Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH BUDAYA ORGANISASI

“Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kepuasan Kerja Pegawai”

Dosen Pembimbing : Nur Wening, M.SI, DR


Disusun Oleh : Irsal Cahya Utama (382)

MANAJEMEN S1
FAKULTAS BISNIS, PSIKOLOGI, DAN KOMUNIKASi
UNIVERSITAS TEKNOLOGI YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga KAMI dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pengaruh Budaya
Organisasi dan Manajemen Perubahan terhadap Kepuasan Kerja Pegawai” ini tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada
Mata Kuliah Budaya Organisasi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Pemberdayaan Organisasi bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nur Wening, M.SI, DR selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Pangandaran, 07 Juni 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................4
a. Latar Belakang........................................................................................................................4
b. Rumusan Masalah...................................................................................................................4
c. Tujuan......................................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................................5
a. Pengertian Budaya Organisasi...............................................................................................5
b. Konsep Budaya Organisasi.....................................................................................................6
c. Manfaat Budaya Organisai.....................................................................................................7
d. Pengertian Kepuasan Kerja....................................................................................................7
e. Faktor- faktor yang memengaruhi Kepuasan Kerja............................................................8
f. Contoh kasus............................................................................................................................9
g. Pengaruh budaya organisasi terhadap Kepuasan Kerja....................................................11
BAB III PENUTUP...........................................................................................................................13
a. Kesimpulan............................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................14
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Orgaisasi merupakan suatu persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja sama untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapka. Tonggak keberhasilan organisasi terletak kepda pihak
manajemennya yang mempunyai wawasan yang luas. Bagaimanapun tanpa pegawai dan atasan
yang mengamalkan budaya organisasi akan menghambat usaha untuk menghasilkan tujuan
organisasi. Permasalahan budaya dalam organisasi khususnya akhir-akhir ini telah menjadi fokus
perhatian masayarakat luas, seperti yang terlihat pada banyak literatur yang membahas topik ini.
Keterkaitan terhadap budaya organisasi ini dikarenakan budaya organisasi dipercaya turut
menentukan maju atau munturnya bisnis dalam suatu perusahaan.

Budaya Organisasi dalam sebuah organisasi biasanya dikaitkan dengan nilai, norma, sikap
dan etika kerja yang dipegang bersama oleh setiap komponen organisasi. Empat unsur ini akan
menjadi asas untuk mengawasi perilaku pegawai, cara mereka berfikir, bekerja sama dan
berinteraksi dengan lingkungannya. Jika budaya organisasi ini baik, maka dapat meningkatkan
kepuasan kerja yang tinggi dan akan menyumbangkan keberhasilan kepada perusahaan. Budaya
organisasi merupakan sistem penyebaran kepercayaan dan nilai-nilai yang berkembang dalam
suatu organisasi dan mengarahkan perilaku anggota –anggotanya.

b. Rumusan Masalah
1. Apa itu Budaya Organisasi?
2. Bagaimana Konsep Budaya Organisasi?
3. Apa saja Manfaat Budaya Organisasi?
4. Apa itu Kepuasan Kerja?
5. Apa saja Faktor-Faktor yang memengaruhi Kepuasan Kerja?
6. Bagaimana Contoh kasusnya?
7. Bagaimana Pengaruh budaya organisasi terhdap kepuasan kerja?

c. Tujuan
1. Mengetahui Budaya Organisasi
2. Mengetahui Konsep Budaya Organisasi
3. Mengetahui apa saja manfaat Budaya Organisasi
4. Mengatahui pengertian Kepuasan Kerja
5. Mengetahui apa saja faktor-faktor yang memengaruhi Kepuasan Kerja
6. Mengetahui pengaruh/ dampak budaya organisasi terhadap kepuasan kerja
BAB II PEMBAHASAN
a. Pengertian Budaya Organisasi
Budaya Organisasi dapat didefinisikan sebagai perangkat sistem nilai-nilai , keyakinan-
keyakinan, asumsi-asumsi, atau norma-norma yang telah lama berlaku, dan disepakati oleh para
anggota sebuah organisasi sebagai pedoman dan pemecah masalah-masalah yang muncul nantinya.

Budaya Organisasi juga disebut budaya perusahaan, merupakan nilai, norma yang telah lama
berlaku dan dianut oleh apara angggota karyawan segabai pedoman dan pemecah masalah di
perusahaan. Dalam Budaya Organisasi, terjadi sosialisasi nilai-nilai dan menginternalisasi dalam
diri para angggota. Dengan demikian, maka buadaya organisasi merupakan jiwa organiasisasi dan
juwa oara anggota organisasi (Kilmann,1988)

Budaya organisasi yang kuat mendukung tujuan-tujuan perusahaan, begitupun sebaliknya.


Dalam suatu perusahaan yang budaya oranisasinya kuat, nilai –nilai bersama dipahami secara
mendalam , dianut dan diperjuangkan oleh sebagian besar para anggota organisasi. Buadaya yang
kuat dan postitif sangat berpengaruh terhadap perilaku dan efektivitas kinerja perusahaan
sebagaimana dinyatakan oleh Deal & Kennedy (1982), Miner (1990), Robbins (1990), karena
menimbulkan antara lain sebagai berikut :

1. Nilai-nilai kunci yang saling menjalin, menjiwai para anggota, dan merupakan keuatan
yang tidak tampak;
2. Perilaku-perilaku karyawan secara tak disadari terkendali dan terkoordinasi oleh kekuatan
yang tidak tampak;
3. Para anggota merasa komit dan loyal pada organisasi;
4. Adanya musyawarah dan kebersamaan atau kesertaan dalam hal-hal yang berarti sebagai
bentuk partisispasi, pengakuan , dan penghormatan terhadap karyawan;
5. Semua kegiatan berorientasi lepda misi atau tujuan organisasi;
6. Budaya berpengaruh terhadap perilaku individual maupun kelompok

Menurut Trice dan Bayer dalam Fachreza, Said Musnadi, dan M. Shabri Abd Majid
(2018), budaya organisasi ternyata semakin marak berkembang sejalan dengan
meningkatnya dinamika iklim dalam organisasi.

Menurut Geert Hofstede dalam Wibowo (2010, p.15), menyatakan bahwa budaya
terdiri dari mental program bersama yang mensyaratkan respon individual pada
lingkungannya.
Budaya organisasi menurut Stephen Robbins dalam Wibowo (2010, p.17), adalah
sebuah persepsi umum yang dipegang oleh anggota organisasi, suatu sistem tentang
keberartian bersama.

Sedangkan menurut Mangkunegara (2009, p.114) yang menyatakan bahwa budaya


rganisasi adalah seperangkat asumsi atau sistem keyakinan, nilai - nilai, dan norma yang
dikembangkan dalam organisasi yang dijadikan pedoman tingkah laku bagi anggota -
anggotanya untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan internal.

Menurut Rivai dan Mulyadi (2012, p.374) menyatakan bahwa budaya organisasi
adalah suatu kerangka kerja yang menjadi pedoman tingkah laku sehari-hari dan membuat
keputusan untuk karyawan dan mengarahkan tindakan mereka untuk mencapai tujuan
organisasi.

Dari teori - teori menurut para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi
merupakan konsep yang terus berkembang dan harus diperhatikan dalam suatu organisasi
untuk berhasil menciptakan budaya yang baik dalam perusahaan.

b. Konsep Budaya Organisasi


Budaya Organiasai dalah suatu konsep yang sangat bervariasai, terbukti dari adanya
sekian banyak definisi yang sangat berbeda-beda yang dapat dotemukan dalam sumber
yang lain. Hal ini disebabkan oleh berbagai pandangan, pendekatan , minat masing-masing
yang berkepentingan dari berbagai kalangan akademisi maupun praktisi.

Disamping itu, Juga karena sumbernya, yaitu disiplin antropologi, hiangga sekarang
belum dapat menghasilkan satu defnisi yang dapat diterima oleh para peminat atau para
pakar dalam bidang ini (Koentjaraningrat, 1985).

Para akademisi dan prktisi pada umumnya setuju mengenai pemtimhmya penerapan
budaya dalam organisasi bisnis, tetapi hingga sekarang masih ada pertanyaan pertanyaan
yang belum terjawab : (1) apa arti budaya dalam konteks organisasi?; (2) samakah konsep
budaya dalam organisasi bisnis seperti hanya antropologi?; (3) terdiri atas unsur-unsur apa
budaya itu? ; (4) apa yang menjadi karakteristik-karakteristiknya?; (5) apa saja dimensi-
dimensinya; dan (6) dimanakah lokasinya dan bagaimana dapat dimengerti (Sacman,
1991).

Menurut Sackman (1991) terdapat 5 kelompok pendektan, pandangan atau madzhab


dalam mempelajari budaya, antaralain :
1. Pendekatan evolusi;
2. Pendekatan partikularisme;
3. Pendekatan fumgsionalisme;
4. Pendekatan materialisme kultur; dan
5. Pendekatan idealisme kultur.

c. Manfaat Budaya Organisai


Perkembangan dan kesinambungan suatu perusahaan akan sangat tergantung pada budaya
perusahaan. Susanto (1997), Mengemukakan bahwa budaya suatu perusahaan dapat
dimanfaatkan sebagai andalan daya saing suatu perusahaan dalam menghadapi perubagan
dan tantangan.

Beberapa manfaat budaya organisasi dikemukakan oleh Robins (1993), sebagai berikut :

1. Membatasi peran yang membedakan antara organisasi yang satu dengan organisasi
yang lain.
2. Menimbulkan rasa memiliki identitas bagi para anggota organisasi.
3. Mementingkan tujuan bersama daripada mengutamakan kepentingan individu.
4. Menjaga Stabikitas organisasi.

d. Pengertian Kepuasan Kerja


Kepuasan Kerja adalah perasaan puas atau rasa pencapaian yang diperoleh seorang
karyawan dari pekerjaannya. Kepuasan kerja ini merupakan hasil dari penilaian yang
menyebabkan seseorang mencapai nilai pekerjaannya atau memenuhi kebutuhan dasarnya
serta membantu dalam menentukan, sejauh mana seseorang menyukai atau tidak menyukai
pekerjaannya.

Dengan kata lain, Kepuasan Kerja juga dapat diartikan sebagai keadaan emosi yang
menyenangkan pada pekerjaannya. Sedangkan kebalikannya, yaitu Ketidakpuasan dapat
diartikan sebagai keadaan emosional yang tidak menyenangkan pada pekerjaannya
sehingga menghambat atau menghalangi pencapaian nilai pekerjaan seseorang.

Telah banyak yang melakukan penelitian terhadap kepuasan kerja dengan hasil yang
sering menunjukan hubungan erat antara kepuasan kerja dengan kinerja karyawan yang
bersangkutan. Ketika karyawan merasakan puas dalam pekerjaannya, mereka cenderung
lebih peduli dengan kualitas pekerjaan mereka dan lebih berkomitmen pada organisasi
serta memiliki tingkat retensi yang lebih tinggi dan secara umum akan lebih produktif.
Kepuasan kerja ini juga mewakili perbedaan antara harapan dan pengalaman karyawan
yang dia peroleh dari pekerjaannya. Semakin besar perbedaan antara harapan dan
pengalaman (dalam hal ini tidak terpenuhinya harapan), semakin besar pula
ketidakpuasannya.

Pengertian Kepuasan Kerja menurut Handoko (2001: 193), Kepuasan kerja adalah


keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan mana para
karyawan memandang pekerjaan mereka. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan
seseorang terhadap pekerjaannya.
Pengertian Kepuasan Kerja menurut Luthans (2006: 243), Kepuasan Kerja adalah hasil
dari persepsi karyawan mengenai seberapa baik pekerjaan mereka memberikan hal yang
dinilai penting.
Pengertian Kepuasan Kerja menurut Hasibuan (2001: 202), Kepuasan Kerja adalah
sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan
oleh moral kerja, kedisiplinan dan prestasi kerja. Kepuasan kerja dinikmati dalam
pekerjaan, luar pekerjaan, dan kombinasi dalam dan luar pekerjaan.
Pengertian Kepuasan Kerja menurut Susilo Martoyo (1992: 115), Kepuasan kerja
adalah salah satu aspek psikologis yang mencerminkan perasaan seseorang terhadap
pekerjaannya, ia akan merasa puas dengan kesesuaian antara kemampuan, keterampilan
dan harapannya dengan pekerjaan yang ia hadapi.
e. Faktor- faktor yang memengaruhi Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja terkait dengan psikologi seorang karyawan. Karyawan yang bahagia
dan puas di suatu pekerjaan selalu termotivasi untuk berkontribusi lebih banyak. Di sisi
lain, karyawan yang tidak puas akan menjadi lesu, melakukan kesalahan dan menjadi
beban bagi perusahaan. Elemen dan faktor yang berkontribusi terhadap kepuasan kerja ini
diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Kompensasi dan Kondisi kerja : Salah satu faktor terbesar dari kepuasan kerja adalah
kompensasi dan tunjangan yang diberikan oleh perusahaan kepada seorang karyawan.
Seorang karyawan dengan gaji yang baik, insentif, bonus, perawatan kesehatan dan
lain-lainya akan lebih bahagia dan puas dengan pekerjaannya dibandingkan dengan
seseorang yang tidak memiliki pekerjaan dengan fasilitas yang sama. Lingkungan
tempat kerja yang sehat juga menambah nilai bagi seorang karyawan.
2. Keseimbangan kehidupan kerja : Setiap individu ingin memiliki tempat kerja yang
baik serta pekerjaan yang dapat memungkinkan mereka menyisakan waktu yang
cukup bersama keluarga dan teman. Kepuasan kerja bagi karyawan sering kali juga
disebabkan oleh kebijakan keseimbangan hidup dan kerja (work life balance) yang
baik, yang memastikan bahwa karyawan menghabiskan waktu berkualitas bersama
keluarga di samping melakukan pekerjaannya. Dengan keseimbangan hidup dan kerja
yang baik, kualitas hidup karyawan dapat ditingkatkan dan dapat meningkatkan
kepuasan kerja seorang karyawan.
3. Dihormati dan Diakui (Respect & Recognition) : Setiap individu menghargai dan
merasa termotivasi jika mereka dihormati di tempat kerja mereka. Seorang karyawan
tentunya akan semakin termotivasi apabila diberikan penghargaan atas kerja kerasnya.
Karenanya, pengakuan merupakan salah satu faktor kepuasan kerja.
4. Keamanan kerja : Jika seorang karyawan yakin bahwa perusahaan akan berusaha
mempertahankan mereka meskipun dalam kondisi pasar sedang bergejolak, itu akan
memberi kepercayaan yang sangat besar. Keamanan kerja adalah salah satu alasan
utama kepuasan kerja bagi karyawan.
5. Tantangan : Aktivitas kerja yang monoton dapat menyebabkan karyawan tidak puas.
Oleh karena itu, hal-hal seperti rotasi pekerjaan, memberikan kesempatan untuk
bekerja di proyek baru dan lain sebagainya dapat membantu meningkatkan kepuasan
kerja karyawan juga.
6. Pertumbuhan Karir : Karyawan juga selalu berharap dan berusaha untuk mendapatkan
pertumbuhan karir yang dapat membawa mereka ke tingkatan ke lebih tinggi. Oleh
karena itu, jika sebuah perusahaan memberikan peran pekerjaan yang lebih baru,
tentunya juga akan meningkatkan kepuasan kerja karena karyawan tersebut tahu
bahwa mereka akan mendapatkan kesempatan untuk peningkatan dalam karirnya.
f. Contoh kasus
PT Mirota Kampus, sebelum adanya PT Mirota Kampus, terlebih dahulu berdiri PT
Mirota yang usaha pertamanya adalah pembuatan minuman, roti dan tart. PT Mirota
sendiri merupakan perusahaan perseorangan yang didirikan pada tahun 1950 oleh Bapak
dan Ibu Hendro Sutikno. Nama MIROTA mempunyai arti tersendiri yakni kepanjangan
dari kata MInuman, ROti dan TArt.

Di samping usaha tersebut pada tahun 1952 Bapak dan Ibu Hendro Sutikno
mengembangkan usahanya dengan membuka toko P & D (Provition & Dranken) yang
terletak di Jl. A. Yani 75 Yogyakarta dan seterusnya perkembangan usaha PT Mirota,
diteruskan oleh putera-putei Bapak Hendro Sutikno meliputi berbagai jenis usaha dengan
nama brand "MIROTA".

Salah satu usaha yang organisasinya bergerak di bidang retail atau eceran yang
didirikan oleh Bapak Siswanto Hendro Sutikno dan Bapak Nico Sukandar adalah Mirota
Kampus. Mirota Kampus sebenarnya merupakan bagian dari PT Mirota Nayan yang
menjadi perseroan terbatas pada tanggal 13 Mei 1983, yang berlokasi di Jl. Solo Km.7
Babarsari, Yogyakarta. Kemudian pada tanggal 13 Mei 1985 PT Mirota Nayan membuka
cabangnya di Jl. C. Simanjuntak 70 Yogyakarta, nama Mirota Kampus diambil
berdasarkan lokasi, karena sangat dekat dengan kampus (UGM, UII, UNY, dan beberapa
sekolah).

Saat ini nama Mirota Kampus sudah sangat dikenal di Yogyakarta dan berdirinya
cabang di Jl. C. Simanjuntak 70 Yogyakarta merupakan titik tolak berkembangnya PT
Mirota Nayan sehingga diputuskan bahwa tanggal 13 Mei sebagai Hari Jadi Mirota
Kampus (PT Mirota Nayan) dan Selanjutnya toko yang ada di Nayan, Jl. Solo Km.7
Yogyakarta, yang merupakan induk Mirota Kampus sekarang ini lebih dikenal dengan
mirota Kampus Babarsari.

Visi Mirota Kampus Menjadikan Mirota Kampus sebagai rumah belanja yang
bernuansa kekeluargaan, dengan memberikan layanan yang ramah, cepat dan tepat, produk
yang berkualitas, harga yang murah, dan fasilitas yang nyaman serta aman sehingga
Mirota Kampus mempunyai nilai lebih dan dapat dipercaya oleh masyarakat Yogyakarta.

Misi Mirota Kampus Meningkatkan Kualitas Layanan secara Internal dan Eksternal
untuk mencapai kepuasan konsumen. Mirota Kampus dalam menjalankan kegiatannya
tidak terlepas dari berbagai masalah.

Diprediksikan karyawan memilih hal ini, kemungkinan yang terjadi dikarenakan


penurunan kinerja disebabkan motivasi karyawan juga mengalami penurunan. Penurunan
ini mempunyai dampak negatif bagi perusahaan. Hal ini dapat dilihat dengan seringnya
karyawan datang terlambat, di samping itu, karyawan juga sering mempunyai ide – ide
baru yang inovatif tetapi tanggapan dari manajer tidak sesuai dengan yang diharapkan
karyawan, karena pihak manajemen dirasa kurang memperhatikan aspirasi karyawan.

Untuk mengurangi penurunan kinerja, maka pemimpin selalu memberikan perhatian


kepada karyawan, adanya motivasi keputusan memberikan dorongan terhadap bawahan
berupa moral dan material. Berupa moral antara lain memberikan perhatian serta
melakukan pengawasan terhadap karyawan, sedangkan material berupa pemberian
kompensasi, menyediakan fasilitas ibadah, ruang kerja yang nyaman dan sebagainya.

Perhatian yang dilakukan perusahaan belum dapat berjalan maksimal karena tidak
adanya kontrol yang kontinyu dari pemimpin atau atasan. Berdasarkan keadaan tersebut
dan melihat begitu pentingnya kinerja karyawan yang dipengaruhi oleh budaya organisasi,
motivasi, dan kepuasan kerja

g. Pengaruh budaya organisasi terhadap Kepuasan Kerja


Pada dasarnya bahwa seseorang dalam bekerja akan merasa nyaman dan tinggi
kesetiannya pada perusahaan apabila dalam bekerjanya memperoleh kepuasan kerja sesuai
dengan apa yang diinginkan.

Khususnya di Perusahaan kepuasan kerja sangat didambakan oleh semua pihak, karena
dalam perusahaan kegiatan dimulai dari pengadaan bahan baku sampai menjadi barang
jadi penuh dengan tantangan baik secara psikologi maupun jasmani.

Kepuasan kerja itu sendiri sebenarnya mempunyai makna apa bagi seorang pekerja ?,
ada dua kata yaitu kepuasan dan kerja. Kepuasan adalah sesuatu perasaan yang dialami
oleh seseorang, dimana apa yang diharapkan telah terpenuhi atau bahkan apa yang
diterima melebihi apa yang diharapkan, sedangkan kerja merupakan usaha seseoranguntuk
mencapai tujuan dengan memperoleh pendapatan atau kompensasi dari kontribusinya
kepada tempat pekerjaannya. Dole and Schroeder (2001).

Kepuasan kerja dapat didefinisikan sebagai perasaan dan reaksi individu terhadap
lingkungan pekerjaannya, sedangkan menurut Testa (1999)dan Locke (1983); Kepuasan
kerja merupakan kegembiraan atau pernyataan emosi yang positif hasil dari penilaian
salah satu pekerjaan atau pengalaman-pengalaman pekerjaan.

Nasarudin (2001); Igalens and Roussel (1999); Job satisfaction may be as a


pleasurable ar positive emotional state resulting from the appraisal of one’s job or job
experiences. Dalam pernyataan tersebut mengandung makna bahwa kepuasan kerja
merupakan suatu keadaan emosi yang positif atau dapat menyenangkan yang dihasilkan
dari suatu penilaan terhadap pekerjaan atau pengalaman-pengalaman kerja seseorang.

Ward and Sloane (1999); elemen of job satisfaction : (1) relationship with colleagues;
(2) relationship with head of department;(3) ability and efficiency of head of department;
(4) hours of work; (5) opportunity to use initiative; (6) Promotion prospects; (7) salary;
(8); job security; (9) actual work undertaken; (10) overall job satisfaction. Penelitian Linz
(2002); mengatakan bahwa secra positif sikap terhadap kerja ada hubungan positif dengan
kepuasan kerja.

Pada dasarnya makin positif sikap kerja makin besar pula kepuasan kerja, untuk itu
berbagai indikator dari kepuasan kerja perlu memperoleh perhatian khusus agar pekerja
dapat meningkatkan kinerjanya. Pada umumnya seseorang merasa puas dengan
pekerjaanya karena berhasil dan memperoleh penilaiaan yang adil dari pimpinannya
BAB III PENUTUP
a. Kesimpulan

Budaya organisasi mewakili sebuah persepsi yang sama dari para anggota organisasi


atau dengan kata lain, budaya adalah sebuah sistem makna bersama. Karena itu, harapan
yang dibangun dari sini adalah bahwa individu-individu yang memiliki latar belakang
yang berbeda atau berada di tingkatan yang tidak sama dalam organisasi akan memahami
budaya organisasi dengan pengertian yang serupa.

Sebagian besar organisasi memiliki budaya dominan dan banyak subbudaya. Sebuah


budaya dominan mengungkapkan nilai-nilai inti yang dimiliki bersama oleh mayoritas
anggota organisasi. Ketika berbicara tentang budaya sebuah organisasi, hal tersebut
merujuk pada budaya dominannya, jadi inilah pandangan makro terhadap budaya yang
memberikan kepribadian tersendiri dalam organisasi. 

Subbudaya cenderung berkembang di dalam organisasi besar untuk


merefleksikan masalah, situasi, atau pengalaman yang sama yang dihadapi para
anggota. Subbudaya mencakup nilai-nilai inti dari budaya dominan ditambah nilai-nilai
tambahan yang unik.

Jika organisasi tidak memiliki budaya dominan dan hanya tersusun atas banyak
subbudaya, nilai budaya organisasi sebagai sebuah variabel independen akan berkurang
secara signifikan karena tidak akan ada keseragaman penafsiran mengenai apa yang
merupakan perilaku semestinya dan perilaku yang tidak semestinya. Aspek makna
bersama dari budaya inilah yang menjadikannya sebagai alat potensial untuk menuntun
dan membentuk perilaku. .

Tolak ukur kepuasan yang mutlak tidak ada , karena pada dasarnya kepuasan kerja
merupakan hal yang bersifat individual. Setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan
yang berbeda beda sesuai dengan sistem nilai-nilai yang berlaku pada dirinya.

Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan pada masing-masing individu. Semakin
banyak aspek-aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan individu tersebut,
maka semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakannya, dan sebaliknya. Kenyataan
menunjukan bahwa orang mau bekerja bukan hanya mencari dan mendapat upah saja.
Yang mendorong mereka mau bekerja, masih ada unsur pendorong lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Almigo N. Hubungan antara kepuasan kerja dengan produktivitas kerja karyawan.
Jurnal Psyche. 2004 Dec 1;1(1):50-60.
Nabawi R. Pengaruh Lingkungan Kerja, Kepuasan Kerja dan Beban Kerja Terhadap
Kinerja Pegawai. Maneggio: Jurnal Ilmiah Magister Manajemen. 2020 Mar
12;2(2):170-83.
Sulaksono H. Budaya Organisasi dan Kinerja. Deepublish; 2015 Dec 23.
Sutrisno HE. Budaya organisasi. Prenada Media; 2019 Apr 1.

Anda mungkin juga menyukai