Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………..………………………………………….…i
DAFTAR ISI………..……………………………………………………………………...…ii
BAB 1 PENDAHULUAN………...…………………….……………………………………1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………….1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………....1
1.3 Tujuan………………………………………………………………………..…….1
BAB II PEMBAHASAN………………...…………………………………………………...3
2.1 Budaya Organisasi…………………………………………………………………3
2.2 Mengubah Budaya Organisasi……………………………………………….……5
2.3 Budaya Berprestasi………………………………………………………...………8
2.4 Menciptakan Budaya Perubahan…………………..………………………………9
2.5 Mengubah Pola Pikir………………………………………………………..……10
2.6 Memelihara Kepercayaan…………………………………………...……………13
BAB III PENUTUP……………………………………………………………………..…..17
3.1 Kesimpulan……………………………………………………….………………17
DAFTAR PUSTAKA………………………………………..………………………...……18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahu budaya organisasi
2. Untuk mengetahui cara mengubah budaya organisasi
3. Untuk mengetahui budaya berprestasi
4. untuk mengetahui cara menciptakan budaya perubahan
1
5. Untuk mengetahui cara mengubah pola pikit
6. Untuk mengetahui cara memelihara kepercayaan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
b. Risk Tolerance, yaitu suatu tingkatan di mana pekerja didorong mengambil resiko,
menjadi agresif dan inovatif.
c. Direction, yaitu kemampuan organisasi menciptakan tujuan yang jelas dan
menetapkan harapan kinerja.
d. Integration, yaitu tingkatan di mana unit dalam organisasi didorong untuk beroperasi
dengan cara terkoordinasi.
e. Management support, yaitu tingkatan di mana manajer mengusahakan komunikasi
yang jelas, bantuan dan dukungan pada bawahannya.
f. Control, yaitu jumlah aturan dan pengawasan langsung yang dipergunakan untuk
melihat dan mengawasi perilaku pekerja.
g. Identity, yaitu tingkatan di mana anggota mengidentifikasi bersama organisasi secara
keseluruhan daripada dengan kelompok kerja atau bidang keahlian professional
tertentu.
h. Reward system, yaitu suatu tingkatan di mana alokasi reward, kenaikan gaji atau
promosi, didasarkan pada kriteria kinerja pekerja, dan bukan pada senioritas atau
favoritisme.
i. Conflivt tolerance, yaitu suatu tingkatan di mana pekerja didorong menyampaikan
konflik dan kritik secara terbuka.
j. Communication patterns, yaitu suatu tingkatan di mana komunikasi organisasional
dibatasi pada kewenangan hierarki formal.
4
Budaya organisasi berdampak pada kinerja jangka panjang organisasi, bahkan mungkin
merupakan faktor penting dalam menentukan keberhasilan atau kegagalan organisasi.
Meskipun tidak mudah untuk berubah, budaya organisasi dapat meningkatkan kinerja,
sehingga produktivitas organisasi meningkat. (Tan, 2002:21). Organisasi dengan budaya yang
kuat dan positif akan memungkinkan orang merasa termotivasi untuk berkembang, belajar dan
memperbaiki diri. Jika orang bekerja dalam organisasi yang dikelola dengan baik akan
mempunyai motivasi dan kepuasan lebih tinggi.
5
e. Lingkungan kerja terbukan dan stransparan. Lingkungan kerja yang bersifat terbuka
dimana pekerja dapat membagi informasi dan pengetahuan dengan bebas akan
memfasilitasi pencapaian tujuan organisasi.
f. Menghapus politik. Politik perusahaan menghalangi pengembangan hubungan saling
memercayai di anttara manusia.
g. Tim spirit yang kuat. Dalam menanamkan budaya kerja produktif, tidak ada pengganti
yang lebih baik dari pada menanamkan tim spirit yang kuat pada manusia.
6
d. The bottom line. Peningkatan moral, motivasi dan kreativitas pekerja diharapkan
mempunyai pengaruh bermanfaat pada bottom line.
e. Cultural transformation through business excellence. Manajemen nilai-nilai budaya
merupakan arah manajemen untuk keunggulan bisnis.
f. The European business excellence model. Hal ini memberikan kerangka kerja strategis
dan kriteria untuk mengelola organisasi dan mengidentifikasi kesempatan perbaikan
tanpa memandang sifat dan ukuran organisasi.
g. Culture management portofolio. Meliputi, ukuran budaya, nilai pelayanan pelanggan,
nilai pekerja dan tim building, pengembangan personal, budaya kreatif dan inovatif,
budaya partnership, manajemen perubahan dan nilai nilai social.
7
semakin meningkat dan menantang. Tujuan organisasi ke depan akan lebih memfokus pada
pelanggan dan hasil.
8
d. Fairness (Kejujuran). Orang dalam organisasi tidak akan melanjutkan bekerja keras
melakukan yang terbaik jika mereka merasa tidak ada kejujuran di tempat kerja. Di
sini kejujuran dimaksudkan memperlakukan orang dengan adil. Seharusnya tidak
terjadi favoritisme, tidak ada kelicikan, tidak ada pemerasan, dan tidak ada
penyalahgunaan di antara mereka.
e. Respect (Penghargaan). Respek adalah menghargai orang. Kenyataannya, kurangnya
respek disebabkan oleh banyaknya perilaku yang tidak di- inginkan di tempat kerja,
seperti meneriaki seseorang, suka terlambat menghadiri rapat dan janji, menghasilkan
pekerjaan buruk, tidak menyampaikan apa yang dijanjikan dan menghina satu sama
lain.
f. Change Responssive ( Merespons terhadap Perubahan). Ini merupakan nilai bersama
yang sangat kritis karena menentukan masa depan organisasi. Kemampuan organisasi
menyelaraskan perubahan internal pada kekuatan perubahan eksternal, seperti
meningkatnya persaingan, teknologi baru, perubahan peraturan industri dan
persyaratan pelanggan merupakan kunci untuk selamat dari tantangan lingkungan
semakin meningkat.
g. Accountability (Akuntabilitas). Akuntabilitas adalah tentang menerima masalah dan
memastikan bahwa masalah tersebut terselesaikan. Dengan menjadi akuntabel, pekerja
menambahkan nilai bagi organisasi dan dirinya sendiri. Prestasi merupakan hasil dari
menjadi akuntabel.
h. Passion (Keinginan Besar). Banyak organisasi menjadi besar karena keinginan besar
dari pemimpin di belakangnya. Pemimpin mengomunikasikan dan menerjemahkan
visinya ke dalam besaran yang dapat diidentifikasi staf dan bekerja menuju ke arahnya.
9
menciptakan budaya perubahan di tempat pekerjaan, dapat dipergunakan prinsip dasar sebagai
berikut:
1. Melingkupi Orang dengan Informasi. Pekerja harus selalu diberi informasi lengkap
tentang apa yang terjadi di dalam organisasi maupun tentang apa yang terjadi di luar,
namun dapat memengaruhi organisasi. Untuk itu dalam setiap rapat tim, perlu dimulai
dengan diskusi tentang inovasi. Hal ini dilakukan untuk menggambarkan perubahan
penting terhadap implementasi yang ada.
2. Kreativitas Praktis. Kreativitas praktis sering menyangkut pemindahan gagasan dari
bidang yang satu ke bidang lainnya. Suatu gagasan, proses tau prosedur yang telah
dilakukan di bidang bisnis kemudian diterapkan pada bidang lainnya.
3. Setiap Orang Dapat Memberikan Kontribusi. Inovasi mampu mentransfer solusi yang
ada yang dapat dorong kemajuan bisnis. Hal ini berarti bahwa terbuka kesempatan bagi
setiap rang dapat secara potensial member kontribusi.
4. Percobaan dan Evolusi. Kebanyakan gagasan besar dimulai dari kecil, seperti dialami
oleh Michael Dell yang memulai usahanya dari sebuah kamar asrama, Howard Schultz
membuka sebuah gerai di Seattle, dan McDonald mulai dengan satu kios hamburger.
5. Menghargai Inovasi. Pengakuan publik sangat penting untuk menunju kkan apresiasi
seseorang. Penghargaan informal dapat ditunjang dengan penghargaan uang yang
sangat membantu pentingnya setiap kontribusi individual.
6. Memindahkan Halangan. Hanya pemimpin yang mempunyai kekuatan untuk
menghalangi individu tertentu yang kuat dari penggerusan atau sabotase terhadap
inisiatif baru. Menawarkan perlindungan pada juara perubahan yang sedang tumbuh
merupakan sifat penting pemimpin yang menciptakan budaya perubahan.
7. Memublikasikan Keberhasilan. Untuk menciptakan budaya perubahan, diperlukan
pemimpin yang bersedia melingkupi pekerja dengan informasi tentang semua
perubahan positif yang terjadi.
8. Menciptakan Dunia Kecil. Menanamkan nilai perubahan merupakan jalan panjang
dalam budaya organisasi, dan memerlukan komitmen penuh. Pemimpin harus
mengatakan hal positif yang sama secara berulang-ulang.
10
pengian. Sekadar mengetahui apa yang harus diperbaiki saja tidak cukup. Tantangan yang lebih
besar adalah mendapatkan orang yang ingin memperbaiki daya saing organisasi dan
produktivitas pekerjaan. Pekerja sekarang ini terbelenggu oleh cara mereka bekerja.
Mereka membangun hambatan yang mencegah perubahan dan perbaikan. Mereka
beralasan sebenarnya ingin berubah, tetapi tidak bisa. Mereka terikat dengan isu lain, seperti
keterbatasan sumber daya, atau kurangnya staf yang memiliki komitmen dan kompeten.
Mereka juga berargumen bahwa manajemen puncak tidak setuju dengan perubahan dan ada
masalah dan hambatan yang berada di luar kontrol mereka. Mereka terpenjara oleh
perbuatannya sendiri. Oleh karena itu, perubahan pola pikir dimulai dari memecahkan penjara
pola pikir. Untuk itu, diperlukan upaya untuk mengubah pola pikir orang. Banyak orang yang
cenderung menyamakan mindset atau pola pikir dengan sikap individu. Sikap hanyalah satu
komponen yang membentuk pola pikir individu. Mindset adalah keadaan pikiran yang
memengaruhi cara seseorang berpikir, merasa dan bertindak dalam setiap situasi. Mindset
(Tan, 2002: 43) adalah paradigma mental yang dipengaruhi oleh lima komponen, yaitu blind
spots, assumptions, complacency, habits, dan attitude.
11
Asumsi adalah suatu pandangan yang dilihat sebagai suatu kebenaran, tetapi belum
dibuktikan. Dalam membuat keputusan bisnis, banyak asumsi harus dibuat karena tidak
mungkin memiliki semua informasi. Organisasi membuat asumsi tentang pesaing, pelanggan,
pemasok, teknologi, peraturan, kondisi ekonomi, dan aturan main dalam industri. Organisasi
juga membuat asumsi tentang dirinya, kekuatan produk dan jasanya, dan kompetensinya.
Beberapa asumsi dibuat berdasarkan analisis informasi yang dimiliki, sebagian lainnya
berdasar pandangan kelompok, dan lainnya pada pandangan pemimpin. Akan tetapi, walaupun
analisis dilakukan oleh analis profesional dan kebiasaan, dapat saja salah karena lingkungan
berubah. Apa yang terbukti valid di waktu yang lalu, mungkin tidak valid sekarang atau besok.
Bahaya dari membuat keputusan berdasar asumsi yang mungkin berjalan baik di waktu
yang lalu adalah menyebabkan orang tidak mempertanyakan lagi, padahal kondisi lingkungan
mungkin saja sudah berubah atau tidak sama dengan kondisi lingkungan sebelumnya.
12
Banyak eksekutif melakukan tindakan berulang-ulang selama bertahun-tahun sehingga
lupa dengan tujuan sebenarnya. Mereka melanjutkan melakukan sesuatu dengan cara lama dan
tidak produktif sebagai kebiasaan akan mencegah mereka untuk melakukan perubahan.
13
Trust adalah rasa percaya yang dimiliki orang terhadap orang lain. Kepercayaan ini didasarkan
pada integritas, reliabilitas dan perhatian (Victor Tan, 2002: 59). Cara suatu organisasi
mengembangkan kepcrcayaan adalah sebagai berikut.
a. Mendorong Moral Staf. Moral staf mengikuti sikap umum individu terhadap tempat
pekerjaan. Orang dengan moral tinggi mempunyai sikap positif terhadap pekerjaan,
atasan atau sistem, sedangkan sebaliknya terjadi apabila moral rendah.
b. Mendorong Sharing. Organisasi dengan tingkat kepercayaan tinggi memiliki
karakteristik bahwa orangnya terbuka dalam cara melakukan sesuatu. Pemimpin yang
jujur dan tulus dapat membawa bawahannya dalam rasa percaya diri mereka.
c. Memperbaiki Komunikasi. Organisasi yang mengembangkan tingkat kepercayaan
tinggi ditandai oleh adanya orang yang mampu berkomunikasi secara terbuka. dari atas
sampai ke bawah dan sebaliknya.
d. Menurunkan Stres. Banyak energi akan menjadi lemah karena stres. Produktivitas
menurun dan kinerja organisasi terpengaruh. Sebaliknya, organisasi dengan
kepercayaan tinggi akan menurunkan stres di tempat kerja dan memungkinkan orang
mewujudkan kinerja terbaiknya.
e. Memperkuat Team Work. Organisasi dengan tingkat kepercayaan tinggi
memungkinkan orang datang bersama, bekerja sama dan mencapai sinergi dalam
pekerjaannya.
f. Meningkatkan Loyalitas. Staf yang loyal akan menjaga citra baik perusahaan mereka.
Mereka tidak akan menjual informasi rahasia yang mungkin membahayakan kinerja
organisasi.
g. Menekan Biaya. Kepercayaan meningkatkan moral, mendorong sharing, memperbaiki
komunikasi, menurunkan stress, memperkuat teamwork, dan meningkatkan loyalitas.
Pada gilirannya, hal ini akan mengurangi biaya operasi.
14
b. Knowledge - based trust. Kepercayaan yang didasarkan pada prediksi perilaku yang
berasal dari sejarah interaksi. Hal ini akan terjadi apabila mempunyai cukup informasi
tentang seseorang untuk memahani dengan cukup baik untuk dapat memprediksi
perilakunya secara akurat.
c. Identification - based trust. Kepercayaan yang didasarkan pada saling pengertian
masing-masing tujuan dan apresiasi keinginan serta hasrat orang lain. Saling pengertian
dikembangkan sampai masing-masing dapat bertindak secara efektif untuk orang
lainnya.
15
7) Menghargai Individu. Seseorang harus memberikan penghormatan kepada setiap
individu, terlepas dari status atau kualifikasi. Kepercayaan hanya dapat dikembangkan
jika seseorang 16ensitive terhadap perasaan orang lain.
Ketujuh core values tersebut di atas membentuk adanya trust atau kepercayaan dalam
organisasi, yang pada gilirannya berpengaruh pada semakin banyaknya komunikasi,
memperbaiki rasa percaya diri dan kredibilitas, selalu mengatakan sebenarnya, keterandalan,
kerja sama, memerhatikan orang lain, harga diri yang baik dan sangat menghargai terhadap
orang lain. Sedangkan menurut Stephen P. Robbins (2003: 336), kepercayaan mempunyai lima
dimensi, yaitu:
1) Integrity, menunjukkan kejujuran dan keadaan sebenarnya. Dimensi ini paling kritis
apabila seseorang menilai kepercayaan orang lain.
2) Competence, mencakup pengetahuan dan keterampilan teknis dan hubungan
interpersonal individu.
3) Consistancy, menghubungkan reliabilitas, prediktabilitas dan keputusan baik individu
dalam mengendalikan ketidakkonsistenan antara kata dan tindakan menurunkan
kepercayaan.
4) Loyalty, adalah keinginan menjaga dan menyimpan muka bagi orang lain. Kepercayaan
memerlukan bahwa dapat tergantung pada seseorang yang tidak bertindak oportunistik.
5) Openness, adalah dasar kepercayaan dengan menyandarkan pada kejujuran orang lain.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perubahan pada budaya organisasi menunjukkan bahwa perubahan budaya organisasi
perlu dilakukan setiap organisasi untuk merespons perubahan lingkungan yang bergerak
dengan cepat. Dalam suatu organisasi perlu dikembangkan budaya berprestasi bagi seluruh
sumber daya manusia dan berorientasi pada hasil. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan
kesadaran akan pentingnya mengubah pola pikir dan menumbuhkan sikap dan perilaku saling
percaya memercayai di antara sumber daya manusia.
17
DAFTAR PUSTAKA
https://ejurnal.esaunggul.ac.id/index.php/Formil/article/view/798/0
https://slideplayer.info/slide/2770488/
18