Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“ADAPTIVE ORGANIZATIONAL CULTURE”

DOSEN PENGAMPU:

Rifdah Abadiyah, SE. M.S.M. CHCM

Disusun Oleh Kelompok 7:

1. Vania Rahma Nurhadiyanti (172010200098)


2. M. Luthfi Maulana (172010200104)
3. Inneke Cahyati (172010200166)

Manajemen 7A1S

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO

FAKULTAS BISNIS HUKUM DAN ILMU SOSIAL

PRODI MANAJEMEN

2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Alahamdulillah, puji syukur saya panjatkan atas kehadirat allah SWT atas Rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Adaptive Organizational
Culture”. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas pada mata kuliah “Seminar Sumber
Daya Manusia” guna memahami atau belajar mengenai Adaptive Organizational Culture.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, oleh karena itu kritik dan saran sangat
diharapkan. Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat digunakan sebagai tambahan
informasi dan wacana bagi semua pihak yang membutuhkan.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Sidoarjo, 06 Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................2
1.3 Tujuan....................................................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
2.1 Pengertian Adaptive Organizational Culture..........................................................................3
2.2 Masalah atau Tantangan........................................................................................................4
2.3 Strategi atau Solusi................................................................................................................4
2.4 Contoh Budaya Adaptif.........................................................................................................5
BAB III.................................................................................................................................................6
PENUTUP............................................................................................................................................6
3.1 Kesimpulan............................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................7

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sumber daya manusia (SDM) merupakan faktor penting dalam suatu
organisasi. Melimpahnya SDM yang ada saat ini mengharuskan suatu organisasi
untuk berpikir secara seksama tentang bagaimana dapat memanfaatkan SDM secara
optimal. Sumber daya manusia yang ada pada perusahaan harus selalu diberdayakan
agar menjadi SDM yang kompetitif. Banyak organisasi yang menghadapi tantangan
ini dengan membangun komitmen dengan para karyawan dalam upaya meningkatkan
kualitas. Menurut Tasya (dalam Abrivianto, 2014) Jika SDM dikelola secara tepat
maka organisasi akan bergerak secara dinamis dan berkembang dengan pesat.
Menurut Wheelen dan Hunger (2010), budaya adalah sekumpulan keyakinan,
harapan dan nilai-nilai yang dipelajari dan dibagikan oleh seluruh anggota organisasi
dan diajarkan dari satu generasi pegawai ke generasi pegawai yang lain. Wheelen dan
Hunger (2010) memasukan unsur budaya sebagai bagian dari lingkungan internal
perusahaan dalam model manajemen strateginya, dengan kata lain dalam konteks
manajemen strategi. Wheelen menganggap bahwa sebuah budaya organisasi
memegang peranan sangat penting bagi kesuksesan sebuah organisasi di masa
sekarang dan kelangsungan hidup perusahaan di masa depan.
Keberadaan komitmen organisasi dalam diri karyawan bukan hanya berasal
dari individu yang bersangkutan tetapi dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang
berhubungan dengan individu tersebut. Faktor-faktor yang dapat memengaruhi
komitmen organisasi adalah adaptabilitas budaya organisasi dan motivasi. Pesatnya
laju perubahan lingkungan seperti saat ini menyadarkan organisasi akan semakin
pentingnya adaptabilitas, yakni kemampuan untuk tanggap akan lingkungan eksternal,
pelanggan internal, dan pelanggan eksternal dengan cara menerjemahkan permintaan
lingkungan bisnis menjadi tindakan agar perusahaan bertahan, bertumbuh, dan
berkembang (Denison dan Aniel, 1990).
Adaptabilitas budaya organisasi adalah tingkat keefektifan budaya organisasi
dalam menghadapi tantangan – tantangan yang ada dan merespon perubahan –
perubahan yang akan dilakukan. Budaya organisasi harus bersifat dinamis dan adaptif
terhadap lingkungan organisasi jika menginginkan kinerja yang baik untuk jangka
panjang. Oleh karena itu, budaya adaptif adalah salah satu faktor penting agar
organisasi tetap bertahan. Kotter dan Heskett (2011) juga melaporkan bahwa beberapa
budaya perusahaan bersifat adaptif sementara yang lainnya tidak. Mereka berpendapat
bahwa budaya perusahaan harus adaptif untuk mencegah terhambatnya kinerja
keuangan jangka panjang, yang mungkin terjadi bahkan di hadapan orang-orang yang
berakal sehat dan intelektual.

1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah masalah dan tantangan yang dihadapi di dalam Adaptiv
Organizational Culture?
1.2.2 Bagaimana strategi yang dilakukan dalam menghadapi tantangan di dalam
Adaptiv Organizational Culture?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk memahami Adaptiv Organizational Culture

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Adaptive Organizational Culture


Bidang ilmu perilaku organisasi (organizational behavior) mengenal istilah
adaptive culture. Apakah yang dimaksud dengan budaya adaptif? Budaya adaptif
adalah budaya organisasi dimana karyawan menerima perubahan, termasuk
penyelarasan organisasi yang berkelanjutan dengan lingkungannya, juga perbaikan
proses internal yang berkesinambungan (McShane & Von Glinow, 2010). Budaya
adaptif dapat diwujdukan diterapkan baik secara fisik, konten maupun aktivitas yang
bertujuan untuk meningkatkan performa perusahaan, termasuk di dalamnya taraf
hidup masyarakat sekitar, dilakukannya kegiatan sosial perusahaan bersama para
pemangku kepentingan serta program edukasi masyarakat. 
Adaptabilitas budaya organisasi adalah tingkat keefektifan budaya organisasi
dalam menghadapi tantangan-tantangan yang ada dan merespon perubahan-perubahan
yang akan dilakukan. Budaya organisasi harus bersifat dinamis dan adaptif terhadap
lingkungan organisasi jika menginginkan kinerja yang baik untuk jangka panjang.
Oleh karena itu, budaya adaptif adalah salah satu faktor penting agar organisasi tetap
bertahan.
Adaptasi adalah sejauh mana organisasi memiliki kemampuan untuk
mengubah perilaku, struktur; dan sistem untuk bertahan hidup setelah terjadinya
perubahan lingkungan (Denison, 2007). Adaptabilitas memerlukan penerjemahan
tuntutan lingkungan bisnis menjadi tindakan. Organisasi sebagai sistem terbuka ada di
lingkungan yang kompleks dan tidak pasti. Untuk bertahan dan mendapatkan
keuntungan, organisasi perlu terus beradaptasi dengan berbagai tingkat ketidakpastian
lingkungan. Ketidakpastian lingkungan merupakan kontingensi penting untuk struktur
organisasi dan perilaku internal (Daft, 2003). Organisasi harus memiliki kesesuaian
antara struktur internal dan lingkungan eksternal. Denison (2007) mengidentifikasi
tiga aspek kemampuan beradaptasi yang berdampak pada efektivitas organisasi. Ini
termasuk pertama, kemampuan untuk melihat dan menanggapi lingkungan eksternal.
Organisasi yang sukses sangat fokus pada pelanggan dan pesaing mereka. Kedua
adalah kemampuan untuk menanggapi pelanggan internal, terlepas dari departemen
atau fungsinya. Ketiga adalah kapasitas untuk merestrukturisasi dan melembagakan
kembali serangkaian perilaku dan proses yang memungkinkan organisasi beradaptasi.
Tanpa kemampuan untuk mengimplementasikan respon adaptif, suatu organisasi tidak
akan efektif (Denison, 2007). Suatu organisasi harus belajar agar dapat beradaptasi
dengan lingkungan yang berubah (Lee, 1999). Mengingat laju perubahan skala global
yang semakin cepat, pembelajaran dan adaptasi yang lebih kritis menjadi relevansi,
kesuksesan, dan kelangsungan hidup organisasi. Manajer harus mendorong
karyawannya untuk berbagi dan mengembangkan basis pengetahuan satu sama lain
untuk meningkatkan kinerja. Hubungan pribadi sangat penting untuk transfer
informasi internal yang berarti yang akan memungkinkan organisasi beradaptasi

3
dengan perubahan lingkungan. Untuk mencapai kemampuan beradaptasi, organisasi
perlu secara sengaja menyelaraskan dimensi organisasinya: visi, strategi,
kepemimpinan, budaya, struktur dan proses untuk memfasilitasi pembelajaran
organisasi (Redding, 1997).
Budaya adaptasi (adaptation culture) ditandai oleh keadaan yang tidak stabil
dengan perhatian strategi yang fokus pada kegiatan eksternal. Orang-orang dalam
institusi diarahkan agar dapat mendukung kapasitas organisasi untuk menangkap
tanda-tanda dan menafsirkan tindakan terhadap perubahan lingkungan. Institusi yang
menganut budaya ini memerlukan respon yang segeran untuk menyesuaikan diri
dengan perubahan lingkungan.

2.2 Masalah atau Tantangan


  Pada saat ini, perkembangan teknologi komunikasi berkembang dengan
teramat pesat. Perkembangan teknologi komunikasi ini memiliki dampak yang luas
pada perilaku manusia. Salah satu yang terkena dampak adalah perilaku manusia
dalam berbisnis. Perusahaan perlu untuk terus menerus mengejar kemajuan teknologi
agar tetap berada di posisi terdepan dibandingkan dengan para kompetitornya. Dalam
BeritaSatu (2017) mengutip Presiden Direktur FIF Group yang meluncurkan armada
truk baru, dimana dirinya berujar, “Kondisi iklim bisnis yang dinamis mengharuskan
perusahaan untuk mengikuti perubahan yang terjadi agar kompetitif dan bertumbuh.
Oleh karenanya, inovasi seperti ini dapat dilihat sebagai salah satu strategi
perusahaan.”
Tantangan yang berikutnya adalah perilaku karyawan dalam upaya
peningkatan kinerja karyawan maupun organisasi. Semangat kerja karyawan yang
rendah tercermin dari perilaku karyawan yang tidak menaati peraturan yang telah
ditetapkan. Adanya permasalahan tersebut berdampak terhadap pekerjaan yang tidak
dapat diselesaikan sesuai dengan harapan dan waktu yang ditentukan.

2.3 Strategi atau Solusi


perkembangan teknologi memberikan peluang yang semakin besar pada
pesaing. Persaingan dunia usaha yang ketat di era globalisasi saat ini menuntut
perusahaan untuk berusaha meningkatkan kinerja usahanya melalui pengelolaan
organisasi yang efektif dan efisien. Dan Perubahan lingkungan birokrasi yang
fleksibel merupakan dinamika yang telah menciptakan tantangan yang harus dihadapi
oleh organisasi. Oleh karenanya, solusi yang tepat salah satunya adalah memiliki
budaya adaptif.
Untuk mewujudkan budaya adaptif, maka beberapa solusi yang dapat
mengatasi permasalahan tersebut. Organisasi perusahaan menjadi efektif dan efisien
jika para karyawan mampu memahami secara benar bagaimana cara berkomunikasi
secara efektif dalam organisasi. Komunikasi merupakan salah satu bagian dari
manajemen sumber daya manusia agar semua pihak yang ada di dalam organisasi
mampu melakukan interaksi, memahami arahan, dan meningkatan efektivitas kerja

4
dalam tim. Peranan pimpinan sampai bawahan dikatakan berhasil dalam sebuah
organisasi ketika komunikasi antar karyawan mampu meningkatkan kinerja individu
maupun kinerja organisasi (Wiratama & Darsono, 2017).  
Dalam mewujudkan budaya adaptif tersebut, maka peran pimpinan terbilang
besar. Pemimpin perlu untuk mampu menyampaikan visi dan misi organisasi secara
persuasif dengan komunikasi dan gaya bahasa yang mudah dimengerti dan dipahami.
Kondisi ini akan menimbulkan motivasi dan semangat bagi karyawannya untuk
bekerja secara optimal karena bawahan tahu apa yang menjadi tujuan organisasi
(Wiratama & Darsono 2017). Menurut McShane dan Von Glinow (2010),
kemampuan tersebut disebut dengan sense making dimana budaya organisasi dapat
memandu karyawan tentang apa yang tengah terjadi di dalam perusahaan tersebut.
Hal ini merupakan salah satu fungsi budaya organisasi yang dapat meningkatkan
kesuksesan perusahaan. 
Bagaimana kaitan antara budaya adaptif dengan kinerja perusahaan? Menurut
Kisdarto (dalam Wiratama & Darsono, 2017) kinerja sendiri merupakan perbandingan
antara keluaran (ouput) yang dicapai dengan masukan (input) yang diberikan. Selain
itu, kinerja juga merupakan hasil dari efisiensi pengelolaan masukan dan efektivitas
pencapaian sasaran. Oleh karena itu, efektivitas dan efisiensi pekerjaan yang tinggi
akan menghasilkan kinerja yang tinggi pula. Untuk memperoleh kinerja yang tinggi,
organisasi perlu untuk terus menerus menyelaraskan diri dengan lingkungan sekitar.
Oleh karena itulah, budaya adaptif menjadi esensial di dalam keberlanjutan
perusahaan. 

2.4 Contoh Budaya Adaptif


Contoh budaya adaptif (adaptability culture) adalah budaya kerja yang
diterapkan di Google, Meskipun Google sudah banyak berkembang sejak dibuka pada
tahun 1998, karyawan tetap merasa sebagai perusahaan kecil. Saat makan siang,
hampir semua orang makan di kafe kantor, duduk di sembarang kursi yang masih
kosong dan menikmati percakapan dengan karyawan Google dari tim yang berbeda.
Komitmen terhadap inovasi tergantung pada rasa nyaman setiap orang dalam berbagi
ide dan pendapat. Setiap karyawan adalah kontributor yang aktif berpartisipasi, dan
setiap orang melakukan beberapa pekerjaan. Karena mereka percaya bahwa tiap
karyawan Google adalah bagian yang sama pentingnya bagi kesuksesan.
Kebijakan perekrutan Google agresif dan inklusif, serta lebih mengutamakan
kemampuan daripada pengalaman. Mereka mempunyai kantor di seluruh dunia dan
staf Google berbicara dalam berbagai bahasa. Hasilnya adalah tim yang
mencerminkan audiens global yang dilayani Google. Saat tidak sedang bekerja, para
karyawan menggeluti minatnya, mulai dari bersepeda lintas alam hingga mencicipi
anggur, dari terbang hingga main frisbee. Hal ini dilakukan agar karyawan senatiasa
bersemangat dalam melakukan pekerjaannya.

5
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Salah satu faktor yang membedakan antara satu organisasi dengan organisasi
lainnya adalah budaya organisasi. Budaya organisasi dapat dijadikan sebagai sumber
keunggulan bersaing perusahaan dalam menghadapi lingkungan yang terus berubah.
Di era globalisasi saat ini sangat penting bagi perusahaan yang memiliki budaya
adaptif. Dengan memanfaatkan perkembangan teknologi untuk promosi dan
komunikasi yang bisa meningkatkan kinerja, pola pikir yang mengembangkan, dan
dapat meningkatkan organisasi dengan lingkungan yang terus berkembang. Dan
keterbukaan kesempatan dalam memberikan ide, saran dan pembaharuan merupakan
salah satu kunci untuk meningkatkan adaptabilitas budaya organisasi. Dalam
meningkatkan adaptabilitas budaya organisasi dan motivasi memerlukan komitmen
penuh dari pimpinan untuk mengeluarkan program-program yang dapat meningkatkan
komitmen karyawan.

6
DAFTAR PUSTAKA

BeritaSatu. (2017). Kembangkan bisnis, FIFGroup luncurkan 2 truk safari terbaru. Diakses
melalui: http://www.beritasatu.com/bisnis/475251-kembangkan-bisnis-fifgroluncurkan-
2-truk-safari-terbaru.html.

Melia Safitri, Erisca dan Widya, Gita. 2019. Pentingnya Budaya Adaptif dalam Perusahaan
[Artikel]. Tanggerang Selatan: Unniversitas Pembangunan Jaya

Tasya, M Syamsun, dan Sukiswo. 2017. Pengaruh Adabtibilitas Budaya Organisasi dan
Motivasi Terhadap Komitmen Karyawan pada Organisasi PT. Krakatau Steel TBK
[Artikel]. Bogor: Institusi Pertanian Bogor

Wandrial, Son. 2012. Budaya Organisasi (Organizational Culture), Salah Satu Sumber
Keunggulan Bersaing Perusahaan di Tengah Lingkungan yang Selalu Berubah. BINUS
BUSINESS REVIEW Vol. 3 No. 1 Mei 2012: 335-342

Aman, Edwinah. 2012. Corporate Culture and Organizational Effectiveness: A Study of the
Nigerian Banking Industry. European Journal of Business and Management Vol 4,
No.8, 2012

Anda mungkin juga menyukai