OLEH :
KELOMPOK 7
D III PERPAJAKAN
UNIVERSITAS UDAYANA
KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DALAM ORGANISASI
Komunikasi antar pribadi dapat didefinisikan sebagai proses hubungan yang tercipta, tumbuh
dan berkembang antara individu yang satu (sebagai komunikator) dengan individu lain (sebagai
komunikan) dengan gayanya sendiri menyampaikan pesan kepada yang lain (komunikan),
sedangkan yang satu (komunikan) dengan gayanya sendiri menerima pesan dari sumber
(komunikator). Komunikasi itu terus tumbuh dan berkembang hingga dicapai persepsi dan tujuan
bersama.
Komunikasi antarpribadi memiliki beberapa tujuan sesuai dengan yang dikemukakan oleh De
Vito “The five major purposes of interpersonal communication are to learn about self, others, and
the world; to relate to others and to form relationship; to influence or 5 control the attitudes and
behaviours of others; to play or enjoy oneself; to help others.” (DeVito, 1995:15). Tujuan
komunikasi antarpribadi menurut De Vito adalah untuk belajar diri sendiri, tentang orang lain, dan
bahkan belajar tentang dunia. Belajar diri sendiri artinya sebagai pustakawan sebelum memberikan
pelayanan harus mengetahui kepribadian diri sendiri terlebih dahulu bahwa sebagai pustakawan
mempunyai kewajiban untuk memberi pelayanan informasi kepada pemustaka sebaik-baiknya dan
pustawakan harus siap membantu kebutuhan informasi yang diperlukan pemustaka. Sedangkan
mengetahui orang lain sebagai pustakawan juga harus memahami sedikit banyak kepribadian
pemustaka yang akan dilayani terlebih di sebuah perguruan tinggi dimana pemustakanya sangat
heterogen baik mahasiswa, tenaga pendidik, dan tenaga kependidikan.
Tujuan komunikasi antarpribadi yang kedua untuk memengaruhi sikap dan perilaku orang lain.
Dalam hal ini kegiatan komunikasi antarpribadi pustakawan ditujukan untuk memengaruhi agar
pemustaka memiliki sikap, pendapat dan atau perilaku yang sesuai dengan kehendak pustakawan
berdasarkan ketentuan yang diberlakukan. Tujuan komunikasi antarpribadi yang ketiga adalah
untuk membantu orang lain. Sebagai contoh ketika seorang pemustaka bekonsultasi dengan
seorang pustakawan, atau kita yang mendengarkan seorang pemustaka yang mengeluhkan sesuatu.
Komunikasi antarpribadi yang demikian merupakan bentuk komunikasi bertujuan untuk menolong
orang lain memecahkan masalah yang dihadapinya dengan bertukar pikiran.
1
C. Gaya Kepemimpinan (Contingency Leadership Theory)
Pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang mampu merubah perilakunya menyesuaikan
dengan karakteristik para pengikutnya dan situasi lingkungan dimana kepemimpinan berlangsung.
Wirawan mengemukakan ada lima pola perilaku pemimpin dalam memimpin para pengikutnya,
yaitu: otokratik, paternalistik, partisipatif.
Menurut Maslow, kebutuhan manusia tersusun dalam suatu hierarki. Disebut hierarki karena
memang manusia memenuhi kebutuhannya secara berjenjang. Manusia akan berusaha memenuhi
satu jenjang kebutuhan terlebih dahulu. Setelah jenjang pertama terpenuhi, maka manusia akan
mencoba memenuhi kebutuhan yang ada di jenjang berikutnya. Dilansir dari buku Perilaku
Organisasi (2008) karya Stephen P. Robbins dan Timothy A. Judge, dijelaskan lima hierarki
kebutuhan dari Abraham Maslow, yaitu:
Kebutuhan Fisiologi
Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan paling mendasar dari hierarki Maslow. Kebutuhan ini
disebut juga sebagai kebutuhan primer, seperti makan, minum, pakaian, dan tempat tinggal.
2
Manusia akan memenuhi kebutuhan fisiologis terlebih dahulu sebelum ia beranjak ke kebutuhan
berikutnya. Sebab, kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan yang paling kuat dan mendesak
pemenuhannya.
3
1. Receiving (Menerima)
Mendengarkan dimulai dengan menerima pesan verbal dan nonverbal, yang terdiri dari kata serta
gerak tubuh, ekspresi wajah, dan variasi dalam tingkat volume suara (paralinguistik). Dalam
menerima cobalah untuk:
a. Memfokuskan perhatian Anda pada pesan verbal dan nonverbal pembicara, atas apa yang
dikatakan dan apa yang tidak dikatakannya.
2. Understanding (Memahami)
Memahami adalah mempelajari maksud pembicara, baik dari isi maupun emosinya.
a. Menghubungkan informasi baru dari pembicara dengan apa yang sudah diketahui
b. Melihat pesan pembicara dari sudut pandang pembicara. Hindari menilai pesan pembicara
sampai Anda benar-benar memahaminya
c. Mengajukan pertanyaan untuk klarifikasi
d. Mengulangi ide-ide pembicara dengan kata-kata Andasendiri
3. Remembering (Mengingat)
Dalam mendengarkan diperlukan adanya ingatan, untuk mengingat pesan yang telah disampaikan.
Ingatan berguna dalam melakukan komunikasi agar yang disampaikan sesuai, tidak keliru, maupun
rancu. Ingatan misalnya untuk mengingat nomor telepon, alamat rumah, nama, janji temu, atau
arah. Dalam mengingat cobalah untuk:
a. Mengidentifikasikan ide-ide pokok dari pesan pembicara maupun garis besarnya.
b. Merangkum pesan dalam bentuk yang mudah dimengerti. Namun, jangan sampai
merubah pesan penting si pembicara.
4. Evaluating (Evaluasi)
Evaluasi terdiri dari pengambilan kesimpulan. Kita sering kali mengevaluasi niat atau motif
pembicara, secara sadar maupun tidak sadar. Baik dalam bentuk kritik atau analisis. Evaluasi
merupakan upaya untuk menyamakan pesan dengan realita dan fakta yang terjadi. Dalam
mengevaluasi cobalah untuk:
a. Menentang evaluasi sampai Anda sepenuhnya paham sudut pandang pembicara.
4
b. Menganggap pembicara tersebut sebagai seseorang yang baik (husnudzon –red), yang
pesannya memberikan manfaat kepada pendengar.
c. Membedakan mana fakta dan mana opini yang disampaikan oleh si pembicara.
d. Mengidentifikasi sikap pembicara yang condong untuk memihak pada salah satu hal
5. Responding (Menanggapi)
Dua fase yang terjadi dalam menanggapi:
a. Tanggapan dibuat saat pembicara sedang berbicara
- Sebagai bukti Anda mendengarkan pembicara
- Adanya back chanelling cues (seperti hmm, ya, uh, he? dan lain-lain)
b. Tanggapan dibuat seusai pembicara berbicara
- Sebagai bentuk empati
- Untuk klarifikasi lebih lanjut
5
DAFTAR PUSTAKA