Oleh :
Kelompok 2 :
Masriani H.
Windayani Astuti
Nurul Faizah
Zulhaeni
Yulinar
Nada
Pemahaman berbagai terminologi berkenaan dengan CSR, dilanjutkan dengan kajian kronologis
sejak kelahiran sampai dengan kemutakhiran dari teori dan konsep CSR dari sudut pandang ontologi,
epistemologi, dan aksiologi.
Hakikat tanggung jawab sosial korporasi dari segi ontology termasuk objek yang terserap oleh
pengamatan indrawi dengan manusia sebagai objek formal yang beserta kegiatan interaksinya eksis dalam
ruang dan waktu. Dari segi epistomologi menggarap segala sesuatu berkenaan dengan kegiatan tanggung
jawab sosial sebagai pengamatan empirik, dengan pola piker yang menggunakan metode reflektif, yaitu
cara deduktif dan induktif silih berganti. Dari segi aksiologi, sasarannya adalah mewujudkan apa yang
didambakan oleh objek formalnya, yaitu manusia sebagai subjek dan objek dalam kegiatan tanggung
jawab sosial korporat yang multidimensional, agar menikmati makna eksistensi dan esensinya dalam ko-
eksistensi yang kondusif bagi interaksi yang saling menguntungkan menuju pencapaian keselarasan,
keserasian dan keseimbangan kesejahteraan spiritual dan material.
Perbedaan perspektif di dalam memandang CSR saat ini dan berbagai elemen atau program yang
terkandung dalam aktifitas CSR, sesuai dengan perspektif masing-masing pihak sebagai berikut :
1. “CSR means that a corporation should be held accountable for any of its actions that affect people,
their communities, and their environment.” (Lawrence, Waber and Post, 2005).
2. “The key to operationalizing the strategic role of business in contributing toward this sustainable
development process, so that business is able to engage in and contribute to society as a corporate
citizen.” (Warhust, 2011).
3. Rumusan CSR dari The Global Reporting Initiative/GRI (2002). Organisasi ini telah
mengembangkan suatu kerangka yang dapat membedakan kinerja ekonomi, sosial dari lingkungan
dari suatu perusahaann. Bagi GRI, dimensi sosial dari sustainability yang menyebabkan
diperlakukannya pelaksanaan CSR meliputi bebrbagai dampak yang ditimbulkan oleh aktivitas
organisasi terhadap masyarakat, termasuk di dalamnya karyawan, konsumen, komunitas local, rantai
pasokan serta rekan bisnis.
Prinsip Derma dan Prinsip Perwalian sebagai Faktor Pendorong Lahirnya Konsep CSR
Tahap Awal (Periode 1950-1960)
Konsep CSR sebagai salah satu tonggak penting dalam perjalanan manajemen korporat akan diuraikan
mulai sejak lahir sampai dengan konteks kekinian. Meskipun konsep CSR seperti yang dikenal saat ini
baru dikenal pada awal tahun 1970-an, namun konsep tanggung jawab sosial sudah dikemukakan oleh
Howard R. Bowen pada tahun 1953 (Carroll, 1999: 270) dalam karyanya Social Responsibilities of the
Businessman. Oleh karenanya Carroll menyebut Bowen sebagai “The Father’s of Corporation Social
Responsibility” yang merumuskan konsep tanggung jawab sosial sebagai : ”The obligations of
businessman to pursue those policies, to make those decisions, or to follow those lines of action which are
desirable in term of the objectives and value of our society.”
Steiner and Steiner (1994: 105-110) memandang rumusan Bowen mengenai tanggung jawab sosial
yang dilakukan oleh pelaku bisnis sebagai kelanjutan dari pelaksanaan berbagai kegiatan derma (charity)
sebagai wujud kecintaan manusia terhadap sesama manusia (philantrophy) yang banyak dilakukan oleh
para pengusaha ternama pada akhir abad ke Sembilan belas sampai periode tahun 1930-an.
Sejak kurun waktu tahun 1930-an sampai periode tahun 1960-an, terdapat tiga tema cara
pandang yang berkaitan untuk menjelaskan tanggung jawab sosial korporasi yang digunakan oleh para
pemimpin bisnis, yaitu trusteeship, balancing of interests and service yang memperoleh penerimaan yang
semakin besar dari para pelaku bisnis. Pertama, manajer dianggap berperan sebagai wali (trustee) dari
berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan (Post, Lawrence dan Waber, 2002: 83). Oleh
sebab itu manajer harus mempertimbangkan berbagai kepentingan pihak-pihak yang terpengaruh oleh
keputusan dan kebajikan perusahaan. Post et., al., menyebutkan sebagai stewardship principle yang
dalam prinsip ini manajer perusahaan dipandang sebagai wali public (public trust) yang mengendalikan
sumber daya dalam jumlah yang sangat besar dan penggunaan sumber daya tersebut akan mempengaruhi
berbagai pihak.
Post et., al., mengambarkan perbedaan antara prinsip derma (charity principle) dengan
stewardship principle, sebagaimana dapat dilihat berikut ini :
Perbandingan Prinsip Dasar Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Perkembangan konsep CSR berjalan seiring dengan perkembangan konsep stakeholder. Adapun
konsep stakeholder sendiri tidak dapat dilepaskan perkembangnya dari adopsi pendekatan sistem ke
dalam teori manajemen. Pengenalan terhadap konsep lingkungan organisasi perusahaan yang berkembang
sejalan dengan berkembangnya pendekatan sistem dalam manajemen, telah mengubah cara pandang
manajer dan para ahli teori manajemen terhadap organisasi, terutama mengenai bagaimana suatu
organisasi perusahaan dapat mencapai tujuannya secara efektif.
Freeman (1984: 46), mendefinisikan stakeholder sebagai “ setiap kelompok atau individu yang
dapat memengaruhi atau dipengaruhi oleh pencapaian tujuan perusahaan.” Pada awalnya yang dimaksud
dengan stakeholder mencakup para pemegang saham (stockholders), para pemasok (suppliers), para
pemberi pinjaman (lenders) dan masyarakat luas (society).
Para pemangku kepentingan di dalam perusahaan (inside stakeholders), terdiri dari orang-orang
yang memiliki kepentingan dan tuntutan terhadap sumber daya perusahaan serta berada di dalam
organisasi perusahaan. Yang termasuk ke dalam kategori inside stakeholders adalah pemegang saham
(stockholders), para manajer (managers), dan karyawan (employess).
Para pemangku kepentingan kepentingan di luar perusahaan (Outside stakeholders), terdiri dari
orang-orang maupun pihak-pihak (constituencies) yang bukan pemilik perusahaan, bukan pemimpin
perusahaan dan bukan pula karyawan perusahaan tetapi memiliki kepentingan terhadap perusahaan
dan dipengaruhi oleh keputusan serta tindakan yang dilakukan oleh perusahaan. Yang termasuk ke
dalam kategori outside stakeholder adalah pelanggan (customers), pemasok (suppliers), pemerintah
(government), masyarakat local (local communities) dan masyarakat secara umum (general public).
Dengan menggunakan sudut pandang yang berbeda, Post et., al., (2002: 10) membagi para
pemangku kepentingan ke dalam dua kategori, yakni : primary stakeholder dan secondary stakeholders.
Para pemangku kepentingan utama (primary stakeholder) adalah berbagai pihak yang berinteraksi
langsung dalam aktivitas bisnis perusahaan serta memengaruhi kemampuan perusahaan untuk
melaksanakan tujuan utamanya yakni menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat (Post et., al.,
2002:11). Yang termasuk ke dalam kategori primary stakeholders adalah :
Sedangkan yang dimaksud dengan para pemangku kepentingan sekunder (secondary stakeholders)
adalah orang-orang atau kelompok di dalam masyarakat yang dipengaruhi secara langsung maupun tidak
langsung oleh berbagai aktivitas atau keputusan utama perusahaan (Post et., al., 2002: 12). Yang
termasuk ke dalam kategori secondary stakeholders adalah :
Robbins dan Coulter (2003: 123) menggambarkan perkembangan tanggung jawab sosial
korporat dalam sebuah kontinum yang menunjukkan tanggung jawab sosial perusahaan kepada berbagai
konstituen.
Social Responsibities
Lesser Greater
1. Economic responsibilities
Tanggung jawab sosial utama perusahaan adalah tanggung jawab ekonomi, karena lembaga bisnis
terdiri dari aktivitas ekonomi yang menghasilkan barang dan jasa bagi masyarakat secara
menguntungkan.
2. Legal responsibilities
Masyarakat berharap bisnis dijalankan dengan mentaati hukum dan peraturan yang berlaku yang pada
hakikatnya dibuat oleh masyarakat melalui lembaga legislatif.
3. Ethical responsibilities
Masyarakat berharap perusahaan menjalankan bisnis secara etis. Menurut Epstein (1989: 584-585),
etika bisnis menunjukkan refleksi moral yang dilakukan oleh pelaku bisnis secara perorangan maupun
secara kelembagaan (organisasi) untuk menilai suatu isu dimana penilaian ini merupakan pilihan
terhadap nilai yang berkembang dalam suatu masyarakat.
4. Discretionary responsibilities
Masyarakat mengharapkan keberadaan perusahaan dapat memberikan manfaat bagi mereka.
Ekspektasi masyarakat tersebut dipenuhi oleh perusahaan melalui berbagai program yang bersifat
filantropis.
Saat ini berbagai perusahaan, mayoritas multinasional baik yang bergerak disektor ekstraktif, sector
genetic, sector manufaktur, dan sector jasa dalam arti luas telah mengumumkan laporan tata kelola
perusahaan beserta dampak yang ditimbulkannya terhadap ekonomi, social, dan lingkungan dalam sebuah
sustainability report. Berbagai perusahaan besar dunia seperti Unilever, Procter and Gamble, Shell, UPS,
dan masih banyak lagi perusahaan – perusahaan besar lainnya menyusun sustainability report mereka
dengan menggunakan kerangka sustainability report yang dikembangkan oleh Global Reporting
Initiative.
Dampak Ekonomi
Dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh operasi perusahaan akan memengaruhi para pemangku
kepentingan dan system ekonomi baik local, nasional maupun pada lingkup global. Dalam kaitan ini,
Global Reporting Inititaive (GRI) mengelompokkan adanya dua jenis dampak ekonomi, yakni dampak
ekonomi langsung dan dampak ekonomi tidak langsung.
GRI mendefenisikan dampak ekonomi langsung sebagai perubahan potensi produktif kegiatan
ekonomi yang dapat memengaruhi kesejahteraan komunitas atau para pemangku kepentingan dan prospek
pembangunan dalam jangka panjang. Sedangkan yang dimaksud dengan dampak ekonomi tidak langsung
adalah konsekuensi tambahan yang muncul sebagai akibat pengaruh langsung transaksi keuangan dan
aliran uang antara organisasi dan para pemangku kepentingannya.
3 aspek yang harus dikaji untuk mengukur dampak ekonomi dari operasi perusahaan:
a. Nilai ekonomi yang dihasilkan secara langsung dan didistribusikan oleh perusahaan baik kepada
pemegang saham, kreditur, pemerintah maupun komunitas local dimana didalam nya penghasilan
penjualan (sales revenue), biaya operasi, kompensasi karyawan, sumbangan dan investasi untuk
komunitas, laba ditahan, pembayaran bunga kepada kreditur dan pembayaran pajak kepada
pemerintah.
b. Implikasi keuangan dan munculnya berbagai resiko keuangan yang diakibatkan oleh perubahan
iklim.
c. Cakupan rencana pension yang akan diberikan oleh perusahaan kepada karyawannya, dimana
pada satu sisi perubahan harus menyiapkan dana yang cukup untuk dapat menutup pembayaran
pension selama jangka waktu yang panjang tetapi di sisi lain kebijakan perusahaan untuk
memberikan pensiun akan meningkatkan motivasi karyawan bekerja diperusahaan.
d. Bantuan keuangan yang signifikan dari pemerintah tempat dimana perusahaan beroperasi.
Interaksi Pasar
Indikator – indikator yang termasuk dalam kategori interaksi pasar, akan memberikan informasi
mengenai interaksi yang terjadi antara perusahaan dengan pasar yang spesifik
Indikator dalam kategori ini mencakup mengukur dampak ekonomi yang dihasilkan dari aktifitas
ekonomi dan transaksi.
Dampak Sosial
Dampak Lingkungan
GRI menjabarkan dampak operasi perusahaan terhadap lingkungan ke dalam 9 aspek sebagai berikut:
Ketika korporasi terutama di Indonesia mendengar konsep CSR, timbul banyak berbagai persepsi
menyangkut hal tersebut. Ada yang memandang CSR identik dengan pemberdayaan lingkungan sosial
saja, atau hanya berkecimpung di aktivitas lingkungan hidup tanpa memperdulikan situasi sosialnya atau
masih banyak persepsi lainnya yang sifatnya tidak menyeluruh, setengah-setengah memahaminya bahkan
terlampau dangkal dalam mencerna CSR itu sendiri. Berikut persepsi secara umum yang menjadi
domain CSR tersebut:
Community Development sama dengan CSR
CSR hanya menonjolkan aspek sosial semata
CSR dianggap hanya untuk perusahaan besar saja
Organisasi CSR Cuma tempelan
CSR dipisahkan dari bisnis inti perusahaan
CSR bukan untuk rantai pemasok
CSR dianggap tidak berkaitan dengan pelanggan
CSR menyebabkan penambahan biaya
CSR hanya bersifat kosmetik bagi citra perusahaan
CSR sepenuhnya valuntary atau sukarela
CSR dianggap hanya ditujukan kepada pihak eksternal saja
Butir-butir di atas sangat esensial guna membentuk pola pikir yang benar menyangkut
keberadaan ide dasar CSR. Kesalahan dalam memahami dan menghayati ide daras CSR akan
menimbulkan distori atau kesalahan-kesalahan fundamental dalam pelaksanaan CSR. Apabila kesalahan-
kesalahan fundamental dibiarkan saja tanpa ada perbaikan dan pemahaman yang benar akan
menyebabkan terjadinya pengerdilan dari cita-cita CSR yang sesungguhnya. Persepsi ini harus
dikembalikan konsep sebenarnya yang lebih utuh dari holistik.
Bab 4
Impelementasi CSR di Era Modern: Strategi, Indikator Kerja, dan Pelaporan
CSR
Pedoman sangat diperlukan dalam pelaksanaan strategi CSR oleh perusahaan. Di beberapa
institusi global telah menetapkan pedoman yang baik serta efektif mengenai apa saja yang berhubungan
dengan CSR. Yang paling menjadi acuan utama adalah UN Global Compact yang diinisiasi oleh mantan
Sekjen PBB Kofi Anan. Kontennya sebagai berikut:
CSR merupakan bagian dari system manajemen suatu perusahaan. Sekali lagi korporat yang sadar
dampak jelas akan menjadikan CSR mereka sebagai bagian dari strategi perusahaan yang akan profitabel
dimasa depan dan berdurasi jangka menengah sampai panjang.
Strategi Kepemimpinan Korporat dalam CSR
Table 4.2
Strategi Kepemimpinan Korporat dalam Csr dan Contoh Perusahaan yang Berhasil Menerapkan
Kepemimpinan dalam CSR
Stakeholder merupakan bagian strategis dalam pelaksanaan CSR. Perusahaan yang mampu
bekerja sama dan memuaskan matriks stakeholder dengan skala – skala yang telah ditentukan akan
menciptakan system kerja CSR yang efektif serta menguntungkan bagi setiap pihak.
Pemerintah
Gambar 4.1
Mewakili pemangku kepentingan dimana diantara sesama masyarakat bisa memengaruhi atau
diperngaruhi oleh tujuan kelompok atau organisasi.
Mengutamakan nilai – nilai, keyakinan dan prinsip – prinsip yang berhubungan dengan
lingkungan, social, HAM, dan pembangunan.
Mengawasi pemerintah dan perusahaan dan bertindak supaya akuntabilitas didalam pemerintah
dan perusahaan bisa dijalankan sesuai dengan legal aspek yang berlaku di Negara
Indikator Kinerja Kunci dalam Implementasi CSR
Diperlukan indikator kinerja kunci dalam implementasi CSR. Indicator yang paling efektif adalah bersifat
kualitatif. Ada 8 indikator yang sebaiknya digunakan dalam pengukuran tersebut, yakni:
1. Leadership (kepemimpinan)
2. Proporsi Bantuan
3. Transparansi dan Akuntabilitas
4. Cakupan Wilayah
5. Perencanaan dan Mekanisme Monitoring dan Evaluasi
6. Pelibatan Stakeholder
7. Keberlanjutan
8. Hasil Nyata
Pelaporan CSR
Media penyampaian laporan tersebut bisa berupa pemberitahuan di portal perusahaan, bisa
disatukan dengan laporan kinerja tahunan perusahaan, bisa juga disampaikan diforum – forum formal
seperti seminar, diskusi dan konfrensi. Dengan kata lain pelaporan CSR berperan besar bagi perusahaan
untuk mempublikasikan partikal – partikal CSR mereka kepada stakeholder secara taktis, komprehensif,
dan berkelanjutan.
BAB 5
Jenis-jenis Program CSR
1. Menciptakaan kesadaraan dan perhatian dari masyarakat terhadap suatu masalah dengan
menyajikan angka-angkastatistik serta fakta-fakta yang menggugah.
2. Membunjuk masyarakat untuk memperoleh informasi lebih banyak mengenai suatu isu social
dengan mengunjungi website tertentu.
3. Membujuk orang untuk menyumbangkan waktunya,untuk membantu mereka yang
membutuhkan.
4. Membunjuk orang untuk menyumbangkan uangnya untuk kemanfaatan masyarakaat melalui
pelaksanan program social perusahaan.
5. Membujuk orang untuk menyumbangkan suatu mereka miliki selain uang.
Berbagai menefit yang dapat diperoleh perusahaan dengan melaksanakan kegiatan cause
promotions, menurut Kotler dan Lee (2005) sebagai berikut:
1. Pelakasanaan cause promotion oleh perusahaan akan memperkuat prositioningmerk
perusahaan.
2. Pelakasanaan cause promotion,dapat turut menciptakan jalan bagi ekspresi loyalitas
konsumen terhadap suatu masalah, sehingga bisa meningkatkan loyalitas konsumen terhadap
perusahaan penyelenggara promosi.
3. Memberikan peluang kepada pada karyawan perusahaan untuk terlibat dalam suatu kegiatan
social yang menjadi kepedulian mereka.
Pemasaran Terkait Kegiatan Sosial (Cause Related Marketing)
1. Menyumbangkan sejumlah uang tertentu untuk setiap setiap produk yang terjual.
2. Menyumbangkan sejumlah uang tertentu untuk setiap aplikasi atau rekening yang dibuka.
3. Menyumbangkan presentase tertentu dari setiap produk yang terjual atau transaksi untuk kegiatan
amal (charty).
4. Menyumbangkan presentase tertentu dari laba bersih perusahaan untuk kegiatan social atau untuk
tujuan amal.
Dalam aktivitas CSR ini, perusahaan mengembangkan dan melaksanakan kampanye untuk
mengubah perulaku masyarakat dengan tujuan meningkatkan kesehatan dan keselamatan public, menjaga
kelestarian ligkungan hibup serta meningkatkan kesejahteran masyarakat.
Kampanye coporate social marketing lebih banyak terfokus untuk mendorong perunahan perilaku
yang berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut:
1. Isu-isu kesehatan
Dalam hal ini kampanye coporate social marketing yang dilakukan oelh perusahan bertujuan
untuk mengubah perilaku masyarakat yang memiliki dampak bagi kesehatan mereka,seperti
mengihindari perilaku yang menimbulkan risiko HIV/AIDS,serangan jantung<kecanduan
rokok,alkhol,narkotika.
2. Isu-isu perlindungan terhadap kecelakaan/kerungian
Isu-isu tersebut mencangkup keselamatan lalu lintas, pecengan dari kejahatan, pencegahan dan
pembajakan.
3. Isu-isu lingkungan
kampanye coporate social marketing bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat agar
meningkatkan berbagai perilaku yang merusak lingkungan, seperti mencemari air, mencemari
udara ,pemborosan energy, dan melakukan perdagangan binatang langkah yang di lindungi.
4. Isu-isu keterlibatan Masyarakat
Dalam hal ini kampanye coporate social marketing bertujuan untuk mengubah perilaku orang
agar mereka lebih terlibat dalam kegiatan social masyarakat.
Dalam CSR ini, perusahaan memberikan sumbangan langsung dalam bentuk derma untuk
kalangan masyarakat tertentu. Sumbangan tersebut biasanya berbrntuk pemberian uang secara tunai,
bingkisan/paket bantuan atau pelayanan secara Cuma-Cuma.
Kegiatan filantropi biasanya berkaitan dengan berbagai kegiatan social yang menjadi prioritas
perhatian oerusahaan, bebagai program comporate philanthropy yang melakasanakan perusahaan antara
lain,:
Dalam aktivitas ini CSR ini, perusahaan mendukung serta mendorong para karyawan rekan
perdagangan eceran, atau para pemegang franchie agar menyisikan waktu mereka secara sukarela
guna membant organisasi masyarakat local maupun masyarakat yang menjadi sasaran program.
Bentuk dukungan yang diberikan perusahaan kepada karyawan untuk melakasanakan program
community valuntreering, antara lain:
1. Memasyarakatkan etiks perusahan melalui komunikasi korporat yang akan mendorong karyawan
untuk menjadi sukarelawan bagi komunitas.
2. Mengorganisir tim sukarelawan untuk kegiatan social.
3. Menyediakan waktu cuti dengan tanggung jawab perusahaan
4. Memberikan penghargaan dalam bentuk uang untuk jumlah jam ynag digunakan karyawan
tersebut sebagai sukarelawan
5. Memberikan penghormatam kepada para karyawan yang terlibat dalam kegiatan sukarelawan.
6. Pada karyawan yang terlibat Memberikan penghormatan kegiatan sukarela.
Beberapa benefit yang dapat diperoleh perusahaan melalui kegiataan community volunteering
anatra lain:
1. Membantu hubungan yang tulus antara perusahaan dengan komunitas
2. Kegiatan community volunteering dapat memberikan kontribusi terhadap pencapaian tujuan
perusahan
3. Meningkatkan kepuasan dan motivasi karyawan
Praktika Bisnis yang memiliki Tanggung jawab Sosial (Socially Responsible Busniess
Practice)
Dalam aktivitas CSR ini, perusahaan melaksanakaan aktivitas bisnis melampaui aktivitas bisnis
yang diwajibkan oleh hukum serta melaksanakan,investasi yang mendukung kegiatan social dengan
tujuan meningkatkan kesejahteraan komunitas dan memilihara lingkungan hidup.
1. Membuat fasilitas yang memenuhi bahkan melebihi tingkat keamanan lingkungan dan
keselamatan yang di tetapkan.
2. Mengembangkan perbaikan proses produksi barang dan jasa, seperti berbagi kegiataan untuk
mengurangi penggunaan bahan-bahan yang bebahaya,mengurangi penggunaan bahan kimia
dalam proses peningkatan pertumbuhan tanaman pangan.
3. Menghentikan penawaran produk yang ditenggarai membahayakan kesehatan manusia meskipun
produk itu legal.
4. Memilih pemasok berdasarkan kriteriakesediaan mereka menerapkan dan memilihara aktivitas
sustainable development.
5. Memilih perusahaan menufaktur dan bahan kemasan yang paling ramah lingkungan dengan
berbagai criteria seperti; perusahaan tersebut memiliki tujuan mengurangi penggunaan sumber
daya secara sia-sia.
6. Melakukan pelaporan secara terbuka mengenai material produk yang digunakan berikut asal-
usulnya,potensi bahaya yang timbulkan dari penggunaan produk serta berbagai informasi lain
yang berguna bago konsumen.
7. Mengembangkan berbagai program untuk menunjang terciptanya kesejahteraan masyarakat.
Social Busniess Enterprise (SBE) Merupakan Wujud Konkret dari Skema Besar
Konsep CSR
Social Business Enterprise Enterprise (SBE) pertama kali digagasa oleh Muhammad Yunus
dengan. Ensensi dari konsep ini adalah mengotimalkan keuntungan social dari suatu bisnis yang akan
sangat berguna untuk kebaikan manusia tanpa harus terpaku mendapatkan keuntungan pribadi
semata. Konsep ini tidak lain merupakan bagian dari skema besar CSR yang telah dirancang dan
diimplementasikan selama ini dan tentu saja sangat di apresiasikan di seluruh dunia.
Dalam buku ‘menciptakan Dunia Tanpa Kemiskinan’ bab ‘secawan Yoghrt sekaligus,karangan
Muhammad Yunus terjemahan Indonesia (2008),dapat diambil suatu intisari tentang filosopi SBE
itu sendiri,yakni ‘keuntungan bisnis social ada daln bisnis’,sedangkan prinsip utamanya ialaha ‘sebaik
mungkin beroprasi tanpa menanggung rugi seraya melayani orang khususnya meraka yang diantara
kita paling kurang beruntung’.
Pertama,usaha yang diciptakan orang sengan bisnis social bersifat mandiri.Tidak perlu suntikan
dana setiap tahun. Bisnis social bsa bergerak sendiri menghidupi sendiri, dan berkembang sendiri.
Anda mendapatkan manfaat social lebiah banyak dari uang Anda.Kedua, investor dalam bisnis social
mendapat lagi uang mereka . mereka dapat menginvestasikan lagi uang itu dalam bisnis social serupa
bisnis social lai.
Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa SBE yang digagas Muhammad Yunus
tidak lain merupakan bagian perwujudan konkret dari CSR.
BAB 6
REWARD BAGI KORPORAT YANG MELAKSANKAN CSR
Mungkin hitungan-hitungan incremental capital-output ratio untuk setiap rupiah yang dikeluarkan
untuk investasi CSR belum bisa dinuat secara baku, tetapi keterlibatan perusahaan dalam inisiatif CSR di
era sekarang ini tidak akan sia-sia oleh karena ada beberapa reward yang akan dinikmati.reward itu
berupa :
Perusahaan sebagai organisasi bisnis dalam skema operasionalnya membutuhkan energi dan
sumber daya lainnya, dan itu mampu menyedot biaya yang sangat besar sekali apabila tidak disiasati
dengan cermat.
Hisdustan lever ltd (HLL) telah membuktikan bahwa dengan produk yang berwawasan CSR
mereka secara dramatis dan perencanaan yang itu bisa meningkatkan volume penjualan dan pangsa
pasar di india.
Menyangkut menarik calon-calon investor baru, grameen bank sebagai implementator konsep
serta projek SBE sebagaimana telah diuraikan di bab V bisa disajikan barometernya. Grameen bank
mempunyai segmen memberikan kredit mikro bagi masyarakat miskin di Bangladesh.
New York stock exchange deng dow jones suntanability index (DJSI) dan London stock exchange
dengan socially responsible investement (SRI) INDEX menjadi pionir didunia pasar modal dalam
mengukur nilai saham atas dasar kinerja perusahaan dilihat dari penerapan CSR.
Sekali kali, CSR juga memperhatikan aspek dengan kepentingan serta kebutuhan atas assetnya
yang paling berharga bernama karyawan.
Mencegah resiko dari dampak sosial
Yang paling ditakutkan oleh semua pelaku bisnis adalah terjadinya pemboikotan oleh konsumen
terhadap produk mereka, sehinngga menimbulkan kerugian yang sangat luar biasa, atau pengrusakan
inflastruktur bisnis seperti pabrik, gudang, kantor dan fasilitas lainnya oleh massa oleh karena itu terjadi
kerusuhan sosial atau tragedy politik.
Selain sosial, CSR juga harus memperhatikan aspek lingkungan. Mengabaikan lingkungan kedepannya
bisa fatal oleh karena berpotensi untuk menciptakan kerugian perusahaan, seperti kecelakaan industry
akibat salah mengelola limbah (kasus indorayon yang digugat masyarakat dan pemerintah karena
limbahnya mencemari danau toba), atau kejadian bencana alam seperti banjir lumpur panas (kasus
lapindo brantas), longsor, kebakaran hutan akibat salah perhitungan dalam melakukan operasional
bisnis yang tidak berwawasan lingkungan, dan kedepannya memperburuk kinerja keuangan bahkan bisa
menuju kebangkrutan perusahaan.
Reward non financial bertendensi adanya pergerakan CSR dari suatu perusahaan yang menghasilkan,
tidak berbentuk uang tetapi berbentuk peningkatan kapasitas dan capability perusahaan tersebut secara
kualitatif, dan tentu sangat menguntungkan bagi perusahaan itu sendiri.
Ada lima elemen yang membantu proses “ memperkuat reputasi perusahaan” yakni :
1. Kepercayaan
2. Kredibilitas
3. Responsibility
4. Akuntabilitas
5. Mengelola resiko bisnis secara lebih tanggap dan terperinci
ISO 26000 bgitu brilian secara konsep dan begitu visioner, sehingga ISO ini telah mengantisipasi jauh-
jauh hari bagaimana memperlakukan serta mengelola isu-isu yang akan beririsan antara profit, people,
dan planet.
Indonesia adalah Negara pertama didunia yang meregulasi aktivitas CSR dalam bentuk undang-undang
perseroan terbatas atau singkatnya disebut UU PT. UU PT. Telah disahkan oleh pemerintah pada tanggal
20 juli 2007 silam.
BAB 7
MENGGAGAS POLA KEMITRAAN ANTARA PERUSAHAAN, PEMERINTAH, DAN
LEMBAGA PENDIDIKAN BAGI PENGEMBANGAN DAN KEBERLANJUTAN
Pemodelan Dan Elaborasi Menggagas Pola Kemitraan Antara Perusahaan, Pemerintah, Lembaga
Pendidikan, Dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Bagi Pengembangan Dan Keberlanjutan.
Dalam konteks pola kemitraan antara perusahaan, pemerintah, dan lembaga pendidikan, key
stakeholder dirumuskan secara arbitrer dan mengacu kepada stakeholder yang dianggap paling penting
secara kontekstual bagi kemitraan perusahaan, pemerintah, dan lembaga pendidikan, terutama ditinjau
dari sisi kepentingan perusahaan, karena kemitraan ini bertujuan untuk memelihara keberlangsungan
perusahaan jangka panjang.
3. melaksanakan praktik bisnis yang bertanggung jawab (Responsible Business Practice) microsoft
melaksanakan praktik bisnis yang bertanggung jawab terhadap masyrakat, baik dalam bentuk
kepatuhan terhadap aturan hukum yang berlaku di masing-masing negara dimana microsoft
beroperasi dan menghasilakn produk yang ramah lingkungan], dan memastikan bahwa produk
perusahaan dapat dioprasikan dengan baik bersama-sama produk perusahaan lain termasuk
pesaing.
Pengangurangan Pengangguran Terutama Untuk Calon-Calon Sarjana Yang Berasal Dari Perguruan
Tinggi Yang Ada Di Kota/Kabupaten