1. Keandalan
Keandalan merupakan salah satu standar utama bagi setiap alat ukur. Keandalan
(reability) sebagai konsistensi tingkat ukuran yang bebas dari kesalahan acak.
(1) Angka-angka yang benar dan keandalan pengukuran
Kebanyakan pengukuran seleksi karyawan berkaitan dengan karakteristik
yang rumit seperti kecerdasan , kejujuran dan kemampuan kepemimpinan.
Kita tidak pernah benar-benar tahu angka yang benar dari orang yang kita
ukur. Kita dapat memperkirakan keandalan dengan cara yang berbeda
tergantung pada perhitungan koefisien korelasinya. Koefisien korelasi
merupakan ukuran yang mengukur hubungan dari dua angka yang berkaitan.
Hubungan positif sempurna = +1 (ketika satu angka naik, angka yang lain
juga naik); hubungan negative sempurna = -1 (ketika satu angka naik, angka
yang lain turun); korelasi = 0 (tidak adanya hubungan antara serangkaian
angka).
(2) Standar-standar keandalan
Untuk membuat sebuah standar keandalan mungkin agak sedikit sulit karena
tergantung dari sifat keputusan yang dibuat tentang manusia yang sedang
diukur.
2. Keabsahan
Keabsahan (validity) sebagai sejauh apa kinerja yang diukur berkaitan dengan
kinerja di tempat kerja.suatu ukuran harus dapat dipercaya jika ingin memiliki
keabsahan.
(1) Pengabsahan yang berhubungan dengan criteria
Keabsahan yang berhubungan dengan criteria (creation-related validity) telah
ditetapkan ketika ada hubungan yang kuat antara angka-angka tes dengan
angka-angka kinerja pekerjaan. Terdapat 2 kriteria dalam keabsahan ini
Pengabsahan yang diramalkan (predictive validation) berusaha menentukan
hubungan empiris antara angka tes yang diambil sebelum perekrutan dengan
kinerja akhir ditempat kerja; Pengabasahan secara serempak (concurrent
validation) berhubungan dengan criteria dimana tes diberikan kepada orang
pada saat ditempat kerja kemudian angka-angka yang diperoleh dihubungkan
dengan ukuran-ukuran kinerja ditempat kerja tersebut. Ketika mencoba
menentukan banyaknya keabsahan yang memadai seseorang biasanya harus
berpaling pada uji signifikansi statistik yang menjawab pertanyaan mengenai
“seberapa besar kemungkinan korelasi ukuran tersebut dapat terjadi melalui
keberuntungan?”. Jika mencapai signifikansi statistic 0,05 berarti hanya 5 dari
100 kesempatan seseorang bisa mendapatka korelasi hanya karena kebetulan).
(2) Pengabsahan isi
Pengabsahan isi (content validation) dilakukan dengan menunjukkan bahwa
berbagai hal yang diajukan oleh tes merupakan sampel yang mewakili
berbagai jenis situasi atau masalah ayng terjadi di tempat kerja. Tes ini
memperlihatkan pada pelamar tentang situasi ditempat kerja kemudian tes
dilakukan untuk mengetahui pengetahuan, keterampilan atau kemampuan
pelamar untuk menangani situasi tersebut. Pengabsahan isi dapat dilakukan
jika ukuran sampelnya kecil. Ada dua keterbatasan dalam Pengabsahan isi
yaitu salah satu asumsi dalam pengabsahaan ini orang yang direkrut harus
mempunyai pengetahuan, keterampilan atau kemampuan saat dia di
pekerjakan dan penilaian subjektif berperan besar pada keabsahaan ini.
3. Generalisasi
Generalisasi (generalizability) didefinisikan sebagai sejauh apa keabsahan dari
metode seleksi yang ditetapkan dalam satu konteks berkembang pada konteks-
konteks lain. Ada tiga konteks dimana dimungkinkannya melakukan generalisasi
yaitu pada berbagai situasi yang berbeda, sampel orang yang berbeda dan periode
waktu yang berbeda. Generalisasi keabsahan merupakan aternatif untuk
mengabshkan metode seleksi pada perusahaan yang tidak dapat menggunakan
pengabsahan yang berhubungan dengan criteria atau pengabsahan isi. Terdapat
tiga langkah dalam generalisasi keabsahan yaitu perusahaan memberikan bukti
kajian tentang keabsahan yang berhubungan dengan kriteria yang pernah
dilakukan pada situasi sebelumnya, memberikan bukti dari analisis jabatan agar
dapat mendokumentasikan bahwa pekerjaan tersebut sedang mencoba diisi dan
perusahaan dapat menunjukkan bahwa perusahaan terseubt menggunakan tes
yang mirip dalam mengabsahkan pengaturan.
4. Pemanfaatan
Pemanfaatan (utility) sejauh apa informasi yang diberikan oleh metode seleksi
akan meningkatkan efektivitas target operasi organinasi. Metode seleksi yang
lebih dapat diandalkan, absah dan dapat digeneralisasikan merupakan metode
yang lebih bermanfaat.
5. Legalitas
Seluruh metode seleksi harus disesuaikan dengan undang-undang dan preseden
hukum yang ada.
(1) Perundang-undangan pemerintah pusat
Ada tiga perundang-undangan pemerintah pusat yang terpenting yang
merupakan dasar bagi sebagian besar gugatan yang diajukan oleh pelamar
pekerjaan. UU Hak Sipil Tahun 1991, UU Diskriminasi Usia dalam
Pekeerjaan Tahun 1967 gugatan hukum menurut undang-undang ini melonjak
ketika terjadinya penuaan tenaga kerja secara umum dalam upaya
perampingan perusahaan yang sedang berusaha dilakukan oleh perusahaan,
UU Orang Amerika Penyandang Cacat/Americans with Disability Act (ADA)
diharapkan dengan kemajuan teknologi dapat meningkatkan persentase
pekerjaan yang dapat menampung para pekerja cacat.
(2) Peraturan pemerintah
Badan eksekutif pemerintah juga mengatur keputusan perekrutan melalui
peraturan pemerintah. PP Nomor 11246 sejajar dengan UU Hak Sipil Tahun
1964 tapi ada hal yang dilampauinya PP tidak hanya melarang dilakukannya
diskriminasi terhadap kaum minoritas tapi juha mengamanatkan kepada
pengusaha agar dapat merekrut para pelamar minoritas yang berkualifikasi.