Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

CLIENT CENTERED THERAPY

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Konsep Psikoterapi


Dosen Pengampu: Anugrah Sulistiyowati, S. Psi., M. Psi., Psikolog

Disusun oleh :
Kelompok 03
Mustaghfiroh (204103050005)
Kibtiyatul Hasanah (204103050007)
Nurul Kamaliyah (205103050009)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM


FAKULTAS DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KH ACHMAD SIDDIQ
JEMBER
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR
Bismillāhirraḥmānirraḥīmi

Dengan puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpah kasih dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah
dengan judul “CLIENT CENTERED THERAPY” dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas pada mata kuliah
Konsep Psikoterapi yang diambu oleh Ibu Anugrah Sulistiyowati, S. Psi.,
M. Psi., Psikolog.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Anugrah
Sulistiyowati, S. Psi., M. Psi., Psikolog , karena dengan tugas yang telah
diberikan dapat menambah pengetahuan dan juga wawasan. Penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini. Penulis juga berharap agar makalah ini
dapat menambah wawasan bagi para pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, dimana
masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan. Semoga apa yang penulis
sajikan ini dapat diterima oleh pembaca dengan segala kekurangan.

Jember, 03 Maret 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................2
C. Tujuan Masalah.........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
A. Sejarah CLIENT CENTERED THERAPY (CCT)...................................3
B. Konsep Dasar Terapi.................................................................................4
C. Tujuan CLIENT CENTER THERAPY....................................................5
D. Fungsi dan peran terapis............................................................................6
E. Hubungan antara Terapis dengan Klien....................................................6
F. Teknik dan Tahapan dalam Terapi................................................................8
G. Kelebihan dan kelemahan.......................................................................10
H. Contoh kasus...........................................................................................11
BAB III PENUTUP...............................................................................................12
A. Kesimpulan..............................................................................................12
B. Saran........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia merupakan unsur yang kompleks. Banyak aspek dalam diri yang
membuat manusia menarik. Keunikan dalam diri individu tidak lepas dari
pengaruh lingkungan sekitar, baik lingkungan masyarakat maupun keluarga.
Lingkungan sosial maupun keluarga turut membantu membentuk kepribadian
individu. Hal itu juga memberi pengaruh tentang bagaimana individu memandang
dirinya sendiri.
Perkembangan zaman juga turut berperan membentuk karakteristik
individu. Hal tersebut yang akhirnya menjadikan setiap generasi manusia berbeda
antara satu generasi dengan generasi lainnya. Dengan semakin berkembangnya
zaman, makin beragam pula permasalahan dalam diri individu. Disertai dengan
semakin berkembangnya ilmu psikologi berbagai kondisi psikologis yang
sebelumnya dianggap keadaan normal mulai mendapat perhatian lebih.
Masyarakat mulai sadar beberapa kondisi yang sebenarnya merupakan sinyal
bahwa ada yang tidak tepat dalam dirinya. Ketidakmampuan individu dalam
mengenal dan memahami mengenai kondisi sebenarnya dalam diri, juga
merupakan indikator bahwa adanya permasalahan dalam diri individu. Kondisi
seperti itu, mendorong individu untuk membutuhkan pandangan lain yang dapat
membantunya melihat permasalahan atau kondisi diri yang sebenarnya.
Terdapat berbagai solusi untuk menyelesaikan permasalahan diatas salah
satunya yaitu psikoterapi. Dalam dunia psikologi psikoterapi dianggap sebagai
upaya pemberian bantuan kepada klien untuk dapat mengetahui permasalahan
atau mengenal dirinya secara lebih dalam. Psikoterapi juga dapat diartikan sebagai
intraksi antara klien dan terapi yang menuju pada perubahan, baik berupa rasa,
kognitif, maupun perilaku.
Psikoterapi sangat beragam jenis dan tekniknya, salah satunya yaitu Client
Centered Therapy. Client centered terapi dicetuskan dan dikembangkan oleh Carl

4
Ransom Rogers. Rogers yang merupakan bagian dari aliran humanistik berasumsi
bahwa manusia memilki kemampuan dan potensi positif atas dirinya sendiri.
Terapi ini menekankan hubungan antara klien dan terapis yang sejajar. Terapis
hanya membantu klien menemukan apa yg belum ia sadari dan belum ia terima
dalam dirinya. Untuk memahami lebih dalam mengenai pendekatan ini, maka
pembahasan terkait pendekatan client centered akan penulis bahas dalam makalah
ini.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah client cente therapy?
2. Bagaimana konsep dasar client center therapy?
3. Apa saja tujuan clien center therapy?
4. Apa saja fungsi dan peran clien center therapy?
5. Bagaimana perkembangan kepribadian dan tingkah laku?
6. Apa saja teknik / prosedur terapi?
7. Apa saja kelebihan dan kelemahan dalam client center therapy?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui sejarah dari client cente therapy
2. Untuk mengetahui konsep dasar client center therapy
3. Untuk mengetahui tujuan dari client center therapy
4. Untuk mengetahui apa saja fungsi dan peran terapis client center
5. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan kepribadian dan tingkah laku
6. Untuk mengetahui apa saja teknik/ prosedur terapi
7. Untuk mengetahui apa saja kelebihan dan kekurangan dalam client center
therapy

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah CLIENT CENTERED THERAPY (CCT)


Client Centered Therapy dikembangkan oleh Dr. Carl Rogers (1902-1987)
pada tahun 1940-an. Pada awal perkembangannya, Carl roger menamakan non-
directive counseling sebagai reaksi kontra terhadap teori psikoanalisis yang
bersifat direktif tradisional.
Karena luasnya area aplikasi dan pengaruh teori ini terutama pada isu – isu
kekuasaan dan politik, yaitu tentang bagaimana manusia mendapatkan, memiliki,
membagi atau menyerahkan kekuasan dan control atas orang lain dan atas dirinya,
makateori ini lebih dikenal sebagai teori yang berpusat pada manusia atau klien
(Client-Centered).
Terapi person centered merupakan model terapi yang dipikirkan secara
khusus. Rogers memiliki pandangan dasar terhadap manusia, yaitu bahwa pada
dasarnya manusia itu bersifat positif, makhluk yang optimis, penuh harapan, aktif,
bertanggung jawab, memiliki potensi kreatif, bebas (tidak terikat oleh belenggu
masa lalu), dan berorientasi pada masa yang akan datang dan selalu berusaha
untuk melakukan pemenuhan diri (memenuhi kebutuhan dirinya sendiri untuk
dapat beraktualisasi diri). Pandangan tentang manusia ini berimplikasi dan
menjadi dasar pemikiran dalam praktek terapi person centered. Menurut Roger
konsep inti terapi person centered adalah tentang konsep diri dan konsep menjadi
diri atau pertumbuhan perwujudan diri.
Terapi yang dikembangkan Rogers telah mengalami sejumlah perubahan
sepanjang sejarah. Mulanya, Rogers menciptakan teknik terapi yang dikenal
sebagai konseling non-direktif (1940). Metode ini merupakan respon terhadap
teori-teori konseling yang menjadi terlalu direktif, berorientasi pada konselor, atau
bersifat tradisional. Pada tahun 1951, sebagai tanggapan terhadap pergeseran
perspektif tentang konseling yang menekankan refleksi perasaan klien, Rogers
mengubah istilah tersebut menjadi terapi yang berpusat pada klien. Kemudian,

6
pada tahun 1957, Rogers membuat perubahan lain pada metode konselingnya,
mengadopsi strategi terapi stres yang berpusat pada orang untuk membantu klien
mengidentifikasi masalah yang penting bagi mereka dan menemukan solusinya
sendiri. Terapi ini berfokus pada bagaimana membantu dan membimbing klien
menuju aktualisasi diri sehingga mereka dapat mengatasi masalahnya dan
menemukan kesenangan, atau bagaimana membimbing orang tersebut menjadi
manusia yang berkembang sepenuhnya. Kekhawatiran terhadap konsep diri (self),
aktualisasi diri, teori kepribadian, dan hak kecemasan merupakan konsep kunci
yang mendasarinya.
Mereka yang memiliki masalah psikologis yang tidak bahagia dengan diri
mereka sendiri harus mempertimbangkan terapi ini karena mereka sering memiliki
masalah emosional dalam hubungan mereka, yang membuat mereka kurang
berfungsi sepenuhnya. Contoh orang yang mengalami penolakan dan pengucilan
dari orang lain antara lain keterasingan mereka yang tidak mendapat penghargaan
positif dari orang lain, ketidaksesuaian antara pengalaman dan diri sendiri, atau
ketidaksesuaian, mengalami kecemasan yang ditunjukkan dengan
ketidakkonsistenan tentang konsep diri seseorang, mempertahankan diri, dan
menyesuaikan diri secara tidak tepat.

B. Konsep Dasar Terapi


Client Centered Therapy merupakan terapi yang berpusat pada pribadi atau
klien itu sendiri, terapi ini dicetuskan dan dikembangkan oleh Carl Romans
Rogers. Terapi ini merubakan cabang ilmi psikologi aliran humanistik yang
menekankan model fenomenologis. Awalnya, terapi ini dikembangkan pada 1940
an sebagai reaksi terhadap konseling psikoanalisis. Awanya dikenal sebagai
model nondirektif, kemudian diubah menjadi cliencentered. Carl R. Rogers
mengembangkan terapi clientcentered sebagai reaksi terhadap apa yang
disebutnya keterbatasan-keterbatasan pada terapi psikoanalisis . Terapi ini
berfokus pada terapis yang berfungsi utama sebagai penunjang tumbunya individu
dengan membantunya agar menemukan kesanggupan untuk menyelesaikan
permasalahannya. Pendekatan ini meletakkan kepercayaan yang besar pada

7
kemampuan individu untuk mengikuti arah terapi dan menemukan arahnya
sendiri.
C. Tujuan CLIENT CENTER THERAPY
Tujuan dalam melakukan terapi ini yaitu : memberi kebebasan dan
kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan dengan bebeas beragam
perasaannya, memberikan waktu kepada mereka untuk berkembang dan
mewujudkan potensi yang tersembunyi dalam dirinya, membantu setiap individu
agar mampu berintegritas secara mandiri dengan lingkungannya dan bukan
sekedar untuk kesembuhan tingkah laku tersebut, serta membantu setiap individu
untuk tumbuh dan berubah. Terdapat beberapa faktor yang sangat mempengaruhi
kepercayaan diri seseorang, seperti: Pengalaman yang bisa menjadikan faktor
munculnya rasa percaya diri. Sebaliknya, begitupun pengalaman juga bisa
menjadi faktor turunnya kepercayaan diri seseorang. Berdasarkan penjelasan
diatas kepercayaan diri itu dapat dipengaruhi oleh dua faktor. Antara lain :
1. faktor intern, artinya kesanggupan individu dalam mengerjakan sesuatu
yang mampu dilakukan, kesuksesan individu untuk mendapatkan sesuatu
yang dapat dilakukan dan dicita-citakan, keinginan dan tekad yang kuat
untuk memperoleh sesuatu yang diinginkan dapat terwujud. Berasal dari
jasmaniah dan psikologis.
2. faktor ekster, faktor yang berasal dari luar individu seperti lingkungan
sosial, masyarakat,sekolah dan keluarga. Faktor tersebut, dapat
menyebabkan seseorang memiliki kepercayaan diri yang rendah.
Lingkungan sosial pada masa remaja berpengaruh secara kuat terhadap
pembentukan rasa percaya diri individu.
Clien center terapi dalam konseling ini adalah suatu harapan yang ingin dimiliki
setelah berbagai macam proses konseling tersebut berlangsung. Tujuan terapi
adalah:
1. Memberi kebebasan dan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan
beragam perasaannya, mengembangkannya dan mewujudkan potensi
dalam dirinya.

8
2. Membantu klien agar mampu secara mandiri berintegrasi dengan
lingkungannya, dan bukan pada perbaikan tingkah laku itu sendiri.
3. Membantu klien berubah dan tumbuh.

D. Fungsi dan peran terapis

E. Hubungan antara Terapis dengan Klien


Guna membentuk hubungan yang baik perlunya sikap peran dari terapis
maupun klien agar selama proses terapi dapat berjalan dengan lancar.
Sikap peran dan tugas terapis meliputi:
1. Keselarasan atau kesejatian. Keselarasan merupakan kondisi terapis
yang tampil nyata tanpa kepalsuan, jujur dan apa adanya, kondisi hati

9
dan ekspresinya sesuai dan dapat mengungkapkan perasaan serta sikap,
baik positif atau negatif, secara terbuka selama hubungan terapi
dengan klien. Dengan keterbukaan tersebut, terapis dapat mewujudkan
komunikasi yang jujur. Keselarasan membuat terapis mewujudkan
kondisi sebenarnya seperti kemarahan, kekecewaan, kesukaan dan
berbagai macam perasaan lainnya yang muncul dalam hubungan terapi
dengan klien, tetapi bukan berarti terapis boleh menyampaikan
perasaan tersebut secara implusif, tetap perlu adanya sikap profesional
terhadap segala perasaan atau sikapnya. Jika hubungan terapi antara
terapis dan klien selaras maka terapi dapat berlangsung dengan baik.
2. Perhatian positif tak bersyarat. Terapis perlu memberikan perhatian
yang tulus dan mendalam. Perhatian tulus dalam artian, tidak ada
unsur keterlibatan penilaian terapis terhadap perasaan klien sebagai
perasaan baik atau buruk. Terapis memberikan perhatian dan
menerima kondisi klien tanpa ada syarat atau kondisi tertentu, tanpa
klien merasa adanya penolakan dari terapis. Terapis juga perlu untuk
menekankan bahwa ia akan menerima berbagai perasaan dan kondisi
klien apa adanya. Penerimaan tersebut berarti pengakuan atas segala
perasaan klien, hak klien untuk memiliki perasaan dan keyakiann
tersendiri, bukan persetujuan atas segala tingkah laku klien. Segala
perilaku klien yang tampak tidak perlu mendapat persetujuan atau
penerimaan.1
3. Pengertian empatik yang akurat. Empati bukan sekedar cerminan
perasaan, melainkan menggambarkan bahwa terapis akan merasakan
perasaan klien seolah-oleh perasaan tersebut adalah milik terapis.
Diharapkan terapis dapat mengerti secara tepat dan peka terhadap
perasaan dan pengalaman klien selama proses terapi. Kondisi ini, dapat
mendorong klien agar lebih dekat dengan dirinya sendiri, memahami
perasaan dan ketidaknyamanan dalam dirinya. Kondisi ini

1
Bakharudin All Habsy, Panorama Teori-Teori Konseling Modern Dan Post Modern (Refleksi
Keindahan Dalam Konseling) (Malang: Media Nusa Creative, 2021).

10
menggambarkan bahwa terapis memehami perasaan klien selayaknya
perasaan terapis sendiri, tetapi tidak tenggelam dalam perasaan
tersebut. Dengan perhatian empatik ini, terapis dapat membantu klien
memeperluas dan memperdalam kesadaran atas berbagai perasaan
yang kurang ia sadari.2
Sikap peran dan tugas konseli meliputi:
1. Klien mengetahui bahwa ada masalah dalam dirinya, atau sadar akan
ketidaknyamanan dalam dirinya dan berkeinginan untuk
mengeksplorasi berbagai kemungkinan yang dapat menyelesaikan
permasalahannya.
2. Klien mampu mengeksplorasi perasaannya secara lebih luas untuk ia
terima sebagai bagian dalam dirinya dan penyesuaian perasaan-
perasaannya yang bertentangan dan membingungkan dalam dirinya.
3. Klien lebih terbuka pada perasaan dan pengalaman yang dirasakan dan
tidak berpaku pada masa lalu.

F. Teknik dan Tahapan dalam Terapi


Client centered menerapkan beberapa teknik yang berfokus pada
pengkomunikasian dan pengungkapan terhadap rasa penerimaan, peduli,
pengertian yang lebih besar. Terapis dituntut untuk mampu menahan diri dari
pemberian nilai-nilainya ke dalam hubungan terapi. Pada terapi ini, kualitas
hubungan klien dengan terapis dianggap lebih penting daripada berbagai teknik
pengetahuan atau teori.
Terdapat beberapa teknik dalam terapi client centered.
1. Rapport. Teknik ini berfokus untuk memebentuk hubungan yang baik dan
hangat dengan klien agar tercipta proses terapi yang baik.
2. Teknik klarifikasi, merupakan cara terapis untuk meminta klien
menjelaskan hal-hal yang telah disampaikan kepada klien. Teknik ini
membuat terapis lebih memeperdalam apa yang disampaiakn klien dan
bertujuan untuk mengecek ketepatan pesan yang disampaikan sebelumnya.

2
Gerald Corey, Teori Dan Praktek Konseling & Psikoterapi (Bandung: Refika Aditama, 2013).

11
3. Teknik refleksi. Teknik ini, merupakan usaha terapis untuk
menggambarkan ulang pesan yang telah disampaikan oleh klien. Terapis
menangkap semua perasaan, pikiran dan pengalaman klien dan kemudian
menggambarkan ulang agar klien mampu mengeksplorasi diri dan
masalahnya.
4. Teknik free expression. Pada teknik ini, terapis memberikan kebebasan
pada klien untuk mengekspresikan berbagai perasaan dan emosinya.
5. Teknik silence. Pada teknik ini, terapis memberikan kesempatan yang
kepada klien untuk mempertimbagkan kembali pengalaman dan ekpresi
sebelumnya.
6. Teknik transference yaitu kondisi ketergantungan klien terhadap terapis.
Kondisi ini bukan merupakan indikator kemajuan terapi melainkan suatu
kondisi yang harus dihindari karena dapat menghambat keberlangsungan
terapi.
Rogers menyataakn ada tuju tahapan dalam proses terapi ini.
1. Tahap awal. Pada tahap ini klien masih enggan untuk berkomunikasi.
Hubungan komunikasi antara klien dan terapis masih tertutup. Hubungan
komunikasi yang dekat masih dianggap berbahaya. Klien merasa bahwa
tidak ada yang perlu diubah dalam dirinya.
2. Tahap dua. Pada tahap ini klien telah menunjukan ekspresi non verbalnya.
Perasaannya telah tampak tapi ia belum mengenali atau menyadarinya
3. Tahap tiga. Pada tahap ini klien sudah menunjukan ekspresi bebas tentang
pengalaman dirinya sebagai objek, tetapi perasaan akan pengalaman masa
lalunya yang negatif masih tidak bisa disampaikan dengan terbuka.
4. Tahap empat. Tahap ini di kenali dengan proses penerimaan, pengertian,
dan empati. Penerimaan akan perasaannya mulai ada, perbedaan perasa
mulai meningkat, pertentangan akan beberapa hal sudah mulai
diperhatikan, dan tanggungjawab akan permasalahan yang dialami sudah
mulai tampak. Tahap in merupakan awal dari hubungan yang baik antar
klien dan terapisnya.

12
5. Tahap lima. Tahap ini ditandai dengan munculnya perasaan yang
diekspresikan secara bebas tetapi secara tidak terduga dan penuh
ketakutan. Klien semakin dekat dengan permasalahannya. Kesadaran diri
diterima dan dirasakan sebagai keinginan untuk menjadi diri sebenarnya.
Klien mampu menempatkan dan mengetahui perasaannya, mengetahui
secara jelas permasalahan dalam dirinya, bertanggung jawab dengan
dirinya, dan terjadi komunikasi yang lebih bebas dalam dirinya.
6. Tahap enam. Tahap ini lebih khusus dan dramatis. Klien menerima
pengalaman dan perasaannya sebagai sesuatu yang tidak perlu ditakuti
atau ditolak. Klien telah dapat melihat diirnya sebagai subjek.
7. Tahap tujuh. Pada tahap ini klien telah dapat mengekspresikan diri dengan
perasan barunya. Klien dapat mengetahui siapa dirinya, apa yang
diinginkan dan bagaimana menindak lanjutinya. Klien telah sadar dan
mampu memahami dirinya sendiri. Pada tahap ini klien telah masuk pada
momennya sendiri.

G. Kelebihan dan kelemahan


Kelebihan dalam terapi ini adalah:
1. Membuat klien mampu menggambarkan perasaannya sehingga ia mampu
menemukan solusi pemecahan atas permasalahannya sendiri secara
mandiri.
2. Klien sepenuhnya memegang kendali atas pengeksplorasian
permasalahnnya.
3. Waktu yang digunakan relatif lebih cepat daripada terapi yang lain.
Kelemahan dalam terapi ini adalah:
1. Teknik ini terkesan hanya proses mendengar dan merefleksikan.
2. Terlalu santai dan tida fokus. Orang dengan kondisi krisi atau lebih
menyukai terapi yang lebih aktif, terstruktur dan efisien mungkin kirang
nyaman dengan terapi ini.
3. Tidak adanya teknik khusus dalam terapi ini yang digunakan sebagai
pemecahan masalah.

13
H. Contoh kasus
Terapi ini digunakan untuk kondisi klien selain depresi, karena pada
kondisi tersebut klien tidak bisa untuk diajak berkomunikasi dengan baik.
Contohnya pada klien yang mengalami kecemasan. Pada kondisi itu klien dapat
diajak untuk berkomunikasi.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Client centered therapy merupakan terapi atau pendekatan yang dicetuskan
dan dikembangkan oleh Carl R. Rogers pada tahun 1940. Mulanya terapi ini
dinamai dengan non-direvtive counseling sebagai pertentangan terharap
pendekatan psikoanalisis. Tetapi kemudian terapi ini mengalami perkembangan
sehingga sampai pada istilah client centered therapy. Terapi ini berfokus dengan
membantu klien untuk mampu mengaktualisasi diri dan mampu memecahkan
permasalahn dalam dirinya sehingga mencapai kesadaran diri dan berfungsi secara
utuh.
Terapi ini bertujuan : memberi kebebasan dan kesempatan kepada klien
untuk mengungkapkan beragam perasaannya, memberi mereka waktu untuk
berkembang agar terwujudnya potensi dalam diri, serta membantu agar individu
mampu secra mandiri berintrgrasi dengan lingkungannya.
Adapun fungsi dari terapis yaitu untuk membangun kondisi terapeutik
yang menunjang pertumbuhan klien.
Terdapat berbagai teknik dalam terapi ini yaitu rapport, klarifikasi,
refleksi, free expression, silence, dan tranference. Selain teknik terdapat pula tuju
tahapan dalam terapi, dimulai dari tahap awal sampai tahap tuju.

B. Saran
Dalam penulisan karya tulis ini, penulis mengharap dapat menyajikan
berbagai permasalahan yang berada di masyarakat sehingga karya tulis ini dapat
menarik antusias para pembaca. Kami mengharap para pembaca dapat memulai
untuk meningkatkan kekreativitan dan kekritisan dalam membaca karya tulis ini.

15
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zanial. Analisis Eksistensial Untuk Psikologi dan Psikiatri. Bandung: PT
Refika Aditama. 2002
Azzahra, Septyanti, Yuliani, Pengaruh Clien-Centered Therapy dalam
Meningkatkan Kepercayaan Diri Siswa SMA . IKIP siliwangi
Corey, Gerald. Teori Dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Bandung: Refika
Aditama, 2013.
Corey, Gerald. Teori dan Praktek dari Konseling dan Psikoterapi . Bandung: PT
Refika Aditama. 2009.
Danni Rosada, Model Pendekatan Kosenling Client Centeres dan Penerapannya.
Universitas PGRI Madiun
Habsy, Bakharudin All. Panorama Teori-Teori Konseling Modern Dan Post
Modern (Refleksi Keindahan Dalam Konseling). Malang: Media Nusa
Creative, 2021.
Prayitno dan Erman Atmi. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta;
Rineka Cipta. 2004.

16

Anda mungkin juga menyukai