Anda di halaman 1dari 9

PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

Evaluasi Pelatihan

Dosen Pengampu :
Anak Agung Ayu Sriathi, S.E., M.M

OLEH :

KELOMPOK 6

MADE RISKY WIRADANA (1707522008)


NI KADEK DWITIYA UTAMI (1707522009)

MANAJEMEN REGULER DENPASAR


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
RPS 10
Pentingnya Evaluasi Pelatihan Dan Melakukan Evaluasi Pelatihan

1. Pentingnya evaluasi pelatihan SDM


Evaluasi sangat penting bagi berjalannya suatu program, baik itu program
pendidikan, pembelajaran, atau pun pelatihan. Biasanya tujuan dari diadakannya evaluasi
ialah untuk mengetahui apakah program yang sudah dijalankan seperti program-program
tersebut di atas, tersampaikan kepada peserta dengan baik, atau sesuai dengan
target/tujuan dari program tersebut, ataukah belum sama sekali.
Dan jika hal-hal tersebut terjadi dalam menjalankan program seperti di atas maka
peserta atau penyampai program akan melakukan evaluasi terhadap pencapaian
keberhasilannya. Sehingga di masa yang akan datang program tersebut sudah menjadi
lebih baik dan hal-hal yang membuatnya tidak tercapai akan berkurang.
Evaluasi pelatihan sumber daya manusia secara khusus mencermati masalah
-masalah yang terkait dengan aplikasi pembelajaran di tempat kerja, implementasi jangka
panjang, biaya dan efektifitas pelatihan serta pengembangan yang diberikan (Rae, 2005).
Kirkpatrick (1994), mengemukakan beberapa alasan perlunya diadakan suatu
evaluasi terhadap pelatihan, diantaranya adalah:
a. Mempertanggungjawabkan keberadaan bagian Diklat dengan menunjukkan
bagaimana bagian ini berkontribusi terhadap tujuan dan cita – cita organisasi.
b. Membuat keputusan untuk melanjutkan atau menghentikan program-program
pelatihan.
c. Mendapatkan informasi bagaimana mengembangkan program-program
pelatihan selanjutnya.

2. Proses evaluasi pelatihan secara garis besar


Kirkpatrick juga mengatakan bahwa untuk melakukan evaluasi pelatihan teradapat
empat tahap proses yang dikenal dengan The four level evaluation. Tahapan-tahapan itu
merupakan serangkaian proses yang dinamis. Meskipun evaluasi pada tahap yang lebih
tinggi akan memakan waktu yang lebih lama dan sulit, namun dapat memberikan
informasi yang lebih lengkap tentang program pelatihan yang dievaluasi. Empat tahap
evaluasi itu adalah :

a. Reaction. Evaluasi ini dilakukan pada saat dan setelah menerima materi
pelatihan, yakni evaluasi untuk mengukur minat dan reaksi peserta atas
pelatihan.
b. Learning. Disebut juga evaluasi hasil belajar. Evaluasi ini dilakukan untuk
mengukur tingkat pemahaman peserta setelah menerima pembahasan dari para
pelatih setiap sesi pelatihan. Penilaian terhadap tingkat pemahaman ini sangat
penting untuk mengetahui apakah peserta materi yang diberikan dalam
pelatihan.
c. Behavior. Evaluasi ini dilakukan setelah pelatihan. Tujuannya untuk melihat
bagaimana perilaku peserta setelah mengikuti pelatihan, langkah – langkah apa
yang sudah dilakukan serta bagaimana sikap stake holder terhadap hasil
pelatihan.
d. Result. Merupakan evaluasi jangka panjang, yakni evaluasi mengenai kinerja
lembaga yang terjadi akibat kinerja anggota organisasi yang mengikuti
pelatihan. Evaluasi ini dapat dilakukan tiga sampai empat tahun setelah
pelatihan.

3. Evaluasi hasil pelatihan


Kirkpatrick, seorang ahli evaluasi pelatihan dan pengembangan SDM, mengembangkan
model evaluasi pelatihan yang terkenal dengan Kirkpatrick Four Levels Evaluation Model.
a. Evaluasi Level 1 : Reaksi (Reaction)
Pada tingkat ini keberhasilan suatu pelatihan dapat dievaluasi dari reaksi atau
respon peserta pelatihan. Minat dan keaktifan peserta dalam pelatihan menjadi
indikasi bahwa peserta dapat mengikuti pelatihan dengan antusias dan penuh
semangat. Kepuasan peserta dalam mengikuti pelatihan juga menjadi indikasi
bahwa pelatihan diikuti dengan suasana yang menyenangkan. Di ujung
pelatihan, dalam pelatihan yang bersifat berkesinambungan, peserta menunjuk-
kan minat yang tinggi untuk mengikuti pelatihan lanjutan.
b. Evaluasi Level 2 : Evaluasi Belajar (Learning)
Kirkpatrick (1998:20) mengemukakan “learning can be defined as the extend to
which participans change attitudes, improving knowledge, and/or increase skill
as a result of attending the program”. Dengan demikian, efektifitas pelatihan,
dalam level ini, diukur dari dampaknya terhadap peserta. Apakah setelah
pelatihan berakhir ada perubahan dari aspek pengetahuan, ketrampilan atau
perilaku kerja ke arah yang lebih baik, sesuai tujuan diselenggarakannya
pelatihan. Pengukuran hasil belajar dapat dilakukan dengan membuat kelompok
pembanding. Sekelompok peserta yang telah diberikan pelatihan dievaluasi dan
dibandingkan dengan kelompok pembanding yakni kelompok peserta yang tidak
diberikan pelatihan. Cara melakukan evaluasi pelatihan lainnya adalah dengan
melakukan pre test dan post test, yaitu peserta diberikan tes terlebih dahulu
sebelum pelatihan dijalankan dan sesudah pelatihan dijalankan.
c. Evaluasi Level 3 : Tingkah Laku (Behavior)
Evaluasi training level 3 ini lebih memfokuskan pada evaluasi pelatihan
karyawan dari aspek perubahan perilaku. Kalau pada level 2, evaluasi pelatihan
hanya menekankan perubahan sikap (internal), pada level 3, evaluasi akan
menilai apakah setelah mengikuti pelatihan peserta mengalami perubahan
perilaku yang berdampak pada kinerja. Oleh karena itu, pada evaluai pelatihan
pada level ini disebut sebagai evaluasi terhadap outcomes pelatihan.
d. Evaluasi tahap 4 : Evaluasi Hasil (Result)
Evaluasi training pada level 4 menekankan pada hasil akhir (result) setelah
mengikuti diklat. Hasil akhir dalam hal ini dapat berupa indikator-indikator
kinerja yang nyata seperti kenaikan produktifitas, peningkatan laba, penurunan
biaya, penurunan tingkat kesalahan, peningkatan kualitas, penurunann keluhan
pelanggan. Oleh karena dampaknya yang langsung pada kinerja perusahaan,
diklat yang berorientasi hasil menjadi kegiatan yang sangat strategis. Oleh sebab
itu, sebaiknya dalam penyusunan proposal kegiatan diklat dapat diidentifikasi
secara lebih konkret dampak dari pelaksanaan diklat sehingga pelaksanaannya
dapat lebih terarah. Cara melakukan evaluasi pelatihan karyawan menjadi
kegiatan yang strategik untuk menilai apakah suatu pelatihan berjalan sesuai
tujuan pelatihan yang dirancang sebelumnya.

4. Menentukan Kesesuaian Program Pelatihan


Secara logis dan sistematis langkah-langkah pelaksanaan evaluasi pelatihan sebagai
berikut:
a. Persiapan Evaluasi atau Penyusunan Desain Evaluasi
Pada langkah ini terdapat tiga kegiatan pokok yang berkaitan dengan pelaksanaan
evaluasi yaitu: menentukan tujuan atau maksud evaluasi, merumuskan infromasi yang
akan dicari atau memfokuskan evaluasi dan menentukan cara pengumpulan data.
Rinciannya sebagai berikut:
1. Menentukan Tujuan / Maksud Evaluasi
Beberapa kriteria yang digunakan dalam merumuskan tujuan evaluasi adalah:
a) Kejelasan
b) Keterukuran
c) Kegunaan dan kemanfaatan
d) Relevansi dan kesesuaian atau compatibility
Jadi tujuan evaluasi harus jelas, terukur, berguna, relevan dan sesuai dengan
kebutuhan pengembangan program diklat.
2. Merumuskan Informasi atau Memfokuskan Evaluasi: Merumuskan Pertanyaan
Evaluasi dan Menentukan Jenis Informasi yang akan dicari
Dalam merumuskan pertnayaan evaluasi harus berdasarkan kepada tujuan evaluasi.
Terdapat beberapa metode dalam merumuskan pertanyaan evaluasi yaitu:
a) Menganalisis objek
b) Menggunakan kerangka teoritis
c) Memanfaatkan keahlian dan pengalaman dari luar
d) Berinteraksi dengan sponsor atau audien kunci
e) Mendefinisikan Tujuan Evaluasi
f) Membuat pertanyaan tambahan atau bonus
3. Menentukan Cara Pengumpulan Data
Pada langkah ini ditentukan metode evaluasi yang ditempuh, misalnya survei atau
yang lain, ditentukan pula pendekatan dalam pengumpulan data. Terdapat beberapa
prosedur pengumpulan data dengan pendekatan kuantitatif, yaitu :
a) Observasi
b) Tes
c) Survei atau survei dengan kuisioner.

b. Mengembangkan Instrumen
Setelah metode pengumpulan data ditentukan, selanjutnya ditentukan pula bentuk
instrumen yang akan digunakan serta kepada siapa instrumen tersebut ditujukan
(respondennya). Kemudian, segera dapat dikembangkan butir-butir instrumen. Terdapat
syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh instrumen evaluasi sebagai berikut:
1. Validitas
Validitas adalah keabsahan instrumen dalam mengukur apa yangseharusnya diukur.

2. Reliabilitas
Reliabilitas adalah ketetapan hasil yang diperoleh, misalnya bila melakukan
pengukuran dengan orang yang sama dalam waktu yang berlainan atau orang yang
lain dalam waktu yang sama.
3. Objektivitas
Tujuan dari objektifitas ini adalah supaya penerjemahan hasil pengukurasn dalam
bilangan atau pemberian skor tidak terpengaruh oleh siapa yang melakukan.
4. Standarisasi
Instrumen evaluasi harus distandarisasi, karena memiliki karakteristik umum seperti
item tersusun secara sistematis dan terstuktur, kemudian petunjuk kuhusus pengisian
dan pengolahan diberikan dengan jelas, dan disertai pula oleh penunjuk tentang
bagaimana kerahasiaan informasi dijaga.
5. Relevansi
Seberapa jauh dipatuhinya ketentuan-ketentuan atau kriteria yang telah ditetapkan
untuk memilih bebrbagai pertanyaan agar sesuai dengan maksud instrumen.
6. Mudah digunakan
Instrumen tersebut hendaknya disusun sedemikian rupa sehingga mudah digunakan.

c. Mengumpulkan dan Menganalisis Data serta menafsirkannya


Pada langkah ini sudah mulai untuk terjun ke lapangan mengimplementasikan disain
yang telah dibuat, mulai dari mengumpulkan dan menganalisis data,
menginterpretasikan, dan menyajikannya dalam bentuk yang mudah dipahami dan
komunikatif.
1. Mengumpulkan Data
Dalam melakukan pengumpulan data ini dilakukan dengan berbeda-beda pada tiap
masing-masing level. Pada level reaksi data yangg dikumpulkan berupa data
kuantitatif dengan menggunakan metode survey melalui kuisioner. Kemudian pada
level pembelajaran data yang dikumpulkan berupa data kuantitatif dengan
menggunakan metode survey berupa tes. Selanjutnya pada level tingkah laku, data
yang dikumpulkan melalui observasi atau dapat juga dengan rencana aktifitas
(Action Plan) yaitu rencana tahapan tindakan yang akan dilakukan oleh peserta
pelatihan dalam mengimplementasikan hasil pelatihan yang telah diikuti, dalam hal
ini para peserta harus mempunyai sautu sasaran peningkatan kinerja/kompetensi
yang bersangkutan dalam unit kerja masing-masing yang kemudian diukur dengan
mengunakan patokan kinerja/kompetensi yang bersangkutan. Kemudian yang
terakhir, yaitu pada level keempat level hasil atau dampak, pada data yang
dikumpulkan dapat melalui atasan, peserta pelatihan, bawahan atau rekan kerja.

Tabel 1. Proses Pengumpulan dan Pengukuran Data

Level Evaluasi Deskripsi Metode Pengumpulan Data

1. Reaksi Mengukur tingkat kepuasan Survai dengan skala


peserta pelatihan terhadap pengukuran, contohnya dengan
program pelatihan yang diikuti skala likert

2. Pembelajaran Mengukur tingkat pembelajaran Formal tes (tertulis)


yang dialami oleh peserta
pelatihan

3. Perilaku Mengukur implementasi hasil Action plan, observasi


pelatihan

4. Hasil Mengukur keberhasilan Evaluasi action plan dan data


pelatihan dari sudut pandang laporan
adanya peningkatan baik
kapasitas maupun kompetensi
peserta pelatihan

2. Menganalisis Data dan Menafsirkannya


Setelah data yang diperlukan sudah terkumpul, maka langkah berikutnya adalah
dianalisis. Dalam menganalisa data dan menafsirkannya harus berdasarkan hasil
data yang telah berhasil didiapatkan.
Menyusun laporan, melaporkan merupakan langkah terakhir kegiatan evaluasi
pelatihan. Laporan disusun dengan kesepakatan yang telah disepakati. Langkah
terakhir evaluasi ini erat kaitannya dengan tujuan diadakannya evaluasi. Langkah-
langkah tersebut dapat digunakan untuk menjawab sejauh mana evaluasi pelatihan
yang akan dilakukan dan bagaimana pelaksanaan proses pelatihan dari awal
hingga akhir sehingga memberikan hasil untuk improvisasi pada pelatihan-
pelatihan selanjutnya.

5. Studi Kasus
PT. Krakatau Industrial Estate Cilegon (PT. KIEC) adalah salah satu anak
perusahaan PT. Krakatau Steel yang bergerak di bidang usaha pengelolaan dan
penjualan tanah kawasan industri. Untuk meningkatkan kemampuan karyawannya, PT.
KIEC seringkali mengadakan training. Salah satu training yang diadakan setiap tahun
adalah Foreman Development Program (FDP), yang bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan supervisi di level foreman. Training yang dikelola oleh Divisi Diklat PT.
KIEC tersebut selalu dievaluasi 3 bulan setelah kegiatan berakhir. Selama ini, evaluasi
training yang dilakukan hanya berdasarkan kepuasan peserta terhadap pelaksanaan
training dan hasil test akhir peserta. Cara mengevaluasi training tersebut dirasa kurang
karena tidak melihat seberapa besar manfaat training terhadap perusahaan. Oleh karena
itu perlu dilakukan perbaikan terhadap cara mengevaluasi training FDP. Perbaikan
dilakukan dengan cara menggunakan Model Kirkpatrick dalam mengevaluasi training
FDP. Dalam Model Kirkpatrick, evaluasi training dilakukan melalui pengukuran empat
level, yaitu level 1) melihat tingkat kepuasan peserta training terhadap pelaksanaan
training, level 2) melihat perubahan sikap mental, perbaikan pengetahuan, dan atau
penambahan keterampilan peserta setelah selesai mengikuti program training, level 3)
melihat perilaku kerja peserta training setelah mereka kembali ke dalam lingkungan
kerjanya, level 4) melihat dampak perubahan perilaku kerja peserta training terhadap
tingkat produktifitas perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA

Rae, Leslie. (2005), Using Evaluation in Training and Development. Ed.


Terjemahan. Jakarta, Bhuana Ilmu Populer.
Patrick, Donal, L. (2008), Evaluating Training Programs. The Four Level. (1st
ed). San Fransisco, Berret – Koehler Publishers.
http://manajemen-sdm.com/training-development/cara-melakukan-evaluasi-
pelatihan-4-level-evaluasi-pelatihan-model-kirkpatrick/ Diakes Pada Tanggal 2
November Pukul 15.30 WITA
http://langkahkecil-junita.blogspot.com/2012/01/evaluasi-pelatihan.html?m=1
Diakes Pada Tanggal 2 November Pukul 15.49 WITA
file:///C:/Users/User/Downloads/131138-Bareng-Bu-Vira.pdf Diakes Pada
Tanggal 2 November Pukul 16.25 WITA
http://lib.itenas.ac.id/kti/wp-content/uploads/2014/03/131138-Bareng-Bu-Vira.pdf
Diakses Pada Tanggal 5 November Pukul 09.18 WITA

Anda mungkin juga menyukai