Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KONSEP NILAI, SIKAP, DAN KEPUASAN KERJA

Disusun untuk Melengkapi Tugas


Mata Kuliah Perilaku Organisasi
Semester 5/2019

Disusun Oleh:
1. Nafira Fitri Ayu Widadari 17101036
2. Ania Iqrima Azalia 17102045
3. Anisa Irma Suryani 17102047
4. Baiq Fathia 17102041

JURUSAN : AKUNTANSI ISLAM


INSTITUT TAZKIA
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat kepada kita
semua tanpa terkecuali dan atas rahmat-Nya makalah ini dapat terselesaikan dengan
baik. Tidak lupa shalawat serta salam mari kita panjatkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW.

Alhamdulillah makalah dengan judul “Konsep Nilai, Sikap, dan Kepuasan


Kerja” ini dapat terselesaikan dengan baik dan dapat diselesaikan dengan tepat waktu
tanpa ada sesuatu yang menyebabkan proses pembuatan makalah ini menjadi
terhambat dan tidak terselesaikan dengan baik. Tujuan pembuatan makalah ini adalah
dalam rangka melaksanakan dan memenuhi tugas yang diberikan oleh Dosen Perilaku
Organisasi Institut Tazkia, yaitu Ibu Saniatun Nurhasanah, S.E.I., M.Si.

Terima kasih kepada rekan-rekan seperjuangan serta guru pembimbing yang


telah ikut serta dalam membantu pembuatan makalah ini yang tidak dapat kami
sebutkan namanya satu per satu. Semoga pembuatan makalah ini dapat bermanfaat
dan membantu para pelajar dalam menuntut ilmu tentang Perilaku Organisai..

Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarakatuh

Bogor, 29 September 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang ........................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 1
1.3. Tujuan ....................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Nilai ........................................................................................................................... 3
2.2.1 Pengertian Nilai ................................................................................................. 3
2.2.2 Tipe-tipe nilai .................................................................................................... 4
2.2. Sikap .......................................................................................................................... 4
2.2.1 Pengertian Sikap (Attitude) ............................................................................... 5
2.2.2 Karakteristik Sikap ............................................................................................. 6
2.2.3 Sumber Sikap .................................................................................................... 6
2.2.4 Tipe Sikap .......................................................................................................... 7
2.2.5 Fungsi sikap ....................................................................................................... 7
2.3. Kepuasan Kerja.......................................................................................................... 8
2.3.1 Pengertian Kepuasan Kerja ............................................................................... 8
2.3.2 Faktor-faktor Kepuasan Kerja ........................................................................... 9
2.3.3 Efek Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Pegawai ............................................. 10
2.3.4 Respon dalam ketidakpuasan kerja ................................................................ 11
2.4. Landasan Syariah .................................................................................................... 11
BAB III KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 16

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Faktor-faktor yang mendasar yang terkait erat dengan kinerja adalah kepuasan
kerja yang berkaitan dengan kesejahteraan. Kepuasan kerja dilatar belakangi oleh
beberapa faktor, yaitu imbalan jasa, rasa aman, pengaruh antar pribadi, kondisi
lingkungan kerja, kesempatan untuk pengembangan, kondisi lingkungan kerja,
kesempatan untuk pengembangan dan peningkatan diri. Rasa aman merupakan hirarki
kebutuhan kedua dari bawah. Pengaruh antar pribadi atau disebut juga kebutuhan sosial
merupakan kebutuhan ketiga dari bawah. Kesempatan untuk berkembang merupakan
kebutuhan keempat dari bawah. Kebutuhan untuk meningkatkan diri dalam rangka
aktualisasi diri merupakan kebutuhan kelima dari bawah. Berdasarkan uraian tersebut
dapat diketahui bahwa kinerja dipengaruhi oleh motivasi dan kepuasan kerja. Begitupun
dengan nilai dimana sangat penting untuk mempelajari perilaku organisasi karena nilai
menjadi dasar untuk memahami sikap dan motivasi. Dan karena nilai pun mempengaruhi
persepsi manusia juga. Nilai umumnya mempengaruhi sikap dan perilaku, sebagai
contoh seseorang yang memasuki organisasi dengan keyakinan bahwa penentuan gaji
berdasarkan kinerja bukan berdasarkan senioritas dan kenyataanya orang tersebut
mendapati organisasi dengan penentuan gaji berdasarkan senioritas tentunya orang
tersebut kecewa. Rasa kecewa inilah yang akan menimbulkan ketidakpuasan kerja,
berbeda jika nilai-nilai orang tersebut selaras dengan kebijakan upah.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah-masalah sebagai


berikut:
1. Bagaimana konsep dari nilai dalam perilaku organisai?
2. Bagaimana konsep dari sikap dalam perilaku organisai?
3. Apakah pengertian dari kepuasan kerja dalam perilaku organisasi?
4. Apakah landasan syariah dari kepuasan dalam bekerja?

1
1.3. Tujuan

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, penulisan makalah ini
bertujuan untuk:
1. Mengetahui konsep dari nilai dalam perilaku organisasi.
2. Mengetahui konsep dari sikap dalam perilaku organisasi.
3. Mengetahui pengertian dari kepuasan kerja dalam perilaku organisasi.
4. Mengetahui landasan syariah dari kepuasan kerja.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Nilai

2.2.1 Pengertian Nilai

Tiap individu, tiap keluarga, tiap kelompok, tiap organisasi, tiap daerah,
agama, suku, budaya, bangsa, dan lain-lain mempunyai nilai-nilai yang berbeda
satu sama lain. Nilai yang ada pada seseorang adalah bagian dari kepribadiannya,
yang merupakan keyakinan (beliefs) yang diperoleh dari pengalaman dan
dipertahankan selama jangka waktu yang relatif lama, meskipun memungkinkan
untuk berubah secara perlahan. Nilai-nilai yang ada pada seseorang turut
menentukan persepsi, sikap, motivasi, dan perilaku, termasuk perilaku kerjanya.
Jadi, nilai adalah keyakinan dasar dalam bentuk keadaan atau tindakan yang
diyakini benar secara personal ataupun dalam lingkup social.
Menurut Gibson et al (1986) pengertian nilai didefinisikan sebagai
kumpulan dari perasaan senang dan tidak senang,, pandangan, keharusan,
kecenderungan dalam diri seseorang, pendapat yang rasional dan tidak rasional,
prasangka dan pola asosiasi yang menentukan pandangan seseorang tentang
dunia. Sedangkan nilai menurut Robbin (2001) yaitu keyakinan-keyakinan dasar
bahwa suatu modus perilaku atau keaddaan akhir dari eksistensi yang khas lebih
disukai secara pribadi atau social dibandingkan suatu modus perilaku atau
keadaan akhir eksistensi yang berlawanan.
Nilai berhubungan erat dengan sikap, dalam arti bahwa nilai itu dapat
digunakan sebagai suatu cara mengorganisasi sejumlah sikap. Nilai mengandung
suatu unsur pertimbangan, dalam arti nilai mengemban gagasan-gagasan seorang
individu mengenai apa yang benar, baik, atau diinginkan. Nilai sangat penitng
untuk mempelajari perilaku keorganisasian, karena nilai meletakkan dasar untuk
memahami sikap dan motivasi serta karena nilai juga mempengarihu persepsi
kita. Nilai yang kita anut sebagian besar ditentukan oleh faktor genetik. Jadi,
nilai-nilai dari orang tua memainkan suatu bagian yang penting dalam

3
menjelaskan akan bagaimana nilai-nilai kita. Selanjutnya nilai-nilai juga
ditentukan oleh guru, budaya, teman, dan yang pasti dipengaruhi oleh faktor
lingkungan sekitar kita. Karena nilai tersebutlah yang akan mencerminkan
bagaimana kita bersikap terhadap diri sendiri maupun orang lain.

2.2.2 Tipe-tipe nilai

Terdapat beberapa pendekatan dalam melakukan klasifikasi tipe nilai- nilai,


diantaranya adalah:
1) Nilai Terminal
Nilai terminal atau Terminal Value adalah keadaan akhir nilai-nilai yang
diharapkan atau dengan kata lain merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh
seseorang selama hidupnya. Contoh dari nilai terminal menurut Rokeach
dalam Robbin (2001) adalah sebagai berikut:
a. Suatu hidup yang nyaman
b. Rasa berprestasi
c. Keamaan keluarga
d. Kebahagiaan
e. Harmoni batin (Bebas dari konflik batin)
2) Nilai Instrumental
Nilai instrumental atau Instrumental Value adalah cara berperilaku yang
disukai atau sarana bagi seseorang untuk mencapai nilai terminal. Contoh dari
nilai instrumental menurut Rokeach dalam Robbin (2001) adalah sebagai
berikut:
a. Ambisius (Kerja keras, bercita-cita tinggi)
b. Berpikiran luas (Berpikiran terbuka)
c. Berani (Tegak mempertahankan keyakinan)
d. Jujur
e. Kapabel (Mampu dan efektif)

2.2. Sikap

4
2.2.1 Pengertian Sikap (Attitude)

Berbicara masalah sikap, sebenarnya hal ini sudah merupakan sesuatu


yang sangat populer dan penting, terutama dalam rangka pembahasan psikologi
sosial. Para ahli mengakui bahwa setiap sikap dapat terbentuk karena adanya
pengaruh dan peranan pembawaan dan lingkungan, yang keduanya mempunyai
fungsi yang sama, dalam arti bahwa sikap tidak dibawa sejak manusia lahir.
Menurut Mitchell (1982) para ilmuwan social umumnya sependapat
bahwa sikap dapat dipandang sebagai predisposisi untuk bereaksi dengan cara
yang menyenangkan atau tidak terhadap obyek, orang, konsep, atau terhadap apa
saja. Ada beberapa asumsi penting yang mnejadi dasar dari definisi di atas.
Pertama, sikap berhubungan dengan perilaku. Berdasarkan sikapnya terhadap
sesuatu, sseorang cenderung untuk berperilaku tertentu. Kedua, sikap terkait erat
dengan perasaan seseorang dengan suatu objek. Dan yang terakhir, sikap adalah
konstruk yang bersifat hipotesis, artinya konsekuensi dari sikap tersebut dapat
diamati atau dapat diprediksi.
Menurut Gibson et al (1986) mendefinisikan sikap adalah kesiap-siapan
mental, yang diorganisasi lewat pengalaman, yang mempunyai pengaruh tertentu
kepada tanggapan seseorang terhadap orang, obyek, dan situasi yang berhubungan
dengannya. Sedangkan menurut Robbin (2001) sikap adalah pernyataan atau
pertimbangan evaluative (baik yang menguntungkan atau tidak menguntungkan)
mengenai obyek, orang, atau peristiwa. Sikap mencerminkan bagaimana
seseorang merasakan sesuatu. Sikap tidak sama dengan nilai tetapi keduanya
saling berhubungan dengan erat. Hal ini dapat dilihat pada 3 komponen dalam
sikap, yaitu:
1) Pengertian (Cognition) adalah segmen pendapat atau keyakinan akan suatu
sikap. Bagian ini terdiri dari persepsi, pendapat, dan kepercayaan orang.
2) Keharuan (Affect) adalah segmen emosional atau perasaan dari suatu sikap.
Komponen ini dipelajari dari orang tua, guru, dan teman sejawat.
3) Perilaku (Behavior) adalah suatu maksud untuk berperilaku denga suatu cara
tertentu terhadap seseorang atau sesuatu. Komponen perilaku ini merupakan
komponen tindakan dari sikap. Cara seseorang bertindak menghadapi orang

5
lain atau sesuatu barang dapat ramah, hangat, agresif, bermusuhan, apatis,
atau dengan cara yang lain.

2.2.2 Karakteristik Sikap

Ada lima karakteristik sikap antara lain adalah sebagai berikut:


1. Objek, karena ada sesuatu yang di sikapi dan tidak ada sikap tanpa suatu
objek.
2. Mengarah, karena setiap objek ada arahnya. Jadi sikap mengarah kepada
objek yang disikapinya.
3. Berintensitas atau sederajat, dalam sikap ditanyakan sejauh mana atau
seberapa tinggi atau rendah sikapnya.
4. Berstruktur, karena dalam sikap itu ada komponen-komponen yang secara
intern terbentuk dengan sendirinya, yaitu komponen kognitif, afektif yang
saling menjalin.
5. Dipelajari

2.2.3 Sumber Sikap

Ada banyak sumber dari pembentukan sikap. Sikap dibentuk dari orang
tua, guru dan anggota kelompok rekan sekerja, masyarakat dan pengalaman
pekerjaan sebelumnya. Pengalaman waktu kecil membantu menciptakan sikap
individu. Sikap anak muda biasanya sesuai dengan sikap orang tua mereka.
Apabila anak-anak mencapai umur sepuluh tahun, mereka mulai lebih kuat
dipengaruhi oleh teman sejawat. Kelompok teman sebaya mampu mempengaruhi
sikap karena orang ingin diterima oleh orang lain. Anak-anak belasan tahun
mencari persetujuan dengan sama-sama memiliki sikap yang serupa atau dengan
merubah sikap untuk mengikuti sikap kelompok.
Orang belajar dan mengetahui sikap lewat pengalaman kerja. Mereka
mengembangkan sikap terhadap faktor-faktor seperti persamaan upah, evaluasi

6
prestasi, kemampuan manajemen, rancangan kerja dan keanggotaan kelompok
kerja.

2.2.4 Tipe Sikap

Terdapat 3 tipe sikap, yaitu sebagai berikut:


1. Kepuasan Kerja
Yaitu sikap umum seorang individu terhadap pekerjaannya. Seseorang
dengan tingkat kepuasan kerja tinggi menunjukkan sikap yang positif terhadap
kerja, sebaliknya seseorang yang tidak puas dengan pekerjaannya
menunjukkan sikap yang negatif terhadap perkerjaan tersebut.
2. Keterlibatan Kerja
Adalah mengukur derajat sejauh mana atau sampai tingkat mana
seseorang memihak pada pekerjaannya, berpartisipasi aktif didalamnya dan
menganggap kinerjanya penting bagi harga diri.
Pegawai dengan tingkat keterlibatan kerja yang tinggi dengan kuat
memihak pada jenis kerja yang dilakukan dan benar-benar peduli dengan jenis
kerja tersebut. Tingkat keterlibatan kerja yang tinggi telah ditemukan
berkaitan dengan kemangkiran yang lebih rendah dan tingkat permohonan
berhenti yang lebih rendah
3. Komitmen pada Organisasi
Adalah suatu keadaan atau sampai sejauh mana seorang pegawai
memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuannya, dan berniat
memelihara keanggotaan dalam organisasi tersebut. Seperti pada keterlibatan
kerja bahwa komitmen pada organisasi memperlihatkan hubungan yang
negatif antara kemangkiran dan tingkat keluar masuknya pegawai.

2.2.5 Fungsi sikap

Terdapat 4 fungsi sikap, yaitu sebagai berikut:


1. Fungsi penyesuaian

7
Yaitu membantu orang untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja
mereka. Contoh: Saat karyawan diperlakukan baik, mereka cenderung
mengembangkan sikap positif dan sebaliknya
2. Fungsi pertahanan ego
Yaitu membenarkan tindakan dan mempertahankan ego. Contoh: Manajer
yang keputusannya ditentang bawahannya cenderung akan bersikap negatif
pada bawahannya.
3. Fungsi mengekspresikan nilai
Yaitu menjadi dasar mengungkapkan sistem nilai yang dianut. Contoh:
Manajer mengajak kerja keras pada bawahaanya karena itu sudah menjadi
tradisi perusahaan sejak didirikan.
4. Fungsi pengetahuan
Yaitu membantu menyediakan standar dan kerangka referensi dalam
menjelaskan sesuatu. Contoh: Pimpinan serikat buruh mempunyai sikap
negatif terhadap manajemen. Sikap ini bisa saja tidak berdasarkan fakta, tetapi
referensi bahwa buruh dan manajemen punya kepentingan yang bertolak
belakang.

2.3. Kepuasan Kerja

2.3.1 Pengertian Kepuasan Kerja

Ada beberapa defenisi dari kepuasan kerja yang diberikan oleh para ahli
Anoraga (1998:80) yaitu :
1. Kepuasan kerja merupakan penilaian dari pekerja yaitu seberapa jauh
pekerjaannya secara keseluruhan memuaskan kebutuhannya.
2. Kepuasan kerja berhubungan dengan sikap dari karyawan terhadap
pekerjaannya itu sendiri, situasi kerja, kerja sama antara pimpinan dan sesama
karyawan.
3. Kepuasan kerja merupakan sikap umum yang merupakan hasil dari beberapa
sikap khusus terhadap faktor-faktor pekerjaan, penyesuaian diri dan hubungan
sosial individu di luar kerja.

8
4. Kepuasan kerja pada dasarnya adalah security feeling (rasa aman) dan
mempunyai segi-segi, ada Segi sosial ekonomi (gaji dan jaminan sosial) dan
Segi sosial psikologi yaitu kesempatan untuk maju, kesempatan mendapatkan
penghargaan dan lain-lain.

Kepuasan kerja menurut Davis (1995), adalah seperangkat perasaan


pegawai tentang menyenangkan atau tidaknya pekerjaan mereka.
Pegawai/karyawan yang bergabung dalam suatu organisasi, tentu mereka
membawa serta seperangkat keinginan, kebutuhan, hasrat, dan pengalaman masa
lalu yang menyatu membentuk harapan kerja. Dengan demikian kerja
menunjukkan kesesuaian antara harapan seseorang yang timbul dan imbalan yang
disediakan dari pekerjaan tersebut. Sedangkan, menurut Robbin (2001)
mendefinisikan kepuasan kerja sebagai suatu sikap umum seorang individu
terhadap perkerjaannya.

Jadi, dapat disimpulkan dari pendapat para ahli di atas bahwa kepuasan
kerja merupakan suatu sikap yang positif yang menyangkut penyesuaian diri yang
sehat dari para pekerja terhadap kondisi dan situasi kerja termasuk didalamnya
masalah upah, kondisi sosial, kondisi fisik dan kondisi psikologis.

2.3.2 Faktor-faktor Kepuasan Kerja

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja, yaitu sebagai


berikut:
1. Faktor psikologis, merupakan faktor yang berhubungan dengan kejiwaan
karyawan, yang meliputi minat, ketentraman dalam kerja, sikap terhadap erja,
bakat, dan keterampilan.
2. Faktor sosial, merupakan faktor yang berhubungan dengan interaksi sosial
antar karyawan maupun karyawan dengan atasan.
3. Faktor fisik, merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik
karyawan, meliputi jenis pekerjaan, pengaturan waktu dan waktu istirahat,
perlengkapan kerja,keadaan ruang, suhu, penerangan udara, kondsi kesehatan
karyawan, umur, dan sebagainya.

9
4. Faktor finansial, merupakan faktor yang berhubungan denganjaminan serta
kesejahteraan karyawan, yang meliputi sistem dan besarnya gaji, jaminan
sosial, macam-macam tunjangan, fasilitas yang diberikan, promosi, dan
sebagainya.

2.3.3 Efek Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Pegawai

Kepentingan para manajer pada kepuasan kerja cenderung berpusat pada


efeknya pada kinerja karyawan. Berikut dibawah ini dijelaskan dampak kepuasan
kerja pada produktivitas, kemangkiran dan keluarnya pegawai :
1. Kepuasan kerja dan produktivitas
Terdapat suatu pernyataan ”seorang pekerja yang bahagia adalah
seorang pekerja yang produktif”. Suatu riset menunjukkan bahwa jika ada
hubungan yang positif antara kepuasan dan produktivitas. Hubungan
kepuasan dan produktivitas dapat diperbaiki apabila memasukkan variabel
pelunak misalnya perilaku pegawai tidak dihambat atau dikendalikan oleh
faktor luar.
2. Kepuasan kerja dan kemangkiran
Terdapat suatu korelasi yang negatif antara kepuasan kerja dan
kemangkiran. Terdapat kecenderungan pegawai yang tidak puas lebih besar
kemungkinan untuk mangkir atau tidak bekerja.
3. Kepuasan kerja dan keluarnya pegawai
Secara khusus tingkat kepuasan kurang penting dalam meramalkan
keluarnya pegawai untuk mereka yang berkinerja tinggi. Hal ini disebabkan
organisasi melakukan upaya yang cukup besar untuk menahan orang-orang
tersebut. Pegawai tersebut mendapatkan kenaikan upah, pujian, promosi dan
sebagainya. Sebaliknya bagi pegawai yang kinerjanya buruk. Sedikit upaya
dilakukan oleh organisasi untuk menahan mereka. Bahkan mungkin ada
tekanan halus untuk mendorong mereka agar keluar. Oleh karena itu, kita
mengharapkan bahwa kepuasan kerja lebih penting dalam mempengaruhi

10
mereka yang kinerjanya buruk untuk tinggi daripada pegawai yang kinerjanya
unggul atau tinggi.

2.3.4 Respon dalam ketidakpuasan kerja

Ketidakpuasan pegawai dapat dinyatakan dengan sejumlah cara. Di bawah


ini terdapat 4 (empat) cara pegawai dalam menyatakan ketidakpuasannya, yaitu
sebagai berikut:
1. Eksit
Perilaku yang mengarah untuk meninggalkan organisasi. Dalam hal ini
pegawai tersebut mencari posisi baru atau minta berhenti.
2. Suara
Perilaku dengan usaha aktif dan konstruktif mencoba memperbaiki kondisi.
Hal ini mencakup saran perbaikan, membahas problem-problem dengan
atasan, dan beberapa bentuk kegiatan serikat buruh.
3. Kesetiaan
Perilau pasif tetapi optimis menunggu membaiknya kondisi. Hal ini mencakup
berbicara membela organisasi menghadapi kritik dari luar dan mempercayai
organisasi dan manajemen untuk melakukan hal yang tepat.
4. Pengabaian
Perilaku yang secara pasif membiarkan kondisi memburuk, termasuk
kemangkiran atau datang terlambat secara kronis, upaya yang dikurangi dan
tingkat kekeliruan yang meningkat.

2.4. Landasan Syariah

Jika kepuasan kerja dikaitkan dengan ajaran Islam maka yang muncul adalah
tentang ikhlas, sabar, dan syukur. Ketiga hal tersebut dalam kehidupan kita sehari-hari
sangat berkaitan dengan permasalahan yang muncul dalam bekerja terutama kepuasan
kerja. Bekerja dengan ikhlas, sabar dan syukur kadang-kadang memang tidak menjamin
menaikkan output. Tapi sebagai proses, bekerja dengan ketiga aspek tersebut

11
memberikan nilai tersendiri. Dengan bekerja secara ikhlas yang disertai dengan sabar
dan syukur maka ada nilai satisfaction tertentu yang diperoleh, yang tidak hanya sekedar
output. Ketika pekerjaan selesai, maka ada kepuasan yang tidak serta merta berkaitan
langsung dengan output yang diperoleh. Hal ini sesuai dengan Firman Allah dalam surat
Ibrahim ayat 7 yang berbunyi sebagai berikut:

َ َ‫عذَا ِب ْي ل‬
‫ش ِديْد‬ َ ‫َواِ ْذ تَا َ ذَّنَ َربُّ ُك ْم لَئِ ْن‬
َ ‫ش َك ْرت ُ ْم ََلَ ِز ْيدَنَّـ ُك ْم َولَئِ ْن َكفَ ْرت ُ ْم ا َِّن‬
"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, Sesungguhnya jika kamu bersyukur,
niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-
Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.".

Jadi, dari ayat di atas dapat disimpulkan bahwa dalam melakukan kegiatan sehari-
hari terutama dalam bekerja, kita harus senantiasa bersyukur atas apa yang kita terima.
Sekecil apapun itu kita harus bersyukur, karena dengan bersyukur sesuai dengan janji-
Nya, Allah akan terus menambah nikmat kita.

Sebaliknya, bekerja dengan tidak disertai rasa ikhlas, sabar, dan syukur bisa
menjadikan seseorang malas dalam menyelesaikan tugasmya. Pekerjaan memang
selesai, output ada, dan target bisa diperoleh. Tapi keberhasilan yang diperoleh bila
bekerja tidak ikhlas, bisa membawa rasa marah dan lelah. Orang yang menyelesaikan
pekerjaan dengan rasa ikhlas, sabar dan syukur mempunyai aura tubuh yang
menggembirakan, senyum yang cerah dan riang. Sebaliknya orang yang bekerja tidak
ikhlas, sabar dan syukur akan tetap merasa tertekan, dan tidak puas, meski target dan
output kegiatannya terpenuhi.

Untuk bekerja secara ikhlas dengan sabar dan syukur, memerlukan sikap
menerima apa adanya atau legowo. Seseorang yang memiliki sikap menerima apa
adanya atau legowo bisa menerima keberhasilan dan ketidakberhasilan. Selalu siap
menerima kenyataan bahwa output kerjanya lebih banyak dinikmati orang lain daripada
untuk diri sendiri. Meski sudah bekerja keras, outputnya ternyata adalah untuk pihak
lain. Oleh sebab itu, kita diharuskan untuk bersyukur dan melihat ke golongan bawah
serta tidak membandingkan dengan golongan atas. Hal tersebut sesuai dengan hadist
Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA sebagai berikut;

12
Dia berkata, Rasulullah SAW pernah bersabda, "Lihatlah orang yang berada di
bawahmu, jangan lihat orang yang di atasmu. Dengan begitu maka kamu tidak
menganggap kecil terhadap nikmat Allah yang kau terima." (H.R. Bukhari Muslim).

Dari hadits tersebut dapat kita simpulkan, agar kita senantiasa bersyukur kita
harus melihat orang-orang yang berada di bawah kita. Maksudnya adalah masih banyak
orang yang belum lebih beruntung dari keadaan kita sekarang jadi kita harus selalu
bersyukur terhadap nikmat yang sudah Allah berikan kepada kita. Jika kita selalu
melihat orang-orang yang berada di atas kita (orang yang lebih hebat atau lebih
beruntung keadaannya dari kita) bukan syukur yang kita dapatkan, melainkan rasa iri
dan rasa terus mengeluh yang akan timbul dalam diri kita dan akhirnya kita tidak pernah
bersyukur atas apa yang kita punya. Sebenarnya tidak masalah juga jika kita melihat
orang-orang yang berada di atas kita, hanya saja itu dijadikan sebagai motivasi supaya
kita sukses seperti mereka.

Selain itu, kepuasan bekerja juga dijelaskan pada surat At-Taubah ayat 105 yang
berbunyi sebagai berikut:

‫ش َها دَةِ فَيُنَبِئ ُ ُك ْم‬ ِ ‫ست ُ َرد ُّْونَ ا ِٰلى ٰع ِل ِم ْالغَ ْي‬
َّ ‫ب َوا ل‬ َ ‫س ْولُهٗ َوا ْل ُمؤْ ِمنُ ْونَ ۗ َو‬
ُ ‫ع َملَ ُك ْم َو َر‬
َ ُ‫ّٰللا‬ َ َ‫َوقُ ِل ا ْع َملُ ْوا ف‬
‫سيَ َرى ه‬
ۗ َ‫بِ َما ُك ْنت ُ ْم ت َ ْع َملُ ْون‬
"Dan katakanlah, Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga
Rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang
Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang
telah kamu kerjakan."

Dari ayat tersebut dapat diketahui bahwa Allah memerintahkan orang-orang


beriman untuk beramal dan bekerja secara ikhlas dan bersungguh-sungguh dan
sebaliknya, mereka dilarang untuk bersikap malas dan membuang-buang waktu. Untuk
mencapai kepuasan dalam bekerja ini sangat penting, karena dengan kita bekerja secara
sungguh-sungguh pasti akan mencapai hasil yang maksimal dan memuaskan dan
tentunya kepuasan dalam bekerja pun akan tercapai. Sebaliknya, jika kita bekerja secara

13
malas-malasan terutama cenderung membuang-buang waktu, maka sudah dapat
dipastikan kepuasan dalam bekerja pun tidak akan tercapai.

14
BAB III

KESIMPULAN

Nilai adalah keyakinan dasar dalam bentuk keadaan atau tindakan yang diyakini
benar secara personal ataupun dalam lingkup sosial. Nilai sangat berkaitan erat dengan
sikap, dalam arti bahwa nilai itu dapat digunakan sebagai suatu cara mengorganisir
sejumlah sikap. Nilai-nilai yang berada pada diri seseorang turut menetukan persepsi,
sikap, perilaku, dan motivasi. Jadi, nilai mengemban gagasan-gagasan seorang individu
mengenai apa yang baik dan tidak baik serta apa yang benar dan apa yang salah. Nilai
di klasifikasikan menjadi 2 tipe, yaitu nilai terminal dan nilai instrumental.

Sikap adalah suatu pikiran, kecenderungan dan perasaan seseorang untuk


mengenal aspek-aspek tertentu pada lingkungan yang seringnya bersifat permanen
karena sulit untuk diubah. Para ahli mengatakan bahwa sikap bersumber dari karena
adanya pengaruh dari internal, yaitu orang tua, guru, serta teman-teman dan pengaruh
dari eksternal, yaitu faktor dari lingkungan sekitar serta budaya. Sikap memiliki 3 tipe,
yaitu sikap terhadap kepuasan bekerja, keterlibatan kerja, dan komitmen pada
organisasi. Sikap sangat berkaitan pula dengan kepuasan dalam bekerja. Jika kita
bersikap positif, dalam arti ikhlas dalam bekerja, sabar, selalu bersyukur, serta bekerja
keras maka kita akan mencapai kepuasan dalam bekerja tersebut.

Sesuai dengan Firman Allah yang ada di dalam surat Ibrahim ayat 7 yang
menjelaskan bahwa dalam bekerja kita harus senantiasa bersyukur kepada Allah agar
kita mencapai kepuasan kerja. Selain itu, hadits Nabi juga yang menyuruh kita untuk
selalu melihat orang-orang yang berada di bawah kita (orang yang kurang beruntung
dari kita) dan janganlah kita melihat orang orang yang berada di atas kita (orang-orang
yang lebih beruntung dari kita).

15
DAFTAR PUSTAKA

BK, M. (2019, Agustus Minggu). Isi Kandungan Surat At-Taubah ayat 105 dan
Terjemahannya. Dipetik Oktober Rabu, 2019, dari Webmuslimah:
https:/webmuslimah.com/isi-kandungan-surat-at-taubah-ayat-105.html

Karis, E. (2012, Januari Minggu). Nilai, Sikap, dan Kepuasan Kerja. Dipetik Oktober
Rabu, 2019, dari Generasi Masa Depan: https://efendikaris.blogspot.com/202/01/nilai-
sikap-dan-kepuasan-kerja.html

Tahir, A. (2017). Perilaku Organisasi. Medan: Pengembangan Pendidikan Indonesia


(LPPI).

Wijaya, C. (2017). Buku Ajar Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Deepublish.

16

Anda mungkin juga menyukai