Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

METODE PSIKOTERAPI BARAT EKSTENSIAL


DAN GESALT

DOSEN PENGAMPU :

DISUSUN OLEH :

ANJAS MATHORRI
NIM. 1711320039

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
BENGKULU
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah


berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun
dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para


pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Bengkulu, September 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN ...................................................................................... i


KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Psikoterapi Eksitensial ................................................................... 4
1. Pengertian Terapi Eksitensial................................................... 3
2. Konsep Dasar Terapi Eksitensial ............................................ 4
3. Fungsi Dan Tujuan Terapi Eksistensial .................................. 6
4. Proses Dan Teknik Terapi ........................................................ 8
5. Hubungan Antara Terapis Dengan Klien ................................. 10
6. Kelebihan Dan Kekurangan Terapi Eksitensial ....................... 11
B. Psikoterapi Gestalt ......................................................................... 11
1. Konsep-Konsep Utama Terapi Gestalt..................................... 11
2. Tujuan Terapi Gestalt ............................................................... 14
3. Fungsi dan Peran Terapis ......................................................... 14
4. Teknik-Teknik Terapi Gestalt .................................................. 14
5. Kekurangan Terapi Gestalt ...................................................... 14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 18
B. Saran ............................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada tahun 1942 tepatnya pada bulan September, seorang dokter muda,
bersama dengan istrinya, ibunya, ayahnya, dan saudaranya ditangkap di kota
Wina, dan kemudian ditahan di kamp konsentrasi Bohemia. Peristiwa inilah
yang nantinya akan menggetarkan hidup dokter muda itu, dan membantunya
untuk menemukan apa yang sungguh-sungguh bermakna didalam
hidupnya.Viktor Emil Frankl, MD Ph.D., itulah namanya. Lahir pada 26
Maret 1905 dan meninggal 2 September 1997. Ia adalah seorang neurolog dan
psikiater Austria serta korban pada Kamp NASI Jerman yang selamat. Frankl
adalah pendiri logoterapi dan Analisis Eksistensial, "Aliran Wina Ketiga"
dalam psikoterapi.
Bukunya, Man's Search for Meaning (pertama kali terbit pada 1946)
mencatat pengalamannya sebagai seorang tahanan kamp konsentrasi dan
menguraikan metode psikoterapisnya dalam upaya mencari makna dalam
segala bentuk keberadaan, bahkan yang paling kelam sekalipun, dan dengan
demikian juga alasan untuk tetap hidup. Frankl adalah salah satu tokoh utama
dalam terapi eksistensial.Terapi eksistensial berpijak pada premis bahwa
manusia tidak bisa melarikan diri dari kebebasan. Kebebasan dan
tanggungjawab itu saling berkaitan. Dalam prakteknya, terapi eksistensial
dilandasi pada asumsi-asumsi filosofis. Terapi eksistensial berfokus pada
kondisi manusia. Pendekatan ini mengutamakan sikap yang menekankan pada
pemahaman bahwa eksistensi manusia.
Asumsi dasar terapi Gestalt adalah bahwa individu-individu mampu
menangani sendiri masalah-masalah hidupnya secara efektif. Tugas utama
terapis adalah membantu klien agar mengalami sepenuhnya keberadaannya di
sini dan sekarang dengan menyadarkannya atas tindakannya mencegah diri
sendiri merasakan dan mengalami saat sekarang. Oleh karena itu, terapi
Gestalt pada dasarnya noninterpretatif dan sedapat mungkin klien

1
menyelenggarakan terapi sendiri. Mereka membuat penafsiran-penafsirannya
sendiri, menciptakan pernyataan-pernyataannya sendiri, dan menemukan
makna-maknanya sendiri. Akhirnya, klien didorong untuk langsung
mengalami perjuangan di sini-dan sekarang terhadap urusan yang tak selesai
di masa lampau. Dengan mengalami konflik-konflik, meskipun hanya
membicarakannya, klien lambat laun bisa memperluas kesdarannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Terapi Eksistensial dan Gestalt?
2. Apa Konsep Dasar Terapi Eksistensial dan Gestalt?
3. Apa Fungsi dan Tujuan dari Terapi Eksistensial dan Gestalt?
4. Bagaimana Proses dan Teknik Terapi Eksistensial dan Gestalt?
5. Bagaimana Hubungan antara Terapis dan Klien ?
6. Apa Kelebihan dan Kekurangan dari Terapi Eksistensial dan Gestalt?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Terapi Eksistensial dan Gestalt
2. Untuk mengetahui Konsep Dasar dari Terapi Eksistensial dan Gestalt
3. Untuk mengetahui fungsi dan tujuan dari Terapi Eksistensial dan Gestalt
4. Untuk mengetahui proses dan Teknik Terapi Eksistensial dan Gestalt
5. Untuk mengetahui Hubungan antara Terapis dan Klien
6. Untuk mengetahui kelebihan dan Kekurangan Terapi Eksistensial dan
Gestalt

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Psikoterapi Eksitensial
1. Pengertian Terapi Eksitensial
Terapi Eksitensial merupakan salah satu bentuk terapi dari
Humanistik. Terapi eksistensi berfokus pada kondisi manusia. Pendekatan
ini terutama adalah suatu sikap yang menekankan pada pemahaman atas
manusia alih-alih suatu siterm teknik-teknik yang digunakan untuk
mempengaruhi klien. Menurut pandangan eksistensial, manusia mampu
akan dirinya sendiri, yaitu kapasitas yang membedakan diri kita dengan
makhluk lain. Kita adalah makhluk bebas yang bertanggung jawab dalam
memilih cara hidup kita, sehingga nasib kita berada di tangan kita sendiri.
Kesadaran akan adanya kebebasan dan tanggung jawab tersebut terkadang
menimbulkan kecemasan eksistensial. Kita mengetahui bahwa pilihan ada
ditangan kita, meskipun belum mengetahui bagaimana akhirnya (tanpa ada
kepastian), hal tersebutlah yang membuat kita cemas.1
Eksistensial berpendapat bahwa orang tidak bisa melarikan diri dari
kebebasan, dalam arti bahwa kita dituntut untuk selalu memikul tanggung
jawab. Banyak orang yang takut memikul beban tanggung jawab untuk
menjadi orang yang dikehendaki. Terapi eksistensial berusaha agar klien
bisa keluar dari belenggu yang kuat itu dan mau menantang
kecenderungan mereka yang sempit dan bersifat memaksa, yang
merupakan ganjalan dari kebebasan mereka.2
Terapi eksistensial menolong klien untuk bisa menghadapi
kecemasan memilih untuk diri sendiri dan kemudian menerima realitas
bahwa mereka itu lebih dari sekedar korban dari kekuatan yang ada di luar
diri mereka. Tujuannya adalah agar klien mampu melakukan tindakan
yang berdasarkan pada tujuan otentik bagi terciptanya eksistensi bermutu.

1
Gerald, Corey. “Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi” hlm 53
2
ibid

3
Tugas terapi eksistensial adalah mengajar klien mendengarkan apa yang
telah mereka ketahui tentang diri mereka sendiri, meskipun mereka
mungkin tidak memperhatikan apa yang telah mereka ketahui.3
2. Konsep Dasar Terapi Eksitensial
a. Pandangan tentang Sifat Manusia
Psikologis Eksistensial berfokus kepada kondisi manusia4
Konsep dasar terapi eksistensial adalah mengubah konsep berpikir,
dari kondisi merasa lemah dan tidak berdaya menjadi lebih
bertanggung jawab dan mampu mengontrol kehidupannya sendiri,
serta menemukan jati dirinya. Sehingga menemukan kesadaran diri
sendiri yang dapat mengeliminasi perasaan tidak berarti (not being).
Sedangkan perasaan tidak berarti ini, biasanya muncul dalam kondisi
merasa tidak berdaya , rasa bersalah ,putus asa, dan lain-lain.
Konsep teori eksistensial bukan merupakan sistem terapi yang
komprehensif. Eksistensial memandang proses terapi dari sudut
pandang suatu paradigma untuk memahami dan mengerti kondisi
individu yang sedang bermasalah. Oleh karena itu, terapi eksistensial
memandang klien sebagai manusia bukan sekadar aspek pola perilaku
beserta mekanismenya.
Berikut konsep-konsep utama dari pendekatan eksistensial yang
membentuk landasan bagi praktek terapeutik
1) Kesadaran diri
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya
sendiri, suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang
memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan.
Semakin kuat kesadaran diri itu pada seseorang maka akan
semakin besar pula kebebasan yang ada pada orang itu.
Kesasnggupan untuk memilih alternative yakni memutuskan secara
bebas didalam kerangka pembatasnya adalah suatu aspek yang

3
ibid
4
Ibid Hal 54

4
esensial pada manusia. Kebebasan memilih dan bertindak itu
disertai tanggung jawab atas keberadaan dan nasibnya. Manusia
bukanlah budak dari kekuatan-kekuatan yang deterministik dari
pengondisian5
2) Kebebasan, tanggung jawab, dan kecemasan
Kesadaran atas kebebasan dan tanggung jawab bisa
menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut dasar pada manusia.
Kecemasn eksistensial juga bisa diakibatkan oleh kesadaran atas
keterbatasannya dan atas kemungkinan yang tak terhindarkan
untuk mati (nobeing). Kesadaran atas kematian memiliki arti
penting bagi kehidupan individu sekarang, sebab kesadaran
tersebut menghadapkan individu pada kenyataan bahwa dia
memiliki waktu yang terbatas untuk mengaktualkan potensi-
potensinya. Dosa eksistensial, yang juga merupakan bagian dari
kondisi manusia, adlah akibat dari kegagalan individu untuk benar-
benar menjadi sesuatu sesuai dengan kemampuannya6
3) Penciptaan makna
Manusia itu unik, dalam arti bahwa dia berusaha untuk
menemukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan
memberikan makna bagi kehidupan. Manusia memiliki kebutuhan
untuk berhubungan dengan sesamanya dalam suatu cara yang
bermakna. Kegagalan dalam menciptakan hubungan yang
bermakna bisa menimbulkan kondisi-kondisi isolasi,
depersonalisasi, alineasi, keterasingan, dan kesepian. Manusia juga
berusaha untuk mengaktualkan diri, yakni mengungkapkan
potensi-potensi manusiawinya. Sampai taraf tertentu, jika tidak
mampu mengaktualkan diri, ia bisa “sakit”. Patologi dipandang

5
Ibid
6
Ibid

5
sebagai kegagalan menggunakan kebebasan untuk mewujudkan
potensi-potensi seseorang.7
4) Kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain
Setiap orang memiliki perhatian untuk memelihara keunikan
dan keterpusatan, namun di lain waktu mereka tertarik untuk keluar
dari diri mereka untuk berhubungan dengan yang lain dan kembali
ke sifat dasar. Kita harus memberikan diri kita sendiri untuk orang
lain dan memperhatikan mereka. Jika kita gagal untuk membangun
hubungan dengan orang lain akan menyebabkan kesepian,
keretasingan dan sebagainya8
5) Kesadaran akan kematian dan tidak ada
Karakteristik manusia adalah mampu untuk memahami
kenyataan di masa depan dan kematian yang tidak bisa dielakkan.
Kesadaran akan kematian memberikan makna kepada keberadaan,
karena itu menjadikan tindakan manusia itu berarti. Frankl,
kematian tidak harus menjadi suatu ancaman. Selain itu, kematian
memberikan motivasi bagi kita untuk hidup dikehidupan kita dan
mendapatkan keuntungan dari setiap kesempatan untuk melakukan
sesuatu yang berarti(gould,1993). Kesadaran akan kematian
menjadi sumber semangat untuk hidup dan kreatif9
3. Fungsi Dan Tujuan Terapi Eksistensial
a. Fungsi Terapi
Terapi eksistensial memusatkan pada pengertian subjektif,
terhadap dunia klien dan membuatnya mendapatkan pengertian yang
baru. Fokusnya adalah pada kehidupan yang sekarang, terapis
membentuk hubungan yang efektif dengan klien dan membantu klien
mengerti dan merasa tertantang serta menyadarkan klien akan
tanggungjawabnya, terapis membuat atau membenarkan pola pikir
klien yang salah terhadap hidupnya.Pada saat proses terapi, klien

7
Ibid
8
LukisanJemari.blogspot.com/2010/02 TERAPI-EKSISTENSIAL.html 25 Oktober 2010
9
LukisanJemari.blogspot.com/2010/02 TERAPI-EKSISTENSIAL.html 25 Oktober 2010

6
berbicara, menceritakan permasalahannya terapis boleh menggunakan
kaca, dengan begitu klien dapat melihat bagaimana mereka menjadi
diri mereka sendiri dengan cara mereka. Dan bagaimana mereka
mengembangkan kehidupan mereka. Suatu ketika klien akan sadar
pada sebagian dari diri mereka dan mulai dapat menerima respon dan
merespon masa depan.
b. Tujuan Terapi
Tujuan terapi ekstensial adalah agar klien memiliki kesadaran
secara otentik sehingga ia sadar akan keberadaannya dan potensi-
potensinya sehingga terbuka dan bertindak sesuai dengan
kemampuannya. Otentik artinya sadar akan keadaan saat ini, memilih
bagaimana hidup saat ini dan memikul tanggung jawab untuk memilih.
Penting sekali untuk membangun kesadaran klien untuk memutuskan
suatu pilihan (memilih) sehingga ia menjadi bebas dan
bertanggungjawab atas kehidupannya.
Kecemasan sebagai akibat kebingungan manusia untuk memilih
karena tidak ada jaminan kepastian. Maka klien harus menyadari
pilihannya untuk menghadapi kecemasan dan menerima kenyataan
bahwa dirinya adalah korban dari kekuatan-kekuatan deterministik
diluar dirinya, Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan terapeutik
ekstensial adalah sebagai berikut :
1) Membantu klien melihat bahwa mereka itu bebas dan sadar atas
kemungkinan-kemungkinan dalam hidupnya
2) Menyadarkan klien bahwa mereka sedang melakukan sesuatu yang
sedang dipikirkannya itu sedang dan sudah terjadi.
3) Menyadarkan pada klien tentang faktor-faktor yang menghambat
kebebasan10
Sehubungan dengan kecemasan eksistensial itulah, terapis
bertujuan membantu klien agar mampu menghadapi kecemasan ketika

10
Joko Yuwono, Pandangan Terapi Eksistensial, (online) tersedia http://www.jokoyuwono.com/
index.php?option=com_content&view=article&id=88:pandangan-terapi eksistensia l&catid
= 39 :roctab. Html 25 Desember 2010

7
mengambil tindakan atau mengambil keputusan untuk dirinya dan
menerima kenyataan terhadap hal-hal yang terjadi di luar
dirinya.Tujuan terapi adalah untuk membantu klien kearah kenyataan
dan belajar untuk mengakui ketika mereka menipu diri sendiri
(deurzen-smith,1998). Eksistensial mengatakan, bahwa tidak ada jalan
keluar dari kebebasan selama kita menghindar bertanggungjawab.
4. Proses Dan Teknik Terapi
a. Proses Terapeutik
Dalam konseling ini terdapat teknik-teknik konseling, yang mana
sebelum mengetahui teknik-teknik konseling tersebut terdapat
beberapa prinsip kerja teknik Eksitensial terapi antara lain
1) Membina hubungan baik
2) Membuat klien bisa menerima dirinya dengan segala potensi dan
keterbatasannya.
3) Merangsang kepekaan emosi klien.
4) Membuat klien bisa mencari solusi permasalahannya sendiri
5) Mengembangkan potensi dan emosi positif klien
6) Membuat klien menjadi adequate11
b. Teknik Terapi/Tahap Konseling
Pendekatan eksistensial pada dasarnya tidak memiliki perangkat
teknis yang siap pakai seperti kebanyakan pendekatan lainya.
Pendekatan ini bisa menggunakan beberapa teknik dan konsep
psikoanalitik, juga bisa menggunakan teknik kognitif-behavioral.
Metode yang berasal dari Gestalt dan analis Transaksional pun sering
digunakan. Akan tetapi pada intinya, teknik dari pendekatan ini adalah
penggunaan kemampuan dari pribadi terapis itu sendiri.Terdapat
beberapa tahap yang dapat dilakukan oleh terapis dalam terapi
eksistensial antara lain :

11
Bimbingandankonseling.blogspot.com/EKSISTENSIA-HUMANISTIK.html

8
1) Tahap Pendahuluan
Konselor membantu klien dalam mengidentifikasi dan
mengklarifikasi asumsi mereka tentang dunia. Klien diajak untuk
mendefinisikan dan menayakan tentang cara mereka memandang
dan menjadikan eksistensi mereka bisa diterima. Mereka meneliti
nilai mereka, keyakinan, serta asumsi untuk menentukan
kesalahannya. Bagi banyak konseli hal ini bukan pekerjaan yang
mudah, oleh karena itu awalnya mereka memaparkan problema
mereka. Konselor disini mengajarkan mereka bagaimana caranya
untuk bercermin pada eksistensi mereka sendiri dan meneliti
peranan mereka dalam hal penciptaan problem mereka dalam
hidup.
2) Pada Tahap Tengah dari Konseling Eksistensial
Klien didorong semangatnya untuk lebih dalam lagi meneliti
sumber dan otoritas dari sistem nilai mereka. Proses eksplorasi diri
ini biasanya membawa klien ke pemahaman baru dan berapa
restrukturisasi dari nilai dan sikap mereka. Klien mendapat cita
rasa yang lebih baik akan jenis kehidupan macam apa yang mereka
anggap pantas. Mereka mengembangkan gagasan yang jelas
tentang proses pemberian nilai internal mereka.
3) Tahap Terakhir dari Konseling eksistensial
Berfokus pada menolong klien untuk bisa melaksanakan apa
yang telah mereka pelajari tentang diri mereka sendiri. Sasaran
terapi adalah memungkinkan klien untuk bisa mencari cara
mengaplikasikan nilai hasil penelitian dan internalisasi dengan
jalan kongkrit. Biasanya klien menemukan jalan mereka untuk
menggunakan kekuatan itu demi menjalani konsistensi
kehidupannya yang memiliki tujuan.

9
5. Hubungan Antara Terapis Dengan Klien
Hubungan Terapeutik sangat penting bagi terapi eksistensial.
Penekanan diletakkan pada pertemuan antarmanusia dan perjalanan
bersama alih-alih pada teknik-teknik yang mempengaruhi klien. Isi
pertemuan terapi adalah pengalaman klien sekarang, bukan masalah klien.
Hubungan dengan orang lain dalam kehadiran difokuskan kepada disini
dan sekarang. Masa lampau atau masa depan hanya penting bila waktunya
berhubungan langsung.12
Dalam menulis tentang hubungan terapeutik, Sidney Jourard (1971)
mengimbau agar terapis, melalui tingkah lakunya yang otentik dan
terbuka, mengajak klien kepada keontetikan. Jourard meminta agar terapis
membangun hubungan Aku-Kamu, dimana pembukaan diri terapis yang
spontan menunjang pertumbuhan dan keontetikan klien. Sebagaimana
dinyatakan oleh Jourard (1971,hlm. 142-150). “manipulasi melahirkan
kontra manipulasi. Pembukaan diri melahirkan pembukaan diri pula.” Ia
juga menekankan bahwa hubungan terapeutik bisa mengubah terapis
sebagaimana ia mengubah klien. “hal itu berarti bahwa siapa yang
menginginkan ada dan pertumbuhannya tidak berubah, tidak perlu menjadi
terapis.13 Adapun yang lain adalah :
a. Terapis eksistensial mengutamakan hubungan dengan klien
b. Hubungan ini penting bagi terapis karena kualitas dari setiap orang
diperlihatkan dalam situasi terapi yang akan mengubah stimulus
menjadi positif
c. Dengan hubungan yang efektif ini terapis dapat menggali sifat dasar
klien dan karkteristik pribadi mereka
d. Vontras dkk, menyatakan bahwa terapi eksistensial ini adalah
perjalanan menuju ke arah dalam diri individu yang didapat dari
hubungan terapis dengan klien
e. Tujuan akhirnya adalah untuk menghadapi jalan hidup mereka

12
Gerald, Corey, Teknik&praktek Konseling dan Terapi hlm.61
13
Ibid

10
f. Terapis perlu mengadopsi gaya yang lebih fleksibel dan teori yang
berbeda untuk klien yang berbeda
g. Empati merupakan hal yang penting dalam proses terapi.
6. Kelebihan Dan Kekurangan Terapi Eksitensial
a. Kelebihan
1) Teknik ini dapat digunakan bagi klien yang mengalami kekurangan
dalam perkembangan dan kepercayaan diri
2) Adanya kebebasan klien untuk mengambil keputusan sendiri
3) Memanusiakan manusia
4) Bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap,
analisis terhadap fenomena sosial.
5) Pendekatan terapi eksistensial lebih cocok digunakan pada
perkembangan klien seperti masalah karier, kegagalan dalam
perkawinan, pengucilan dalam pergaulan ataupun masa transisi
dalam perkembangan dari remaja menjadi dewasa.
b. Kekurangan
1) Dalam metodologi, bahasa dan konsepnya yang mistikal
2) Dalam pelaksanaannya tidak memiliki teknik yang tegas
3) Terlalu percaya pada kemampuan klien dalam mengatasi
masalahnya (keputusan ditentukan oleh klien sendiri)
4) Memakan waktu lama.

B. Psikoterapi Gestalt
1. Konsep-Konsep Utama Terapi Gestalt
a. Pandangan tentang Sifat Manusia
Pandangan Gestalt tentang manusia berakar pada filsafat
eksistensial dan fenomenologi. Pandangan ini menekankan konsep-
konsep seperti perluasan kesadaran, penerimaan tanggung jawab
pribadi, kesatuan pribadi, dan mengalami cara-cara yang menghambat
kesadaran. Dalam terapinya, pendekatan Gestalt berfokus pada
pemulihan kesadaran serta pada pemaduan polaritas-polaritas dan

11
dikotomi-dikotomi dalam diri. Terapi diarahkan bukan pada analisis,
melainkan pada integrasi yang berjalan selangkah demi selangkah
dalam terapi sampai klien menjadi cukup kuat untuk menunjang
pertumbuhan pribadinya sendiri.
Pandangan Gestalt adalah bahwa individu memiliki kesanggupan
memikul tanggung jawab pribadi dan hidup sepenuhnya sebagai
pribadi yang terpadu. Disebabkan oleh masalah-masalah tertentu
dalam perkembangannya, individu membentuk berbagai cara
menghindari masalah dan karenanya, menemui jalan buntu dalam
pertumbuhan pribadinya. Terapi menyajikan intervensi dan tantangan
yang diperlukan, yang bisa membantu individu memperoleh
pengetahuan dan kesadaran sambil melangkah menuju pemanduan dan
pertumbuhan. Dengan mengakui dan mengalami penghambat-
penghambat pertumbuhannya, maka kesadaran individu atas
penghambat-penghambat itu akan meningkat sehingga dia kemudian
bisa mengumpulkan kekuatan guna mencapai keberadaan yang lebih
otentik dan vital.
b. Saat Sekarang
Bagi Perls tidak ada yang “ada” kecuali “sekarang”. Karena
masa lampau telah pergi dan masa depan belum datang, maka saat
sekaranglah yang penting. Salah satu sumbangan utama dari terapi
Gestalt adalah penekanannya pada di sini-dan-sekarang serta pada
belajar menghargai dan mengalami sepenuhnya saat sekarang.
Berfokus pada masa lampau dianggap sebagai suatu cara untuk
menghindari tindakan mengalami saat sekarang sepenuhnya. Ketika
membicarakan “etos saat sekarang” Polster dan Polster (1973)
mengembangkan tesis bahwa “Kekuatan ada pada saat sekarang”.
Pandangan mereka adalah “Kebenaran yang paling sulit diajarkan
bahwa hanya sekaranglah yang ada dan bahwa menyimpang darinya

12
berarti menyimpang dari kualitas hidup yang ada pada kenyataan”
(Polster dan Polster,1973, hlm 7).14
Terapi Gestalt secara aktif menunjukkan bagaimana klien bisa
dengan mudah lari dari saat sekarang dan memasuki masa lampau atau
masa depan. Sebagian besar orang hanya bisa tinggal dalam saat
sekarang sekejap saja. Mereka agaknya lebih suka mencari cara
menghentikan aliran saat sekarang. Mereka sering berbicara tentang
perasaan-perasaan hampir seakan-akan perasaan-perasaan itu terpisah
dari mengalami pada saat sekarang alih-alih mengalami perasaan-
perasaan di sini dan sekarang. Sasaran Perls adalah membantu orang-
orang membuat hubungan dengan pengalaman-pengalaman mereka
secara jelas dan segera ketimbang semata-mata berbicara tentang
pengalaman-pengalaman itu. Jadi, jika klien mulai berbicara tentang
kesedihan, kesakitan, atau kebingungan itu sekarang.
c. Urusan yang Tak Selesai
Dalam terapi Gestalt terdapat konsep tentang urusan yang tak
selesai, yakni mencakup perasaan-perasaan yang tidak terungkapkan
seperti dendam, kemarahan, kebencian, sakit hati, kecemasan,
kedudukan, rasa berdosa, rasa diabaikan, dan sebagainya. Meskipun
tidak bisa diungkapkan, perasaan-perasaan itu diasosiasikan dengan
ingatan-ingatan dan fantasi-fantasi tertentu. Karena tidak terungkapkan
di dalam kesdaran, perasaan-perasaan itu tetap tinggal pada latar
belakang dan dibawa kepada kehidupan sekarang dengan cara-cara
yang menghambat hubungan yang efektif dengan dirinya sendiri dan
orang lain. Urusan yang tak selesai itu akan bertahan sampai ia
menghadapi dan menangani perasaan-perasaan yang tak terungkapkan
itu. Ketika berbicara tentang pengaruh-pengaruh urusan yang tak
selesai, Polster dan Polster (1973, hlm. 36) mengatakan, “arah-arah
yang tak selesai itu mencari penyelesaian dan apabila arah-arah
tersebut memperoleh cukup kekuatan, maka individu disulitkan oleh

14
Perls, F., Gestalt Therapy Verbatim, Real People Press, Moab, Utah, 1969

13
pikiran yang tak berkesudahan, tingkah laku kompulsif, kehati-hatian,
energi yang menekan, dan banyak perilaku mengalahkan diri.”
2. Tujuan Terapi Gestalt
a. Menjadikan pasien tidak bergantung pada orang lain
b. Menjadikan pasien menemukan sejak awal bahwa dia bisa melakukan
banyak hal, lebih banyak daripada yang dikiranya.
c. Membantu klien agar menemukan pusat dirinya
d. Membantu klien agar dapat memperoleh kesadaran pribadi, memahami
kenyataan atau realitas, serta mendapatkan insight secara penuh.
3. Fungsi dan Peran Terapis
a. Membantu klien dalam melaksanakan peralihan dari dukungan
eksternal kepada dukungan internal dengan menentukan jalan buntu.
b. Membantu klien untuk menembus jalan buntu sehingga pertumbuhan
bisa terjadi.
c. Menyajikan situasi yang menunjang pertumbuhan
d. Memberikan perhatian pada bahasa tubuh kliennya
4. Teknik-Teknik Terapi Gestalt
Levtisky dan Perls (1970, hlm. 144-149) ,menyajikan suatu uraian
ringkas tentang sejumlah permainan yang bisa digunakan dalam terapi
Gestalt, yang mencakup:
a. Permainan-permainan dialog
Terapi gestalt menaruh perhatian yang besar pada pemisahan
dalam fungsi kepribadian. Yang paling utama adalah pemisahan antara
: “top dog” dan “underdog”. Teknik kursi kosong adalah suatu cara
untuk mengajak klien agar mengeksternalisasi introyeksinya. Dalam
teknik ini dua kursi diletakkan di tengah ruangan. Terapis meminta
klien untuk duduk di kursi yang satu dan memainkan peran sebagai
“top dog” dan kemudian pindah ke kursi lain dan menjadi “underdog”.
b. Membuat lingkaran
Adalah suatu latihan terapi gestalt dimana klien diminta untuk
berkeliling ke anggota-anggota kelompoknya dan berbicara atau

14
melakukan sesuatu dengan setiap anggota itu. Maksud teknik ini
adalah untuk menghadapi, memberanikan dan menyingkapkan diri,
bereksperimen dengan tingkah laku yang baru.
c. “Saya memikul tanggung jawab”
Dalam tahap ini, terapis meminta untuk membuat suatu
pernyataan dan kemudian menambahkan pada pernyataan itu kalimat
“dan saya bertanggung jawab untuk ini”. Teknik ini merupakan
perluasan kontinum kesadaran dan dirancang untuk membantu orang
agar mengakui dan menerima perasaan-perasaan alih-alih
memproyeksikan perasaan-perasaan atau kepada orang lain.
d. “Saya memiliki suatu rahasia”
Teknik ini dimaksudkan untuk mengeksplorasi perasaan-
perasaan berdosa dan malu. Terapis meminta pada klien untuk
berkhayal tentang suatu rahasia pribadi yang terjaga dengan baik.
Membayangkan bagaimana perasaan mereka dan bagaimana orang lain
bereaksi jika mereka membuka rahasia itu.
e. Bermain proyeksi
Dalam permainan “bermain proyeksi” terapis meminta klien
yang mengatakan “saya tidak bisa mempercayaimu” untuk memainkan
peran sebagai orang yang tidak bisa menaruh kepercayaan guna
menyingkapkan sejauh mana ketidakpercayaan itu menjadi konflik
dalam dirinya.
f. Pembalikan
Teori yang melandasi teknik pembalikan adalah teori bahwa
klien terjun kedalam suatu yang ditakutinya karena dianggap bisa
menimbulkan kecemasan dan menjalin hubungan dengan bagian-
bagian diri yang telah ditekan atau diingkarinya. Oleh karena itu,
teknik ini bisa membantu para klien untuk mulai menerima atribut-
atribut pribadinya yang telah dicoba diingkarinya.

15
g. “Ulangan”
Menurut Perls, banyak pemikiran kita yang merupakan
pengulangan. Dalam fantasi, kita mengulang-ulang peran yang kita
anggap masyarakat mengharapkan kita memainkannya. Ketika tiba
saat menampilkannya, biasanya kita mengalami demam panggung atau
kecemasan yakni kita takut tidak mampu memainkan peran kita itu
dengan baik. Pengulangan internal menghabiskan banyak energi serga
acap kali menghambat spontanitas dan kesediaan kita untuk
bereksperimen dengan tingkah laku baru.
h. “Melebih-lebihkan”
Permainan ini berhubungan dengan konsep peningkatan
kesadaran atas tanda-tanda dan isyarat-isyarat halus yang dikirimkan
oleh seseorang melalui bahasa tubuh, gerakan-gerakan, sikap-sikap
badan, dan mimic muka bisa mengomunikasikan makna-makna yang
penting. Begitupun isyarat-isyarat yang tidak lengkap. Klien diminta
untuk melebih-lebihkan gerakangerakannya atau mimik muka secara
berulang-ulang, yang biasanya mengitensifkan perasaan yang terpaut
pada tingkah laku dan membuat makna bagian dalam lebih jelas.
i. “Bisakah anda tetap dengan perasaan ini?”
Teknik ini bisa digunakan pada klien menunjukkan pada
perasaan atau suasana hati yang tidak menyenangkan yang ia sangat
ingin menghindarinya. Terapis mendesak klien untuk tetap dengan atau
menahan perasaan yang ingin menghindarinya itu.15
5. Kekurangan Terapi Gestalt
a. Terapi Gestalt tidak berlandaskan suatu teori yang kukuh
b. Terapi Gestalt cenderung antiintelektual dalam arti kurang
memperhitungkan faktor-faktor kognitif.

15
Perls. F., R.Hefferline & P.Goodman, Gestalt Therapy:Excitement and Growth in the Human
Personality, Dell, New York, 1951

16
c. Terapi Gestalt bisa menjadi berbahaya karena terapis memiliki
kekuatan untuk memanipulasi klien melalui teknik-teknik yang
digunakannya.
d. Para klien sering bereaksi negatif terhadap sejumlah teknik Gestalt
karena merasa dirinya dianggap tolol.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Psikologi eksistensial adalah aliran psikologi dimana pokok persoalan
psikologi adalah isi-isi kesadaran, yang harus diselidiki lewat metode
introspeksi(mawas diri). Pada dasarnya terapi eksistensialisme tidak memiliki
teknik - teknik khusus yang berkaitan dengan proses terapi, Hal ini
dikarenakan pendekatan ini bukanlah terapi yang berasal dari teori tunggal,
melainkan terapi yang mengambil beberapa metode dari pendekatan yang lain
dalam pelaksanaannya seperti Pendekatan Gestalt, Psikoanalis, Humanisme
yang berupa asoasiasi bebas, transferensi, aktualisasi diri, dll.Terapi eksistensi
berusaha untuk mengesampingkan terlebih dahulu semua hipotesa, analisa dan
berbagai klasifikasi. Terapi berupaya menolong klien untuk membebaskan
dirinya dari ketakutan dan konflik-konflik yang menyebabkan ia tetap
terbelakang dengan cara menemukan kekuatan atau kemauannya sendiri.
Terapi Gestalt yang dikembangkan oleh Frederick Perls adalah bentuk
terapi eksistensial yang berpijak pada premis bahwa individu-individu harus
menemukan jalan hidupnya sendiri dan menerima tanggung jawab pribadi jika
mereka berharap mencapai kematangan. Pandangan Gestalt tentang Sifat
Manusia bahwa individu memiliki kesanggupan memikul tanggung jawab
pribadi dan hidup sepenuhnya sebagai pribadi yang terpadu. Bagi Perls tidak
ada yang “ada” kecuali “sekarang”. Karena masa lampau telah pergi dan masa
depan belum datang, maka saat sekaranglah yang penting. Dalam terapi
Gestalt terdapat konsep tentang urusan yang tak selesai, yakni mencakup
perasaan-perasaan yang tidak terungkapkan seperti dendam, kemarahan,
kebencian, sakit hati, kecemasan, kedudukan, rasa berdosa, rasa diabaikan,
dan sebagainya.
Tujuan dari terapi ini adalah menjadikan pasien tidak bergantung pada
orang lain, menjadikan pasien menemukan sejak awal bahwa dia bisa
melakukan banyak hal,membantu klien agar menemukan pusat dirinya.

18
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan
jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka
dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah
dalam kesimpulan di atas.

19
DAFTAR PUSTAKA

Corey, Gerald. 2005. Teknik dan praktek Konseling dan psikoterapi. Bandung: PT
Refika Aditama
Joko Yuwono, Pandangan Terapi Eksistensial, (online) tersedia
http://www.jokoyuwono.com/index.php?option=com_content&view=article
&id=88:pandangan-terapi-eksistensial&catid=39:roctab. Html 25 Desember
2010
Bimbingandankonseling.blogspot.com/EKSISTENSIA-HUMANISTIK.html
Geral Corey, 2010. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung:
Refika Aditama
http://waskitamandiribk.wordpress.com
LukisanJemari.blogspot.com/2010/02/TERAPI-EKSISTENSIAL.html 25 Oktober
2010
http://enamkonselor.files.wordpress.com/2012/05/gestalt1.pdf

Anda mungkin juga menyukai