Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN COMPANY PROJECT

Budaya Organisasi Lintas Negara (M)

Disusun Oleh :
1. Thariq Zinedin Widiansyah 21012010139
2. Safrilail Dwi Ardiansyah 21012010146
3. Linc Bellatrix Adhara 21012010150
4. Denisa Putriramadhani Safi’i 21012010243
5. Dimas Yovie Pryatmoko 21012010348
6. Farchan Candra Utama 21012010354

Dosen Pengampu :
Dr. Hesty Primarini SE, MM.

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Budaya organisasi adalah suatu sistem nilai yang diperoleh dan dikembangkan oleh organisasi,
pola kebiasaan dan falsafah dasar pendirinya, yang terbentuk menjadi aturan yang digunakan
sebagai pedoman dalam berpikir dan bertindak dalam mencapai tujuan organisasi. Budaya yang
tumbuh menjadi kuat mampu memacu organisasi kearah perkembangan yang lebih baik. Budaya
organisasi dapat mempengaruhi profesionalisme kerja pegawai, karena menciptakan interaksi
antar pegawai dan pola perilaku untuk memberikan kemampuan terbaiknya dalam memanfaatkan
kesempatan yang diberikan oleh organisasinya. Nilai-nilai yang dianut bersama dalam organisasi
membuat pegawai merasa nyaman bekerja, memiliki komitmen dan kesetiaan serta membuat
pegawai berusaha lebih keras, meningkatkan profesionalisme kerja, dan mempertahankan
keunggulan kompetitif. Budaya organisasi merupakan strategi penting yang efektif bagi organisasi
dalam mendorong profesionalisme kerja pegawai. Maka dari itu dalam penelitian ini kami meneliti
budaya organisasi yang diterapkan oleh salah satu perusahaan makanan viral yaitu Mafia Gedang.

1.2 Tujuan Dan Kegunaan Penelitian


1.2.1 Tujuan Penelitian
1. Untuk menemukan data dan menggambarkan informasi mengenai Budaya Organisasi yang
diterapkan oleh Mafia Gedang.
2. Mengembangkan data dan menggambarkan informasi mengenai hambatan-hambatan
Budaya Organisasi terhadap peningkatan kinerja pegawai pada perusahaan Mafia Gedang.
3. Untuk mengetahui bagaimanakah Pengaruh Budaya Organisasi terhadap profesionalisme
kerja pegawai Mafia Gedang.
1.2.2 Kegunaan Penelitian
1. Penelitian ini kiranya berguna untuk mengaplikasikan teori-teori yang diperoleh selama
mengikuti kuliah dengan kenyataan yang terjadi ada di lapangan.
2. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Budaya Organisasi Lintas Negara.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.1. Budaya Organisasi
Pratama (2012) mengungkapkan bahwa budaya organisasi merupakan seperangkat asumsi,
nilai-nilai dan norma yang dikembangkan organisasi dan dijadikan pedoman tingkah laku anggota-
anggotanya dalam mengatasi masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal. Robbins and
Coulter (2010) menjelaskan bahwa budaya organisasi merupakan nilai, prinsip, tradisi dan cara
bekerja yang dianut bersama serta mempengaruhi cara anggota organisasi bertindak.
Menurut Ernawan (2011), budaya organisasi merupakan gaya dan cara hidup dari suatu
organisasi yang merupakan pencerminan dari nilai-nilai atau kepercayaan yang selama ini dianut
oleh seluruh anggota organisasi. Dalam hal ini budaya organisasi merupakan sebuah nilai-nilai,
sistem makna bersama yang dianut oleh karyawan yang dapat mempengaruhi cara bertindak
sebagai pedoman untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal.

2.1.2 Fungsi Budaya Sebuah Organisasi


Budaya organisasi pada dasarnya merupakan suatu konsep yang merupakan suatu hal yang
dijadikan suatu rujukan dalam menstabilkan suatu sistem yang ada didalam organisasi terkhusus
kepada komponen sumber daya manusia (SDM) dalam mengerjakan tujuan organisasi karena
fungsi yang terkandung dalam konsep budaya organisasi dapat membawa integritas organisasi
dalam kehidupan internal dan eksternalnya dalam keadaan yang baik.
Menurut Robbins (2006:725) budaya menjalankan sejumlah fungsi didalam organisasi,
yaitu :
1. Budaya mempunyai peran menetapkan tapal batas, yaitu budaya menciptakan
perbedaan yang jelas antara satu organisasi dan yang lain.
2. Budaya membawa suatu rasa identitas ke anggota – anggota organisasi.
3. Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas daripada
kepentingan diri pribadi seseorang.
4. Budaya meningkatkan kemantapan sistem sosial.
5. Budaya merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi itu
dengan memberikan standar – standar yang tepat mengenai apa yang harus
dikatakan dan dilakukan oleh para karyawan.
6. Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu dan
membentuk sikap serta perilaku karyawan.
Dapat diketahui dan dianalisis jika ke enam fungsi yang telah dijabarkan di atas ketika
berhasil diterapkan dengan baik maka tentunya organisasi dapat lebih menjaga keprofesionalitasan
dalam bekerja akibat stimulasi budaya organisasi yang diterapkan.

2.1.3 Peran Budaya Organisasi


Peran budaya organisasi untuk mencapai tujuan organisasi sangat besar. Akan tetapi
budaya organisasi juga dapat menghambat perkembangan organisasi. Dwi (2013) mengemukakan
peran budaya organisasi terhadap organisasi, anggota organisasi, dan mereka yang berhubungan
dengan organisasi :
A. Identitas organisasi, budaya organisasi berisi satu set karakteristik yang melukiskan
organisasi dan membedakannya dengan organisasi yang lain. Budaya organisasi
menunjukkan identitas organisasi kepada orang diluar organisasi.
B. Menyatukan organisasi, budaya organisasi merupakan lem normative yang
merekatkan unsur – unsur organisasi menjadi satu. Norma, nilai – nilai, dank kode
etik budaya organisasi menyatukan dan mengkoordinasi anggota organisasi. Ketika
akan masuk menjadi anggota organisasi, para calon anggota organisasi mempunyai
latar belakang budaya dan karakteristik yang berbeda. Agar dapat diterima sebagai
anggota organisasi, mereka wajib menerima dan menerapkan budaya organisasi.
C. Reduksi konflik, budaya organisasi sering dilukiskan sebagai semen atau lem yang
menyatukan organisasi. Isi budaya mengembangkan kohesi sosial anggota
organisasi yang mempunyai latar belakang berbeda, pola pikir, asumsi dan filsafat
organisasi yang sama memperkecil perbedaan dan terjadinya konflik diantara
anggota organisasi.
D. Motivasi, budaya organisasi merupakan kekuatan tidak terlihat di belakang faktor
– faktor organisasi yang kelihatan dan dapat diobservasi. Budaya merupakan
energy sosial yang membuat anggota organisasi untuk bertindak. Budaya organisasi
13 memotivasi anggota organisasi untuk mencapai tujuan organisasi.
E. Kinerja organisasi, budaya organisasi yang kondusif menciptakan, meningkatkan,
dan mempertahankan kinerja tinggi. Budaya organisasi yang kondusif menciptakan
kepuasan kerja, etos kerja, dan memotivasi kerja karyawan.

2.1.4 Karakteristik Budaya Organisasi


Luthan (2006) mengatakan enam karakteristik penting dari budaya dari budaya organisasi,
yaitu : (1) keteraturan cara bertindak dari para anggota yang tampak teramati. Ketika anggota
organisasi berinteraksi dengan anggota lainnya, mereka mungkin menggunakan bahasa umum,
istilah, atau ritual tertentu; (2) berbagai standar perilaku yang ad, termasuk di dalamnya tentang
pedoman sejauh mana suatu pekerjaan harus dilakukan; (3) nilai – nilai inti yang dianut bersama
oleh seluruh anggota organisasi, misalnya tentang kualitas produk yang tinggi, absensi yang
rendah atau efisiensi yang tinggi; (4) adanya kebijakan – kebijakan yang berkenaan dengan
keyakinan organisasi dalam memperlakukan pelanggan dan karyawan (5) adanya pedoman yang
ketat, dikaitkan dengan kemajuan organisasi (6) perasaan keseluruhan yang tergambarkan dan
disampaikan melalui kondisi tata ruang, cara berinteraksi para anggota organisasi, dan cara
anggota organisasi memperlakukan dirinya dan pelanggan atau orang lain.

2.1.5 Dimensi Budaya Organisasi


Menurut Robbins & Coulter (2012), ada 7 dimensi budaya organisasi yaitu : Inovasi dan
keberanian mengambil resiko (Innovation and risk taking), adalah sejauh mana organisasi
mendorong para karyawan bersikap inovatif dan berani mengambil resiko. Selain itu bagaimana
organisasi menghargai tindakan pengambilan resiko oleh karyawan dan membangkitkan ide
karyawan.
1. Perhatian terhadap detail adalah sejauh mana organisasi mengharapkan karyawan
memperlihatkan kecermatan, analisis dan perhatian kepada rincian.
2. Berorientasi kepada hasil adalah sejauh mana manajemen memutuskan perhatian
pada hasil dibandingkan perhatian pada teknik dan proses yang digunakan untuk
meraih hal tersebut.
3. Berorientasi kepada manusia adalah sejauh mana keputusan manajemen
memperhitungkan efek hasil – hasil pada orang orang di dalam organisasi.
4. Berorientasi tim adalah sejauh mana kegiatan kerja diorganisasikan sekitar tim-tim,
bukan individu-individu.
5. Sikap agresif adalah sejauh mana orang-orang dalam organisasi itu agresif dan
kompetitif untuk menjalankan budaya organisasi sebaik-baiknya.
6. Stabilitas (stability), adalah sejauh mana kegiatan organisasi menekankan status
quo (mempertahankan apa yang ada karena dianggap sudah cukup baik) daripada
pertumbuhan.

2.1.6 Proses Pembentukan Budaya Organisasi


Terbentuknya budaya organisasi terutama adanya para pendiri, yaitu orang berpengaruh
yang dominan atau kharismatik yang memperagakan bagaimana organisasi seharusnya bekerja
dalam menjalani nilai guna meraih visi yang ditetapkan. Selanjutnya diseleksi orang yang memiliki
pengetahuan, keterampilan kepemimpinan dan keteladanan untuk melanjutkan pelaksanaan
kegiatan sesuai dengan kaidah dan norma dari para pendirinya. Proses terbentuknya budaya dalam
suatu organisasi membutuhkan beberapa orang pendiri, yaitu orang-orang yang dianggap
berpengaruh atau kharismatik. Setelah budaya organisasi tertentu, seharusnya budaya organisasi
itu dipertahankan. Ada 5 kekuatan yang dapat membentuk dan mempertahankan budaya
organisasi, yaitu : peran pimpinan, selektif (proses recruitment terhadap orang-orang yang dapat
dipanuti), sosialisasi, pengembangan budaya organisasi (melalui perubahan struktur,
proses/system, dan SDM) adaptasi menurut Torang (2016).
Pembentukan budaya tidak dapat dilakukan dalam waktu yang cepat, namun memerlukan
waktu dan biaya yang tidak sedikit untuk menerima nilai-nilai baru dalam organisasi. Komitmen
manajemen puncak yang diperagakan amat menentukan implementasi perubahan budaya
organisasi. Wujudnya dapat berupa penetapan keputusan yang terkait dengan pembentukan budaya
baru. Tindakan dan keterlibatan pimpinan puncak dan besarnya dukungan sumber daya yang
dialokasikan. Kegiatan manajemen ini menjadi semakin penting karena dipandang sebagi aktivitas
yang bertanggung jawab atas penciptaan, pertumbuhan dan keberlangsungan organisasi Chatab
(2007).
BAB III
Gambaran Umum Perusahaan
3.1.1 Company Profile

Nama : Mafia Gedang


Jenis Usaha : Makanan Ringan
Alamat : Jl. Tambaksari selatan, gang 16 no 30
Owner : Royhan N.
Telepon : 085855157301

3.1.2 Sejarah
Mafia Gedang adalah merk dagang dari produk olahan pisang yang dijual dengan branding
nya sendiri seperti konsep, packaging hingga entertainment. Inisiatif ide mafia gedang ini
dicetuskan pada tanggal 1 Mei 2019 oleh Royhan Ni’hamillah atau yang sering disapa Mas Roy,
pemuda asal Tambaksari, Surabaya. Usaha yang pada awalnya hanya dibangun oleh Royhan dan
ketiga temannya ini, seiring dengan berjalannya waktu semakin berkembang.

Pada awalnya, usaha ini berdiri karena Royhan susah mendapat pekerjaan hingga akhirnya
memutuskan untuk menjadi pengusaha. Ide awalnya dari usaha ini yaitu bisnis pentol, akan tetapi
gagal terbentuk karena kekurangan modal. Dengan modal awal kurang lebih 100 ribu, dipilihlah
pisang sebagai bahan utama karena terbilang sederhana, mudah diolah, dan tersedia dari pagi
hingga malam. Bukan tanpa rintangan, usaha ini sempat hampir mengalami gulung tikar pada saat
pandemi COVID-19 meskipun telah memiliki beberapa tempat jualan. Namun, Mafia Gedang
berhasil bangkit dan bisa disebut sebagai merk jajanan viral hingga kini.

Penamaan Mafia Gedang dipilih karena sesuai dengan tujuan dari usaha ini yang ingin menjadi
penguasa di dunia perpisangan. Awalnya usaha ini hanya memiliki satu tempat yaitu di daerah
Tambaksari, kini telah memiliki beberapa cabang di daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah, serta
berkembang dengan adanya franchise Mafia Gedang. Yang memberi kesan unik adalah
marketingnya dilakukan melalui media sosial seperti Tiktok dan Instagram dalam mempromosikan
produknya. Dengan slogan khasnya “rek tolong rek” dan tagar #jayalahpetanipisang Mafia Gedang
merupakan bisnis yang inovatif dan strategis di era teknologi informasi seperti saat ini.

3.2.1 Struktur

Tugas dari masing-masing posisi adalah ;

Owner & Founder : Mengatur dan mengkoordinasikan jajaran staf yang ada di semua
lini.
General Manager : Bertanggung jawab terhadap tujuan perusahaan, koordinator tugas
bagi manajer divisi serta memberikan laporan kepada owner.
Manajer Operasional : Posisi yang bertanggung jawab dalam upaya meningkatkan kinerja
organisasi dan mengelola potensi resiko agar bisa diminimalisir dan
tidak terjadi.
Manajer Fisik : Mengatur fasilitas, peralatan dan juga menjaga perawatan,
pemeliharaan, dan perbaikan peralatan dan fasilitas.
Manajer Franchise : Posisi ini bertanggung jawab untuk mencari, memberi pelatihan,
dukungan operasional, pemantauan dan evaluasi, dan
pengembangan strategi calon franchisee
Manajer Dapur : Posisi yang bertanggung jawab mengawasi dan mengamati
pekerjaan di dapur agar kualitas produk tetap terjaga dengan standar
perusahaan.
Manajer Keuangan : Mengatur keluar masuknya uang, dan yang melakukan
perencanaan keuangan, pengelolaan dana, pelaporan keuangan,
pengumpulan dana, pengambilan keputusan keuangan
3.3.1 Keuangan
Manajemen keuangan adalah sebuah proses pengelolaan dan pengendalian sumber daya
keuangan suatu organisasi atau perusahaan untuk mencapai tujuan keuangan yang diinginkan.
Tujuan dari manajemen keuangan meliputi peningkatan nilai perusahaan, pencapaian target laba,
pengelolaan risiko, pengendalian arus kas, serta pembiayaan operasional dan investasi.
3.3.2 Pemasaran
Sistem pemasaran dari mafia gedang adalah 90% menggunakan media sosial terutama
tiktok, dengan menggunakan slogan atau kegiatan unik dan menjadi ciri khas yang banyak dikenal
di masyarakat seperti “rek tolong rek”. Mafia gedang juga mempunyai 200+ lebih outlet bersistem
franchise yang tersebar di berbagai kota sehingga dapat dijangkau oleh banyak masyarakat. Insight
dan reach adalah hal utama dalam sistem pemasaran mafia gedang
3.3.3 SDM
Sumber daya manusia didalam mafia gedang terbagi menjadi 3 lini yaitu atas, tengah, dan
bawah, lini bawah meliputi semua tim dapur dan produksi, sedangkan lini tengah yaitu tim visit
dan manajer disetiap divisi, lini atas adalah owner. Semua karyawan mafia gedang pada tim
produksi merupakan penduduk lokal tambaksari sehingga mampu memberdayakan warga sekitar
yang berjumlah ratusan orang, sementara untuk penjaga booth sistem pengelolaan dikelola oleh
pihak franchisee.
3.3.4 Operasional
Operasional dari mafia gedang terbagi menjadi 2 yaitu internal dan eksternal
 Eksternal
Sistem eksternal adalah pengelolaan yang 100% dikelola oleh pihak luar (franchise) mulai dari
pengelolaan karyawan sampai pengolahan bahan baku, dan juga mempunyai aturan seperti
seragam, sarung tangan, dll
 Internal
Sistem internal yaitu meliputi tim dapur, supplier pisang dll. Masing masing divisi dikelola oleh
satu orang sebagai koordinator. Mafia gedang bekerja sama dengan supplier petani pisang lokal
yang berada di kota Surabaya, setiap pagi terdapat pengiriman pisang satu mobil pick up yang
selanjutnya diolah menjadi adonan pisang coklat untuk dikirim kepada outlet yang tersebar.
BAB IV
Hasil

Bisnis Mafia Gedang dapat memastikan bahwa budaya organisasinya terus terjaga bahkan
saat berkembang dan berubah seiring waktu. Budaya organisasi dari Mafia Gedang sendiri adalah
kekeluargaan. Maka mereka mempertahankan budaya organisasinya dengan cara memahami
karyawan, memberi apresiasi serta memberi reward apabila hasil kerja karyawan baik/mencapai
target. Cara Mafia gedang dalam mempertahankan eksistensinya di era gempuran pesaing bisnis
pisang lainnya dengan cara membuat konten/video tiktok sebagai entertaiment nya.

Inovasi dan pengambilan resiko


Dalam karakteristik ini Mafia gedang mengimplementasikan dengan membuat berbagai
varian menu pisang. Dengan memberikan banyak varian rasa dalam produknya mafia gedang di
tuntut untuk terus ber inovasi menemukan rasa-rasa baru yang disukai oleh masyarakat tentunya
dengan resiko yang sangat besar apabila mafia gedang gagal dalam menentukan rasa apa yang
diinginkan oleh masyarakatt
Perhatian pada detail Pekerja
Dalam karakteristik ini Mas Roy selaku owner dari Mafia gedang terjun langsung dalam
mengawasi para karyawannya seperti tim dapur,tim visit,dan tim promosi. Untuk frenchise
sepenuhnya diserahkan para pemilik frienchise itu sendiri dan mafia gedang hanya berperan
membuat konten agar frienchise tetap ramai pembeli.
Berorientasi kepada outcome
Dalam karakteristik ini Mafia gedang menerapkan kepada para karyawannya untuk
melayani para pembeli dengan baik dan sopan.Dengan begitu para pembeli akan merasa
nyaman untuk beli Mafia gedang.
Berorientasi kepada manusia
Dalam karakteristik ini Mas Roy selaku owner dari Mafia gedang memberikan
kanyamanan terhadap karyawannya dengan cara menganggap mereka seperti saudara sendiri.
Hal tersebut membuat para karyawan juga menerapkan hal tersebut kepada pembeli mafia
gedang.
Berorientasi kepada tim
Dalam karakteristik ini Mafia gedang membagi beberapa tim dengan jobdesc yang
berbeda-beda.Mafia gedang membentuk tim dapur jobdesc nya yaitu memproduksi produk mafia
gedang dan tim visit
Agresifitas
Dalam karakteristik ini Mafia Gedang terus berambisi untuk menjadi penjualan jajanan
pisang no 1. Seiring berkembangnya waktu banyak pesaing dari Mafia gedang yang muncul,
Mafia gedang mengatasi hal tersebut dengan membuka frenchise di seuruh pulau jawa
Stabilitas
Dalam karakteristik ini Mafia Gedang terus mempertahankan cara promosi mereka dengan
cara membuat konten terus menerus di aplikasi tiktok dan youtube. Mafia gedang juga terus
memberikan pelayanan yang sama terhadap konsumen dan mitranya.
BAB V

KESIMPULAN

5.1 Budaya Organisasi yang diterapkan oleh Mafia Gedang adalah kekeluargaan. Bentuk
implementasi dapat dilihat dari bagaimana Mafia Gedang memahami karyawannya. Mafia Gedang
memberikan apresiasi dan reward kepada karyawannya apabila hasil kerja karyawan
baik/mencapai target. Hal ini membuat tim Mafia Gedang nyaman bekerja dan dianggap seperti
keluarga sendiri.

5.2
No. Karakteristik BO Bukti Implementasi di perusahaan

1. Inovation and risk Membuat berbagai varian menu pisang dan beresiko Mafia Gedang
taking gagal dalam menentukan rasa apa yang diinginkan masyarakat.

2. Attention to Detail Owner Mafia Gedang terjun langsung ke lapangan untuk mengawasi
karyawannya.

3. Outcome Memberi kenyamanan pada pelanggan dengan melayani pembeli


Orientation dengan baik dan sopan.

4. People Orientation Memberikan kenyamanan terhadap karyawannya dengan cara


kekeluargaan.

5. Team Orientation Mafia Gedang memiliki Tim yang memiliki jobdesk yang berbeda-
beda

6. Aggressiveness Mafia Gedang berambisi memperluas perusahaannya dengan


memperbanyak mitra kerja.

7. Stability Membuat konten terus menerus untuk mempertahankan


eksistensinya yang berpengaruh pada penjualan.

5.3 Budaya kuat

Budaya Organisasi pada Mafia Gedang termasuk dalam kategori Budaya Lemah karena pedoman
bertingkah laku bagi orang-orang di dalam perusahaan tidak digariskan dengan jelas, sulit
dimengerti, tidak dipatuhi dan dilaksanakan oleh orang-orang di dalam perusahaan sehingga
orang-orang yang bekerja menjadi sangat kohesif.
Lampiran

References
Robbins, Stephen P. 2019. ORGANIZATIONAL BEHAVIOR 18TH EDITION GLOBAL EDITION.
United Kingdom: Pearson.
Schein. 2004. Organizational culture and leadership. san francisco: jossey bass.

Anda mungkin juga menyukai