Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENDEKATAN CLIENT CENTER THERAPY

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Konsep Psikoteri

Dosen Pengampu : Anugrah Sulistiyowati, S.Psi., M.Psi.Psikolog

Di susun oleh :

Kelompok 03

Mustaghfiroh 204103050005

Kibtiyatul Hasanah 204103050007

Nurul Kamaliyah 205103050009

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KH. ACHMAD SIDDIQ JEMBER

FAKULTAS DAKWAH PRODI PSIKOLOGI ISLAM

TAHUN AKADEMIK 2022/20223


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. yang selalu melimpahkan rahmat,
taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulisan makalah ini dapat terwujudkan dengan
harapan dapat bermanfaat dalam menambah wawasan ilmu kami.
Makalah yang berjudul “PENDEKATAN CLIENT CENTER THERAPY” ini kami
susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Konsep Psikoterapi.
Keterbatasan ilmu yang kami miliki, kami berusaha mencari berbagai sumber data dan
informasi dari beberapa buku dan beberapa sumber lainnya untuk pembuatan makalah ini.
Penyusunan makalah ini memberikan tambahan ilmu pengetahuan yang dapat bermanfaat
bagi kehidupan kami, dan semoga bagi pembaca makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang mengarah pada hal yang positif sangat kami
harapkan.

Jember, 03 Maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................ii

DAFTAR ISI...............................................................................................................iii

BAB 1...........................................................................................................................1

PENDAHULUAN........................................................................................................1

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Rumusan Masalah:

a. Bagaimana sejarah client cente therapy?


b. Bagaimana konsep dasar client center therapy?
c. Apa saja tujuan clien center therapy?
d. Apa saja fungsi dan peran clien center therapy?
e. Bagaimana perkembangan kepribadian dan tingkah laku?
f. Apa saja teknik / prosedur terapi?
g. Apa saja kelebihan dan kelemahan dalam client center therapy?

Tujuan:

 Untuk mengetahui sejarah dari client cente therapy


 Untuk mengetahui konsep dasar client center therapy
 Untuk mengetahui tujuan dari client center therapy
 Untuk mengetahui apa saja fungsi dan peran terapis client center
 Untuk mengetahui bagaimana perkembangan kepribadian dan tingkah laku
 Untuk mengetahui apa saja teknik/ prosedur terapi
 Untuk mengetahui apa saja kelebihan dan kekurangan dalam client center therapy
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah CLIENT CENTER THERAPY

Teori person-centered dikembangkan oleh Dr. Carl Rogers (1902-1987) pada

tahun 1940-an. Pada awal perkembangannya Carl roger menamakan non-directive

counseling sebagai reaksi kontra terhadap teori psikoanalisis yang bersifat direktif

tradisional.

Karena luasnya area aplikasi dan pengaruh teori ini terutama pada isu – isu kekuasaan

dan politik, yaitu tentang bagaimana manusia mendapatkan, memiliki, membagi atau

menyerahkan kekuasan dan control atas orang lain dan atas dirinya, makateori ini lebih

dikenal sebagai teori yang berpusat pada manusia atau klien (Client-Centered).

Terapi person centered merupakan model terapi yang dipikirkan secara pribadi . Dr.

Carl Rogers memiliki pandangan dasar tentang manusia, yaitu bahwa pada dasarnya

manusia itu bersifat positif, makhluk yang optimis, penuh harapan, aktif, bertanggung

jawab, memiliki potensi kreatif, bebas (tidak terikat oleh belenggu masa lalu), dan

berorientasi pada masa yang akan datang dan selalu berusaha untuk melakukan

pemenuhan diri (memenuhi kebutuhan dirinya sendiri untuk dapat beraktualisasi diri).

Filosofi tentang manusia ini berimplikasi dan menjadi dasar pemikiran dalam praktek

terapi person centered. Menurut Roger konsep inti terapi person centeredadalah tentang

konsep diri dan konsep menjadi diri atau pertumbuhan per wujudan diri.

Berdasarkan sejarahnya, terapi yang dikembangkan Rogers ini mengalami beberapa

perkembangan. Pada mulanya dia mengembangkan pendekatan konseling yang disebut


konseling non-direktif (1940). Pendekatan ini sebagai reaksi terhadap teori-teori

konseling yang berkembang bila terlalu berorientasi pada konselor atau konseling

direktif dan terlalu tradisional . Pada tahun 1951 Rogers mengubah namanya menjadi

client -centered therapy sehubungan dengan perubahan pandangan tentang konseling

yang tertekan pada upaya reflektif terhadap perasaan klien. Kemudian pada tahun 1957

Rogers mengubah sekali lagi pendekatannya menjadi konseling yangPendekatan terapi

person centered stress pada kemampuan klien untuk menentukan isu yang penting bagi

dirinya dan memecahkan masalah dirinya sendiri. Terapi ini berfokus pada bagaimana

membantu dan mengarahkan klien pada pengaktualisasian diri untuk dapat mengatasi

permasalahannya dan mencapai kebahagiaan atau mengarahkan individu tersebut menjadi

orang yang berfungsi sepenuhnya. Konsep pokok yang mendasarinya adalah hal-hal yang

menyangkut konsep-konsep mengenai diri ( self ), aktualisasi diri, teori kepribadian, dan

hak kecemasan.

Terapi ini cocok untuk orang-orang dengan masalah psikologis yang ada

ketidakbahagiaan dalam dirinya, mereka biasanya akan mengalami masalah emosional

dalam hubungan dikehidupannya, sehingga menjadi orang yang tidak berfungsi

sepenuhnya. Contoh orang-orang yang merasakan penolakan dan pengucilan dari orang

lain, pengasingan orang yang tidak memperoleh penghargaan secara positif dari orang

lain, ketidakselarasan antara pengalaman dan diri yakni (tidak kongruensi), mengalami

kecemasan yang ditunjukkan oleh ketidakkonsistenan mengenai konsep dirinya, defensif,

dan hubungan yang salah penyesuaiannya.


B. Konsep Dasar

Model konseling client centered ini berpusat pada pribadi yang dikembangkan oleh

Carl R. Rogers. Sebagai cabang ilmu psikologi humanistik ysng menekankan model

fenomenologis. Konseling person centered mula-mula dikembangkan pada 1940 an sebagai

reaksi terhadap konseling psychoanalytic. Semula dikenal sebagai model nondirektif,

kemudian diubah menjadi clien centered. Carl r. Rogers mengembangkan terapi client

centered sebagai reaksi terhadap apa yang disebutnya keterbatasan-keterbatasan

mendasardari psikoanalisis . Terapis berfungsi terutama sebagai penunjang pertumbuhan

pribadi seseorang dengan jalan membantunya dalam menemukan kesanggupan-kesanggupan

untuk memecahkan masalah-masalah. Pendekatan client centered ini menaruh kepercayaan

yang besar pada kesanggupan seseorang untuk mengikuti jalan terapi dan menemukan

arahnya sendiri.

C. Tujuan CLIENT CENTER THERAPY

Tujuan dalam melakukan terapi ini yitu : memberikan kesempatan dan kebebasan

konseli untuk mengekspresikan perasaan-perasaannya, memberikan waktu mereka untuk

berkembang dan supaya terealisasi potensinya, membantu setiap individu agar bisa berdiri

sendiri disetiap mengadakan integrasi dengan lingkungannya dan bukanlah hanya untuk

kesembuhan tingkah laku tersebut, juga membantu setiap individu untuk mengadakan

perubahan dan pertumbuhan. ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap

kepercayaan diri individu, seperti: Pengalaman yang bisa menjadikan pengalaman tersebut

faktor munculnya rasa percaya diri. Sebaliknya, begitupun pengalaman juga bisa menjadi

faktor turun nya rasa percaya diri seseorang. Berdasarkan dari faktor penyebab rendahnya
rasa percaya diri seseorang yang sudah dijelaskan di atas bisa disimpulkan bahwasanya

kepercayaan diri itu dapat dipengaruhi oleh 2 faktor. Antara lain :

1. faktor intern, artinya kemampuan individu dalam mengerjakan sesuatu yang mampu

dilakukan, keberhasilan individu untuk mendapatkan sesuatu yang mampu dilakukan dan

dicita-citakan, keinginan dan tekad yang kuat untuk memperoleh sesuatu yang

diinginkan dapat terwujud. Berasal dari jasmaniah dan psikologis.

2. faktor ekstern merupakan faktor yang berasal dari luar individu seperti lingkungan

keluarga, sekolah, masyarakat dan sosial, dapat menyebabkan seorang individu kurang

memiliki percaya diri. Lingkungan sosial remaja memberikan pengaruh yang kuat

terhadap pembentukan rasa percaya diri.

Clien center terapi dalam konseling ini merupakan suatu harapan yang ingin dimiliki setelah

berbagai macam proses konseling tersebut berlangsung. Adapun Tujuan Konseling yang

hendak dicapai dalam hal ini adalah :

(1) Memberi kesempatan dan kebebasan klien untuk mengekspresikan perasaan-

perasaannya, berkembang dan terealisir potensinya

(2) Membantu individu untuk sanggup berdiri sendiri dalam mengadakan integrasi dengan

lingkungannya, dan bukan pada penyembuhan tingkah laku itu sendiri.

(3) Membantu individu dalam mengadakan perubahan dan pertumbuhan.

D. Fungsi dan peran terapis

Peran terapis client centered berakar terhadap cara-cara. keberadaannya dan

sikap-sikapnya, bukan pada penggunaan teknik-teknik yang dirancang untuk menjadikan


klien tersebut agar melakukan sesuatu. Penelitian tentang terapi client centered

tampaknya menunjukan. bahwa yang menuntut perubahan kepribadian klien adalah

sikap-sikap terapis alih-alih pengetahuan, teori-teori atau teknik-teknik yang

dipergunakannya. Pada dasarnya terapis menggunakan dirinya sendiri sebagai alat untuk

merubah. Dengan menghadapi klien pada araf pribadi ke pribadi, maka peran terapis

adalah tanpa peran. Adapun fungsi dari terapis yaitu untuk membangun suatu iklim

terapeutik yang menunjang pertumbuhan klien. maka, client centered membangun

hubungan yang membantu dimana klien akan mengalami kebebasan yang diperlukan

untuk mengeksplorasi area-area kehidupannya yang sekarang diingkari atau

didistorsinya. Klien menjadi kurang defensif dan menjadi lebih terbuka terhadap

kemungkinan-kemingkinan yang ada dalam dirinya maupun dalam dunia. Yang paling

utama dan terutama, terapis harus menyediakan diri nya sendiri menjadi nyata dalarn

berhubungan dengan klien terapis menghadapi klien berlandaskan pengalaman dari saat

ke saat yang sudah dialami pada sebelumnya dari klien lainnya dan membantu klien

dengan kategori diagnostik yang sebelumnya sudah dipersiapkan. Melalui perhatian yang

tulus, respek, penerimaan. dan pengertian terapis, klien bisa menghilangkan pertahanan-

pertahanan dan persepsi-persepsinya yang kaku serta bergerak menuju taraf fungsi

pribadi yang jelas tinggi.

E. Hubungan antara Terapis dan Klien

Untuk membentuk hubungan yang baik perlunya sikap peran dari terapis maupun klien

agar selama proses terapi dapat berjalan dengan lancar.

Sikap peran dan tugas terapis meliputi:


1. Keselarasan atau kesejatian. Keselarasan merupakan kondisi terapis yang tampil nyata

tanpa kepalsuan, jujur dan apa adanya, kondisi hati dan ekspresinya sesuai dan dapat

mengungkapkan perasaan serta sikap, baik positif atau negatif, secara terbuka selama

hubungan terapi dengan klien. Dengan keterbukaan tersebut, terapis dapat mewujudkan

komunikasi yang jujur. Keselarasan membuat terapis mewujudkan kondisi sebenarnya

seperti kemarahan, kekecewaan, kesukaan dan berbagai perasaan lainnya yang muncul

dalam hubungan dengan klien, tetapi bukan berarti terapis boleh menyampaikan perasaan

tersebut secara implusif, tetap perlu adanya sikap profesional terhadap segala perasaan

atau sikapnya. Jika hubungan terapi antara terapis dan klien selaras maka terapi dapat

berlangsung dengan baik.

2. Perhatian positif tak bersyarat. Terapis perlu memberikan perhatian yang tulus dan

mendalam. Perhatian tulus dalam artian, tidak ada unsur keterlibatan penilaian terapis

terhadap perasaan klien sebagai perasaan baik atau buruk. Terapis memberikan perhatian

dan menerima kondisi klien tanpa ada syarat atau kondisi tertentu, tanpa klien merasa

adanya penolakan dari terapis. Terapis juga perlu untuk menekankan bahwa ia akan

menerima berbagai perasaan dan kondisi klien apa adanya. Penerimaan tersebut berarti

pengakuan atas segala perasaan klien, hak klien untuk memiliki perasaan dan keyakiann

tersendiri, bukan persetujuan atas segala tingkah laku klien. Segala perilaku klien yang

tampak tidak perlu mendapat persetujuan atau penerimaan.1

3. Pengertian empatik yang akurat. Empati bukan sekedar cerminan perasaan, melainkan

menggambarkan bahwa terapis akan merasakan perasaan klien seolah-oleh perasaan

tersebut adalah milik terapis. Diharapkan terapis dapat mengerti secara tepat dan peka

1
Bakharudin All Habsy, Panorama Teori-Teori Konseling Modern Dan Post Modern (Refleksi Keindahan Dalam
Konseling) (Malang: Media Nusa Creative, 2021).
terhadap perasaan dan pengalaman klien selama proses terapi. Kondisi ini, dapat

mendorong klien untuk lebih dekat dengan dirinya sendiri, memahami perasaan dan

ketidaknyamanan dalam dirinya. Kondisi ini menggambarkan bahwa terapis memehami

perasaan klien selayaknya perasaan terapis sendiri, tetapi tidak tenggelam dalam perasaan

tersebut. Dengan perhatian empatik ini, terapis dapat membantu klien memeperluas dan

memperdalam kesadaran atas berbagai perasaan yang kurang ia sadari.2

Sikap peran dan tugas konseli meliputi:

1. Klien mengetahui bahwa ada masalah dalam dirinya, atau sadar akan ketidaknyamanan

dalam dirinya dan berkeinginan untuk mengeksplorasi berbagai kemungkinan yang dapat

menyelesaikan permasalahannya.

2. Klien mampu mengeksplorasi perasaannya secara lebih luas untuk ia terima sebagai
bagian dalam dirinya dan penyesuaian perasaan-perasaannya yang bertentangan dan
membingungkan dalam dirinya.
3. Klien lebih terbuka pada perasaan dan pengalaman yang dirasakan dan tidak berpaku
pada masa lalu.

F. Teknik-teknik dan prosedur

Client centered menerapkan teknik-teknik yang berfokus pada pengungkapan dan


pengkomunikasian terhadap rasa penerimaan, respek, pengertian yang lebih besar. Terapis
dituntut untuk mampu menahan diri dari pemberian nilai-nilainya ke dalam hubungan terapi.
Pada terapi ini, kualitas hubungan antara klien dan terapis dianggap lebih penting daripada
teknik-teknik pengetahuan atau teori.

Terdapat beberapa teknik dalam terapi client centered.

2
Gerald Corey, Teori Dab Praktek Konseling & Psikoterapi (Bandung: Refika Aditama, 2013).
1. Rapport. Teknik ini berfokus untuk memebentuk hubungan yang baik dan hangat dengan
klien agar tercipta proses terapi yang baik.
2. Teknik klarifikasi, yaitu cara terapis untuk meminta klien menjelaskan hal-hal yang telah
disampaikan kepada klien. Teknik ini membuat terapis lebih memeperdalam apa yang
disampaiakn klien dan bertujuan untuk mengecek ketepatan pesan yang disampaikan
sebelumnya.
3. Teknik refleksi. Teknik ini, merupakan usaha terapis untuk menggambarkan ulang pesan
yang telah disampaikan oleh klien. Terapis menangkap semua perasaan, pikiran dan
pengalaman klien dan kemudian menggambarkan ulang agar klien mampu
mengeksplorasi diri dan masalahnya.
4. Teknik free expression, yaitu memberikan kebebasan pada klien untuk mengekspresikan
berbagai perasaan dan emosinya.
5. Teknik silence merupakan kesempatan yang diberikan oleh terapis kepada klien untuk
mempertimbagkan kembali pengalaman dan ekpresi sebelumnya.
6. Teknik transference yaitu kondisi ketergantungan klien terhadap terapis. Kondisi ini
bukan merupakan indikator kemajuan terapi melainkan suatu kondisi yang harus
dihindari karena dapat menghambat keberlangsungan terapi.

Rogers menyataakn ada tuju tahapan dalam proses terapi ini.

1. Tahap awal. Pada tahap ini klien masih enggan untuk berkomunikasi. Hubungan
komunikasi antara klien dan terapis masih tertutup. Hubungan komunikasi yang dekat
masih dianggap berbahaya. Klien merasa bahwa tidak ada yang perlu diubah dalam
dirinya.
2. Tahap dua. Pada tahap ini klien telah menunjukan ekspresi non verbalnya. Perasaannya
telah tampak tapi ia belum mengenali atau menyadarinya
3. Tahap tiga. Pada tahap ini klien sudah menunjukan ekspresi bebas tentang pengalaman
dirinya sebagai objek, tetapi perasaan akan pengalaman masa lalunya yang negatif masih
tidak bisa disampaikan dengan terbuka.
4. Tahap empat. Tahap ini di kenali dengan proses penerimaan, pengertian, dan empati.
Penerimaan akan perasaannya mulai ada, perbedaan perasa mulai meningkat,
pertentangan akan beberapa hal sudah mulai diperhatikan, dan tanggungjawab akan
permasalahn yang dialami sudah mulai timbul. Tahap in merupakan awal dari hubungan
yang baik anatar klien dan terapisnya.
5. Tahap lima. Pada tahap ini munculnya perasaan yang diekspresikan secara bebas tetapi
secara tidak terduga dan penuh ketakutan. Klien semakin dekat dengan permasalahannya.
Kesadaran diri dirasakan dan diterima sebagai keinginan untuk menjadi diri sebenarnya.
Klien mampu menempatkan dan mengetahui perasaannya, mengetahui secara jelas
permasalahan dalam dirinya, bertanggung jawab dengan dirinya, dan terjadi komunikasi
yang lebih bebas dalam dirinya.
6. Tahap enam. Tahap ini lebih khusus dan dramatis. Klien menerima pengalaman dan
perasaannya sebagai sesuatu yang tidak perlu ditakuti atau ditolak. Klien telah dapat
melihat diirnya sebagai subjek.
7. Tahap tujuh. Pada tahap ini klien telah dapat mengekspresikan diri dengan perasan
barunya. Klien dapat mengetahui siapa dirinya, apa yang diinginkan dan bagaimana
menindak lanjutinya. Klien telah sadar dan mampu memahami dirinya sendiri. Pada
tahap ini klien telah masuk pada momennya sendiri.
G. Kelebihan dan kelemahan
Kelebihan dalam terapi ini adalah:
1. Membuat klien mampu menggambarkan perasaannya sehingga ia mampu menemukan
solusi pemecahan atas permasalahannya sendiri secara mandiri.
2. Klien sepenuhnya memegang kendali atas pengeksplorasian permasalahnnya.
3. Waktu yang digunakan relatif lebih cepat daripada terapi yang lain.

Kelemahan dalam terapi ini adalah:

1. Teknik ini terkesan hanya proses mendengar dan merefleksikan.


2. Terlalu santai dan tida fokus. Orang dengan kondisi krisi atau lebih menyukai terapi
yang lebih aktif, terstruktur dan efisien mungkin kirang nyaman dengan terapi ini.
3. Tidak adanya teknik khusus dalam terapi ini yang digunakan sebagai pemecahan
masalah.
H. Contoh kasus
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Saran

Dalam penulisan karya tulis ini penulis mengharap dapat menyajikan berbagai permasalahan
yang berada di masyarakat sehingga karya tulis ini dapat menarik antusias para pembaca. Kami
mengharap para pembaca dapat memulai untuk meningkatkan kekreativitan dan kekritisan dalam
membaca karya tulis ini.
DAFTAR PUSTAKA

Corey, Gerald. Teori Dab Praktek Konseling & Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama, 2013.

Habsy, Bakharudin All. Panorama Teori-Teori Konseling Modern Dan Post Modern (Refleksi
Keindahan Dalam Konseling). Malang: Media Nusa Creative, 2021.

Prayitno dan Erman Atmi. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta; Rineka Cipta.

Abidin, Zanial, 2002. Analisis Eksistensial Untuk Psikologi dan Psikiatri. Bandung: PT Refika
Aditama.

Corey, Gerald. 2009. Teori dan Praktek dari Konseling dan Psikoterapi . Bandung: PT Refika
Aditama.

Azzahra, Septyanti, Yuliani, Pengaruh Clien-Centered Therapy dalam Meningkatkan


Kepercayaan Diri Siswa SMA . IKIP siliwangi

Danni Rosada, Model Pendekatan Kosenling Client Centeres dan Penerapannya. Universitas
PGRI Madiun

Anda mungkin juga menyukai