Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH ETIKA BISNIS DAN PROFESI

MEMBANGUN BUDAYA ETIS DALAM BERORGANISASI

Dosen Pengampu:
Ayu Oktaviani,SE, M.Si, AK, CA
Dr. Wahyudin Nor, SE, M.Si., Ak., CA., CSRS., CSRA., CertDA

Disusun Oleh:
KELOMPOK 14
Abdul Ghani (2110313210068)
Muhammad Wirdiyan (2110313210019)
Muthia Juniar Rahman (2110313320025)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMBUNG
MANGKURAT 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT tuhan yang Maha Esa atas segala
berkat serta Rahmat-Nya sehingga makalah “membangun Budaya Etis pada
Organisasi” ini bisa tersusun sampai dengan selesai. tak lupa pula kami menghatarkan
banyak terima kasih atas bantuan berbagai pihak yang sudah berkontribusi dengan
menyampaikan baik itu materi maupun pikirannya.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk dapat bisa memenuhi nilai tugas
pada mata kuliah Etika bisnis dan profesi. Selain itu, makalah ini dibuat agar bisa
menambah pengetahuan serta wawasan bagi para pembaca.
dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan juga pengalaman maka kami yakin
bahwa masih terdapat kekurangan pada makalah ini. maka karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik serta saran yang dapat membentuk dari para pembaca demi
kesempurnaan dalam makalah ini.

Banjarmasin, 6 Desember 2023

Kelompok 14
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................................3
I. PENDAHULUAN................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................................4
1.2 Tujuan Penulisan............................................................................................................................5
1.3 Rumusan Masalah..........................................................................................................................5
II. ISI........................................................................................................................................................6
2.1 Pengertian Organisasi dan Budaya Organisasi........................................................................6
2.1.1 Pengertian Organisasi..............................................................................................................6
2.1.2 Budaya Organisasi..................................................................................................................6
2.2 Budaya Etis dalam Organisasi (Organizational Ethical Culture).............................................7
2.3 Manfaat Budaya Etis dalam Organisasi...................................................................................9
2.4 Hubungan Antara Etika dan Kebudayaan..............................................................................10
2.5 Budaya Etis yang baik dalam berorganisasi...........................................................................11
2.6 Contoh pengaplikasian Budaya etis baik dalam berorganisasi..............................................12
III. PENUTUP........................................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................14
1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN
Budaya etis dalam organisasi merupakan salah satu elemen kunci yang
sangat mempengaruhi operasional dan keberlanjutan organisasi di era modern.
Dalam konteks global yang semakin kompleks dan berubah dengan cepat,
perhatian terhadap budaya etis dalam organisasi semakin meningkat. Hal ini
didorong oleh berbagai faktor yang mencerminkan pentingnya budaya etis dalam
konteks organisasi.

Pertama, tuntutan masyarakat dan pemangku kepentingan (stakeholders)


yang semakin tinggi terhadap praktik-praktik bisnis yang etis telah membuat
budaya etis menjadi pusat perhatian. Organisasi yang menjunjung tinggi nilai-
nilai etis cenderung lebih mungkin mendapatkan dukungan dan kepercayaan dari
pelanggan, investor, dan masyarakat pada umumnya. Ini memiliki dampak
signifikan pada reputasi dan citra organisasi.

Kedua, budaya etis dalam organisasi juga berperan dalam membentuk


perilaku dan keputusan anggota organisasi. Organisasi dengan budaya etis yang
baik seringkali memiliki karyawan yang lebih berdedikasi, berintegritas, dan
berkinerja tinggi. Budaya ini menciptakan lingkungan kerja yang mendukung
pengambilan keputusan yang moral dan bertanggung jawab.

Ketiga, perubahan sosial, teknologi, dan regulasi telah menghadirkan


tantangan baru dalam hal etika organisasi. Organisasi perlu terus mengevaluasi
dan mengadaptasi budaya mereka agar sesuai dengan perkembangan ini.
Kemampuan untuk beradaptasi dengan cepat dan tetap mempertahankan budaya
etis yang kuat menjadi esensial bagi keberhasilan jangka panjang.

Terakhir, penelitian mengenai budaya etis dalam organisasi juga


memiliki implikasi yang luas bagi praktisi dan pemimpin organisasi. Dengan
pemahaman yang lebih mendalam tentang budaya etis, organisasi dapat
mengambil langkah- langkah konkret untuk memperkuat nilai-nilai etis
mereka, menciptakan
lingkungan yang mendukung, dan memastikan bahwa praktik-praktik bisnis
mereka sejalan dengan tuntutan etika dan moral yang tinggi. Oleh karena itu,
penelitian tentang budaya etis dalam organisasi memiliki relevansi yang
signifikan dalam menghadapi tantangan bisnis dan manajemen modern.

1.2 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian dari budaya organisasi
2. Untuk mengetahui teori-teori dalam budaya etis organisasi
3. Untuk mengetahui manfaat dari peranan budaya dalam berorganisasi
4. Agar bisa mempelajari bagaimana budaya etis dalam berorganisasi
5. Agar bisa membangun budaya etis yang baik dalam berorganisasi
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka penyusunan
mencoba mengidentifikasikan mengenai :
1. Apa pengertian dari budaya organisasi?
2. Apa saja teori-teori dalam budaya etis organisasi?
3. Apakah manfaat dari peranan budaya dalam organisasi?
4. Bagaimana cara mempelajari budaya etis dalam organisasi?
5. Bagaimana cara membangun budaya etis yang baik dalam organisasi?
II. ISI
2.1 Pengertian Organisasi dan Budaya Organisasi
2.1.1 Pengertian Organisasi
Organisasi dasarnya merupakan sebuah tempat dimana orang-orang
dapat berkumpul, berkerjasama secara rasional serta sistematis dan
terkendali dengan menggunakan sumber daya yang terdapat untuk
mencapai tujuan bersama. dalam berorganisasi sendiri, terdapat budaya
budaya yang harus dipatuhi agar tidak terjadi suatu perseteruan, setiap
organisasi memiliki aturannya sendiri agar mampu mencapai tujuan
yang diharapkan.

2.1.2 Budaya Organisasi


Berdasarkan Schein (2004), budaya organisasi bisa diartikan sebagai
tanda-tanda pada sekeliling kita, yang terjadi secara terus menerus
sehingga menciptakan hubungan dengan pihak lainnya. Dibentuk oleh
sikap pimpinan serta terdiri atas struktur maupun rutinitas, dan hukum-
hukum serta adat-adat yang membimbing dan membatasi perilaku suatu
individu.

Deal (1999) mengatakan bahwa budaya organisasi dapat diyakini


sebagai nilai, keyakinan, serta sikap yang memberikan pembeda antara
organisasi satu dengan satu organisasi lainnya. Disaat sebuah individu
bergabung dalam sebuah organisasi, cenderung akan membawa nilai-
nilai yang telah ada pada diri mereka, akan tetapi nilai-nilai tersebut
seringkali tidak cukup untuk membantu sebuah individu untuk sukses
dalam sebuah organisasi, maka akan diajarkan untuk berpikir dan
bertindak seperti yang diinginkan oleh organisasi.

berdasarkan Schein (1999) budaya organisasi terbagi menjadi 3


tingkatan, yaitu;

1. tingkat sikap serta artefak, elemen dalam budaya organisasi yang


paling luar dan yang paling terlihat. Mencerminkan nilai serta
perkiraan dasar
yang dianut oleh organisasi pada sikap maupun dengan sekitarnya, yang
dicontohkan dari bagaimana cara berpakaian, bagaimana desain
bangunan, upacara, bahasa, cerita, mitos serta simbol.

2. beliefs (keyakinan), values (nilai) serta attitudes (sikap) merupakan


bagian dari elemen budaya organisasi yang memberikan dasar sikap
suatu organisasi. walaupun elemen ini tidak terlalu tampak, namun
memberikan pengaruh pada sikap para anggota suatu organisasi maupun
values sendiri berhubungan dengan moral serta etika sehingga akan
menentukan apa yang seharusnya dilakukan, sedangkan beliefs lebih
berkaitan pada apa yang dipikirkan seorang individu sebagai benar
maupun salah dari suatu tindakan dalam sebuah organisasi.

3. basic assumptions (perkiraan dasar) adalah bagian terdalam dalam


organisasi yang memberikan dasar pada nilai yang dimiliki sebuah
individu, perilaku yang dilakukan, serta keyakinan dari para anggota
organisasi itu sendiri.

2.2 Budaya Etis dalam Organisasi (Organizational Ethical Culture)


Menurut Key (1999), budaya dalam berorganisasi dapat dianggap
sebagai wadah di mana etika menjadi unsur yang tak terpisahkan. Dalam konteks
definisi, budaya diartikan sebagai sekumpulan kepercayaan yang dipeluk
bersama oleh anggota organisasi. Dengan kata lain, budaya etis dalam sebuah
organisasi mencerminkan keyakinan bersama mengenai etika di dalam organisasi
tersebut. Budaya organisasi menetapkan garis panduan serta standar perilaku
yang sesuai bagi para anggotanya. Selain itu, budaya organisasi juga
memberikan mekanisme pengatur yang berfungsi untuk mengarahkan dan
menentukan sikap serta tingkah laku para anggota organisasi.IDimensi etika
yang mencerminkan prinsip-prinsip etika dalam berorganisasi dapat diartikan
sebagai budaya etis dalam organisasi (Trevino, 1990). Oleh karena itu, budaya
etis dalam sebuah organisasi dapat dianggap sebagai komponen khusus dari
budaya organisasi yang menunjukkan aspek etika dalam berorganisasi, serta
memiliki kemampuan untuk memprediksi
kemunculan perilaku yang etis. Dengan kata lain, budaya etis dalam organisasi
merupakan aspek tertentu dalam budaya organisasi yang mengartikan konsep
etika dalam organisasi (Key, 1999), serta berperan dalam mengartikan cara
anggota organisasi merespons situasi konflik etis yang mungkin timbul (Trevino,
Butterfield, dan McCabe, 1995).

Budaya organisasi memainkan peran penting dalam menentukan


bagaimana keputusan etis dibuat. Budaya organisasi dapat mempengaruhi
bagaimana orang membuat keputusan etis. Terdapat hubungan langsung antara
budaya organisasi dan perilaku etis karena budaya organisasi mencakup
seperangkat nilai etika yang diterapkan dalam konteks organisasi (Sims, 1992).
Trevino (1986) berpendapat bahwa budaya organisasi membantu meningkatkan
perilaku etis. Hasil serupa juga dikemukakan oleh Hunt dan Vittel (1992) yang
menyatakan bahwa pengambilan keputusan etis dipengaruhi oleh peningkatan
perilaku etis. Hunt, Wood, dan Chonko (1989) menunjukkan bahwa ketika
organisasi menciptakan lingkungan atau budaya yang mendukung perilaku etis,
karyawan cenderung merespons secara positif. Pandangan pribadi terhadap etika
perusahaan berkaitan erat dengan keyakinan etis dan tindakan etis. Ketika
budaya organisasi memperkuat perilaku etis, maka perilaku tersebut akan
semakin ditekankan; sebaliknya, jika budaya organisasi memperkuat perilaku
tidak etis, maka anggota organisasi akan cenderung berperilaku lebih tidak etis.
Budaya etis dalam suatu organisasi memberikan pedoman kepada seluruh
anggota organisasi tentang keputusan mana yang boleh dan mana yang tidak.
Budaya etis dalam suatu organisasi dibangun melalui praktik manajemen dan
nilai-nilai yang diterapkan, serta merupakan alat pencegahan yang sangat penting
terhadap terjadinya perilaku tidak etis. Membangun budaya etis dalam organisasi
di mana perilaku etis dihargai dan didorong dapat meningkatkan perilaku etis di
antara anggota organisasi tersebut.
2.3 Manfaat Budaya Etis dalam Organisasi
Manfaat yang diperoleh organisasi ketika menerapkan budaya etis

sebagai berikut:

1. Meningkatkan reputasi perusahaan karena etika kini menjadi


bagiannyabudaya perusahaan. Hal ini sangat penting terutama bagi perusahaan
besar dimana karyawan mungkin tidak saling mengenal. Dengan etika bisnis
semua orang karyawan harus mematuhi standar etika yang sama, hal ini dijamin
mengembangkan kebijakan yang seragam untuk kasus serupa.

2. Membantu menghilangkan area abu-abu dalam etika (seperti


penerimaan komisi, pekerja anak dan tanggung jawab lingkungan kehidupan).

3. Mengartikan bagaimana perusahaan mengevaluasi tanggung jawab


sosialnya.

4. Menciptakan peluang bagi perusahaan dan pelaku bisnis untuk


melakukan hal tersebut pengaturan diri (self-regulation).

5. Bagi perusahaan yang akan go public dapat meningkatkan


kepercayaan diri para investor. Selain itu, ketika harga saham meningkat dapat
menimbulkan minat investor membeli saham perusahaan.

6. Meningkatkan daya saing perusahaan di pasar.

7. Membangun citra perusahaan yang positif dan dalam jangka panjang


serta dapat menjaga keberlangsungan perusahaan.

Etika bisnis memegang peranan penting dalam memulai sebuah bisnis

kuat, kompetitif dan mampu menciptakan nilai tinggi. Ini dimulai


dengan perencanaan strategis, struktur organisasi dan proses yang baik
transparan, didukung oleh budaya dan etika perusahaan yang kuat bisnis
diterapkan secara konsisten dan konsisten.
2.4 Hubungan Antara Etika dan Kebudayaan
Dalam hubungan antara etika dan kebudayaan, terdapat pandangan yang
dikenal sebagai Meta-ethical cultural relativism. Pandangan ini menyatakan
bahwa tidak ada kebenaran moral yang bersifat absolut, dan kebenaran moral
harus selalu disesuaikan dengan budaya tempat kita hidup. Hal ini karena setiap
komunitas sosial memiliki pandangan yang berbeda terhadap etika dan moralitas.

Etika, yang erat kaitannya dengan moral, berperan penting dalam


mengevaluasi sifat dan perilaku manusia. Etika selalu terkait dengan budaya
karena merupakan cara kita menafsirkan dan menilai norma-norma yang ada
dalam kebudayaan. Etika memiliki nilai kebenaran yang selalu harus disesuaikan
dengan konteks budaya karena sifatnya yang tidak absolut, dan standar moral
yang berlaku dapat bervariasi tergantung pada budaya dan kehidupan sosial di
tempat kita berada.

Sebagai contoh, apa yang dianggap baik atau buruk dalam suatu
perbuatan bisa sangat berbeda antara budaya Eskimo dan budaya Amerika.
Misalnya, tindakan infantisid (membunuh anak) mungkin dianggap biasa dalam
budaya Eskimo, tetapi dianggap sebagai tindakan amoral dalam budaya Amerika
dan negara-negara lain.

Namun, ada premis yang perlu diperhatikan, yaitu "Dependency Thesis,"


yang menyatakan bahwa semua prinsip moral mendapatkan validitasnya dari
penerimaan budaya. Ini menunjukkan bahwa penyesuaian terhadap budaya tidak
hanya perlu tetapi juga merupakan dasar keberlakuan prinsip moral.

Dalam konteks ini, etika dapat dibagi menjadi dua kelompok utama:
etika umum dan etika khusus. Etika khusus terbagi lagi menjadi etika individual
dan etika sosial, yang keduanya berkaitan dengan tingkah laku manusia sebagai
individu dan sebagai anggota masyarakat.

Pentingnya etika global juga muncul sebagai tanggapan terhadap


dampak globalisasi. Globalisasi tidak hanya mempengaruhi aspek ekonomi dan
budaya, tetapi juga memengaruhi etika. Globalisasi telah menyebabkan krisis
kemanusiaan
yang kompleks, seperti krisis ekonomi, ekologi, dan politik global, yang pada
akhirnya adalah masalah etika.

Dengan demikian, perlu adanya etika global sebagai pandangan praktis


yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Deklarasi Etika Global
muncul sebagai respons terhadap dampak globalisasi ini dan mengajak untuk
memprioritaskan pelayanan kepada kemanusiaan, mengasihi yang menderita,
menghormati kesederhanaan, dan menentang keserakahan. Etika global menjadi
landasan yang sangat penting dalam menjawab tantangan-tantangan moral dalam
masyarakat global yang semakin terinterkoneksi.

2.5 Budaya Etis yang baik dalam berorganisasi


Budaya etis yang baik dalam berorganisasi adalah salah satu faktor
penting yang menentukan keberhasilan dan keberlanjutan suatu organisasi.
Budaya etis adalah nilai-nilai, norma, dan prinsip yang menjadi pedoman
perilaku anggota organisasi dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.
Budaya etis yang baik mencerminkan komitmen organisasi untuk menjunjung
tinggi integritas, profesionalisme, kualitas, dan tanggung jawab sosial.

Untuk membentuk budaya etis yang baik dalam berorganisasi,


diperlukan beberapa langkah, antara lain:

- Menetapkan visi, misi, dan tujuan organisasi yang jelas dan sesuai
dengan nilai-nilai etis.

- Menyusun kode etik organisasi yang mengatur standar perilaku


anggota organisasi dan memberikan sanksi bagi yang melanggar.

- Menyediakan mekanisme pengaduan, pengawasan, dan penyelesaian


masalah etis secara transparan dan adil.

- Memberikan pendidikan dan pelatihan etika secara berkala kepada


anggota organisasi untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman
mereka tentang etika.
- Memberikan penghargaan dan apresiasi kepada anggota organisasi
yang menerapkan perilaku etis yang baik dan memberikan contoh positif
bagi yang lain.

- Membangun komunikasi dan kerjasama yang efektif dan harmonis


antara anggota organisasi berdasarkan saling menghormati dan percaya.

Oleh karena itu, budaya etis yang baik dalam berorganisasi dapat
membantu organisasi mencapai tujuannya dengan cara yang bermartabat,
berintegritas, dan bertanggung jawab. Budaya etis juga dapat meningkatkan
kepuasan, loyalitas, dan kinerja anggota organisasi serta memperkuat citra positif
organisasi di mata publik.

2.6 Contoh pengaplikasian Budaya etis baik dalam berorganisasi


Menurut Noviantoro, T. (2017), Salah satu perusahaan yang berhasil
membentuk budaya berorganisasi yang baik adalah Google, pada prakteknya,
perusahaan Google mempunyai budaya organisasi perusahaan kerja yang sangat
mengagumkan. sehingga banyak perusahaan lain yang kagum dan juga
mengakuinya. Budaya kerja Google mampu membentuk karyawan menjadi lebih
produktif dan efektif. Tetap membuat karyawan mereka tetap bahagia ialah nilai
yang mereka anut. Google berusaha untuk terus membentuk lingkungan kerja
yang unik, menarik, memotivasi, serta terus mempertahankan karyawan-
karyawan terbaiknya.

Keputusan pada Google dibuat secara tim, maka seluruh orang pada
perusahaan berhak dan mampu berbicara kepada siapapun tanpa melihat jabatan.
sehingga seluruh karyawan di perusahaan bebas untuk bisa berekspresi serta
menyampaikan ide kepada siapa pun tanpa dibatasi. Google juga hanya merekrut
orang orang tercerdas, dimana mereka akan menarik ego mereka yang mungkin
akan sulit bekerja dengan ketentuan perusahaan. maka dari itu, para individu
yang berkerja akan menjadi lebih teratur dalam menjaga budaya etis yang baik
dalam berkerja.
III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Budaya organisasi dapat dianggap sebagai wadah di mana etika menjadi
unsur yang tak terpisahkan. Dalam hubungan antara etika dan kebudayaan,
terdapat pandangan yang dikenal sebagai Meta-ethical cultural relativism.
Pandangan ini menyatakan bahwa tidak ada kebenaran moral yang bersifat
absolut, dan kebenaran moral harus selalu disesuaikan dengan budaya tempat
kita hidup. disaat sebuah individu dapat berprilaku sesuai dengan ketentuan yang
telah ada dalam berorganisasi, maka itulah salah satu faktor penting mendukung
untuk menentukan keberhasilan dan keberlanjutan suatu organisasi. Dalam
berorganisasi sendiri, terdapat budaya budaya yang harus dipatuhi agar tidak
terjadi suatu permasalahan, setiap organisasi memiliki aturannya sendiri agar
bisa mencapai tujuan yang diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA

Deal, T. E. (1999). The New corporate culture. New York : Peruses.

Djamarah, H. M. (2017). Budaya Etis dalam Organisasi. Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran,
2(1), 1–8.

Hunt, S. D. (1992). The general theory of marketing ethics. Journal of Macromarketing, 6, 5-16.

Key, S. (1999). Organizational ethical culture : Real or imagined. Journal of Business.

Noviantoro, T. (2017). BUDAYA ORGANISASI PADA GOOGLE INC. Retrieved from


linkedin: https://id.linkedin.com/pulse/budaya-organisasi-pada-google-inc-tri-
noviantoro

Schein, E. (1999). The Corporate Culture Survival Guide. San Francisco: Jossey-Bass.

Schein, E. (2004). Organizational Culture and Leadership. San Francisco .

Sims, R. R. (1992). Linking groupthink to unethical behavior in organizations. Journal of.

Thoha., M. (1993). Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta.

Trevino, L. K. (1986). Ethical decision making in organizations : A Person-situation.

Trevino, L. K. (1995). Contextual influences on ethicsrelated outcomes in organizations : Rethinking


ethical climate and ethical culture.

Anda mungkin juga menyukai