Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

BUDAYA ORGANISASI

DISUSUN OLEH:
1. TABITHA R. WINI HAWA (2210030092)
2. YERVENSES C. NEOLAKA (2210030102)
3. YULINDA MARCELIN (2210030163)
4. SASTA ANDHARA SUAN (2210030018)
5. INOSENSIUS MARDIGAHAYU (2210030166)

UNIVERSITAS NUSA CENDANA


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Budaya Organisasi
sesuai dengan tepat waktu. Terima kasih juga kami ucapkan kepada ibu Merlyn yang telah
memberikan tugas pembuatan makalah ini kepada kami. Tak lupa pula kami ucapkan limpah
terima kasih kepada teman teman yang selalu setia membantu pembuatan dalam pengerjaan
makalah ini.
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok dari mata kuliah
Perlaku Organisasi, serta diharapkan makalah ini dapat menambah wawasan bagi para
pembaca.
Kami menyadari makalah ini masih sangat sederhana oleh karena itu kami meminta maaf
atas kesalahan – kesalahan yang terdapat dalam makalah ini.

Kupang, 04 April 2023

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................................1
DAFTAR ISI..............................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.................................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................4
1.3 Tujuan...................................................................................................................................4
4. BAB 2 PEMBAHASAN.....................................................................................................5
2.1 Definisi Budaya Organisasi..............................................................................................5
2.2 Faktor -Faktor yang Mempengaruhi Budaya Organisasi.................................................5
2.3 Budaya Dalam Organisasi................................................................................................6
2.4 Tindakan Budaya..............................................................................................................6
2.5 menciptakan dan mempertahankan budaya......................................................................8
2.6 cara para pekerja mempelajari budaya.............................................................................9
2.7 Menciptakan Budaya Organisasi Yang Beretika............................................................10
2.8 menciptakan budaya organisasi yang positif..................................................................10
spritualitas dan budaya organisasi........................................................................................11
2.10 Implikasi Global...........................................................................................................12
BAB 3. PENUTUP...................................................................................................................13
Kesimpulan...........................................................................................................................13
saran......................................................................................................................................13
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Budaya organisasi merupakan salah satu faktor penting dalam kemajuan suatu perusahaan
yang tumbuh melalui perkembangan gagasan pemimpin perusahaan yang kemudian
ditanamkan kepada setiap anggota – anggota organisasi. Budaya organisasi membentuk
perilaku setiap anggotanya.Budaya organisasi juga mempengaruhi setiap kinerja para
anggota.
Dalam suatu organisasi, budaya organisasi tidak akan berkembang menjadi sebuah
budaya organisasi yang maju tanpa mempertahankan budayanya. Budaya organisasi
memiliki peranan yang penting terhadap tercapainya strategi tujuan yang telah
ditetapkan.
Budaya organisasi merupakan factor penting yang dapat mempengaruhi lingkungan
eksternal Budaya organisasi membentuk ciri khas sebuah perusahaan sehingga dengan
adanya budaya organisasi kita dapat membedakan antara perusahaan yang satu dengan
perusahaan yang lainnya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan budaya organisasi?
2. Factor-faktor apa saja yang mempengaruhi budaya organisasi?
3. Apa saja budaya dalam organisasi?
4. Apa saja Tindakan budaya?
5. Bagaimana cara menciptakan dan mempertahankan budaya?
6. Bagaimana cara pekerja mempelajari budaya?
7. Bagaimana Menciptakan Budaya Organisasi Yang Beretika?
8. bagaimana menciptakan budaya organisasi yang positif?
9. Bagaimana hubungan spritualitas dan budaya organisasi?
10. Apa yang dimaksud dengan implikasi global?
1.3 Tujuan
1.Untuk mengetahui pengertian budaya organisasi
2. untuk mengetahui Factor-faktor yang mempengaruhi budaya organisasi
3. untuk mengetahui budaya dalam organisasi
4. Tindakan untuk mengetahui budaya
5. untuk mengetahui cara menciptakan dan mempertahankan budaya
6. . untuk mengetahui cara pekerja mempelajari budaya
7 . untuk mengetahui Menciptakan Budaya Organisasi Yang Beretika
8. untuk mengetahui menciptakan budaya organisasi yang positif
9. . untuk mengetahui hubungan spritualitas dan budaya organisasi
10.untuk mengetahui pengertian dari implikasi global
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Budaya Organisasi
Budaya organisasi mengacu pada suatu system berbagi arti yang dilakukan oleh para
anggota anggotanya yang dapat membedakan antara organisasi satu dengan organisasi
lainnya.
 Karakteristik yang Dapat Menangkap Inti dari Budaya Organisasi, yaitu :
1. Inovasi dan pengambilan risiko ( innovation and risk taking) merupakan
tingkatan dimana para pekerja didorong untuk berinovasi dan berani dalam
mengambil risiko.
2. Memperhatikan detail. tingkat para pekerja diharapkan untuk menujukkan
presisi, analisis, dan memperhatikan segala ketetapan secara detail terhadap
hal-hal sekitar.
3. Orientasi pada hasil. Tingkat manajemen lebih memfokuskan pada perolehan
hasil bukan Teknik atau proses yang digunakan untuk memncapainya.
4. Orientasi pada orang. Tingkat pengambilan keputuhan oleh manajemen yang
mempertimbangkan efek dan hasil dari orang-orang dalam organisasi.
5. Orientasi pada tim. Tingkat kegiatan kerja yang diorganisasi dalam tim,
tidak hanya pada individu dalam melakukan kerja sama.
6. Keagresifan. Tingkat dimana para anggota organisasi menjadi agresif dan
kompetitif bukannya santai.
7. Stabilitas. Tingkat dimana kegiatan – kegiatan organisasi menekannkan
kanyaahankannya status quo yang kontras dengan pertumbuhan.
 Tipe Budaya yang diDasarkan pada Nilai-Nilai yang Bersaing, yaitu:
1. Budaya klan. Budaya klan bekerja melalui kesatuan sekelompok orang.
Budaya klan bersifat kolaboratif dan kohesif.
2. Budaya adhokrasi (adhocracy clan). Budaya adhokrasi adalah budaya kerja
yang memacu kreativitas dan pertumbuhan dengan menantang status quo.
Budaya adhokrasi bersifat inovatif dan dapat menyesuaikan diri.
3. Budaya hierarki. Budaya hierarki adalah budaya kerja yang berfokus pada
perkembangan dan kestabilan peraturan, struktur, dan proses bisnis. Budaya
hierarki bersifat terkendali dan konsisten.
4. Budaya pasar (market culture). Budaya pasar adalah budaya perusahaan
yang memiliki asumsi yang tidak ramah dan menempatkan organisasi pada
bisnis yang selalu meningkatkan persaingan. Budaya pasar bersifat kompetitif
dan konsumen yang berfokus pada pasar.
2.2 Faktor -Faktor yang Mempengaruhi Budaya Organisasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi budaya organisasi menurut Suyono(2004:55)
1. Kepemimipinan. Suatu organisasi harus memiliki pemimpin yang dapat di dengar dan
menjadi teladan untuk bawahannya.
2. Komunikasi. Proses komunikasi harus berjalan secara konsisten dan rutin guna
merubah perbedaan budaya yang dibawa oleh setiap individu akan mengalami
integrasi persamaan dengan tujuan organisasi.
3. Motivasi. Adanya motivasi dapat memberikan daya gerak dan semangat kerja
individu
2.3 Budaya Dalam Organisasi
 Budaya Merupakan Istilah yang Bersifat Deskriptif
Budaya organisasi memperlihatkan bagaimana karyawan dalam memandang
karakteristik dari organisasi, bukan apakah karyawan ini menyukainya.
 Budaya organisasi memiliki budaya yang seragam
Budaya organisasi organisasi mempresentasikan presepsi dari para anggota organisasi
yang sama. Oleh karena itu, diharapkan para individu dengan latar belakang yang
berbeda atau pada level yang berbeda dalam organisasi dapat menggambarkan
perbedaannya dalam istilah yang sama.
Hal ini bukan berarti tidak terdapat subkultur. Sebagian organisasi yang besar
memiliki budaya yang dominan dan subkultur yang sangat banyak jumlahnya. Budaya
yang dominan mengekspresikan nilai luhur yang diberikan oleh mayoritas anggotanya
dan hal itu memberikan organisasi kepribadian yang berbeda. Subkultur cenderung
berkembang dalam organisasi yang besar untuk mencerminkan permasalahan yang
umum atau pengalaman yang dihadapi oleh para anggota dalam depatemen atau
lokasi yang sama.
 Budaya yang kuat versus lemah
“jika Sebagian besar para pekerja (dalam menanggapi survei manajemen) memiliki
opini yang sama mengenai misi dan nilai organisasi, maka budaya tersebut kuat; jika
opini sangat besar variasinya,maka budaya tersebut lemah.
Dalam suatu budaya yang kuat,nilai luhur organisasi akan dianut secara intensif dan
disebarkan secara luas. Semakin banyak anggota yang menerima nilai luhur dan
semakin besar komitmen mereka, maka akan semakin kuat budaya dan semakin besar
pengaruhnya terhadap perilaku anggota.
Budaya yang kuat akan menurunkan tingkat perputaran pekerja karena hal ini
memperlihatkan adanya perjanjian yang tinggi mengenai apa yang dipresentasikan
oleh organisasi . kebulatan suara bertujuan untuk membangun kekompakan, loyalitas,
dan komitmen organisasi.
 Budaya versus formalisasi
Formalisasi yang tinggi akan menciptakan prediktabilitas,ketertiban dan konsistensi.
Suatu budaya yang kuat akan mencapai tujuan akhir yang sama tanpa kebutuhan akan
dokumentasi secara tertulis. Oleh karena itu, formalitas dan budaya harus dipandang
sebagai dua jalan yang berbeda tetapi untuk mencapai tujuan yang sama. semakin
kuat budaya organisasi, maka akan semakin berkurang kebutuhan manajemen
berkaitan dengan mengembangkan aturan dan regulasi dalam membimbing perlaku
pekerja. Panduan-panduan ini akan diinternalisasikan dalam para pekerja Ketika
mereka menerima budaya organisasi.
2.4 Tindakan Budaya
 Fungsi budaya
Pertama, budaya memliki peranan untuk mendefinisikan Batasan: Hal ini
menciptakan perbedaan antara salah satu organisasi dengan organisasi yang lainnya.
Kedua, menyampaikan suatu perasaan akan identitas bagi para anggota organisasi.
Ketiga, budaya akan memfasilitasi komitmen pada segala sesuatu yang lebih besar
daripada kepentingan diri sendiri. Keempat, mendorong stabilitas dan system social.
kelima, budaya merupakan pengambilan perasaan dan mekanisme pengendalian yang
membimbing dan membentuk tingkah laku dan perilaku dari para pekerja.

 Budaya menciptakan iklim


Iklim organisasional mengacu pada berbagai presepsi yang dimiliki oleh para anggota
organisasi mengenai organisasi dan lingkungan kerja mereka. Puluhan dimensi iklim
telah dipelajari, meliputi inovasi, kreativitas, komunikasi, kehangatan, dukungan,
keterlibatan, keselamatan, keanekaragaman, serta layanan konsumen. Iklim dapat
berinteraksi satu sama lain untuk menghasilkan perilaku.iklim juga mempengaruhi
perilaku dalam beradaptasi.
 Dimensi budaya yang etis
Budaya organisasi tidak netral dalam orientasi etis mereka, bahkan Ketika mereka
tidak secara terbuka mengejar tujuan-tujuan etis. Iklim kerja yang beretika (ethical
work climate/ EWC), atau konsep yang tersebar mengenai perilaku yang benar dan
salah didalam tempat kerja, yang berkembang dari Sebagian iklim organisasional.
Iklim yang beretika mencerminkan nilai dari organisasi yang sebenarnya dan
membentuk pengambilan yang etis bagi para anggotanya.
 Budaya dan inovasi
Sebagian besar perusahaan yang inovatif sering kali ditandai dengan keterbukaan
mereka, tidak konvensional, kolaboratif, berbasis visi, dan budaya mempercepat.
perusahaan perintis sering kali memiliki budaya yang inovatif karena mereka biasanya
kecil, gesit, dan menitikberatkan pada pemecahan masalah agar dapat bertahan hidup
dan berkembang. Misalkan, pemimpin music digital Echo Nest. Perusahaan yang aktif
ini selalu terbuka, tidak konvensional, dan fleksibel menjadi tuan rumah hari aplikasi
music “hack” dan memperbolehkan bagi para pihak luar untuk menggunakan
teknologi uniknya untuk eksperimentasi nonkomersial.
 Budaya sebagai suatu asset
Budaya organisasi dapat menyediakan suatu lingkungan yang positif yang beretika
dan membantu perkembangan inovasi. Budaya dapat juga secara signifikan
memberikan kontribusi pada dasar dari organisasi dalam berbagai cara.

 Budaya sebagai sebuah kewajiban


Budaya dapat mendorong komitmen organisasional dan meningkatkan konsistensi
perilaku pekerja, serta memberikan manfaat bagi organisasi. Budaya juga berharga
bagi para pekerja karena budaya menguraikan bagaimana hal-hal dilakukan dan mana
yang penting. Namun, kita tidak boleh mengabaikan aspek budaya yang disfungsional
secara potensial, terutama budaya yang kuat terhadap efektivitas organisasi.
Institusionalisasi (institutionalization) adalah sebuah kondisi yang terjadi Ketika
suatu organisasi mengambil hidup sendiri, terpisah dari para anggotanya, serta
memperoleh kepribadian. Organisasi yang dilembagakan ini sering kali tidak keluar
dari bisnis bahkan jika tujuan semula tidak lagi relevan. Mode perilaku yang dapat
diterima menjadi Sebagian besar bagi para anggotanya, meskipun hal ini tidak
seluruhnya negatif, hal ini berarti bahwa perilaku dan tingkah laku yang seharusnya
dipertanyakan dan dianalisis menjadi diterima begitu saja, yang dapat melumpuhkan
inovasi dan mempertahankan budaya organisasi akan berakhir dengan sendirinya.
Hambatan-hambatan budaya sebagai sebuah kewajiban,yaitu:
1. Hambatan bagi perubahan
Budaya merupakan sebuah kewajiban Ketika nilai yang diberikan tidak sesuai
dengan mereka yang memajukan efektivitas organisasi.
2. Hambatan pada keanekaragaman
3. Hambatan pada akuisisi dan merger
2.5 menciptakan dan mempertahankan budaya
 Bagaimana sebuah budaya dimulai
Penciptaan budaya terjadi dalam tiga cara, yaitu:
1. Para pendiri merekrut dan mempertahankan hanya para pekerja yang
berpendapat dan merasakan hal yang sama dengan yang merekalakukan.
2. Mereka menanamkan dan menyosialisasikan cara mereka dalam berpikir dan
merasakan terhadap para pekerja.
3. Perilaku dari para pendiri sendiri mendorong para pekerja untuk
mengidentifikasi dengan mereka dan menginternalisasikan keyakinan, nilai
dan asumsi mereka.
 Mempertahankan suatu budaya hidup
Ketika suatu budaya telah berada pada posisinya, maka praktik didalam organisasi
mempertahankannya dengan memberikan kepada para pekerja suatu rangkaian
pengalaman yang sama. Proses pemilihan, kriteria evaluasi kinerja, aktivitas pelatihan
dan pengembangan, serta prosedur promosi memastikan bahwa mereka yang telah
direkrut sudah sesuai dengan budaya, memberikan imbalan kepada mereka yang
mendukungnya, dan memberikan hukuman bagi mereka yang menantangnya. Tiga
bagian penting dalam mempertahankan suatu budaya, yaitu:
1. Pemilihan
Tujuan secara ekplisit dari proses pemilihan adalah untuk mengidentifikasi
dan merekrut para individu dengan pengetahuan, keahliaan, dan kemampuan
untuk bekerja dengan sukses.
2. Manajemen puncak.
Tindakan dari manajemen puncak memiliki dampak utama terhadap budaya
organisasi. Melalui kata-kata dan perilaku para senior eksekutif menetapkan
norma-norma. Contoh: apakah pengambilan risiko yang lebih diinginkan,
seberapa banyak kebebasan yang diberikan para manajer bagi para pekerja,
apakah para pekerja memperoleh kenaikan gaji, promosi dan imbalan.
3. Sosialisasi
Suatu proses yang menyesuaikan diri para pekerja terhadap budaya organisasi.
Sosialisasi merupakan suatu proses dengan tiga tahap, yaitu: tahap sebelum
kedatangan adalah periode pembelajaran didalam proses sosialisasi yang
terjadi sebelum seorang pekerja baru bergabung dengan organisasi; pertahap
dalam proses sosialisasi yang dimana para pekerja yang baru melihat apakah
organisasi benar-benar menyukai dan mempertentangkan kemungkinan dari
ekspetasi dan realitas yang menyimpang; dan metamorphosis adalah tahap
dimana seorang pekerja yang baru berubah dan menyesuaikan diri dengan
pekerjaan, kelompok kerja dan organisasi.
2.6 Cara Para Pekerja Mempelajari Budaya
Berbagai macam cara para pekerja dalam mempelajari budaya organisasi, yaitu:
 Cerita
Cerita-cerita beredar melalui banyak organisasi, mengaitkan saat ini dalam masa lalu
dan melegitimasi praktik-praktik saat ini. Mereka umumnya meliputi naratif mengenai
para pendiri organisasi, pelanggaran aturan, keberhasilan dari orang yang miskin
menjadi kaya raya, penurunan dalam tenaga kerja, relokasi dari para pekerja, reaksi
atas kesalahan pada masa lalu, dan penanggulangan organisasional. Para pekerja juga
menciptakan naratif mereka sendiri mengenai bagaimana mereka datang untuk
kesesuaian atauntidak kesesuaian dengan organisasi selama proses sosialisasi, melputi
hari pertama di tempat kerja, interaksi-interaksi awal dengan orang lain, serta kesan
pertama mengenai kehidupan organisasi.
 Ritual
Ritual merupakan urutan secara repetitif yang mengekspresikan dan menegakkan
nilai luhur dari organisasi, yang mana tujuannya sangat penting, yang mana orang
yang penting serta yang mana yang dapat di habiskan. Salah satu ritual yang terbaik
adalah nyanyian dari perusahaan Walmart yang dimulai oleh pendiri perusahaan,
mediang Sam Walton, sebagai sebagai suatau cara untuk memotivasi tenaga kerjanya.
Nyanyian itu menjadi sebuah ritual untuk mengikat para pekerja bersama-sama dan
menegakkan keyakinan Walton bahwa para pekerja lah yang membuat perusahaan
menjadi berhasil.
 Simbol
Hal yang melekat pada para pekerja menegenai siapa yang penting tingkat
egaltarianisme keinginan dari manajemen puncak dan jenis perilaku yang sesuai.
 Bahasa
Banyak organisasi dan submit di dalamnya yang menggunakan bahasa untuk
membantu para anggotanya untuk mengidentifikasikan dengan budaya, membuktikan
penerimaan mereka akan hal tersebut, dan membantu melestarikannya. Istilah yang
unik yang menggambarkan perlengkapan, para petugas, para individu utama, para
pemasok, para konsumen, atau produk yang terkait dengan bisnis. Para pekerja yang
baru pada pertama kali akan kewalahan dengan akronim dan jargon, yang ketika
diasimilasikan, bertindak sebagai denominator umum untuk menyatukan para anggota
dari suatu budaya tertentu atau subkultur.

2.7 Menciptakan Budaya Organisasi Yang Beretika


Prinsip-prinsip yang harus diikuti para manajer untuk menciptakan suatu budaya yang lebih
beretika, yaitu:
 Menjadi Panutan Yang Terlihat. Para pekerja akan melihat tindakan dari para
manajemen puncak sebagai patokan atas perilaku yang layak. Kirimkan sebuah pesan
yang posistif.
 Mengomunikasikan Ekspektasi Yang Beretika. Meminimalkan ketidakjelasan dengan
membagikan kode etik organisasional yang menyatakan prinsip dasar organisasi dan
aturan etika yang mana para pekerja harus mematuhinya.
 Menyediakan Pelatihan Yang Beretika. Mengadakan seminar, lokakarya, serta
program pelatihan untuk menegakkan standar etika organisasi, menjelaskan apakah
praktik-praktik yang diperblehkan dan membahas mengenai dilemma-dilema etis.
 Pemberian Imbalan Atas Tindakan Beretika Yang Tampak Dan Memberikan
Hukuman Atas Tindakan Yang Tidak Bretika. Menilai para manajer mengenai
bagaimana eputusan mereka yang diukur atas kode etik organisasi. Meninjau sarana
demikian pula dengan tujuan akhir. Memberikan imbalan yang tampak bagi mereka
yang bertindak secara etis dan memberikan hukuman yang mencolok bagi mereka
yang bertindak secara tidak etis.
 Menyediakan Mekanisme Perlindungan. Menyediakan mekanisme secara formal
sehingga para pekerja dapat membahas dilemma-dilema etis dan melaporkan perilaku
yang tidak etis tanpa ketakutan atau teguran. Hal ini meliputi para penasihat yang
beretika, ombudspeople, atau para pejabat yang beretika.

2.8 Budaya Organisasi Yang Positif


Budaya organisasi yang positif adalah suatu budaya yang menekankan pada membangun
kekuatan pekerja, memberikan imbalan yang lebih daripada memberikan hukuman, serta
menekankan pada vitalitas dan pertumbuhan dari individu. karakteristik budaya
organisasi yang positif,yaitu:
 Membangun kekuatan pekerja
Meskipun budaya yang positif tidak mengabaikan permasalahan, hal ini menekankan
untuk memperlihatkan kepada para pekerja bagaimana mereka dapat
mengapitalisasikan kekuatan mereka.Tidakkah lebih baik berada dalam budaya
organisasi yang membantu anda menemukan kekuatan anda dan mempelajari
bagaimana memperbanyak kekuatan tersebut.
 Memberikan imbalan yang lebih sering daripada memberi hukuman
Meskipun Sebagian besar organisasi secara memadai menitikberatkan pada pemberian
imbalan secara ekstrinsik, seperti gaji dan promosi, mereka sering kali lupa dengan
pemberian yang paling sederhana dan murah, seperti pujian.bagian dari penciptaan
suatu budaya organisasi yang positif akan membuat para pekerja melakukuan segala
sesuatu dengan benar. Banyak manajer yang menahan pujian karena takut para
pekerja akan lulus dengan mudah atau para manajer berpendapat bahwa pujian
tersebut tidak berharga. Para pekerja pada umumnya tidak meminta pujian, namun
para manajer tidak menyadari biaya dari kegagalan untuk memberikannya.
 Menekankan pada vitalitas dan pertumbuhan
Tidak ada organisasi yang akan memperoleh hasil terbaik dari para pekerja yang
melihat diri mereka sendiri hanyalah sebuah roda pada mesin.suatu budaya yang
positif akan menghargai perbedaan antara pekerjaan dengan karier. Ini bukan hanya
mendukung kontribusi pekerja bagi efetivitas organisasional tetapi juga bagimana
cara organisasi membuat para pekerja menjadi lebih efektif baik secara pribadi
maupun secara profesioanal.
 Batasan dari budaya yang positif
Tidak semua nilain dalam budaya nasional menjadi positif. Terdapat manfaat untuk
menetapkan suatu budaya yang positif, tetapi suatu organisasi juga perlu untuk
menjadi objektif dan tidak mengejar titik selain dari efektivitas.
2.9 Spritualitas Dan Budaya Organisasi
# Pengertian spiritualitas
Spiritualitas di tempat kerja adalah menyadari bahwa orang-orang memiliki kehidupan
batin yang memelihara dan dipupuk oleh pekerjaan yang bermanfaat dalam konteks
komunitas.
# spritualitas sekarang
Pada masa sekarang kajian mengenai emosi akan meningkatkan pemahaman kita megenai
perilaku organisaional, suatu kewaspadaan mengenai spritualitas yang membantu kita untuk
lebih baik dalam memahami perilaku pekerja. Alasan–alasan terhadap meningkatnya
ketertarikan pada spiritualitas suatu sikap, yaitu:
 Spiritualitas dapat mengimbangi tekanan dan stress dari kecepatan gejolak dalam
kehidupan.
 Agama yang diformalisasikan kadang tidak sesuai dengan beberapa orang, dan
mereka berlanjut untuk mencari jangkar untuk mengganti kurangnya keyakinan dan
mengisi bertumbuhnya perasaan akan kekosongan.
 Tuntutan pekerjaan telah membuat tempat kerja menjadi dominan dalam kehidupan
banyak orang, namun mereka terus menerus menanyakan arti dari pekerjaan.
 Orang ingin memadukan nilai kehidupan pribadinya dengan kehidupan
profesionalnya.
 Peningkatan jumlah orang yang menemukan bahwa pengerjaan terhadap harta yang
berupa materi membuat mereka merasa tidak terpenuhi.
# karakteristik dari organisasi yang spiritual
Beberapa karakteristik kultural yang menjadi bukti organisasi yang spiritual, yaitu:
 Kebajikan.
Nilai dalam organisasi yang spiritual memperlihatkan kebaikan kepada orang lain dan
mempromosikan kebahagiaan bagi para pekerja dan para pemegang saham bagi
organisasional lainya.
 Kesadaran Akan Tujuan Yang Kuat.
Organisasi yang spiritual membangun budaya mereka di sekitar tujuan yang berarti.
Meskipun keuntungan penting hal tersebut bukanlah nilai utama dari organisasi.
 Kepercayaan Dan Penghormatan.
Organisasi yang spiritual dicirikan dengan rasa saling percaya, kejujuran dan
keterbukaan. Para pekerja diperlakukan dengan penghargaan diri dan nilai, yang
konsisten dengan harga diri dari tiap-tiap individu.
 Sifat Berpandangan Terbuka.
Organisasi yang spiritual akan menilai pemikiran yang fleksibel dan kreativitas
diantara para pekerja.
# Mencapai Organisasi Yang Spiritual
Banyak organisasi telah meningkatkan ketertarikanya akan spiritualitas tetapi memiliki
kesulitan dalam menempatkan prinsip-prinsipnya kedalam praktik pelaksanaan. Beberapa
tipe dari pelaksanaan dapat memfasilitasi suatu tempat kerja yang spiritual, termasuk
mereka yang mendukung keseimbangan antara pekerjaan dengan kehidupan. Dalam
mendorong para pekerja untuk mempertimbangkan bagaimana pekerjaan mereka,
memberikan kesadaran mengenai tujuan melalui membangun komunitas juga dapat
membantu mencapai spritualitas ditempat kerja. Hal ini dilakukan melalui bimbingan
kelompok dan pengembangan organisasi.
# Kritik Atas Spritualitas
Kritikan atas gerakan spiritualitas ditempat kerja menitik beratkan pada tiga
permasalahan.Pertama adalah mempertanyakan mengenai fondasi ilmiah.Apakah
sebenarnya yang dimaksud dengan spiritualitas ditempat kerja?; kedua apakah organisasi
yang spiritual tersebut sah?; dan ketiga mempertanyakan mengenai mengenai ekonomi,
seperti apakh spiritualitas dan keuntungan tersebut sesuai?

2.10 Implikasi Global


Implikasi global merupakan keterlibatan proses masuk ke ruang lingkup dunia. Budaya
organisasi sangat ampuh hingga sering kali melampaui batas nasional. Namun bukan berarti
bahwa organisasi harus atau dapat mengabaikan budaya setempat. Maka yang terpenting bagi
para pengelola organisasi adalah bagaimana mencipatakan serta memelihara suatu budaya
organisasi yang kuat dan jelas, karena akan dapat memandu atau mengarahkan usaha-usaha
produktif anggota organisasi dan akhirnya mampu menghantarkan organisasi secara
keseluruhan dalam mencapai tujuan-tujuannya.
BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan
Budaya organisasi mengacu pada suatu system berbagi arti yang dilakukan oleh para
anggota anggotanya yang dapat membedakan antara organisasi satu dengan organisasi
lainnya. Budaya organisasi membentuk perilaku setiap anggota-anggota didalamnya.
Dengan adanya budaya organisasi kita dapat membedakan organisasi yang satu dengan
organisasi yang lainnya. Perbedaan dalam suatu organisasi ada untuk menyatukan setiap
anggota organisasi. Buatlah perbedaan itu menjadi sebuah kesatuan yang menciptakan
budaya organisasi
saran
Penulisan makalah yang penulis buat ini tidak sempurna masih banyakmemiliki salah
sehingga pada penulis, selanjutnya perlu memperhatikan beberapa aspek penulisan yang
perlu menjadikan koreksi jika benar terdapat kekuarangan, mulai dari inti pembahasan
sampai dengan memberikan simpulan atas penulisan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai