Anda di halaman 1dari 4

Model penilaian keefektifan program pelatihan pengembangan

Penilaian (assessment) menurut Griffin & Nix, merupakan proses menilai


untuk menyediakan informasi mengenai capaian pengukuran tentang
pembelajaran atau pelatihan. Penilaian berbeda dengan evaluasi, namun bersifat
hierarki dengan pengukuran serta evaluasi. Evaluasi didahului penilaian,
sedangkan penilaian didahului dengan pengukuran. Pengukuran berarti penetapan
angka menurut aturan-aturan tertentu dan menghasilkan informasi kuantitatif,
penilaian merupakan kegiatan mendeskripsikan hasil pengukuran, dan evaluasi
lebih pada menetapkan nilai yang berimplikasi pada perilaku dan pengambilan
kebijakan program yang berkesinambungan (Widoyoko, n.d.).

Tujuan evaluasi adalah untuk mempertimbangkan dan menetapkan 


apakah suatu kegiatan dilaksanakan terus-menerus atau sebaiknya program harus
diperbaiki dan disempurnakan berdasarkan suatu ukuran dan kriteria
tertentu. Proses evaluasi dilakukan oleh seorang evaluator yang kompeten dan
menguasai pembelajaran pada pelatihan agar dapat mengukur ketercapaian tujuan
program  pelatihan (Badu, 2012).

Model-model Evaluasi Program Pelatihan

Terdapat beberapa model cara untuk melakukan evaluasi dan penilaian program
pelatihan antara lain :

1. CIPP Model oleh Daniel Stufflebeam’s


2. Model Brinkerhoff
3. Model Kirkpatrick
(Widoyoko, n.d.).
1. Konsep evaluasi model CIPP

Konsep CIPP pertama kali dikemukakan oleh Stufflebeam  pada 1965


sebagai hasil usaha   mengevaluasi ESEA ( the Elementary and Secondary
Education Act), yang memberikan kesimpulan bahwa evaluasi bukan hanya
membuktikan tetapi juga memperbaiki.  dimensi dalam cipp  yakni merupakan
kepanjangan dari context, input,  process, and  product.  konteks merupakan
keadaan yang mempengaruhi jenis dan tujuan strategi pendidikan yang akan
dikembangkan misalnya masalah pendidikan yang dirasakan keadaan ekonomi
dan pandangan hidup masyarakat.  dan rencana strategi yang ditetapkan untuk
mencapai tujuan proses merupakan pelaksanaan strategi dan penggunaan
sarana dalam kegiatan di lapangan produk yaitu hasil yang akan dicapai selama
maupun pada akhir pengembangan (Widoyoko, n.d.)
2. Model evaluasi brinkerhoff , 

  Brinkerhoff mengemukakan tiga golongan evaluasi,  yang pertama


yakni fix and emergent  evaluation  design,  di mana fixed menentukan dan
merencanakan secara sistematis sebelum suatu implementasi kegiatan
dilaksanakan Sedangkan emergen merupakan program yang lebih mendadak
dan tidak terstruktur atau conditional. golongan kedua yaitu formative dan 
summative evaluation,  evaluasi formatif digunakan untuk memperoleh
informasi yang dapat membantu memperbaiki sementara evaluasi sumatif
dilaksanakan untuk menilai kebergunaan program sehingga hasil evaluasi
dapat  akan diteruskan atau diberhentikan.  golongan yang ketiga yaitu
eksperimental kuasi eksperimental desain dan naural  unotrusive., Metode ini
menggunakan desain penelitian klasik di mana  objek penelitian di acak
kemudian diberikan perlakuan dan pengukuran dampak yang dilakukan. 
media yang digunakan Biasanya seperti tes survei kuesioner  dan lain
sebagainya (Widoyoko, n.d.).

3. Model Evaluasi empat Level Kirkpatrick 

Donald L. Kirkpatrick menuliskan artikel dengan judul Tecniques for


Evaluating Training Program menggambarkan empat level  formulasi untuk
melakukan evaluasi, yakni Level-1 Reaction merupakan kegiatan
mengevalusai reaksi misalnya mengevaluasi tingkat kepuasan peserta pelatihan
terhadap program. Level-2 Learning, yaitu pengukuran, penulaian , dan
evaluasi pada pembelajaran, mencakup pengukuran peningkatan kompetensi ,
pengetahuan, dan sikap peserta apakah sesuai dengan progam pelatihan atau
tidak. Level-3 Behavior, mendefinisikan perubahan  perilaku yang muncul
pada peserta yang mengikuti pelatihan. Level-4 Result, didefinisikan sebagai
hasil akhir sebagai akibat dari peserta yang mengikuti pelatiha. Menurut Arthur
dalam Praslova ,hasil ini meliputi kebermanfaatan program yang dapat dilihat
dari hasil produksi meningkat, peningkatan moral dan etika pegawai,
peningkatan kepuasan konsumen, dan peningkatan keuntungan perusahaan
(Syafril Ramadhon , 2014).
Menurut Fisher dalam (Wulandari, 2009), mengemukakan bahwa  latar
belakang diadakan evaluasi  terhadap program pelatihan karena seringkali
pihak manajemen kecewa terhadap hasil pelatihan yang tidak sesuai dengan
apa yang diharapkan gak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan untuk
mengadakan program pelatihan. Maka dari itu diperlukan evaluasi untuk
mengetahui keefektifan program pelatihan dan pengembangan sumber daya
manusia pada suatu organisasi. 

Langkah untuk menilai efektivitas training menurut Dr. John Sullivan dari San
Fransisco University antara lain :

1. Penilaian Kinerja Karyawan Pra Training


Penilaian kinerja karyawan pra training berguna untuk
mengetahui tingkat keberhasilan pelatihan.  pada  proses  Ini
Membutuhkan pengukuran yang valid dan sebuah perbandingan
sehingga dapat diketahui apakah suatu program berhasil atau tidak.  
penilaian kerja sebelum pelatihan berguna untuk mengetahui sejauh
mana kemampuan pegawai dan melihat kelebihan serta kekurangan
pegawai. 
2. Monitoring Pelaksanaan Program Training
Monitoring  diperlukan dalam proses penilaian efektivitas
pelatihan,  bertujuan untuk mengawasi pelaksanaan program pelatihan
sehingga dapat dilihat apakah karyawan mengikuti program pelatihan
dengan antusias atau tidak.
3. Monitoring Efektivitas Training dalam praktek
Prakteknya pegawai dapat dijadikan penilian efektivitas training dalam
pelatihan. Dilihat dari perubahan kemampuan pegawai akibat
mengikuti pelatihan,  jika pegawai telah dapat mempraktekkan materi
pelatihan maka dapat diprediksi bahwa pelatihan akan memberikan
dampak dan perubahan positif.
4. Pencatatan Di Lembar Penilaian
Pencatatan penilaian  penting dalam mengukur efektivitas
pelatihan karena dari lembar penilaian akan didapatkan informasi yang
nantinya dapat dikomunikasikan melalui pertemuan atau rapat untuk
mengevaluasi  program pelatihan.  Selain itu dokumen pencatatan
penilaian akan berfungsi untuk evaluasi jangka panjang (Djaenudin dan
Widyaiswara, 2019).

DAFTAR PUSTAKA

Badu, S. Q. (2012). Implementasi Evaluasi Model Kirkpatrick Pada Perkuliahan


Masalah Nilai Awal Dan Syarat Batas the Implementation of Kirkpatrick’S
Evaluation Model in the Learning of Initial Value and Bondary Condition
Problems. Jurnal Penelitian Dan Evaluasi Pendidikan, 16, 102–129.

Djaenudin, A., & Widyaiswara. (2019). Teknik Mengukur Efektifitas Pelatihan.


BALAI DIKLAT APARATUR KP.
https://kkp.go.id/bdasukamandi/artikel/9133-teknik-mengukur-efektifitas-
pelatihan

Syafril Ramadhon. (2014). Penerapan Model Empat Level Kirkpatrick Dalam


Evaluasi Program Pendidikan Dan Pelatihan Aparatur. Forum Diklat, 06(1).

Widoyoko, E. P. (n.d.). EVALUASI PROGRAM PELATIHAN (Training Program


Evaluation). 1–17.
http://file.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN_IPA/197102041997
021-NAHADI/Evaluasi%2520Program%2520Pelatihan.pdf

Wulandari, R. (2009). Penilaian Kebutuhan Pelatihan: Tantangan dan Solusi.


Jurnal Siasat Bisnis, ed(khus), 75–86.
https://doi.org/10.20885/jsb.ed.khus.art5

Anda mungkin juga menyukai