Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH BUDAYA ORGANISASI

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH PERILAKU


KEORGANISASIAN

.
DISUSUN OLEH :

1. DANANG IRFAN SAFA’AT (1.4.17.002)


2. FIRANIDA FIRA (1.4.17.029)
3. FITRI MAULINA (1.4.17.053)
4. VIVI KHOFASIANAH (1.4.17.075)

PRODI : S1 MANAJEMEN SORE


DOSEN PENGAMPU : Drs. UDIYARTO, SE, M.Si

STIE Assholeh Pemalang


Alamat : Jl. Sindoro 39 Pemalang
Telephone : 0284-322881

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas karunia-Nya penyusun dapat
menyelesaikan makalah berjudul Budaya Organisasi ini dengan baik walaupun
masih banyak kekurangan didalamnya. Tak lupa sholawat serta salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW
yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam
yang sempurna sehingga menjadi rahmat bagi seluruh alam semesta. Ucapan
terima kasih juga penyusun sampaikan kepada Bapak Drs. Udiyarto, S.E, M.Si
selaku Dosen mata kuliah Perilaku Keorganisasian di STIE Assholeh yang telah
memberikan tugas ini kepada penyusun.
Penyusun berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan bagi kita mengenai budaya organisasi. Penyusun juga
menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari sempurna. Oleh sebab itu, penyusun berharap adanya kritik dan saran demi
perbaikan makalah yang telah penyusun buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada yang sempurna tanpa kritik dan saran yang membangun.
Demikian yang dapat penyusun sampaikan, semoga makalah sederhana ini
bisa bermanfaat bagi penyusun sendiri maupun orang lain yang membacanya.
Sebelumnya penyusun memohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kembali penyusun memohon kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan makalah ini di masa yang akan datang.

Pemalang, 13 Maret 2019

Penyusun

DAFTAR ISI

ii
MAKALAH BUDAYA ORGANISASI............................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.............................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................1
1.3. Tujuan Penyusunan.....................................................................................2
BAB II BUDAYA ORGANISASI....................................................................................3
2.1. Definisi Budaya Organisasi.........................................................................3
2.1.1. Definisi Budaya Organisasi Secara Umum..........................................3
2.1.2. Definisi Budaya Organisasi Menurut Para Ahli...................................3
2.2. Fungsi Budaya..............................................................................................3
2.2.1. Fungsi Budaya Organisasi Menurut Para Ahli.....................................4
2.3. Menciptakan dan Mempertahankan Budaya Organisasi.........................5
2.3.1. Mencipatakan Budaya Organisasi........................................................5
2.3.2. Menciptakan Budaya Organisasi Yang Beretika..................................6
2.3.3. Menciptakan Budaya Organisasi Yang Positif.....................................7
2.3.4. Mempertahankan Budaya Organisasi..................................................8
2.3.5. Cara Karyawan Mempelajari Budaya..................................................9
2.4. Spiritualitas dan Budaya Organisasi........................................................10
2.4.1. Karakteristik Dari Organisasi Yang Spiritual....................................11
2.4.2. Mencapai Spiritualitas Organisasi......................................................12
BAB III PENUTUP........................................................................................................13
4.1. Kesimpulan.................................................................................................13
4.2. Saran...........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kebiasaan, tradisi, dan cara umum dalam melakukan segala sesuatu yang
ada di sebuah organisasi  merupakan hasil atau akibat dari apa yang telah
dilakukan sebelumnya pada masa lalu. Kebiasaan-kebiasaan, tradisi dan cara-cara
umum tersebut baik yang positif maupun negatif terus menerus ada dan
berkembang menjadi sebuah budaya atau ciri khas tersendiri dari sebuah
organisasi.
Budaya dalam organisasi sangatlah penting peranannya karena memiliki
pengaruh yang besar dalam menunjang kinerja dan keberhasilan suatu organisasi
atau perusahaan. Budaya organisasi sangat berpengaruh terhadap sikap dan
perilaku para anggota dalam menjalankan tugas dan kewajiban sehari-hari,
dimana apabila budaya yang telah mengakar adalah budaya yang positif maka
tentunya akan sangat menunjang keberhasilan dan kelangsungan hidup suatu
organisasi dalam persaingan, dan jika budaya yang telah mengakar adalah budaya
negatif maka organisasi akan mengalami berbagai kesulitan yang akan
menghambat kinerja dan perkembangan organisasi tersebut.
Oleh karena itu, di dalam makalah ini penyusun mencoba membahas
keilmuan tentang budaya organisasi yang sedikit banyak diharapkan mampu
menambah wawasan bagi para penyusun sendiri maupun bagi para pembaca guna
meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang berpengaruh pada kinerja dan
kualitas suatu organisasi maupun perusahaan.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud budaya organisasi?
2. Apa fungsi dari budaya dalam organisasi?
3. Bagaimana cara menciptakan dan mempertahankan suatu budaya?
4. Apa yang dimaksud spiritualitas dalam budaya organisasi?

1
1.3. Tujuan Penyusunan
1. Memahami makna budaya organisasi.
2. Memahami fungsi-fungsi budaya dalam organisasi.
3. Menjadi sumber daya manusia yang berkualitas guna menunjang
kehidupan dan kelangsungan organisasi yang baik dengan memahami
cara-cara menciptakan dan mempertahankan budaya positif dalam
organisasi.
4. Memahami makna spiritualitas budaya dalam organisasi guna menjaga
semangat untuk terus bekerja dengan hasil yang berkualitas dalam
organisasi sehingga mampu mencapai tujuan bersama.

2
BAB II
BUDAYA ORGANISASI

2.1. Definisi Budaya Organisasi


2.1.1. Definisi Budaya Organisasi Secara Umum
budaya organisasi adalah suatu karakteristik, norma perilaku dan
nilai-nilai yang ada pada sebuah organisasi yand diterima dan dipahami
serta menjadi pedoman dalam melaksanakan kehidupan suatu organisasi
sehingga membedakannya dengan organisasi lainnya.
2.1.2. Definisi Budaya Organisasi Menurut Para Ahli
Berikut definisi budaya organisasi menurut beberapa ahli :
1. Budaya Organisasi Menurut Judith R. Gordon (2002)
budaya organisasi menggambarkan sebagian dari lingkungan
internalnya yang menambahkan sejumlah asumsi, keyakinan,
dan nilai-nilai yang sama-sama dimiliki anggota organisasi dan
menggunakannya untuk membimbing fungsi mereka.
2. Budaya Organisasi Menurut Gareth. R. Jones (2004)
budaya organisasi sebagai sekumpulan nilai-nilai bersama dan
norma-norma yang mengendalikan interaksi anggota
organisasi satu sama lain dan dengan pemasok, pelanggan dan
orang lain di luar organisasi.
3. Budaya Organisasi Menurut Stephen P. Robbins, Timothy A.
Judge (2007)
budaya organisasi merujuk kepada suatu sistem makna
bersama yang dimiliki oleh anggota-anggota yang
membedakan satu organisasi dari organisasi lainnya.

2.2. Fungsi Budaya


Budaya memiliki peran untuk mendefinisikan batasan, menyampaikan suatu
perasaan akan suatu identitas bagi para anggota organisasi, budaya akan
memfasilitasi komitmen pada segala sesuatu yang lebih besar daripada
kepentingan diri sendiri, mendorong stabilitas dari sistem sosial, dan merupakan

3
pengambilan perasaan dan mekanisme pengendalian yang membimbing dan
membentuk tingkah laku serta perilaku dari karyawan. Berikut fungsi budaya
menurut beberapa ahli :
2.2.1. Fungsi Budaya Organisasi Menurut Para Ahli
1. Fungsi Budaya Menurut Judith R. Gordon (2002)
Manager menggunakan budaya untuk sejumlah fungsi, yaitu :
a. Mendukung strategi bisnis organisasi, para manajer menggunakan
budaya guna mendukung pertumbuhan bisnis.
b. Menetapkan cara-cara yang bisa diterima manajer berinteraksi
dengan pihak eksternal, seperti pemegang saham, pemerintah atau
para pelanggan. Mereka bertanya tentang pengalaman dari orang
yang berinteraksi dengan pihak eksternal.
c. Mengambil keputusan staffing. Para pekerja yang tidak bekerja
keras atau tidak cocok dalam budaya informal kemungkinan akan
mengalami masalah kinerja.
d. Menetapkan kriteria kinerja. Manajer dan pegawai lainnya bisa
dievaluasi atas dasar kemampuan mereka untuk memenuhi standar
yang konsisten dengan budaya.
e. Membimbing sifat hubungan antar personal yang bisa diterima di
perusahaan. Budaya perusahaan mendorong para manajer dan
pekerja untuk menghargai keterampilan dan komunikasi satu sama
lain.
f. Memilih gaya manajemen yang tepat. Budaya pekerja yang ada
dalam organisasi dapat menentukan gaya manajemen.
2. Fungsi Budaya Menurut Debra L. Nelson, James Campbell Quick
(2006)
Di dalam suatu organisasi, budaya mempunyai empat fungsi, yaitu :
a. Pertama, budaya memberikan rasa identitas bagi anggota-
anggotanya dan meningkatkan komitmen mereka terhadap
organisasi.

4
b. Kedua, budaya merupakan alat untuk menciptakan makna bagi
anggota organisasi. Budaya memberikan cara bagi para pegawai
untuk menafsirkan makna acara-acara organisasi.
c. Ketiga, budaya memperkuat nilai-nilai pada organisasi.
d. Keempat, budaya berfungsi sebagai mekanisme kontrol untuk
membentuk perilaku.
3. Stephen P. Robbins, Timothy A. Judge (2007)
Budaya melakukan sejumlah fungsi di dalam suatu organisasi, yaitu :
1. budaya mempunyai peranan mendefinisikan batasan, artinya
budaya menciptakan perbedaan antara satu organisasi dengan
organisasi lainnya.
2. organisasi menyampaikan perasaan identitas bagi anggota
organisasi.
3. budaya memudahkan penciptaan komitmen terhadap sesuatu yang
lebih besar dari pada kepentingan pribadi seseorang.
4. budaya meningkatkan stabilitas sistem sosial. e. Kelima, budaya
berfungsi sebagai pembuat makna dan mekanisme kontrol yang
membimbing dan membentuk sikap-sikap dan perilaku para
pegawai.

2.3. Menciptakan dan Mempertahankan Budaya Organisasi


2.3.1. Mencipatakan Budaya Organisasi
Penciptaan budaya terjadi dalam tiga cara yaitu:
1. Para pendiri merekrut dan mempertahankan hanya para pekerja
yang berpendapat dan merasakan hal yang sama dengan yang
mereka lakukan.
2.  Mereka menanamkan dan mensosialisasikan cara mereka
dalam berpikir dan merasakan terhadap para pekerja.
3.  Perilaku dari para pendiri sendiri mendorong para pekerja
untuk mengidentifikasi dengan mereka dan
menginternalisasikan keyakinan, nilai, dan asumsi mereka.

5
Ketika organisasi telah berhasil maka kepribadian dari para
pendiri menjadi tertanam dalam budaya.
2.3.2. Menciptakan Budaya Organisasi Yang Beretika
Prinsip-prinsip yang harus diikuti para manajer untuk menciptakan
suatu budaya yang lebih beretika:
1. Menjadi panutan yang terlihat.
Para pekerja akan melihat tindakan dari para manajemen
puncak sebagai patokan atas perilaku yang layak.
2. Mengomunikasikan ekspektasi yang beretika.
Meminimalkan ketidakjelasan dengan membagikan kode etik
organisasional yang menyatakan prinsip dasar organisasi dan
aturan etika yang mana para pekerja harus mematuhinya.
3.  Menyediakan pelatihan yang beretika. Mengadakan seminar,
lokakarya, serta program pelatihan untuk menegakkan standar
etika organisasi, menjelaskan apakah praktik-praktik yang
diperbolehkan dan membahas mengenai dilema-dilema etis.
4.  Pemberian imbalan atas tindakan beretika yang tampak dan
memberikan hukuman atas tindakan yang tidak bretika.
Menilai para manajer mengenai bagaimana keputusan mereka
yang diukur atas kode etik organisasi. Meninjau sarana
demikian pula dengan tujuan akhir. Memberikan imbalan yang
tampak bagi mereka yang bertindak secara etis dan
memberikan hukuman yang mencolok bagi mereka yang
bertindak secara tidak etis.
5. Menyediakan mekanisme perlindungan. Menyediakan
mekanisme secara formal sehingga para pekerja dapat
membahas dilemma-dilema etis dan melaporkan perilaku yang
tidak etis tanpa ketakutan atau teguran. Hal ini meliputi para
penasihat yang beretika, ombudspeople, atau para pejabat yang
beretika.

6
2.3.3. Menciptakan Budaya Organisasi Yang Positif
Budaya organisasi yang positif adalah suatu budaya yang
menekankan pada membangun kekuatan pekerja, memberikan imbalan yang
lebih daripada memberikan hukuman, serta menekankan pada vitalitas dan
pertumbuhan dari individu.
1. Membangun kekuatan pekerja
Meskipun budaya yang positif tidak mengabaikan
permasalahan, hal ini menekankan untuk memperlihatkan
kepada para pekerja bagaimana mereka dapat
mengapitalisasikan kekuatan mereka.Tidakkah lebih baik
berada dalam budaya organisasi yang membantu anda
menemukan kekuatan anda dan mempelajari bagaimana
memperbanyak kekuatan tersebut.
2. Memberikan imbalan yang lebih sering daripada memberikan
hukuman
 Meskipun sebagian besar organisasi secara memadai menitik
beratkan pada pemberian imbalan secara ekstrinsik seperti
misalnya gaji dan promosi, mereka sering kali lupa dengan
kekuatan dari pemberian yang sederhana dan murah seperti
misalnya pujian.
3. Menekankan pada vitalitas dan pertumbuhan
Tidak ada organisasi yang akan memperoleh hasil terbaik dari
para pekerja yang melihat mereka sendiri hanyalah sebagai
roda pada mesin. Suatu budaya yang positif akan menghargai
perbedaan diantara pekerjaan dengan karier. Ini mendukung
bukan hanya apa yang pekerja berikan kontribusi bagi
efektifitas organisasional tetapi bagaimana juga organisasi
dapat membuat unggulan menghargai nilai yang membantu
orang untuk bertumbuh.
4. Batasan dari budaya yang positif

7
Terdapat manfaat untuk menetapkan suatu budaya yang positif,
tetapi sebuah organisasi juga perlu untuk menjadi objektif dan
tidak mengejar titik selain efektivitas.
2.3.4. Mempertahankan Budaya Organisasi
Ketika suatu budaya telah berada pada posisinya, maka praktik
didalam organisasi mempertahankanya dengan memberikan kepada para
pekerja suatu rangkaian pengalaman yang sama. Bagian yang penting dalam
mempertahankan suatu budaya yakni:
1. Pemilihan
Tujuan secara eksplisit dari proses pemilihan adalah untuk
mengidentifikasi dan merekrut para individu dengan
pengetahuan, keahlian, dan kemampuan untuk bekerja dengan
berhaasil.
2. Manajemen puncak. 
Tindakan dari manajemen puncak juga memiliki dampak
utama terhadap budaya organisasi. Melalui kata-kata dan
perilaku para senior eksekutif menetapkan norma-norma yang
menyaring melalui organisasi mengenai, sebagai contoh
apakah pengambilan risiko yang lebih diinginkan, seberapa
banyak kebebasan yang diberikan para manajer bagi para
pekerja, apakah pakaian yang sesuai serta tindakan tindakan
apakah yang memperoleh kenaikan gaji, promosi dan imbalan
lainya.
3. Sosialisasi
Suatu proses yang menyesuaikan diri para pekerja terhadap
budaya organisasi.Sosialisasi merupakan suatu proses dengan
tiga tahap: tahap sebelum kedatangan yaitu periode
pembelajaran didalam proses sosialisasi yang terjadi sebelum
seorang pekerja baru bergabung dengan organisasi, pertemuan
yaitu tahap dalam proses sosialisasi yamng mana para pekerja
yang baru melihat apakah organisasi benar-benar menyukai
dan mempertentangkan kemungkinan dari ekspektasi tersebut

8
dan realitas yang menyimpang, dan metamorphosis yaitu tahap
dalam proses sosialisasi yang mana seorang pekerja yang baru
berubah dan menyesuaikan diri dengan pekerjaan, kelompok
kerja dan organisasi.
2.3.5. Cara Karyawan Mempelajari Budaya
Berbagai macam cara para karyawan dalam mempelajari budaya
organisasi, yakni:
1. Cerita
 Cerita-cerita beredar melalui banyak organisasi, mengaitkan
saat ini dalam masa lalu dan melegitimasi praktik-praktik saat
ini.Mereka umumnya meliputi naratif mengenai para pendiri
organisasi, pelanggaran aturan, keberhasilan dari orang yang
miskin menjadi kaya raya, penurunan dalam tenaga kerja,
relokasi dari para pekerja, reaksi atas kesalahan pada masa
lalu, dan penanggulangan organisasional. Para pekerja juga
menciptakan naratif mereka sendiri mengenai bagaimana
mereka datang untuk kesesuaian atauntidak kesesuaian dengan
organisasi selama proses sosialisasi, meliputi hari pertama di
tempat kerja, interaksi-interaksi awal dengan orang lain, serta
kesan pertama mengenai kehidupan organisasi.
2. Ritual
Ritual merupakan urutan secara repetitif yang
mengekspresikan dan menegakkan nilai luhur dari organisasi,
yang mana tujuannya sangat penting, yang mana orang yang
penting serta yang mana yang dapat di habiskan. Salah satu
ritual yang terbaik adalah nyanyian dari perusahaan Walmart
yang dimulai oleh pendiri perusahaan, mediang Sam Walton,
sebagai sebagai suatau cara untuk memotivasi tenaga kerjanya.
Nyanyian itu menjadi sebuah ritual untuk mengikat para
pekerja bersama-sama dan menegakkan keyakinan Walton
bahwa para pekerja lah yang membuat  perusahaan menjadi
berhasil.

9
3. Simbol
Apa yang melekat pada para pekerja menegenai siapa yang
penting tingkat egaltarianisme keinginan dari manajemen
puncak dan jenis perilaku yang sesuai.
4. Bahasa
Banyak organisasi dan submit di dalamnya  yang yang
menggunakan bahasa untuk membantu para aanggota untuk
mengidentifikasikan dengan budaya, membuktikan penerimaan
mereka akan hal tersebut, dan membantu melestarikannya.
Istilah yang unik yang menggambarkan perlengkapan, para
petugas, para individu utama, para pemasok, para konsumen,
atau produk yang terkait dengan bisnis. Para pekerja yang baru
pada pertama kali akan kewalahan dengan akronim dan jargon,
yang ketika diasimilasikan, bertindak sebagai denominator
umum untuk menyatukan para anggota dari suatu budaya
tertentu atau subkultur.

2.4. Spiritualitas dan Budaya Organisasi


Spiritualitas di tempat kerja adalah menyadari bahwa orang-orang memiliki
kehidupan batin yang memelihara dan dipupuk oleh pekerjaan yang bermanfaat
dalam konteks komunitas. Spiritualitas juga dapat diartikan sebagai bentuk
ekspresi dari keinginan diri untuk mencari makna dan tujuan dalam hidup dan
merupakan sebuah proses menghidupkan serangkaian nilai-nilai pribadi yang
sangat dipegang oleh seorang karyawan, serta mengenai kemampuan
menghadirkan keseluruhan diri karyawan untuk bekerja. Kesadaran spiritualitas
dalam perilaku organisasi dapat membantu memahami lebih baik perilaku
karyawan karena setiap karyawan selalu memiliki kebutuhan batiniah.
Alasan–alasan terhadap meningkatnya ketertarikan pada spiritualitas suatu
sikap:
1. Spiritualitas dapat mengimbangi tekanan dan stress dari kecepatan
gejolak dalam kehidupan.

10
2. Agama yang diformalisasikan kadang tidak sesuai dengan beberapa
orang, dan mereka berlanjut untuk mencari jangkar untuk mengganti
kurangnya keyakinan dan mengisi bertumbuhnya perasaan akan
kekosongan.
3. Tuntutan pekerjaan telah membuat tempat kerja menjadi dominan
dalam kehidupan banyak orang, namun mereka terus menerus
menanyakan arti dari pekerjaan.
4. Orang ingin memadukan nilai kehidupan pribadinya dengan kehidupan
profesionalnya.
5. Peningkatan jumlah orang yang menemukan bahwa pengejaran
terhadap harta yang berupa materi membuat mereka merasa tidak
terpenuhi.
2.4.1. Karakteristik Dari Organisasi Yang Spiritual
1. Sangat memperhatikan tujuan (Strong sense of purpose)
Meskipun pencapaian keuntungan itu penting, tetapi organisasi
spiritual membangun budaya mereka berdasar tujuan yang
bermanfaat. Biasanya dinyatakan dalam bentuk visi dan misi
organisasi
2. Focus pada pengembangan individu (Humanistic work
practices)
Organisasi spiritual memungkinkan karyawan agar dapat terus
belajar dan bertumbuh karena mengakui bobot dan nilai
seseorang.
3. Kepercayaan dan keterbukaan (Trust dan Respect)
Organisasi dengan budaya spiritual senantiasa memastikan
terciptanya kondisi saling percaya, adanya keterbukaan dan
kejujuran. Salah satunya dalam bentuk manajer dan karyawan
tidak takut untuk melakukan dan mengakui kesalahan.
4. Pemberdayaan Karyawan
Manajemen memberdayakan karyawan sehingga mampu
mengambil sebagian besar keputusan yang berhubungan
dengan kerja. Para manajer dalam organisasi spiritual senang

11
mendelegasikan wewenang ke masing-masing karyawan dan
tim.
5. Toleransi terhadap ekspresi karyawan (Toleration of employee
expression)
Organisasi dengan budaya spiritual memiliki toleransi yang
tinggi terhadap bentuk-bentuk ekspresi emosi karyawan.
Humor, spontanitas, keceriaan di tempat kerja tidak dibatasi.
Mereka memungkinkan orang untuk menjadi dirinya sendiri.
2.4.2. Mencapai Spiritualitas Organisasi
Banyak organisasi telah meningkat ketertarikannya akan
spiritualitas tetapi memiliki kesulitan dalam menempatkan prinsip-
prinsipnya ke dalam praktik pelaksanaan. Para pemimpin organisai
sebaiknya dapat mendemonstrasikan nilai, tingkah laku, dan perilaku yang
memacu motivasi secara intrinsik dan perasaan untuk dipanggil melalui
tempat kerja. Dalam mendorong para pekerja untuk mempertimbangkan
bagaimana pekerjaan mereka memberikan kesadaran mengenai tujuan
melalui membangun komunitas juga dapat membantu mencapai spiritualitas
dalam organisasi atau tempat kerja.

12
BAB III
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Dari penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi adalah
suatu karakteristik, norma perilaku dan nilai-nilai yang ada pada sebuah organisasi
yang diterima dan dipahami serta menjadi pedoman dalam melaksanakan
kehidupan suatu organisasi sehingga membedakannya dengan organisasi lainnya
yang mana budaya organisasi merupakan suatu hal yang penting untuk dipahami
karena sangat berpengaruh terhadap kinerja dan sikap sumber daya manusia
dalam suatu organisasi. Dengan membentuk dan mempertahankan budaya yang
baik, maka akan memudahkan untuk mencapai tujuan bersama suatu oragnisasi
atau perusahaan.

4.2. Saran
Merupakan hal yang cukup penting untuk mencari tahu, memahami dan
mengerti keilmuan tentang budaya organisasi guna menjadi sumber daya manusia
yang berkualitas dalam organisasi sehingga mampu menciptakan dan
mempertahankan budaya yang baik agar tujuan bersama dalam organisasi lebih
mudah tercapai. Maka lewat makalah ini penyusun berharap dapat memberi
pengetahuan sedikit banyak mengenai budaya organisasi yang mungkin dapat
berguna bagi penyusun dan pembaca.
Dalam penyusunan makalah ini tentunya masih banyak kekurangan, untuk
itu penyusun memberi saran kepada pembaca agar dapat menyampaikan kritik dan
saran terhadap makalah ini guna perbaikan di masa mendatang.

13
DAFTAR PUSTAKA

Gordon, Judith R.2002.Organizational Behavior: A Diganostic Approach.


Seventh Edition. Upper Saddle River: Pearson Prentice Hall.
Jones, Gareth R.2004.Organizational Theory, Design, and Change: Text and
Cases. Fourth Edition. Upper Saddle River: Pearson Prentice Hall.
Nelson, Debra L, James Campbell Quick.2006.Organizational Behavior:
Foundations, Realities & Challenges. Fifth Edition. Mason: Thomson South-
Western.
Prayitno, Irwan. Buku Ajar: Budaya Organisasi. Dikutip 13 Maret 2019 dari
Academia.edu:https://www.academia.edu/5025126/BUDAYA_ORGANISASI_T
atap_Muka_1_2_
Robbins, Stephen P., Timothy A Judge.2007.Organizational Behavior. Twelfth
Edition.Upper Saddle River: Pearson Prentice Hall.

14

Anda mungkin juga menyukai