Oleh
Fahmi Aziz
Suryaningrat Intan
UNIVERITAS UDAYANA
2013 / 2014
I. STRATEGI PELATIHAN DENGAN PENDEKATAN SISTEMATIS
Pelatihan (training) mengacu pada uoaya yang direncanakan oleh suatu perusahaan
untuk mempermudah pembelajaran para karyawan tentang kompetensi-kompetensi yang
berkaitan dengan pekerjaan. Kompetensi tersebut meliputi pengetahuan, keterampilan atau
perilaku yang sangat penting untuk keberhasilan kinerja pekerjaan. Pelatihan bergerak dari focus
pada pengajaran berbagai keterampilan karyawan tertentu menjadi focus yang lebih luas yaitu
menciptakan dan berbagi pengetahuan. Perusahaan harus memandang pelatihan secara luas
sebagai cara menciatakn modal intelektual yang meliputi keterampilan dasar (keterampilan yang
dibutuhkan untuk menjalankan pekerjaan), keterampilan yang canggih (kemampuan
menggunakan teknologi), pemahaman tentang pelanggan atau system manufaktur, dan kreativitas
untuk memotivasi diri.
Pelatihan yang digunakan oleh perusahaan yang menggunakan sudut pandang yang
luas dikenal dengan Pelatihan peningkatan hasil yang tinggi (high leverage training). Pelatihan
peningkatan hasil yang tinggi dihubungkan dengan sasaran dan tujuan bisnis strategis dengan
menggunakan proses perancangan pengajaran agar dapat memastikan bahwa pelatihan tersebut
efektif, serta membandingkan program perusahaan dengan program pelatihan di perusahaan lain.
Praktik-praktik dalam Pelatihan peningkatan hasil yang tinggi dapat membantu menciptakan
kondisi Pembelajaran secara terus menerus (continous learning) yang mensyarakatkan karyawan
untuk memahami seluruh system pekerjaan termasuk hubungannya diantara pekerjaan, unit
pekerjaan dan perusahaan. Para karyawan diharapkan memperoleh berbagai keterampilan dan
pengetahuan yang baru, menerapkannya kedalam pekerjaan dan berbagi informasi tersebut
dengan karyawan lainnya.
Dukungan dari Manajer, mengacu pada sejauh apa manajer dari orang-
orang yang dilatih terhadap pentingnya mengikuti pelatihan dan
menekankan penerapan pelatihan tersebut terhadap pekerjaannya.
Dukungan dari Rekan Kerja, merupakan kelompok dua orang atau lebih
yang dilatih setuju untuk bertemu dan membicarakan kemajuannya
dalam menggunakan kemampuannya ditempat bekerja.
5. Metode-Metode Pelatihan
b) Rancangan Evaluasi
Tujuan Pelatihan
Mengendalikan biaya
1. Menurut Ivancevich dalam Marwansyah, Orientasi adalah aktivitas sumber saya manusia
yang memperkenalkan karyawan baru kepada organisasi dan kepada tugas-tugas yang
harus dikerjakan, atasan, dan kelompok kerja.
2. Menurut Dessler dalam Marwansyah, Orientasi adalah prosedur pemberian informasi
pokok tentang perusahaan kepada karyawan baru (Dessler dalam Marwansyah,
2010:141).
1. Menciptakan kesan yang baik agar dapat menumbuhkan sikap positif terhadap setiap
perusahaan.
2. Memperkenalkan standar capaian kinerja untuk dipahami sebagaimana mestinya,
sehingga dapat dijadikan rujukan dalam pelaksanaan tugasnya.
8. Mengenal site plan (denah posisi) lingkungan perusahaan, sehingga memudahkan bagi
pegawai baru ketika harus berhubungan dengan unit kerja lain yang lokasinya berjauhan.
Program orientasi ini berawal dari perkenalan singkat secara informal sampai
pada program-program formal dengan waktu yang lebih panjang. Dalam program formal,
karyawan baru biasanya diberi buku pegangan atau bahan cetakan yang berisi jam kerja,
peninjauan prestasi, cara pembayaan gaji, liburan dan penggunaan fasilitas serta pedoman
dan peraturan perusahaan lainnya.
Budaya organisasi dapat diartikan sebagai sikap dan persepsi yang dimiliki
karyawan pada umumnya dalam suatu perusahaan tempat mereka berkerja. Dengan kata
lain para karyawan menangkap isyarat tentang perusahaan mereka misalnya sejauh mana
mereka dinilai secara adil atau sejauh mana hubungan persahabatan yang diperlihatkan
oleh pimpinan mereka.
Cara lain untuk membantu proses sosialisasi karyawan baru adalah dengan
mempererat hubungan antar mereka dan dengan teman kerja baru atau dengan para
supervisor mereka, yang bertindak sebagai mentor. Sebagai contoh beberapa perusahaan
mendukung adanya program- program formal. Seperti sistem sahabat dimana karyawan
yang ditugasi sebagai mentor memberi training khusus dan bertindak sebagai pemandu
bagi pendatang baru.
Program orientasi membantu seseorang memahami aspek sosial, teknis dan kebudayaan
tempat kerja, mempercepat proses sosialisasi dan penerimaan menjadi kerja sama dalam
kelompok. Menurut Sedarmayanti, manfaat pengaruh orientasi terhadap perilaku karyawan,
antara lain mengurangi perasaan diasingkan, kecemasan dan kebimbangan karyawan. Mereka
dapat menjadi bagian organisasi lebih cepat, merasa lebih yakin dan lebih senang.
1. Masalah yang dihadapi pegawai baru; biasanya berupa kecemasan (apakah saya akan
diterima oleh lingkungan?; apakah saya akan disukai oleh atasan atau rekan kerja saya?;
amankah saya dalam lingkungan kerja yang baru ini?).
2. Harapan yang tidak realistis, pegawai baru sering mempunyai harapan-harapan yang
tidakrealistis karena tidak memiliki gambaran atau informasi yang jelas dan lengkap
tentang lingkungan kerja yang sesungguhnya.
3. Lingkungan kerja pertama, seseorang yang pertama kali mengenal dunia kerja, dapat
mengalaminya karena perbedaan-perbedaan nilai atau etos kerja, kebiasaan, dan lain-lain
antara dunia kerja dan lingkungan sebelumnya.
Manager yang baik harus mempersiapkan alat orientasi yang dapat dibawa pulang
oleh para karyawan baru. Alat orientasi tersebut memungkinkan para karyawan untuk
mempelajari materi diskusi selama sehari dan membagi informasi dengan keluarga dan
teman. Sejak hari pertama orientasi yang membanjiri karyawan dengan informasi, alat
orientasi memungkinkan mereka untuk merefleksikan informasi dan memikirkan
pertanyaan yang akan diajukan kepada HRD department di kemudian harinya.
Grafik organisasi.
Proyeksi grafik organisasi.
Map of facility.
Sources of information.
3. Tidak dibebani terlalu banyak formulit untuk diisi dan buku pedoman untuk
dibaca.
5. Tidak dipaksa mengisi celah antara orientasi yang luas oleh bagian
kepegawaian dan orientasi yang sempit pada tingkat bagian.
Program orientasi tergantung pada tindak lanjutnya. Hal ini dikarenakan dalam
sesi orientasi karyawan baru segan untuk mengakui ketidak tahuan apa yang dibicarakan
dalam orientasi. Departemen SDM sering mengkritik kelemahan dari program orientasi.
Kelemahan itu mungkin karena karyawan baru memerlukan informasi yang lebih banyak.
3.2 SOSIALISASI
1. Menurut Wether & Davis dalam Sedarmayanti, socialization is the on going process
through which an employ begins to understand and accept the values, norms, and beliefs
held by others in the organization.
2. Menurut Sedarmayanti, proses sosialisasi adalah proses yang membantu organisasi
mempertemukan kebutuhannya akan karyawan baru yang produktif, tempat bertemunya
antara budaya organisasi dengan kepribadian individu (karyawan) melalui metode formal
dan informal.
3. Menurut Simamora, terdapat aspek lain dari orientasi dan bahkan barangkali lebih
penting: sosialisasi karyawan baru. Departemen sumber daya manusia berupaya
mengintegrasikan pendatang-pendatang baru kedalam organisasi dan memungkinkan
sosialisasi berlangsung. Sosialisasi (socialization) adalah proses berkesinambungan
dimana para karyawan mulai memahami dan menerima nilai-nilai, norma, dan keyakinan
yang dianut oleh orang-orang lainnya di dalam organisasi.
1. Pre arrival: hal-hal yang dipelajari karyawan baru sebelum ia bergabung dengan
organisasi.
2. Encounter: karyawan baru mendapatkan pemahaman yang lebih jelas tentang organisasi
dan dihadapkan pada situasi bahwa harapan dan realita bisa jadi berbeda.
1. Formal vs. informal. Dalam strategi formal, pendatang baru dipisahkan dari anggota
perusahaan yang lain. Dalam strategi informal, pendatang baru digabungkan bersama
anggota perusahaan yang lain; banyak pelajaran yang dapat dipetik dari lingkungan
sebenarnya.
2. Individual vs. collective. Pendatang baru memilih salah satu diantara terus melewati
sosialisasi sendirian atau menjadi bagian dari grup.
4. Fixed vs. variable. Strategi tetap mempunyai jadwal untuk beberapa jenis training;
variable tidak mempunyai jadwal.
5. Tournament vs. contest. Di turnamen, pendatang baru yang berhasil beralih ke tahap
berikutnya. Dalam contest, pendatang baru diberikan kesempatan untuk menyelesaikan.
6. Serial vs. disjunctive. Serial strategy melibatkan karyawan lama unutk mengajarkan
karyawan yang baru untuk “melakukan apa yang kita lakukan”; disjunctive strategy
membolehkan perilaku yang baru.
7. Investiture vs. divestiture. Dalam investiture, prosesnya adalah satu orang memberikan
informasi ke karyawan baru. Pada divestiture, prosesnya adalah salah satu menjelaskan
kebiasaan perusahaan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Marwansyah. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Kedua. Bandung: Alfabeta.
Sedarmayanti. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia Reformasi Birokrasi dan Manjemen
Pegawai Negeri Sipil. Bandung: PT. Refika Aditama.