnya dan keberadaan dari anggota Supply Chain lainnya.
30
Budaya dan Sikap
Menghubungkan budaya dan sikap-sikap individu memerlukan waktu,
tetapi diperlukan beberapa tingkat Supply Chain sebagai jaringan yang
terkoordinasi. Aspek-aspek budaya meliputi bagaimana pegawai dihargai dan
digabungkan ke dalam manajemen dari perusahaan tersebut.
Rancangan Supply Chain (Supply Chain Design)
Manajemen suatu perusahaan seharusnya terlibat dalam proses rancangan
Supply Chain saat sedang memperkenalkan produk baru atau ketika keberadaan
Supply Chain mengecewakan. Proses rancangan Supply Chain menurut Tunggal
(2008) :
1. Membuat tujuan Supply Chain
2. Merumuskan strategi Supply Chain
3. Menentukan alternatif struktur Supply Chain
4. Mengevaluasi alternatif struktur Supply Chain
5. Memilih struktur Supply Chain
6. Menentukan alternatif untuk anggota-anggota individu Supply Chain
7. Mengevaluasi dan memilih anggota-anggota individu Supply Chain
8. Mengukur dan mengevaluasi hasil Supply Chain
9. Mengevaluasi alternatif Supply Chain bila kinerja tujuan tidak tercapai
atau terdapat pilihan-pilihan baru yang lebih menarik.
Perspektif Pengusaha
Pengusaha memiliki kekuatan pasar bila pelanggan membeli produknya.
Pada kasus ini, retail dan pedagang grosir akan merasa khawatir terhadap pasar,
bisa jadi karena keberadaan pengusaha baru dan produk-produk baru yang akan
turut bersaing menarik pelanggan juga. Dengan meningkatnya penggabungan
pengusaha, pedagang grosir, dan retail baik nasional maupun global akan
menghasilkan kekuatan pada retail bila mereka telah mengakses sejumlah besar
konsumen. Penggabungan pengusaha menghasilkan pengurangan sekumpulan
supplier global yang memproduksi barang-barang ke para konsumen.
Pengusaha kecil kurang dikenal akan menemukan kesulitan menarik
anggota Supply Chain baik untuk keberadaannya di pasaran maupun penawaran
produk baru. Misalnya terlihat dari seorang pengusaha yang memiliki kekurangan
31
kekuatan pasar ketika memasuki negosiasi Supply Chain. Selain itu, finansial juga
menentukan kemampuan seorang pengusaha untuk menampilkan fungsi-fungsi
marketing secara internal, sedangkan pengusaha-pengusaha kecil umumnya tidak
mampu menyalurkan secara langsung kepada retail atau secara geografis
mengedarkan pada pelanggan pelanggan industri, oleh karena itu harus
bergantung pada pedagang-pedagang grosir. Tambahan lagi, pada beberapa lokasi
yang menerima perantara tidak tersedia di beberapa jalur perdagangan. Bahkan
pengusaha dari full line produk yang secara geografis telah menghimpun para
pelanggan juga menemukan saluran langsung yang kurang menguntungkan
dibandingkan saluran tidak langsung untuk beberapa produk dan pelanggan.
Perspektif Pedagang Grosir (The Wholesalers Perspective)
Kekuatan pedagang grosir lebih besar bila retailer memesan sejumlah
kecil dari tiap produk pengusaha atau beberapa pengusaha yang terlibat telah
membatasi sumber-sumber finansial. Untuk beberapa produk seperti peralatan
Whirlpool, perhiasan dan pakaian, harga per unit dan batas marjin akan cukup
besar bila pengusaha menjual langsung kepada para retail, walapun item terjual
untuk retailer sedikit, tetapi para pengusaha dari item-item low-value atau low-
margin seperti rokok dan beberapa jenis item makanan akan memperoleh
keuntungan walaupun hanya menjual melalui pedagang grosir, meskipun setiap
retail dapat memesan dalam kuantitas yang relatif besar.
Kekuatan finansial pedagang grosir dan distributor menentukan jumlah
pelayanan yang dapat mereka berikan. Setiap pelayanan menunjukkan kesempatan
yang menguntungkan selain risiko dan biaya yang berhubungan. Kehadiran dan
ketidakhadiran perusahaan-perusahaan lain yang menawarkan pelayanan yang
sama mempengaruhi kekuatan pasar dari pedagang grosir secara individu. Secara
tradisional para pedagang grosir telah bersifat kedaerahan dalam lapangan.
Persperktif Retail
Retail muncul ketika mereka menyediakan bermacam-macam produk
penting, ketersediaan produk, harga dan image pada pasar geografik yang telah
ditentukan. Tingkat preferensi pelanggan (kesetiaan dikarenakan jasa pelanggan
dan kinerja harga/nilai) yang dinikmati retail secara langsung mempengaruhi
kemampuannya untuk bernegosiasi dengan anggota Supply Chain lainnya.
32
Kecakapan finansial dan ukuran retail juga menentukan tingkat pengaruhnya pada
anggota-anggota lainnya.
3.1.5 Persyaratan Penerapan Supply Chain Management
Sebagai suatu konsep yang melibatkan banyak pihak sebagai mata rantai,
supply chain management menuntut beberapa persyaratan yang tidak hanya
terkait dengan material, tetapi juga informasi. Syarat utama dari penerapan supply
chain management tentunya dukungan manajemen. Manajemen semua level dari
strategis sampai operasional harus memberikan dukungan mulai dari proses
perencanaan, pengorganisasian, koordinasi, pelaksanaan, sampai pengendalian.
Selain dukungan manajemen, syarat lain merupakan syarat yang
melibatkan faktor eksternal yaitu pemasok dan distributor. Sebelum membangun
komitmen dan melaksanakan kontrak kerja dengan para pemasok, maka
perusahaan terlebih dahulu harus melaksanakan evaluasi pemasok. Sebagi catatan,
melaksanakan evaluasi pemasok untuk pemasok yang bermain dalam pasar yang
monopoli tentunya sulit dan tidak bisa dilaksanakan, sehingga yang perlu
dilakukan untuk kondisi ini adalah membangun kemitraan dalam suatu
kesepakatan.
Evaluasi pemasok dilakukan apabila untuk material yang sama dapat
diperoleh lebih dari satu alternatif pemasok. Setidaknya ada tiga kriteria dalam
melakukan evaluasi pemasok, yaitu: keadaan umum pemasok, keadaan pelayanan,
dan keadaan material. Beberapa contoh indikator dari setiap kriteria evaluasi
pemasok adalah sebagai berikut (Gaspersz, 2002):
1. Keadaan umum pemasok
a. Ukuran atau kapasitas produksi
b. Kondisi finansial
c. Kondisi operasional
d. Fasilitas riset dan desain
e. Lokasi geografis
f. Hubungan dagang antar industri
2. Keadaan pelayanan
a. Waktu penyerahan material
b. Kondisi kedatangan material
33
c. Kuantitas pemesanan yang ditolak
d. Penanganan keluhan dari pembeli
e. Bantuan teknik yang diberikan
f. Informasi harga yang diberikan
3. Keadaan material
a. Kualitas material
b. Keseragaman material
c. Jaminan dari pemasok
d. Keadaan pengepakan (pembungkusan)
Dari ketiga kriteria tersebut, bobot (berdasarkan tingkat kepentingan) yang
terbesar diberikan pada kriteria keadaan material, karena keadaan material akan
mempengaruhi kinerja fungsi produksi dan operasi khususnya kualitas produk,
selanjutnya dilakukan penilaian untuk setiap indikator dan dihitung total skor-nya.
Syarat berikutnya adalah pemilihan distributor sebagai perantara produk
perusahaan sampai ke tangan konsumen akhir. Intensitas saluran distribusi yang
ideal bagi suatu perusahaan adalah bagaimana menyajikan jenis produk secara
luas dalam pemuasan kebutuhan konsumen. Penggunaan distributor yang terlalu
sedkit dapat membatasi penyebaran jenis produk dalam aktivitas pemasaran.
Sebaliknya, penggunaan distributor yang terlalu banyak dapat mengganggu brand
image dalam posisinya berkompetisi. Satu kunci yang penting dalam mengelola
saluran distribusi adalah menentukan berapa banyak saluran distribusi yang
dikembangkan serta membentuk suatu pola kemitraan yang menunjang pemasaran
suatu produk dalam area pemasaran tertentu.
Satu lagi persyaratan yang penting dalam penerapan supply chain
management adalah transparansi arus informasi. Untuk dapt mendukung arus
informasi yang transparan dari seluruh mata rantai yang terlibat dalam supply
chain management diperlukan komitmen (dapat dicapai melalui kemitraan dan
kesepakatan) disertai dengan ketersediaan database. Konsep database yang
dimaksud dalam hal ini bukan hanya kumpulan data yang dikelola dan
dikendalikan secara terpusat, melainkan data tersebut harus memenuhi lima
kriteria sebagai berikut :
34
1. Ketersediaan, kapanpun diperlukan harus tersedia disertai dengan
kemudahan akses.
2. Kemampuan dipergunakan untuk berbagi kebutuhan terkait
3. Kemampuan data untuk selalu berkembang dalam konteks yang efektif
4. Jumlah data tidak tergantung kondisi fisik penyimpan data (penyimpan
data yang harus menyesuaikan jumlah data)
5. Konsistensi dan validitas data
3.1. 6 Tantangan Penerapan Supply Chain Management
Meskipun supply chain management memiliki banyak manfaat dalam
menjalankan sistem produksi dan operasi di perusahaan, tetapi ada beberapa
tantangan yang harus dihadapi dan disikapi oleh perusahaan apabila akan
menerapkannya. Tantangan yang pertama berasal dari lingkungan makro dan juga
lingkungan eksternal. Misalnya saja trend perekonomian global yang
menunjukkan adanya kecenderungan inflasi, khususnya di Indonesia. Hal ini
disebabkan karena persaingan di tingkat global memang sangat meningkat. Selain
itu juga kecenderungan perilaku konsumen yang menunjukkan sikap terlalu rumit
dan banyak menuntut. Faktor eksternal lain adalah perkembangan teknologi.
Perkembangan teknologi yang terkait dengan teknologi informasi sedapat
mungkin diadaptasi oleh perusahaan-perusahaan yang menerapkan supply chain
management sehingga dapat mengelola informasi yang bergerak sangat cepat
untuk menanggapi perpindahan produk, sehingga sangat perlu bagi perusahaan
yang menerapkan supply chain management untuk memiliki peralatan fungsional
seperti (Watanabe, 2001):
1. Demand management / forecasting
2. Advanced planning and scheduling
3. Transportation management
4. Distribution and deployment
5. Production planning
6. Available to promise
7. Supply Chain Modeler
8. Optimizer (Linier programming, non linier programming, heuristic, dan
genetic algorithm)
35
Demand management/forecasting
Perangkat peralatan dengan menggunakan teknik-teknik peramalan secara
statistik. Perangkat ini dimaksudkan untuk mendapatkan hasil peramalan
yang lebih akurat.
Advanced planning and schedulling
Suatu peralatan dalam rangka menciptakan taktik perencanaan, jangka
menengah dan panjang berikut keputusan-keputusan menyangkut sumber
yang harus diambil dalam rangka melengkapi jaringan supply.
Transportation management
Suatu fungsi yang berkaitan dengan proses pendistribusian produk dalam
supply chain.
Distribution and deployment
Suatu alat perencanaan yang menyeimbangkan dan mengoptimalkan jaringan
distribusi pada waktu yang diperlukan. Dalam hal ini, Vendor Managed
Inventory dijadikan pertimbangan dalam rangka optimalisasi.
Production planning
Perencanaan produksi dan jadwal penjualan menggunakan taraf yang dinamis
dan teknik yang optimal.
Available to-promise
Tanggapan yang cepat dengan mempertimbangkan alokasi, produksi dan
kapasitas transportasi serta biaya dalam keseluruhan rantai supply.
Supply chain modeler
Perangkat dalam bentuk model yang dapat digunakan secara mudah guna
mengarahkan serta mengontrol rantai supply. Melalui model ini, mekanisme
kerja dari konsep supply chain dapat diamati.
Optimizer
The optimizer ibarat jantung dari sistem supply chain management. Dalamnya
terkandung: linear & integer programming, non-linear programming,
heuristics and genetic algorithm. Genetic algorithm adalah suatu computing
technology yang mampu mencari serta menghasilkan solusi terbaik atas
jutaan kemungkinan kombinasi atas setiap parameter yang digunakan.
36
Selain tantangan-tantangan tersebut, tantangan yang juga sering dihadapi
khususnya negara berkembang adalah masalah infrastruktur termasuk birokrasi
yang rumit. Masalah ini akan memberikan dampak yang signifikan terhadap
tantangan supply chain management yang lain, yaitu teknologi informasi.
Di sisi lain, ada juga tantangan yang dapat digolongkan dalam lingkungan
mikro atau di lingkungan perusahaan itu termasuk stakeholdernya. Mengingat
sebuah rantai supply chain terdiri dari aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh
beberapa perusahaan, maka pengelolaannya tidak mudah. Kompleksitas
permasalahan meningkat dengan cepat begitu pertimbangan-pertimbangan aliran
produk dan informasi dilihat dalam lingkungan keseluruhan supply chain dari
ujung hulu ke ujung hilir. Karena kompleksnya permasalahan pengelolaan
tersebut, banyak sekali tantangan yang bisa mengakibatkan kegagalan pengelolaan
sebuah supply chain.
Lee & Bilington (1992) mendeskripsikan 14 tantangan yang harus
diperhatikan dalam supply chain management, yaitu:
1. Pengukuran kinerja yang tidak terdefinisikan dengan baik, setiap channel
menentukan ukuran sendiri-sendiri, dan tidak ada perhatian untuk membuat
joint matrics yang mengukur kinerja rantai secara keseluruhan.
2. Customer service tidak didefinisikan dengan jelas, tidak ada pengukuran
terhadap kelambatan respon dalam pelayanan, dan sebagainya.
3. Status data pengiriman yang tidak akurat dan sering terlambat.
4. Sistem informasi tidak efisien.
5. Dampak ketidakpastian diabaikan.
6. Kebijakan inventori terlalu sederhana, faktor-faktor ketidakpastian tidak
diperhitungkan dalam pembuatan kebijakan-kebijakan tersebut, kadang-
kadang terlalu statis dan generik.
7. Diskriminasi terhadap internal customer. Prioritasnya rendah, service
levelnya tidak terukur, sistem insentifnya tidak tepat.
8. Koordinasi antar aktivitas supply, produksi, dan pengiriman tidak bagus.
9. Analisis metode-metode pengiriman tidak lengkap, tidak ada pertimbangan
efek persediaan dan waktu respon.
10. Definisi ongkos-ongkos persediaan tidak tepat.
37
11. Ada kendala komunikasi antar organisasi.
12. Perancangan produk maupun proses tidak memperhitungkan konsep supply
chain.
13. Perancangan dan operasional supply chain dibuat secara terpisah.
14. Supply chain tidak lengkap, fokusnya sering hanya pada operasi internal saja,
tidak bisa membedakan antara immediate customers dengan end
customers.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, terlebih dahulu perusahaan harus
melakukan perbaikan dan membangun komitmen di lingkungan internal
perusahaan tersebut, baru kemudian membangun kemitraan dan komitmen dengan
mata rantai lain di lingkungan eksternal. Satu hal yang juga penting dalam
mengatasi tantangan untuk penerapan supply chain management adalah mengelola
informasi dalam sebuah sistem yang harus mendukung proses pengambilan
keputusan di wilayah penerapan supply chain management.
Mission Statement
Business Requirements
Asses :
1. Culture
2. Strategies
3. Practices
4. Processes
Not acceptable
Business Requirements
39
Bagan arus (flow chart) pada Gambar 1 memberikan gambaran umum
proses rekayasa ulang. Organisasi harus fokus pada pernyataan misi perusahaan.
Pernyataan misi tersebut menjalankan kebutuhan bisnis dalam organisasi.
Selanjutnya penilaian yang lengkap berdasarkan budaya, strategi, praktik-praktik
bisnis dan proses-proses perusahaan.
Bila proses ini diterima, manajemen melaksanakan solusi bisnisnya
melalui Supply Chain. Biasanya perbaikan-perbaikan dibutuhkan pada salah satu
bagian untuk meningkatkan kinerja Supply Chain, sebagai contoh rekayasa ulang
microcar Mercedez Benz, yang berdasarkan prinsip-prinsip sistem supply.
Rekayasa ulang dari proses tersebut menghasilkan perwakilan lebih aktivitas-
aktivitas rancangan kepada supplier, mengurangi jumlah keahlian teknik dan
tenaga kerja pada pengusaha utama. Hasilnya adalah menyalurkan keuntungan
dari keefesienan ini pada pelanggan dalam bentuk nilai yang meningkat.
Implementasi Supply Chain Management Terintegrasi
Tantangan yang paling besar Supply Chain Management adalah integrasi.
Yang dimaksud dengan integrasi disini bukan dalam satu perusahaan saja, tetapi
melebihi antara perusahaan sendiri dengan perusahaan di hulu dan di hilir.
Integrasi ini tidak menyangkut kepemilikan ataupun dominisasi tertentu, tetapi
merupakan penggabungan perusahaan dan kegiatan melalui informasi. Kegiatan
Supply Chain Management telah sangat berubah berkat pengembangan dan
penggunaan teknologi informasi. Integrasi Supply Chain Management
mengimplikasikan integrasi proses, yang berarti kerja sama yang erat antara
pembeli dan pemasok, pengembangan produk secara bersama, pengembangan
sistem yang sama, dan saling berbagi informasi.
Pelaksanaan Supply Chain Management membutuhkan perubahan fokus
organisasi dari fungsi ke proses. Gambar 2 mengilustrasikan bagaimana masing-
masing enam fungsi inti ini dipetakan dengan tujuh proses inti, sebagai contoh
dalam proses manajemen hubungan pelanggan, penjualan dan pemasaran
menyediakan keahlian perhitungan manajemen, engineering memberikan
spesifikasi yang mendefenisikan kebutuhannya, logistik menyediakan informasi
kebutuhan pelayanan pelanggan, produksi menyediakan stratgei produksi,
purchasing menyediakan strategi sourcing, dan keuangan serta akuntasi
40
memberikan laporan profitabilitas pelanggan. Kebutuhan-kebutuhan customer
service harus digunakan sebagai masukan-masukan produksi, sourcing dan
strategi-strategi logistik.
Jika mekanisme koordinasi yang pantas tidak ditempatkan melalui
berbagai fungsi, proses tersebut akan menjadi tidak efektif atau tidak efesien.
Dengan berfokus pada proses, semua fungsi yang menyentuh produk atau
menyediakan informasi harus bekerja bersama, sebagai contoh data
penjualan/pemasaran hidup melalui jadwal produksi yang digunakan untuk
menilai tingkat pesanan spesifik dan pengaturan waktu dari kebutuhan. Pesanan-
pesanan ini menjalankan kebutuhan produksi yang pada gilirannya adalah
meneruskan upstream ke supplier. Peningkatan kegunaan outsourcing telah
mempercepat kebutuhan untuk mengkoordinasi proses-proses Supply Chain. Oleh
karena organisasi menjadi lebih tergantung pada supplier luar, mekanisme
koordinasi harus dikembangkan dalam organisasi.
Customers
Demand Process Network Capability Trade off
Demand management Sourcing
planning requierments planning planning analysis
Enviromental Distribution Selected Distribution
Order fulfillment Special order Plant direct
requirements management Supplier (s) cost
Manufacturing flow Packaging Process Prioritization Production Integrated Manufacturing
management Specifications stability criteria planning supply cost
Material Integrated Supplier
Procurement Order booking Inbound flow Material cos
specification planning management
41
dengan tiap anggota inti dan jenis penggabungan apa yang diterapkan pada tiap
proses hubungan tersebut. Tujuannya adalah memaksimalkan persaingan dan
keuntungan bagi perusahaan dan seluruh anggotanya, termasuk pelanggan akhir.
Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2002), rantai pasokan terdiri dari lima
kelembagaan utama yaitu suppliers, manufacture, distributor, retail outlets, dan
customers.
Rantai 1 : Suppliers
Jaringan bermula dari suppliers, yang merupakan sumber penyedia bahan
pertama dimana rantai penyaluran barang akan dimulai. Bahan pertama ini dapat
juga dalam bentuk bahan baku, bahan mentah, bahan penolong, bahan dagangan,
sub suku cadang, suku cadang, dan sebagainya.
Rantai 1 2 : Suppliers Manufacturer
Rantai pertama dihubungkan dengan rantai kedua, yaitu manufaktur yang
melakukan pekerjaan membuat, mempabrikasi, merakit, mengkonversikan,
ataupun menyelesaikan barang (finishing). Hubungan dengan rantai pertama
tersebut sudah mempunyai potensi untuk melakukan penghematan.
Rantai 1 2 3 : Suppliers Manufacturer Distributor
Barang sudah jadi yang dihasilkan oleh pabrik sudah mulai disalurkan
kepada pelanggan. Walaupun tersedia banyak cara untuk penyaluran barang ke
pelanggan, yang umumnya adalah melalui distributor dan ini biasanya ditempuh
oleh sebagian besar rantai pasokan. Barang dari pabrik melalui gudangnya
disalurkan ke gudang distributor dalam jumlah besar, dan pada waktunya
pedagang besar menyalurkan dalam jumlah yang lebih kecil kepada retailer.
42
Rantai 1 2 3 4 5 : Suppliers Manufacturer Distributor Retail
Outlets Custumers
45
yang dimiliki atau diperoleh perusahaan, baik mengenai kondisi internalnya
maupun ektsternalnya.
2. Sumber (Source)
Sumber (Source) berkaitan dengan perolehan bahan baku untuk proses
produksi perusahaan. Dalam konsep supply chain, sumber (source) ini lebih
dispesifikasikan mengenai penyusunan strateginya, kegiatan organisasi atau
sumber daya manusia (SDM) yang berkaitan dengan hal perolehan bahan baku,
tata cara atau proses dalam perolehannya, teknologi yang digunakan, maupun
tentang penilaian resiko yang menyangkut kegiatan dalam perolehan bahan baku.
3. Pembuatan (Make)
Pada faktor pembuatan (make) terdapat kegiatan produksi. Menurut Buffa
(1996) kegiatan produksi merupakan alat yang digunakan untuk mengubah
masukan sumber daya guna menciptakan barang atau jasa sebagai keluarannya.
Untuk dapat melakukan kegiatan produksi maka harus dibuat suatu strategi untuk
mengatur ketepatan dan kesesuaian proses kegiatan sehingga dapat berjalan
dengan lancar. Adapun strategi yang baik harus di dukung dengan sumber daya
manusia maupun struktur organisasi yang tepat. Pada kegiatan proses produksi,
ketepatan, kesesuaian dan keefesienan penggunaan alat harus diperhatikan, oleh
karena itu diperlukan suatu tindakan untuk mengukur dan mengontrol sistem
produksi, dan pada akhirnya dilakukanlah suatu penilaian terhadap aktivitas
produksi tersebut.
4. Agen (Agent)
Agen (Agent) merupakan bagian dari konsep supply chain. Adapun
peranannya sebagai retail outlets, yang juga merupakan pemain utama dalam
hubungan supply chain. Untuk dapat mengetahui keberadaan agen, maka pada
penelitian ini dilakukan analisa mengenai segala hal yang berkaitan dengan proses
penjualan beras SAE di tingkat agent. Adapun yang dianalisa tentang strategi
agen, organisasi atau sumber daya manusia yang ada di dalamnya, manajemen
persedian barang yang dilakukan oleh agen, dan yang terakhir melakukan
penilaian resiko.
46
5. Transportasi (Transportation)
Sistem transportasi merupakan sistem yang mengatur dan melakukan
pengiriman. Kegiatan transportasi agar berjalan dapat efisien dan efektif maka
diperlukan penyusunan strategi, pengaturan konsolidasi pesanan, perencanaan,
pengarahan pengiriman, pemilihan jalan dan menentukan tarif pengiriman,
pemilihan sarana pengangkutan, tindakan menerima dan melakukan verifikasi
produk di tempat pelanggan, dan mengevaluasi keberhasilan pengangkut. Jika
sistem transportasi dapat efektif dan efesien maka dapat terciptanya penghematan
biaya. Oleh karena itu sistem transportasi harus juga diperhatikan, sehingga
terciptanya kesesuaian dan ketepatan penggunaan dan adanya penghematan
waktu.
6. Penjualan (Sell)
Penjualan merupakan aktifitas yang memasarkan dan menjual produk yang
dihasilkan ke pelanggan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu
diperlukan strategi agar dapat mencapai sasaran penjualan yang diinginkan,
keadaan organisasi dan sumber daya manusia yang mendukung sehingga dalam
proses kegiatannya dapat berjalan dengan lancar. Untuk dapat mengetahui
keberhasilan aktifitas penjualan, maka diperlukan pengukuran dan pengontrolan
serta penilaian terhadap aktifitas tersebut.
Pada penelitian ini dibuat suatu model AHP yang dapat membantu untuk
menentukan prioritas kegiatan supply chain lembaga agar tercapainya keefisienan
di Lembaga Pertanian Sehat, sehingga setiap anggota jaringan supply chain (mata
rantai) mendapatkan revenue yang lebih tinggi dari kegiatan yang dilakukannya,
setelah semua tahapan dibuat diharapkan Lembaga Pertanian Sehat memiliki pola
baru dalam proses integrasi bisnis baru yang lebih efisien. Secara ringkas,
kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3 berikut :
47
Petani Penggilingan LPS Agen Konsumen
Menetapkan Tujuan
1. Mendapatkan Jalur Distribusi yang Efisien
2. Mempertahankan Kualitas Beras
Faktor-Faktor :
1. Perencanaan
2. Sumber
3. Pembuatan
4. Toko
5. Transportasi
6. Penjualan
AHP
48