Disusun Oleh :
Muhammad Ilham Akbar 1441173402064
Dias Susanti 1441173402013
Ismawati 1441173402061
Nuni Nur Apriliani 1441173402022
Fitri Andryani 1441173402011
Assalamualaikum Wr.Wb.
Syukur alhamdulilah kita haturkan kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat, taufik dan hidayahnya, kita selalu diberi kesehatan sampai pada
saat ini. Shalawat dan salam kita haturkan selalu kepada junjungan Nabi kita yaitu
Nabi Muhammad SAW, beliaulah Guru dari segala Guru yang mengajarkan kita
tentang Ilmu yang bermanfaat Dunia dan Akhirat. Dan dengan adanya izin dari
Allah SWT kami selaku Pemakalah dapat menyelesaikan tugas yang berjudul
“Memahami Budaya Organisasi“
Penulisan makalah ini disusun sebagai salah satu tujuan untuk menambah
wawasan kami tentang Organization Culture dan untuk memudahkan kami dalam
Ujian Akhir Semester nanti, Aamiin Ya Rabbal ‘Alamin.
Dalam proses penyusunan hingga terselesaikannya makalah ini, Kami
sebagai pemakalah sangat banyak mendapat bantuan, doa, motivasi, dan
bimbingan dari berbagai pihak, dan kami ingin mengucapkan banyak Terima
Kasih kepada :
1. Kedua orang tua kami
2. Ibu Neneng Sofiyanti SE., MM Selaku Dosen Organization Culture
3. Semua pihak yang telah membantu kami.
Dalam penyusunan makalah ini, kami selaku penulis dapat menyadari
masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak, dengan ini
harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semua
pihak.
Wassalamualaikum Wr.Wb
ii
DAFTAR ISI
Hal.
Halaman Judul
Kata Pengantar ................................................................................ ii
Daftar Isi .......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang. ................................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah. ......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Budaya Organisasi .......................................................... 4
2.2. Karakteristik Budaya Organisasi ....................................................... 6
2.3. Personality dan Nilai-nilai Budaya Organisasi ................................. 6
2.4. Unsur-unsur Budaya Organisasi ....................................................... 7
2.5. Fungsi dan Dinamika Budaya Organisasi ......................................... 8
2.6. Peran Budaya Organisasi .................................................................. 8
2.7. Tujuan dan Manfaat Mempelajari Budaya Organisasi ...................... 9
2.8. Indikator-indikator Budaya Organisasi ............................................. 12
2.9. Budaya Kuat VS Budaya Lemah ...................................................... 14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Dalam pembahasan selanjutnya, buku ini akan lebih menekankan
penggunaan istilah budaya organisasi (organizational culture) dari pada budaya
korporasi (corporate culture). Hal ini cukup beralasan karena istilah organisasi
memiliki arti yang lebih luas dibanding korporasi. Semua bentuk korporasi atau
perusahaan adalah organisasi yang berorientasi profit. Dengan demikian,
penggunaan istilah organisasi memiliki cakupan yang lebih luas meliputi
organisasi non profit seperti yayasan, Lembaga Swadaya Masyarakat (Non
Government Organization) , kantor-kantor pemerintah (public offices) dan
organisasi non profit lainnya. Dengan demikian penggunaan istilah budaya
organisasi memiliki cakupan yang lebih luas dibandingkan dengan budaya
korporasi.
Dari berbagai pengalaman empiris, keberhasilan sebuah organisasi sangat
dipengaruhi oleh adanya karakter budaya yang kuat sehingga mampu memberikan
atmosfir yang kondusif dan memungkinkan bagi organisasi beroperasi secara lebih
efektif dan efisien. Menurut Shein salah satu sumber utama terciptanya budaya
oirganisasi pada dasarnya berasal dari : (1) asumsi dasar, keyakinan serta nilai-
nilai para pemimpinnya. Jadi kepemimpinan sangat berpengharuh dalam proses
pembentukan budaya organisasi. (2) budaya organisasi terbentuk karena proses
belajar dari pengalaman yang ditemui para anggotanya selama berinteraksi dalam
sebuah organisasi dan (3) adanya nilai-nilai atau keyakinan baru yang dibawa
masuk oleh pendatang.
2
8. Tujuan dan manfaat mempelajari Budaya Organisasi ?
9. Indikator-indikator Budaya Organisai ?
10. Perbedaan Budaya Kuat VS Budaya Lemah ?
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
dalam organisasi. Dengan adanya pemahaman terhadap pedoman-pedoman
tersebut akan memungkinkan para anggotanya untuk menyesuaikan diri terhadap
budaya organisasi yang ada. Hasil kerja seperti apa yang paling penting dan perlu
menjadi perhatian bagi organisasi? Perilaku apa yang pantas dan tidak pantas di
dalam bekerja pada organisasi? Bagaimana sebaiknya seseorang dalam berpakaian
dan berperilaku dalam bekerja? Bahkan ada beberapa organisasi yang masih
menghendaki para anggotanya tetap berperilakau sesuai budaya yang telah
digariskan, meskipun mereka sedang berada di luar organisasinya.
Ketiga, budaya organaisasi memaksa dan membentuk sikap dan perilaku
tertentu melalui sebuah sistem kontrol terhadap para anggotanya. Telah ditemukan
cukup banyak bukti bahwa nilai-nilai dan tujuan individu anggota organisasi akan
tumbuh dan menyesuaikan diri dengan budaya organisasi tempat bekerja. Hal ini
mudah dimengerti mengingat lamanya seseorang berada di dalam organisasi
seiring masa kerja yang dapat bertahun-tahun lamanya.
Menurut Schein (1996 : 12) budaya sebuah organaisasi dapat didefinisikan secara
formal sebagai : “ A pattern of shared basic assumptions that a group learned as
it solved its problems of external adaptation and internal integration, that has
worked well enough to to be considered valid and, therefore, to be taught to new
members as the correct way to perceive, think, and feel in relation to those
problems”.
Dari definisi formal tersebut, muncul tiga hal penting :
1. Masalah sosialisasi, karena budaya perlu diwariskan kepada anggota baru atau
generasi berikutnya,
2. Masalah perilaku (behavior) khususnya overt begahvior.
3. Apakah organisasi besar dapat memiliki satu budaya?
5
members. Culture is the pattern or configuration of these two levels of theses
characteristics that orients or directs organizational members to manage problem
and their surroundings”.
Budaya organisasi dapat terbentuk jika terjadi stabilitas keanggotaan,
shared history, learning and experience. Organisasi yang kurang stabil, minim
kejadian yang menantang dan kurang shared assumptions akan memiliki budaya
yang lemah. Dengan demikian, tidak semua kumpulan orang dapat disebut sebagai
group/organisasi. Jika sekumpulan orang tidak ada share in meaning, maka hanya
disebut sebagai kerumunan saja (crowd).
6
berdampak kepada kualitas penilaian yang berasal dari lingkungan seperti teman,
keluarga, teman sejawat dan atasan. Dari penjelaan ini dapat disebutkan bahwa
personaliti atau kepribadian menjelaskan “what people are like” atau “seperti
apakah kualitas kepribadian seseorang”. Sebaliknya, ability atau kecakapan
seseorang lebih menjelaskan “what people can do” atau “apa yang dapat
dilakukan oleh seseorang”.
Personality atau kepribadian sebenarnya merupakan sekumpulan dari
berbagai sifat-sifat dasar khusus (multiple specific traits) yang dimiliki seseorang
secara alamiah sejak dari lahir. Oleh karenanya, traits merupakan sebuah fungsi
dari keterpaduan antara faktor genetik dan lingkungan. Traits atau sifat dasar
bawaan manusia adalah adanya sebuah respon yang selalu hampir sama sehingga
menjadi kebiasaan dan membentuk pola kecenderungan (trend) terhadap
perubahan lingkungan. Traits biasanya diekspresikan dengan kata-kata sifat
(adjectives) seperti : tanggungjawab (responsible), kritis (critical), rapih (well
organized), rapih (neaty), sopan (polite), lucu (funny) dan tepat waktu (panctual).
Menurut kamus Webster Unabridged terdapat lebih dari 1.710 kata-kata sifat yang
dapat digunakan untuk mendeskripsikan kepribadian seseorang.
Telah diuraikan di atas, traits merupakan sebuah fungsi dari keterpaduan
antara faktor genetik dan lingkungan. Salah satu faktor lingkungan yang
terpenting adalah budaya di mana seseorang tumbuh dan berkembang sampai
dengan menemukan jatidirinya. Sedangkan nilai budaya (cultural values) adalah
adanya kesamaan keyakinan tentang kode etik serta nrma-norma dalam
bermasyarakat mengenai keinginan-keinginan dalam mencapai sesuatu yang
dampaknya sangat kuat berpengaruh terhadap traits seserang.
7
3. Panutan atau keteladanan, orang-orang tersebut memberi pengaruh besar pada
perilaku anggota lain.
4. Upacara-upacara, ritual atau tradisi, berkenaan dengan pemberian penghargaan
dan apresiasi kepada anggota berprestasi yang dilangsungkan secara kontinyu, ikut
mempengaruhi budaya organisasi secara luas.
5. Jaringan komunikasi, informal yang memegang peran penting dalam penyebaran
suatu budaya.
8
2.7 Tujuan dan Manfaat Mempelajari Budaya Organisasi
Tujuan dan sasaran akhir memahami budaya organisasi adalah agar kita
mampu mengendalikan dan mengarahkan organisasi secara gemilang mencapai
tujuan yang telah ditetapkan oleh manajemen. Tujuan suatu organisasi dapat
dicapai dengan efektif dan efisien apabila pemimpinnya mampu memahami
budaya oragnisasinya. Oleh karena itu, mempelajari budaya organisasi memiliki
tujuan dan manfaat secara khusus sebagai berikut :
1. Memahami karakteristik budaya organisasi.
Seorang manajer atau pemimpin harus memahami terlebih dahulu secara
benar budaya organisasi yang akan atau sedang dikelolanya.
2. Memungkinkan untuk menentuan gaya kepemimpinan yang ideal.
Dengan memahami secara lebih specifik karakter budaya sebuah
organisasi maka seorang manajer dapat lebih mudah dalam menentukan langkah
yang sangat strategis, yaitu menentukan gaya kepemimpinannya.
3. Menciptaan Good Corporate Governance (GCG).
GCG adalah azaz penyelenggaraan budaya organisasi modern meliputi
transperancy (keterbukaan), Honesty (kejujuran), Fairness (adanya unsur keadilan
dan keseteraan hak dan kewajiban pada semua pihak), responsibility
(pertanggungjawaban sosial seperti program CSR = Corporate Social
Responsibility, Community Development ), Check and Balances (Objektivitas) dan
Social involvement .
4. Mencapai tujuan yang telah ditetapkan organisasi.
Budaya sebagai sebuah konsep, telah lama dikenal. Penggunaan istilah
budaya dimulai sejak perjalanan sejarah umat manusia itu sendiri. Sejak adanya
sistem sosial kemasyarakatan, budaya telah ada dan membantu masyarakat dalam
menghadapi ketidakpastian (un-certainty) dan ambiguity untuk mempertahankan
eksistensi manusia itu sendiri. Budaya berkembang secara natural ketika
sekelompok orang terbentuk.
Untuk menggambarkan prestasi seseorang yang begitu hebat dan dikagumi, sering
dinyatakan orang tersebut sebagai orang yang sangat ber-budaya. Sebaliknya,
9
tindakan-tindakan seseorang yang merugikan orang lain atau lingkungan
sekitarnya dan a-moral akan dikatakan sebagai tindakan yang tidak ber-budaya!
Budaya telah lama digunakan para antropolog untuk mengungkapkan
kebiasaan, tradisi atau ritual yang dilakukan masyarakat sepanjang perjalanan
peradabannya. Namun demikian, beberapa dekade terakhir, istilah budaya mulai
digunakan para peneliti organisasi dan manajer untuk mengindikasikan iklim dan
praktek pengelolaan sumber daya manusia (SDM), keyakinan nilai-nilai dasar, visi
dan misi (credo) organisasi. Dalam konteks ini, seorang manajer akan berusaha
membangun budaya organisasi yang paling kondusif (the most suitable condition)
untuk menghantarkan tujuan organisasinya.
Mulai awal tahun 1970-an, para ahli dan praktisi manajemen mulai
menyadari bahwa budaya organisasi memegang peranan sangat penting dalam
menentukan perilaku, sikap dan nilai-nilai atau kepercayaan yang berkaitan
dengan organisasi tempat bekerja. Hal ini ditandai dengan ditulisnya dua buah
buku Theory Z oleh William Ouchi dan In Search of Excellence oleh Thomas
Peter dan Robert Waterman Jr. yang mana kedua buku tersebut mulai
mengungkapkan pentingnya peran budaya dalam organisasi. Ungkapan-ungkapan
yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena budaya
organisasi atau yang biasa disebut sebagai indikator atau manifestasi budaya
organissi diantaranya :
1. Observes behavioral regularities when people interact (Kebiasaan-kebiasaan
yang dapat dilihat saat mereka berinteraksi. Bahasa yang digunakan, pakkaian
dan tradisi-tadisi dan ritual yang tampak.
2. Group Norm (Norma-norma kelompok). Norma kelompok adalah nilai-nilai
dan standard pokok yang implicit dalam sebuah organisasi.
3. Espoused value. Prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang diungkapkan secara terbuka
untuk dicapai sebuah organisasi. Misal : Product quality atau price leadership.
4. Formal philosophy (Filosofi formal). Filosofi formal adalah prinsip-prinsip
ideologi dan kebiajakan umum yang mendasari tindakan dan langkah organisasi
dalam berhubungan dengan stockholders, karyawan, pelanggan, dan stakeholders
yang lain. Contoh : “HP Way” pada produk Hawlett-Packard.
10
5. Rule of the game (Aturan-aturan). Rule of the game bersifat eksplisit dan
sengaja dibuat untuk mengatur bagaimana seorang anggota berinteraksi dalam
sebuah organisasi. Sebuah “aturan atau ketentuan dasar” yang setiap pendatang
baru wajib mempelajarinya agar dapat diterima secara baik sebagai anggota
kelompok. “The way we do things around here”.
6. Organizational Climate (Iklim Organisasi). Iklim organisasi adalah ungkapan
atau ekspresi dari kondisi perasaan yang diperlihatkan sebuah organisasi dalam
bentuk tata letak bangunan fisik, cara setiap anggota berinteraksi satu sama lain,
dengan pelanggan atau dengan kelompok luar lainnya.
7. Embedded skills (Kemampuan khusus). Embedded skills adalah kompetensi
khusus yang dimiliki anggota kelompok dalam mencapai tugas-tugas tertentu,
kemampuan menyelesaikan tugas-tugas tertentu tanpa diajarkan secara tertulis dari
generasi ke generasi berikutnya.
8. Habit of thinkings, mental models, and/or linguistic paradigms. Kesamaan
kognitif yang membuat persamaan persepsi, pemikiran, dan bahasa yang
digunakan oleh anggota kelompok dan diajarkan kepada anggota kelompok baru
dalam proses awal sosialisasi.
9. Shared meanings (Saling pengertian). Shared meanings adalah adanya saling
pengertian yang mendalam yang timbul kearena diciptakan oleh anggota
kelompok pada saat mereka berinteraksi antara anggota yang satu dengan dengan
yang lainnya.
10. Root metaphors or integrating symbols. Metafora dasar atau keterpaduan
simbol adalah gagasan, perasaan dan gambaran/citra yang dikembangkan untuk
memberikan karakteristik kepada mereka sendiri, yang mungkin diapresiasi secara
sadar atau tidak, namun dapat terealisir dalam bentuk bangunan, tata letak ruang
kantor, dan barang-barang artifak lainnya. Level budaya tahap ini, menunjukkan
emosional dan estetika kelompok sebagai bentuk yang kontrast dari tanggapan
kognitif dan evaluatif.
Untuk menambah pemahaman konsep budaya organisasi, perlu
diperhatikan adanya dua element budaya; structural stability dan patterning atau
integration. Jika kita mengatakan bahwa sesuatu berbudaya, maka akan dapat
11
ditarik kesimpulan bahwa hal tersebut tidak hanya disukai bersama (shared), tapi
lebih mendalam (deep) dan stabil. Mendalam (deep) artinya kurang disadari (less
conscious) oleh karenanya kurang tangible dan less visible. Patterning adalah
memahami budaya yang lebih menyeluruh (gestalt) serta wholistic.
Dengan demikian patterning atau integrating adalah sebuah esensi budaya
yang merupakan penggabungan antara ritual, climate, values, dan behaviors
sebagai sesuatu yang coherent. Cara yang paling baik untuk mempelajari budaya
organisasi adalah memandangnya sebagai akumulasi proses pembelajaran bersama
yang meliputi perilaku dan emosional sebagai fungsi satu kesatuan psikologis para
anggota sebuah organisasi. Dalam sebuah organisasi, terdapat dua permasalahan
pokok yaitu : (1). Bertahan (survival), pertumbuhan (growth), dan adaptasi
terhadap lingkungan, (2). Integrasi internal yang memungkinkan berajalannya
fungsi adaptasi dari waktu ke waktu.
12
sebuah organisasi. Sebuah “aturan atau ketentuan dasar” yang setiap pendatang
baru wajib mempelajarinya agar dapat diterima secara baik sebagai anggota
kelompok. “The way we do things around here”.
6. Organizational Climate (Iklim Organisasi). Iklim organisasi adalah ungkapan
atau ekspresi dari kondisi perasaan yang diperlihatkan sebuah organisasi dalam
bentuk tata letak bangunan fisik, cara setiap anggota berinteraksi satu sama lain,
dengan pelanggan atau dengan kelompok luar lainnya.
7. Embedded skills (Kemampuan khusus). Embedded skills adalah kompetensi
khusus yang dimiliki anggota kelompok dalam mencapai tugas-tugas tertentu,
kemampuan menyelesaikan tugas-tugas tertentu tanpa diajarkan secara tertulis dari
generasi ke generasi berikutnya.
8. Habit of thinkings, mental models, and/or linguistic paradigms. Kesamaan
kognitif yang membuat persamaan persepsi, pemikiran, dan bahasa yang
digunakan oleh anggota kelompok dan diajarkan kepada anggota kelompok baru
dalam proses awal sosialisasi.
9. Shared meanings (Saling pengertian). Shared meanings adalah adanya saling
pengertian yang mendalam yang timbul kearena diciptakan oleh anggota
kelompok pada saat mereka berinteraksi antara anggota yang satu dengan dengan
yang lainnya.
10. Root metaphors or integrating symbols. Metafora dasar atau keterpaduan
simbol adalah gagasan, perasaan dan gambaran/citra yang dikembangkan untuk
memberikan karakteristik kepada mereka sendiri, yang mungkin diapresiasi secara
sadar atau tidak, namun dapat terealisir dalam bentuk bangunan, tata letak ruang
kantor, dan barang-barang artifak lainnya. Level budaya tahap ini, menunjukkan
emosional dan estetika kelompok sebagai bentuk yang kontrast dari tanggapan
kognitif dan evaluatif.
Untuk menambah pemahaman konsep budaya organisasi, perlu
diperhatikan adanya dua element budaya; structural stability dan patterning atau
integration. Jika kita mengatakan bahwa sesuatu berbudaya, maka akan dapat
ditarik kesimpulan bahwa hal tersebut tidak hanya disukai bersama (shared), tapi
lebih mendalam (deep) dan stabil. Mendalam (deep) artinya kurang disadari (less
13
conscious) oleh karenanya kurang tangible dan less visible. Patterning adalah
memahami budaya yang lebih menyeluruh (gestalt) serta wholistic. Dengan
demikian patterning atau integrating adalah sebuah esensi budaya yang
merupakan penggabungan antara ritual, climate, values, dan behaviors sebagai
sesuatu yang coherent.
Cara yang paling baik untuk mempelajari budaya organisasi adalah
memandangnya sebagai akumulasi proses pembelajaran bersama yang meliputi
perilaku dan emosional sebagai fungsi satu kesatuan psikologis para anggota
sebuah organisasi. Dalam sebuah organisasi, terdapat dua permasalahan pokok
yaitu : (1). Bertahan (survival), pertumbuhan (growth), dan adaptasi terhadap
lingkungan, (2). Integrasi internal yang memungkinkan berajalannya fungsi
adaptasi dari waktu ke waktu.
14
efisien. Sebaliknya, budaya kuat dapat menurunkan kemampuan dan kinerja
organisasi beradaptasi dengan lingkungan luar.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
16
DAFTAR PUSTAKA
Http://strategimanajemen.net/2010/03/08/melacak-strategi-bisnis-lion-air/
Http://romailprincipe.com/daftar-standar-gaji-perusahaan-indonesia
17