Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

TEORI PERSON CENTERED THERAPY

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori dan Praktik konseling
Dosen Pengampuh : Boy Soedarmadji, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh:
Nur Arifaizal Basri 14-500-0011
Marcella jeniartiningsih 14-500-0025
Avista Widyana Putri 14-500-0028
Anis Raflisa 14-500-0031
Machmuddi 14-500-0053

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA
2015

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia-Nya


sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar tanpa adanya suatu
kendala apapun. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi
Muhammad saw. Nabi yang membawakan pencerahan dalam kehidupan umat
manusia dan para pengikut ajaran-ajaranya. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada teman-teman yang telah membantu dalam proses penyelesaian makalah ini
yang tidak dapat di sebutkan satu persatu.
Kami mengangkat judul “Teori person centered theraphy”. Kami
berharap dengan adanya makalah ini dapat menambah pengetahuan tentang
bagaimana perkembangan kelompok dan dinamika itu. Kami menyadari bahwa
makalah yang dibuat ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, kami menerima kritik
dan saran yang membangun bagi kemajuan bersama.

Surabaya, 16 Oktober 2015

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Cover .................................................................................................................... 1
Kata Pengantar ................................................................................................... 2
Daftar Isi .............................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 4
C. Tujuan ....................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Teori Person Centered Theraphy................................................. 6
B. Tujuan Person Centered Theraphy ............................................................ 6
C. Konsep Dasar Person Centered Theraphy................................................. 10
D. Kelebihan Dan Kekurangan Pendekatan Person Centered Theraphy ....... 11

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ............................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 14

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendekatan person-centered dikembangkan oleh Dr. Rogers (1902-1987) pada
tahun 1940-an. pendekatan person-centered didasarkan pada suatu konsep dari
psikologi humanistik, dan diklasifikasikan sebagai cabang dari perspektif
eksistensial yang dikembangkan oleh Carl Person Rogers. Pada awal
perkembangannya Carl Rogers menamakan non-directive counseling sebagai
reaksi kontra terhdap pendekatan psikoanalisis yang bersifat direktif dan
tradisional. Pendekatan Rogers terhadap terapi dan model kepribadian sehat yang
dihasilkan,memberikan suatu gambaran tentang kodrat manusia yang disanjung-
sanjung dan optimis. Tema pokoknya adalah seseorang harus bersandar pada
pengalamanya sendiri tentang dunia karena hanya itulah kenyataan yang diketahui
oleh seorang individu. Carl R. Rogers mengembangkan terapi client-centered
sebagai reaksi terhadap apa yang disebutnya keterbatasan-keterbatasan mendasar
dari psikoanalisis. Pada hakikatnya, pendekatan client-centered adalah cabang
khusus dari terapi humanistik yang menggaris bawahi tindakan yang akan
dilakukan oleh konseli berikut dunia subjektif dan fenomenalnya.Perkembangan
pendekatan client-centered disertai peralihan dari penekanan pada teknik terapi
kepada penekanan pada kepribadian, keyakinan dan sikap ahli terapi, serta pada
hubungan terapeutik.
Pendekatan ini juga menunjukkan hubungan konseli dan konselor menjalin
hubungan seperti partner, sehingga pendekatan person-centered dibutuhkan
hubungan interpersonal antara konselor dan konseli, sehingga terbentuk kontak
psikologis yang terbangun, dan keberhasilan proses konseling pada pendekatan ini
ditentukan oleh komunikasi antara konseli dan konselor.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan definisi teori person centered therapy?
2. Apa tujuan Person Centered Therapy?

4
3. Bagaimana konsep dasar Person Centered Therapy?
4. Bagaimana kelebihan dan kekurangan pendekatan Person-Centered
Therapy?

C. Tujuan
1. Mengetahui definisi teori person centered theraphy.
2. Mengehui tujuan person centered theraphy.
3. Mengetahui konsep dasar Person Centered Therapy.
4. Mengetahui kelebihan dan kekurangan pendekatan Person-Centered.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Teori Person Centered Theraphy


Pendekatan Person-centered memiliki keyakinan bahwa individu pada
dasarnya baik. Hal ini dideskripsikan lagi bahwa manusia memilki tendensi untuk
berkembang secara positif dan konstruktif realistis dan dapat dipercaya.
Menurut Hartono (2013:151) pendekatan person centered theraphy merupakan
bagian dari aliran psikologi humanistik yang dikembangkan oleh Carl Ransom
Rogers pada awal tahun 1940-an.
Menurut komalasari (2011:262) pendekatan ini juga memandang bahwa
manusia memiliki kemampuan untuk merasakan pengalaman, yaitu
mengekspresikan daripada menekan pikiran-pikiran yang tidak sesuai dalam
kehidupan ke arah yang lebih sesuai.
Menurut Rogers (dalam Gladding, 2012:244) memandang individu dari
perpektif fenomenologikal: yang penting adalah persepsi manusia mengenai realita
dibanding peristiwa yang terjadi itu sendiri.
Menurut pendekatan person-centered (dalam komalasari, 2011:262) manusia
dipandang sebagai instan rasional, makhluk sosial, realistis dan berkembang.
Dari pemaparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan person
centered menekankan pada kecakapan konseli untuk menentukan isu yang penting
bagi dirinya dan pemecahan masalah dirinya. Terapi ini berfokus pada bagaimana
membantu dan mengarahkan konseli pada pengaktualisasian diri untuk dapat
mengatasi permasalahannya dan mencapai kebahagiaan atau mengarahkan individu
tersebut menjadi orang yang berfungsi sepenuhnya.

B. Tujuan Person centered theraphy


Menurut Corey (2013:56) terapi eksistensial bertujuan agar konseli mengalami
keberadaannya, secara otentik dengan menjadi sadar atas keberadaan dan potensi-
potensi serta sadar bahwa ia dapat membuka diri dan bertindak berdasrkan
kemampuannya. Konseling person centered bertujuan membantu konseli

6
menemukan konsep dirinya yang lebih positif lewat komunikasi konseling, dimana
konselor menundukkan konseli sebagai orang yang berharga, orang yang penting
dan orang yang memiliki potensi positif dengan penerimaan tanpa syarat.
Menurut Rogers (dalam Gladding, 2012:245) menekankan bahwa orang yang
perlu bantuan untuk belajar bagaimana menghadapi berbagai situasi. Secara ideal
tujuan konseling berpusat pada person tidak terbatas oleh tercapainya pribadi yang
kongruensi saja. Bagi Rogers tujuan konseling pada dasarnya sama dengan tujuan
kehidupan ini, yaitu apa yang disebut dengan fully functioning person, yaitu pribadi
yang berfungsi sepenuhnya. Rogers beranggapan bahwa fully functioning
person merupakan hasil dari proses dan karena itu lebih
bersifat becoming, sedangkan aktualisasi diri sebagaimana yang dikemukakan
Maslow merupakan keadaan akhir dari kematangan mental dan emosional, karena
itu lebih merupakan self-being (Cottone, 1991).
1. Tujuan umum :
Meningkatkan derajat independensi (kemandirian) dan integrasi yang mengarah
pada aktualisasi diri,
2. Tujuan khusus meliputi:
a. Memberi kesempatan dan kebebasan pada individu untuk mengkspresikan
perasaaan-perasaannya, berkembang dan terealisasi potensinya.
b. Membanntu individu untuk makin mampu berdiri sendiri dalam mengadakan
integrasi dengan lingkungannya dan bukan pada penyembuhan tingkah laku
itu sendiri.
c. Membantu individu dalam perubahan dan pertumbuhan.
Tujuan dasar terapi ini kemudian diklasifikasikan kedalam 4 konsep inti tujuan
terapi, yaitu;
a. Keterbukaan pada pengalaman
Konseli diharapkan dapat lebih terbuka dan lebih sadar dengan kenyataan
pengalaman mereka. Hal ini juga berarti bahwa konseli diharapkan dapat lebih
terbuka terhadap pengetahuan lebih lanjut dan pertumbuhan mereka serta bisa
menoleransi keberagaman makna dirinya.

7
b. Kepercayaan pada organisme sendiri
Dalam hal ini tujuan terapi adalah membantu konseli dalam membangun rasa
percaya terhadap diri sendiri. Biasanya pada tahap-tahap permulaan terapi,
kepercayaan konseli terhadap diri sendiri dan putusan-putusannya sendiri sangat
kecil. Mereka secara khas mencari saran dan jawaban-jawaban dari luar karena
pada dasarnya mereka tidak mempercayai kemampuan-kemampuan dirinya untuk
mengarahkan hidupnya sendiri. Namun dengan meningkatnya keterbukaan konseli
terhadap pengalaman-pengalamannya sendiri, kepercayaan kilen kepada dirinya
sendiri pun mulai timbul.
c. Tempat evaluasi internal
Tujuan ini berkaitan dengan kemampuan konseli untuk instropeksi diri, yang
berarti lebih banyak mencari jawaban-jawaban pada diri sendiri bagi masalah-
masalah keberadaannya. Konseli juga diharapkan untuk dapat menetapkan standar-
standar tingkah laku dan melihat ke dalam dirinya sendiri dalam membuat putusan-
putusan dan pilihan-pilihan bagi hidupnya.
d. Kesediaan untuk menjadi satu proses.
Dalam hal ini terapi bertujuan untuk membuat konseli sadar bahwa
pertumbuhan adalah suatu proses yang berkesinambungan. Para konseli dalam
terapi berada dalam proses pengujian persepsi-persepsi dan kepercayaan-
kepercayaannya serta membuka diri bagi pengalaman-pengalaman baru, bahkan
beberapa revisi.
e. Tujuan Konseling
Tujuan utama pendekatan person-centered therapy adalah untuk menciptakan
iklim yang kondusif sebagai usaha untuk membantu konseli menjadi pribadi yang
utuh, yaitu pribadi yang mampu memahami kekurangan dan kelebihan dirinya
dirinya. Tidak ditetapkan tujuan khusus dalam pemdekatan person-centered, sebab
konselor digambarkan memiliki kepercayaan penuh pada konseli untuk
menentukan tujuan-tujuan yang ingin dicapainya dari dirinya sendiri.
Secara lebih terperinci, tujuan konseling person-centered adalah :
1. Membantu konseli untuk menyadari kenyataan yang terjadi terhadap
dirinya.

8
2. Membantu konseli untuk membuka diri terhadap pengalaman-pengalaman
baru.
3. Menumbuhkan kepercayaan diri konseli.
4. Membantu konseli membuat keputusan sendiri.
5. Membantu konseli menyadari bahwa manusia tumbuh dalam suatu proses
f. Keadaan Konselor
Dalam konseling menggunakan metode person-centered therapy, yang harus
ditunjukkan konselor pada konseli adalah tiga hal yang paling utama, yaitu :
1. Unconditional Positive Regard (Penerimaan Positif tanpa Syarat/Acceptance).
Unconditional positive regard adalah suatu keadaan yang sama dengan
acceptance, menghormati serta menghargai. Meliputi penegasan pada nilai-nilai
konseli sebagai bagian dari manusia atau organisme yang berpikir, merasa, percaya
dan makhluk yang menyeluruh, diterima oleh konselor dalam kondisi apapun tanpa
syarat tertentu. Person-centered therapy percaya jika konselor mampu menerima
konseli apa adanya, maka konseli akan mulai berpikir mengenai siapa dirinya
sebenarnya, dan apa yang sebenarnya dia inginkan. Dengan menunjukkan sikap
acceptance seperti apapun konselinya, maka konselor mengajak konseli untuk
mulai menerima dirinya sendiri.
2. Empathy (Empati)
Empati adalah suatu keadaan di mana konselor berusaha untuk ikut merasakan
apa yang konseli rasakan, ikut masuk ke dalam dunia konseli, ikut melihat dan
mengalami apa yang dilihat dan dialami oleh konseli tetapi tidak ikut hanyut dalam
dunia atau kerangka berpikir konseli tersebut.
Macam-macam empati :
a) Empati intelektual, termasuk melihat dunia dari perspektif konseli dalam
lingkup intelektual.
b) Empati emosi, terjadi ketika secara alamiah atau spontan, konselor mulai
merasakan emosi dalam merespons dunia konseli dalam lingkup emosi.
c) Empati imajinasi, termasuk bertanya pada diri sendiri “Bagaimana jika saya
berada pada posisi konseli saya?”.

9
3. Congruence (Kongruen/ Asli/ Genuine)
Kongruen didefinisikan sebagai ke otentikan atau keaslian dari diri konselor.
Kongruen yang dilakukan oleh konselor adalah benar-benar suatu kenyataan,
keterbukaan, dan kejujuran. Kongruen diartikan pula bahwa konselor mampu
mengekspresikan kedua hal baik positif maupun negatif pada konseli.
g. Keadaan Konseli
Konseli yang bisa dibantu menggunakan person-centered therapy, di antaranya
adalah konseli dengan kondisi awal sebagai berikut :
1. Konseli takut pada konselor dan konseling itu sendiri.
2. Konseli tidak bisa mengekspresikan pengalaman-pengalamannya.
3. Konseli menggunakan pandangan orang lain atau lingkungan sekitarnya
dalam mengevaluasi tindakan dirinya.
4. Konseli menunjukkan perasaan negatif baik secara terang-terangan maupun
tersembunyi, misalkan tidak bisa mempercayai konselor.
5. Konseli belum bisa menerima tanggung jawab pada diri sendiri.
6. Konseli sering memandang dunia dengan suatu cara mekanik, sehingga
menyulitkan diri untuk memisahkan objek dari pengalaman, fakta, daan
situasi eksternal.

C. Konsep Dasar Person Centered Theraphy


Menurut Corey yang dikutip dalam komalasari (2011:263) Pendekatan person-
centered dibangun atas dua hipotesis dasar yaitu: (1) setiap orang memilki kapasitas
untuk memahami keadaan yang menyebabkan ketidakbahagiaan dan mengatur
kembali kehidupannya menjadi lebih baik, dan (2) kemampuan seseorang untuk
menghadapi keadaan ini dapat terjadi dan ditingkatkan jika konselor menciptakan
kehangatan, penerimaan, dan dapat memahami relasi (proses konseling) yang
sedang dibangun.
Rogers mengemukakan konsep kepribadian yang terdiri dari tiga aspek, yaitu:
1. Organisme, merupakan individu itu sendiri, mencakup aspek fisik maupu
psikologis.

10
2. Phenomental field, yaitu pengalaman-pengalaman hidup yang bermakna
secara psikologis bagi individu, dapat berupa pengetahuan, pengasuhan,
orang tua, dan hubungan pertemanan.
3. Self, yaitu interaksi antara organisme atau individu dengan phenomental field
akan membentuk self (“I”/”me”/saya) (Komalasari, 2011:263).
Menurut Hartono (2013:153) organisme mempunyai sifat-sifat sebagai berikut
(a) organisme bereaksi sebagai suatu keseluruhan terhadap medan fenomenal
dengan maksud untuk memenuhi kebutuhannya, (b) organisme mempunyai suatu
motif dasar yaitu mengetualisasikan dan mengembangkan dirinya, dan (c)
organisme mungkin akan melambangkan pengalamannya atau mungkin menolak
untuk melambangkan pengalamannya sehingga dia akan menolak.

D. Kelebihan Dan kekurangan Pendekatan Teori Person Centered Theraphy


Di dalam konseling yang menggunakan pendekatan person centered theraphy
memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai berikut
1. Kelebihan pendekatan Person-Centered:
a. Pemusatan pada konseli dan bukan pada terapis.
b. Identifikasi dan hubungan terapi sebagai wahana utama dalam mengubah
kepribadian.
c. Lebih menekankan pada sikap terapi dari pada teknik.
d. Memberikan kemungkinan untuk melakukan penelitian dan penemuan
kuantitatif.
e. Penekanan emosi, perasaan, perasaan dan afektif dalam terapi.
f. Konseli memiliki pengalaman positif dalam terapi ketika mereka fokus dalam
menyelesaiakan masalahnya.
g. Konseli merasa mereka dapat mengekpresikan dirinya secara penuh ketika
mereka mendengarkan dan tidak dijustifikasi.
2. Kekurangan Pendekatan Person Centered:
a. Terapi berpusat pada konseli dianggap terlalu sederhana.
b. Terlalu menekankan aspek afektif, emosional, perasaan.

11
c. Tujuan untuk setiap konseli yaitu memaksimalkan diri, dirasa terlalu luas dan
umum sehingga sulit untuk menilai individu.
d. Tidak cukup sistematik dan lengkap terutama yang berkaitan dengan konseli
yang kecil tanggungjawabnya.
e. Sulit bagi terapis untuk bersifat netral dalam situasi hubungan interpersonal.
f. Terapi menjadi tidak efektif ketika konselor terlalu non-direktif dan pasif.
Mendengarkan dan bercerita saja tidaklah cukup.
g. Tidak bisa digunakan pada penderita psikopatology yang parah.
h. Minim teknik untuk membantu konseli memecahkan masalahnya.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Terapi person-centered mulai berkembang pada 1940 an sebagai reaksi
terhadap terapi psychoanalytic, dan masih digunakan sampai sekarang. Manusia
yang dalam pandangan Rogers adalah bersifat positif. Ia mempercayai bahwa
manusia memiliki dorongan untuk selalu bergerak ke muka, berjuang untuk
berfungsi, kooperatif, konstrukstif dan memiliki kebaikan pada inti terdalam tanpa
perlu mengendalikan dorongan-dorongan agresifnya. Sehingga pembaharuan
pendekatan-pendekatan yang digunakan untuk terapi mengalami banyak
perubahan. Hingga akhirnya sampai pada Person-centered.
Pandangan subjektif terhadap pengalaman manusia, menekankan sumber
daya terapi untuk menjadi sadar diri self-aware dan untuk pemecahan hambatan ke
pertumbuhan pribadi. Model ini meletakkan klien, bukan terapi, sebagai
pusat terapi meningkatkan keterlibatan hubungan personal dengan
klien, terapist lebih aktif & terbuka, lebih memperhatikan pengaruh lingkungan.
Terapist lebih mengutamakan sikapnya daripada pengetahuan dan penguasaan
teknik teknik terapikonseling.Terapi person-centered menitikberatkan kondisi-
kondisi tertentu yang “diperlukan dan memadai” bagi kelangsungan perubahan
kepribadian.

13
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2011. Teori person centered theraphy. [Online]. Tersedia:


http://id.netlog.com/Maxxirezpector/blog/blogid=152188. Diakses pada
tanggal 16 Oktober 2015 pukul 08.49 WIB.

Corey, Gerald. 2013. Teori dan praktik konseling & psikoterapi. Bandung: Refika
Aditama

Glading. T, Samuel. 2012. Konseling profesi yang menyentuh. Jakarta: Permata


putri media.

Hartono. Soedarmadji, Boy. 2013. Psikologi konseling. Jakarta: Kencana pernada


media group.

Hidayat, wahyu. 2013. Teori dan pendekatan konseling person centered theraphy.
[Online]. Tersedia: http://kandidatkonselor.blogspot.co.id/2013/01/teori-
dan-pendekatan-konseling-person.html. Diakses pada tanggal 16 Oktober
2015 pukul 08.05 WIB.

Komalasari, Gantina, dkk. 2011. Teori dan teknik konseling . Jakarta: Indeks.

Nuraini. 2013. Person centerd theraphy. [Online]. Tersedia:


https://nurainiajeeng.wordpress.com/2013/03/30/person-centered-therapy/.
Diakses pada tanggal 16 Oktober 2015 pukul 08.15 WIB.

Mahfud. 2015. Person centered theraphy. [Online]. Tersedia:


http://bnetpwj.blogspot.co.id/2015/07/makalah-person-centered-
therapy.html. Diakses pada tanggal 16 Oktober 2015 pukul 07.48 WIB.

14

Anda mungkin juga menyukai