Anda di halaman 1dari 26

Ringkasan Buku

Corporate Social Responsibility


Transformasi Konsep Sustainability Management dan Implementasi di
Indonesia

Prof. Dr. Dwi Kartini

Oleh :

Kelompok 2 :
Masriani H.
Windayani Astuti
Nurul Faizah
Zulhaeni
Yulinar
Nada

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Muhammadiyah Palopo


Tahun Pembelajaran 2017/2018
Bab 1
Sekilas Kajian Kronoogis Teori dan Konsep CSR

Pemahaman Terminologi Berkenaan dengan CSR

Pemahaman berbagai terminologi berkenaan dengan CSR, dilanjutkan dengan kajian kronologis
sejak kelahiran sampai dengan kemutakhiran dari teori dan konsep CSR dari sudut pandang ontologi,
epistemologi, dan aksiologi.

Hakikat tanggung jawab sosial korporasi dari segi ontology termasuk objek yang terserap oleh
pengamatan indrawi dengan manusia sebagai objek formal yang beserta kegiatan interaksinya eksis dalam
ruang dan waktu. Dari segi epistomologi menggarap segala sesuatu berkenaan dengan kegiatan tanggung
jawab sosial sebagai pengamatan empirik, dengan pola piker yang menggunakan metode reflektif, yaitu
cara deduktif dan induktif silih berganti. Dari segi aksiologi, sasarannya adalah mewujudkan apa yang
didambakan oleh objek formalnya, yaitu manusia sebagai subjek dan objek dalam kegiatan tanggung
jawab sosial korporat yang multidimensional, agar menikmati makna eksistensi dan esensinya dalam ko-
eksistensi yang kondusif bagi interaksi yang saling menguntungkan menuju pencapaian keselarasan,
keserasian dan keseimbangan kesejahteraan spiritual dan material.

Perbedaan perspektif di dalam memandang CSR saat ini dan berbagai elemen atau program yang
terkandung dalam aktifitas CSR, sesuai dengan perspektif masing-masing pihak sebagai berikut :

1. “CSR means that a corporation should be held accountable for any of its actions that affect people,
their communities, and their environment.” (Lawrence, Waber and Post, 2005).
2. “The key to operationalizing the strategic role of business in contributing toward this sustainable
development process, so that business is able to engage in and contribute to society as a corporate
citizen.” (Warhust, 2011).
3. Rumusan CSR dari The Global Reporting Initiative/GRI (2002). Organisasi ini telah
mengembangkan suatu kerangka yang dapat membedakan kinerja ekonomi, sosial dari lingkungan
dari suatu perusahaann. Bagi GRI, dimensi sosial dari sustainability yang menyebabkan
diperlakukannya pelaksanaan CSR meliputi bebrbagai dampak yang ditimbulkan oleh aktivitas
organisasi terhadap masyarakat, termasuk di dalamnya karyawan, konsumen, komunitas local, rantai
pasokan serta rekan bisnis.
Prinsip Derma dan Prinsip Perwalian sebagai Faktor Pendorong Lahirnya Konsep CSR
Tahap Awal (Periode 1950-1960)

Konsep CSR sebagai salah satu tonggak penting dalam perjalanan manajemen korporat akan diuraikan
mulai sejak lahir sampai dengan konteks kekinian. Meskipun konsep CSR seperti yang dikenal saat ini
baru dikenal pada awal tahun 1970-an, namun konsep tanggung jawab sosial sudah dikemukakan oleh
Howard R. Bowen pada tahun 1953 (Carroll, 1999: 270) dalam karyanya Social Responsibilities of the
Businessman. Oleh karenanya Carroll menyebut Bowen sebagai “The Father’s of Corporation Social
Responsibility” yang merumuskan konsep tanggung jawab sosial sebagai : ”The obligations of
businessman to pursue those policies, to make those decisions, or to follow those lines of action which are
desirable in term of the objectives and value of our society.”

Steiner and Steiner (1994: 105-110) memandang rumusan Bowen mengenai tanggung jawab sosial
yang dilakukan oleh pelaku bisnis sebagai kelanjutan dari pelaksanaan berbagai kegiatan derma (charity)
sebagai wujud kecintaan manusia terhadap sesama manusia (philantrophy) yang banyak dilakukan oleh
para pengusaha ternama pada akhir abad ke Sembilan belas sampai periode tahun 1930-an.

Sejak kurun waktu tahun 1930-an sampai periode tahun 1960-an, terdapat tiga tema cara
pandang yang berkaitan untuk menjelaskan tanggung jawab sosial korporasi yang digunakan oleh para
pemimpin bisnis, yaitu trusteeship, balancing of interests and service yang memperoleh penerimaan yang
semakin besar dari para pelaku bisnis. Pertama, manajer dianggap berperan sebagai wali (trustee) dari
berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan (Post, Lawrence dan Waber, 2002: 83). Oleh
sebab itu manajer harus mempertimbangkan berbagai kepentingan pihak-pihak yang terpengaruh oleh
keputusan dan kebajikan perusahaan. Post et., al., menyebutkan sebagai stewardship principle yang
dalam prinsip ini manajer perusahaan dipandang sebagai wali public (public trust) yang mengendalikan
sumber daya dalam jumlah yang sangat besar dan penggunaan sumber daya tersebut akan mempengaruhi
berbagai pihak.

Post et., al., mengambarkan perbedaan antara prinsip derma (charity principle) dengan
stewardship principle, sebagaimana dapat dilihat berikut ini :
Perbandingan Prinsip Dasar Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Charity Principle Stewardship Principle


Definisi  Bisnis harus memberikan bantuan  Bisnis yang bertindak sebagai
sukarela kepada orang atau wali publik harus
kelompok masyarakat mempertimbangkan kepentingan
semua orang yang dipengaruhi
oleh keputusan dan kebijakan
bisnis
Jenis Aktifitas  Filantropi perusahaan  Mengakui interdependensi bisnis
 Tindakan sukarela untuk dan masyarakat
mempromosikan kebaikan sosial  Menyeimbangkan kepentingan
dan kebutuhan berbagai
kelompok masyarakat
Contoh  Yayasan filantropi perusahaan  Tercerahkan kepentingan diri
 Inisiatif pribadi untuk memecahkan  Memenuhi persyaratan hukum
masalah sosial  Pendekatan stekeholder terhadap
 Kemitraan sosial dengan kelompok perencanaan strategi perusahaan
yang membutuhkan

Berdasarkan prinsip stewardship: Pertama, perusahaan diharapkan untuk melakukan berbagai


aktivitas yang tidak hanya baik untuk perusahaan tetapi juga baik untuk lingkungan sekitarnya. Sebagai
pihak yang dipercaya oleh masyarakat untuk mengelolah berbagai sumber daya, perusahaan diharapkan
dapat menghasilkan produk yang berguna bagi para konsumen serta bisa memberikan dampak positif bagi
para pemangku kepentingan.

Kedua, Para manajer memiliki kewajiban untuk menyeimbangkan kepentingan berbagai


konstituen utama perusahaan. Mereka juga bertindak sebagai koordinator yang melakukan rekonsiliasi
atas beragam tuntutan yang diajukan berbagai kelompok terhadap perusahaan. Dalam kaitan ini manajer
setidaknya memiliki dua jenis tanggung jawab sosial, yakni operational responsibilities dan citizenship
responsibilities. Operational responsibilities dapat dipandang sebagai berbagai standar yang harus dicapai
oleh perusahaan dalam pelaksanaan usahanya secara normal.
Ketiga, manajer memiliki tanggung jawab untuk melayani masyarakat. Dalam hal ini terdapat
suatu keyakinan bahwa manajer berkewajiban untuk melaksanakan serangkaian program sosial dalam
rangka memberikan manfaat bagi masyarakat.

Pengaruh Konsep Stakeholder Management terhadap Perkembangan Konsep CSR (Periode


1960-an – 1970-an)

Perkembangan konsep CSR berjalan seiring dengan perkembangan konsep stakeholder. Adapun
konsep stakeholder sendiri tidak dapat dilepaskan perkembangnya dari adopsi pendekatan sistem ke
dalam teori manajemen. Pengenalan terhadap konsep lingkungan organisasi perusahaan yang berkembang
sejalan dengan berkembangnya pendekatan sistem dalam manajemen, telah mengubah cara pandang
manajer dan para ahli teori manajemen terhadap organisasi, terutama mengenai bagaimana suatu
organisasi perusahaan dapat mencapai tujuannya secara efektif.

Freeman (1984: 46), mendefinisikan stakeholder sebagai “ setiap kelompok atau individu yang
dapat memengaruhi atau dipengaruhi oleh pencapaian tujuan perusahaan.” Pada awalnya yang dimaksud
dengan stakeholder mencakup para pemegang saham (stockholders), para pemasok (suppliers), para
pemberi pinjaman (lenders) dan masyarakat luas (society).

Berdasarkan kaitannya dengan perusahaan, Jones (1995) selanjutnya mengklasifikasikan


stakeholders ke dalam dua kategori, yaitu: inside stakeholders dan outside stakeholders.

 Para pemangku kepentingan di dalam perusahaan (inside stakeholders), terdiri dari orang-orang
yang memiliki kepentingan dan tuntutan terhadap sumber daya perusahaan serta berada di dalam
organisasi perusahaan. Yang termasuk ke dalam kategori inside stakeholders adalah pemegang saham
(stockholders), para manajer (managers), dan karyawan (employess).
 Para pemangku kepentingan kepentingan di luar perusahaan (Outside stakeholders), terdiri dari
orang-orang maupun pihak-pihak (constituencies) yang bukan pemilik perusahaan, bukan pemimpin
perusahaan dan bukan pula karyawan perusahaan tetapi memiliki kepentingan terhadap perusahaan
dan dipengaruhi oleh keputusan serta tindakan yang dilakukan oleh perusahaan. Yang termasuk ke
dalam kategori outside stakeholder adalah pelanggan (customers), pemasok (suppliers), pemerintah
(government), masyarakat local (local communities) dan masyarakat secara umum (general public).

Dengan menggunakan sudut pandang yang berbeda, Post et., al., (2002: 10) membagi para
pemangku kepentingan ke dalam dua kategori, yakni : primary stakeholder dan secondary stakeholders.
Para pemangku kepentingan utama (primary stakeholder) adalah berbagai pihak yang berinteraksi
langsung dalam aktivitas bisnis perusahaan serta memengaruhi kemampuan perusahaan untuk
melaksanakan tujuan utamanya yakni menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat (Post et., al.,
2002:11). Yang termasuk ke dalam kategori primary stakeholders adalah :

a. Para pemegang saham (stockholders).


b. Para karyawan (employees).
c. Para pemasok (suppliers).
d. Para kreditur (creditors).
e. Para pelanggan (customers).
f. Para pedagang besar dan eceran (wholesalers and retailers).

Sedangkan yang dimaksud dengan para pemangku kepentingan sekunder (secondary stakeholders)
adalah orang-orang atau kelompok di dalam masyarakat yang dipengaruhi secara langsung maupun tidak
langsung oleh berbagai aktivitas atau keputusan utama perusahaan (Post et., al., 2002: 12). Yang
termasuk ke dalam kategori secondary stakeholders adalah :

a. Masyarakat secara umum (the general public).


b. Komunitas lokal (local community).
c. Pemerintah Pusat dan Daerah (federal state and local governments).
d. Para pemerintahan asing (foreign governments).
e. Kelompok aktivis sosial (sosial activist groups).
f. Kelompok aktivis sosial ( social activist groups)
g. Media
h. Berbagai Kelompok Pendukung Bisnis (business support groups).

Robbins dan Coulter (2003: 123) menggambarkan perkembangan tanggung jawab sosial
korporat dalam sebuah kontinum yang menunjukkan tanggung jawab sosial perusahaan kepada berbagai
konstituen.

Social Responsibities

Lesser Greater

Stage 1 Stage 2 Stage 3 Stage 4

Pemilik dan manajer Para karyawan Komponen Masyarakat


di lingkungan tertentu dalam arti luas
Pada tahap awal (stage 1), tanggung jawab sosial korporat lebih tertuju kepada pemilik
perusahaan (shareholders/owners) dan manajer. Pada tahap ini pemimpin perusahaan akan
mengedepankan kepentingan para pemegang saham, yakni melalui berbagai upaya untuk menggunakan
sumber daya perusahaan seefisien mungkin dan melakukan maksimasi laba.
Pada tahap kedua (stage 2), perusahaan mulai mengembangkan tanggung jawab sosialnya
kepada para karyawan (employees). Pada tahap ini manajer perusahaan tidak hanya memperhatikan
maksimasi laba, tetapi mareka mulai memberikan perhatian yang besar kepada sumber daya manusia.
Pada tahap ketiga (stage 3), perusahaan mengembangkan tanggung jawab sosialnya kepada para
konstituen dalam suatu lingkungan yang spesifik dimana konstituen tersebut biasanya merupakan
komunitas lokal (local communities) yang terkena dampak secara langsung oleh operasional perusahaan
di daerah tempat mereka bermukim.
Pada tahap keempat (stage 4), perusahaan tidak hanya mengembangkan tanggung jawab
sosialnya kepada masyarakat lokal melainkan mencakup pula masyarakat dalam arti luas (broader
society). Para manajer memandang bisnis mereka sebagian bagian dari entitas publik dan mereka merasa
tanggung jawab untuk melakukan berbagai kebajikan kepada publik.

Perkembangan Konsep CSR Periode 1980-an – Saat ini

Menurut Carroll (1979), konsep CSR memuat komponen-komponen sebagai berikut :

1. Economic responsibilities
Tanggung jawab sosial utama perusahaan adalah tanggung jawab ekonomi, karena lembaga bisnis
terdiri dari aktivitas ekonomi yang menghasilkan barang dan jasa bagi masyarakat secara
menguntungkan.
2. Legal responsibilities
Masyarakat berharap bisnis dijalankan dengan mentaati hukum dan peraturan yang berlaku yang pada
hakikatnya dibuat oleh masyarakat melalui lembaga legislatif.
3. Ethical responsibilities
Masyarakat berharap perusahaan menjalankan bisnis secara etis. Menurut Epstein (1989: 584-585),
etika bisnis menunjukkan refleksi moral yang dilakukan oleh pelaku bisnis secara perorangan maupun
secara kelembagaan (organisasi) untuk menilai suatu isu dimana penilaian ini merupakan pilihan
terhadap nilai yang berkembang dalam suatu masyarakat.
4. Discretionary responsibilities
Masyarakat mengharapkan keberadaan perusahaan dapat memberikan manfaat bagi mereka.
Ekspektasi masyarakat tersebut dipenuhi oleh perusahaan melalui berbagai program yang bersifat
filantropis.

Sedangkan aktivitas corporate citizenship yang bertujuan untuk mengembangkan kesejahteraan


masyarakat (misalnya melalui pemberian pelatihan usaha, pemberian pinjaman lunak, dll) disebut
community development. Penelitian yang dilakukan oleh Peterson (2004) menunjukkan terdapat
hubungan yang erat antara pelaksanaan corporate citizenship (sebagai salah satu kategori tanggung jawab
sosial perusahaan) dengan komitmen karyawan terhadap organisasi. Menurut Carroll ada empat kategori
tanggung jawab sosial sebagai berikut :

Kategori Tanggung Jawab Sosial dan Aktivitas CSR

Discretionary Responsibilities Corporate giving/charity, corporate citizenship, community


development
Ethical Responsibilities Memproduksi produk makanan yang bergizi dan aman bagi
konsumen
Legal Responsibilities Membayar pajak, mentaati undang-undang ketenaga kerjaan
Economic Responsibilities Melaksanakan good corporate governance yang
memungkinkan perusahaan memperoleh maksimalisasi laba

Hubungan CSR dengan Holistic Marketing


Permasalahan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup dan perilaku guna mencari alat pemuasnya
tidak pernah berakhir selama berada di alam duniawi ini. Dari sinilah muncul disiplin ilmu ekonomi,
dengan lingkup kajiannya di dua sektor kegiatan, yaitu sektor produktif di satu pihak, dan sektor
konsumtif di lain pihak. Ilmu tersebut berkembang ke disiplin ilmu lainnya, baik secara komplementer,
suplementer maupun subsititusi untuk mencari solusi dalam menopang kehidupan manusia.
Dalam hal ini perusahaan tidak hanya berorientasi dan memanjakan pengguna saja, tetapi mulai
memperhatikan seluruh pemangku kepentingan. Akibat dinamika dan permasalahan yang semakin
kompleks di berbagai aspek kehidupan, konsep pemasaran sosienta lebih diperjelas melalui pendekatan
konsep pemasaran holistik. Cakupannya meliputi empat aspek yaitu :
1. Internal Marketing
Pemasaran holistik mencakup di dalamnya aspek Internal Marketing yang memastikan bahwa
semua pihak yang ada di dalam organisasi memiliki prinsip-prinsip marketing yang memadai,
khususnya manajer senior. Internal marketing berkenaan dengan memperkerjakan, melatih dan
memotivasi para karyawan, baik berkaitan dengan tugas, wewenang dan tanggung jawab dirinya
sendiri maupun hubungan kerelasiannya dengan rekan kerjanya secara vertikal, horizontal, dan
diagonal agar dapat melayani pelanggan dengan baik.
2. Integrated Marketing
Pemasaran memiliki tugas mengembangkan aktivitas pemasaran melalui program pemasaran
secara terpadu untuk menciptakan, mengomunikasikan, dan menyampaikan nilai (value) kepada para
konsumen. Aktivitas pemasaran yang dimaksud mencakup komponen bauran pemasaran (marketing
mix) yang terdiri dari: product, price, place, promotion, physical evidence, people, dan process.
Pemasaran bisa mengembangkan program pemasaran dengan memanipulasi ketujuh variable
aktivitas pemasaran tersebut.
Dua tema kunci dalam integrated marketing adalah :
1. Berbagai aktivitas marketing digunakan untuk mengkomunikasikan dan menyampaikan nilai
kepada para pelanggan;
2. Seluruh aktivitas marketing dikoordinasikan untuk memperoleh pengaruh bersama dari kegiatan
tersebut secara optimal.
3. Socially Responsible Marketing
Pemasaran holistik mencakup didalamnya sosial responsibility marketing dan pemahaman secara
luas terhadap masalah etika, lingkungan, hukum, dan konteks sosial dari berbagai aktivitas dan
program pemasaran. Sebab dan akibat kegiatan marketing diperluas tidak sebatas konteks perusahaan
dan konsumen melainkan kepada masyarakat secara keseluruhan.
4. Relationship Marketing
Tujuan yang dicapai dari relationship marketing adalah membangun hubungan yang saling
memuaskan dalam jangka panjang dengan pihak-pihak kunci sebagai berikut : para pelanggan, para
pemasok, para distributor, dan rekan marketing lainnya. Melalui pelaksanaan relationship marketing
perusahaan dapat mengembangkan jaringan marketing (marketing network) yang terdiri dari
perusahaan dengan para pemangku kepentingan yang mendukung (pelanggan, karyawan, distributor,
pengecer, dan ilmuwan dari universitas). Dengan adanya jaringan pemasaran, perusahaan bisa
membangun hubungan yang saling menguntungkan.
Bab 2
Dampak Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan dari Proses Bisnis Perusahaan

Saat ini berbagai perusahaan, mayoritas multinasional baik yang bergerak disektor ekstraktif, sector
genetic, sector manufaktur, dan sector jasa dalam arti luas telah mengumumkan laporan tata kelola
perusahaan beserta dampak yang ditimbulkannya terhadap ekonomi, social, dan lingkungan dalam sebuah
sustainability report. Berbagai perusahaan besar dunia seperti Unilever, Procter and Gamble, Shell, UPS,
dan masih banyak lagi perusahaan – perusahaan besar lainnya menyusun sustainability report mereka
dengan menggunakan kerangka sustainability report yang dikembangkan oleh Global Reporting
Initiative.
Dampak Ekonomi

Dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh operasi perusahaan akan memengaruhi para pemangku
kepentingan dan system ekonomi baik local, nasional maupun pada lingkup global. Dalam kaitan ini,
Global Reporting Inititaive (GRI) mengelompokkan adanya dua jenis dampak ekonomi, yakni dampak
ekonomi langsung dan dampak ekonomi tidak langsung.

GRI mendefenisikan dampak ekonomi langsung sebagai perubahan potensi produktif kegiatan
ekonomi yang dapat memengaruhi kesejahteraan komunitas atau para pemangku kepentingan dan prospek
pembangunan dalam jangka panjang. Sedangkan yang dimaksud dengan dampak ekonomi tidak langsung
adalah konsekuensi tambahan yang muncul sebagai akibat pengaruh langsung transaksi keuangan dan
aliran uang antara organisasi dan para pemangku kepentingannya.

3 aspek yang harus dikaji untuk mengukur dampak ekonomi dari operasi perusahaan:

Kinerja Ekonomi (Economic Performance)

Indicator kinerja ekonomi:

a. Nilai ekonomi yang dihasilkan secara langsung dan didistribusikan oleh perusahaan baik kepada
pemegang saham, kreditur, pemerintah maupun komunitas local dimana didalam nya penghasilan
penjualan (sales revenue), biaya operasi, kompensasi karyawan, sumbangan dan investasi untuk
komunitas, laba ditahan, pembayaran bunga kepada kreditur dan pembayaran pajak kepada
pemerintah.
b. Implikasi keuangan dan munculnya berbagai resiko keuangan yang diakibatkan oleh perubahan
iklim.
c. Cakupan rencana pension yang akan diberikan oleh perusahaan kepada karyawannya, dimana
pada satu sisi perubahan harus menyiapkan dana yang cukup untuk dapat menutup pembayaran
pension selama jangka waktu yang panjang tetapi di sisi lain kebijakan perusahaan untuk
memberikan pensiun akan meningkatkan motivasi karyawan bekerja diperusahaan.
d. Bantuan keuangan yang signifikan dari pemerintah tempat dimana perusahaan beroperasi.

Interaksi Pasar

Indikator – indikator yang termasuk dalam kategori interaksi pasar, akan memberikan informasi
mengenai interaksi yang terjadi antara perusahaan dengan pasar yang spesifik

Pengaruh Ekonomi Tidak Langsung

Indikator dalam kategori ini mencakup mengukur dampak ekonomi yang dihasilkan dari aktifitas
ekonomi dan transaksi.

Dampak Sosial

GRI membagi dampak social ke dalam 4 kategori

1. Hak Azasi Manusia (HAM)


2. Tenaga Kerja
3. Masyarakat
4. Tanggung Jawab atas Produk

Dampak Lingkungan

GRI menjabarkan dampak operasi perusahaan terhadap lingkungan ke dalam 9 aspek sebagai berikut:

1. Aspek Bahan Baku


2. Aspek Energi
3. Aspek Air
4. Aspek Keanekaragaman Hayati
5. Aspek Emisi, Effluents, dan Limbah
6. Aspek Produk
7. Aspek Kepatuhan terhadap Ketentuan Hukum yang Berlaku di Bidang Lingkungan Hidup
8. Aspek Transportasi
9. Aspek Lingkup menyeluruh
BAB 3
Persepsi Parsial dalam Memahami CSR

Ketika korporasi terutama di Indonesia mendengar konsep CSR, timbul banyak berbagai persepsi
menyangkut hal tersebut. Ada yang memandang CSR identik dengan pemberdayaan lingkungan sosial
saja, atau hanya berkecimpung di aktivitas lingkungan hidup tanpa memperdulikan situasi sosialnya atau
masih banyak persepsi lainnya yang sifatnya tidak menyeluruh, setengah-setengah memahaminya bahkan
terlampau dangkal dalam mencerna CSR itu sendiri. Berikut persepsi secara umum yang menjadi
domain CSR tersebut:
 Community Development sama dengan CSR
 CSR hanya menonjolkan aspek sosial semata
 CSR dianggap hanya untuk perusahaan besar saja
 Organisasi CSR Cuma tempelan
 CSR dipisahkan dari bisnis inti perusahaan
 CSR bukan untuk rantai pemasok
 CSR dianggap tidak berkaitan dengan pelanggan
 CSR menyebabkan penambahan biaya
 CSR hanya bersifat kosmetik bagi citra perusahaan
 CSR sepenuhnya valuntary atau sukarela
 CSR dianggap hanya ditujukan kepada pihak eksternal saja

Butir-butir di atas sangat esensial guna membentuk pola pikir yang benar menyangkut
keberadaan ide dasar CSR. Kesalahan dalam memahami dan menghayati ide daras CSR akan
menimbulkan distori atau kesalahan-kesalahan fundamental dalam pelaksanaan CSR. Apabila kesalahan-
kesalahan fundamental dibiarkan saja tanpa ada perbaikan dan pemahaman yang benar akan
menyebabkan terjadinya pengerdilan dari cita-cita CSR yang sesungguhnya. Persepsi ini harus
dikembalikan konsep sebenarnya yang lebih utuh dari holistik.
Bab 4
Impelementasi CSR di Era Modern: Strategi, Indikator Kerja, dan Pelaporan
CSR

Strategi dalam Implementasi CSR


Dewasa ini banyak terjadi perubahan – perubahan drastic dalam implementasi CSR. Dibutuhkan
upaya dan strategi ekstra agar implementasi CSR sanggup bahkan berjalan sesuai ide dan konsep
dasarnya.

Pedoman dan Tata Etika

Pedoman sangat diperlukan dalam pelaksanaan strategi CSR oleh perusahaan. Di beberapa
institusi global telah menetapkan pedoman yang baik serta efektif mengenai apa saja yang berhubungan
dengan CSR. Yang paling menjadi acuan utama adalah UN Global Compact yang diinisiasi oleh mantan
Sekjen PBB Kofi Anan. Kontennya sebagai berikut:

 Hak Azasi Manusia


 Aturan Perburuhan
 Lingkungan
 Anti Korupsi

System dan Kebijakan Manajemen Korporat

CSR merupakan bagian dari system manajemen suatu perusahaan. Sekali lagi korporat yang sadar
dampak jelas akan menjadikan CSR mereka sebagai bagian dari strategi perusahaan yang akan profitabel
dimasa depan dan berdurasi jangka menengah sampai panjang.
Strategi Kepemimpinan Korporat dalam CSR

Table 4.2
Strategi Kepemimpinan Korporat dalam Csr dan Contoh Perusahaan yang Berhasil Menerapkan
Kepemimpinan dalam CSR

Strategi Kepemimpinan dalam CSR Contoh Perusahan


1 Integrasi Suez, Shell, Nokia,
Kepemimpinan yang visioner harus mengintegrasikan Deutsche Bank, Unilever,
tanggung jawab perusahaannya ke direktur dan strategi bisnis BASF, Siemes, and BP
dan itu harus dinyatakan secara jelas didalam nilai – nilai dan
prinsip – prinsip perusahaan.
2 Inovasi DuPont, 3M, Nokia,
Kepemimpinan yang stratejik tidak hanya melihat Proctor & Gamble, Suez,
pelaksanaan tanggung jawab perusahaannya dilihat dari sisi BP, Shell and Nestle
kepatuhan dan legal serta manajemen risiko, tetapi
bagaimana menciptakan peluang baru dan nilai lebih dari
CSR itu sendiri.
3 Accountability Unilever, Novo Group,
Kepemimpinan didalam CSR wajib dan sadar membuat suatu Shell and Dupont
skema komitmen terhadap public yang direlevansikan dengan
tujuan, prinsip, dan kinerja perusahaan.
4 Pelibatan yang Sistematik, Bersifat Konsultasi dan BT, Unilever, DuPont,
Kolaboratif Dow, and the Suez Group,
Wujud konkret dalam kepemimpinan CSR adalah melibatkan Statoil and Danone
perusahaannya secara penuh dan berdedikasi dengan para
stakeholders.

Komitmen dan Kemitraan di antara Stakeholder

Stakeholder merupakan bagian strategis dalam pelaksanaan CSR. Perusahaan yang mampu
bekerja sama dan memuaskan matriks stakeholder dengan skala – skala yang telah ditentukan akan
menciptakan system kerja CSR yang efektif serta menguntungkan bagi setiap pihak.
Pemerintah

Korporasi Civil Society

Gambar 4.1

Tri Sector Partnership

Peran Pemerintah adalah:

 Mewakili kepentingan pemilih


 Negosiasi dan membuat komitmen atau kerjasama internasional
 Menyediakan kerangka kerja legal atau regulasi yang mengatur semua sector serta menyiapkan
kebijakan – kebijakan nasional
 Mengawasi kinerja Negara dan mengambil tindakan untuk mencapai keteraturan

Bisnis yang diidentifikasi dengan perusahaan berperan sebagai:

 Mewakili kepentingan pemilik saham


 Mencari keuntungan ekonomi dipasar
 Bertindak mandiri dalam mengoperasikan perusahaan dengan menerapkan kode etik yang berlaku

Civil Society mempunyai peran:

 Mewakili pemangku kepentingan dimana diantara sesama masyarakat bisa memengaruhi atau
diperngaruhi oleh tujuan kelompok atau organisasi.
 Mengutamakan nilai – nilai, keyakinan dan prinsip – prinsip yang berhubungan dengan
lingkungan, social, HAM, dan pembangunan.
 Mengawasi pemerintah dan perusahaan dan bertindak supaya akuntabilitas didalam pemerintah
dan perusahaan bisa dijalankan sesuai dengan legal aspek yang berlaku di Negara
Indikator Kinerja Kunci dalam Implementasi CSR

Diperlukan indikator kinerja kunci dalam implementasi CSR. Indicator yang paling efektif adalah bersifat
kualitatif. Ada 8 indikator yang sebaiknya digunakan dalam pengukuran tersebut, yakni:

1. Leadership (kepemimpinan)
2. Proporsi Bantuan
3. Transparansi dan Akuntabilitas
4. Cakupan Wilayah
5. Perencanaan dan Mekanisme Monitoring dan Evaluasi
6. Pelibatan Stakeholder
7. Keberlanjutan
8. Hasil Nyata

Pelaporan CSR

Implementasi CSR membutuhkan pelaporan yang berguna dalam menginformasikan serta


mengkomunikasikan plus bentuk pertanggung jawaban kepada stakeholders. Untuk itu pelaporan CSR
begitu strategis dalam menginisiasi opini stakeholder agar meningkatkan reputasi perusahaan secara
nyata. Alur pelaporan CSR berawal dari suatu perusahaan sadar akan dampak dari operasional yang
mereka lakukan kemudian berinisitif melakukan sesuatu, dalam hal ini berupa perencanaan program CSR
plus budget yang berguna mengoptimalkan nilai lebih serta meminimalisir dampak buruk, yang
seterusnya hasil inisiatif plus aktivitas tersebut harus dibuat suatu pelaporan yang akan disampaikan
kepada pemangku kepentingan.

Media penyampaian laporan tersebut bisa berupa pemberitahuan di portal perusahaan, bisa
disatukan dengan laporan kinerja tahunan perusahaan, bisa juga disampaikan diforum – forum formal
seperti seminar, diskusi dan konfrensi. Dengan kata lain pelaporan CSR berperan besar bagi perusahaan
untuk mempublikasikan partikal – partikal CSR mereka kepada stakeholder secara taktis, komprehensif,
dan berkelanjutan.
BAB 5
Jenis-jenis Program CSR

Program Kegiatan Sosial (Cause Promotions)


Dalam aktivitas CSR ini, perusahaan menyediakan dana atau sumber daya lainnya yang dimiliki
perusahaan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap suatu kegiatan social atau untuk
mendukung pengumpulan dana,partisipasi dari masyarakat atau mendukung pengukumpulan dana,
partisipasi dari masyarakat atau untuk perekrutan tenanga sukarela untuk suatu kegiataan tertentu.

Komunikasi perpsuasif dengan tujuan menciptakan kesadaran (awareness) serta perhatian


terhadap suatu masalah social, merupakan focus utama dari kategori aktivitas CSR ini. Beberapa tujuan
komunikasi persuasive yang ingin dicapai oleh perusahaan melalui pelaksanaaan cause promotion adalah
sebagai berikut:

1. Menciptakaan kesadaraan dan perhatian dari masyarakat terhadap suatu masalah dengan
menyajikan angka-angkastatistik serta fakta-fakta yang menggugah.
2. Membunjuk masyarakat untuk memperoleh informasi lebih banyak mengenai suatu isu social
dengan mengunjungi website tertentu.
3. Membujuk orang untuk menyumbangkan waktunya,untuk membantu mereka yang
membutuhkan.
4. Membunjuk orang untuk menyumbangkan uangnya untuk kemanfaatan masyarakaat melalui
pelaksanan program social perusahaan.
5. Membujuk orang untuk menyumbangkan suatu mereka miliki selain uang.

Berbagai menefit yang dapat diperoleh perusahaan dengan melaksanakan kegiatan cause
promotions, menurut Kotler dan Lee (2005) sebagai berikut:
1. Pelakasanaan cause promotion oleh perusahaan akan memperkuat prositioningmerk
perusahaan.
2. Pelakasanaan cause promotion,dapat turut menciptakan jalan bagi ekspresi loyalitas
konsumen terhadap suatu masalah, sehingga bisa meningkatkan loyalitas konsumen terhadap
perusahaan penyelenggara promosi.
3. Memberikan peluang kepada pada karyawan perusahaan untuk terlibat dalam suatu kegiatan
social yang menjadi kepedulian mereka.
Pemasaran Terkait Kegiatan Sosial (Cause Related Marketing)

Dalam aktivitas CSR ini,perusahaan memiliki komitmen untuk menyumbangkan persentase


tertentu dari penghasilannya untuk suatu kegiata social besarnya penjualan produk. Kegiatan ini biasanya
didasarkan kepada penjualan produk tertentu, untuk jangka waktu tertentu serta untuk aktivitas derma
tertentu.

1. Menyumbangkan sejumlah uang tertentu untuk setiap setiap produk yang terjual.
2. Menyumbangkan sejumlah uang tertentu untuk setiap aplikasi atau rekening yang dibuka.
3. Menyumbangkan presentase tertentu dari setiap produk yang terjual atau transaksi untuk kegiatan
amal (charty).
4. Menyumbangkan presentase tertentu dari laba bersih perusahaan untuk kegiatan social atau untuk
tujuan amal.

Perusahaan-perusahaan yang melaksanakan aktivitas cause relatedmarketing akan dapat


memperoleh benefit-benefit sebagai berikut:
1. Perusahaan dapat menarik pelanggan baru melalui pelaksanaan cause related marketing.
2. Aktivitas cause related markering dapat menjangkau relung pasar (market niche).
3. Aktivitas cause related marketing dapat meningkatkan dapat meningkatkan penjualan produk
perusahaan .

Pemasaran Kemasyarakatan Korporat (Coporate Societa Marketing)

Dalam aktivitas CSR ini, perusahaan mengembangkan dan melaksanakan kampanye untuk
mengubah perulaku masyarakat dengan tujuan meningkatkan kesehatan dan keselamatan public, menjaga
kelestarian ligkungan hibup serta meningkatkan kesejahteran masyarakat.

Kampanye coporate social marketing lebih banyak terfokus untuk mendorong perunahan perilaku
yang berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut:

1. Isu-isu kesehatan
Dalam hal ini kampanye coporate social marketing yang dilakukan oelh perusahan bertujuan
untuk mengubah perilaku masyarakat yang memiliki dampak bagi kesehatan mereka,seperti
mengihindari perilaku yang menimbulkan risiko HIV/AIDS,serangan jantung<kecanduan
rokok,alkhol,narkotika.
2. Isu-isu perlindungan terhadap kecelakaan/kerungian
Isu-isu tersebut mencangkup keselamatan lalu lintas, pecengan dari kejahatan, pencegahan dan
pembajakan.
3. Isu-isu lingkungan
kampanye coporate social marketing bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat agar
meningkatkan berbagai perilaku yang merusak lingkungan, seperti mencemari air, mencemari
udara ,pemborosan energy, dan melakukan perdagangan binatang langkah yang di lindungi.
4. Isu-isu keterlibatan Masyarakat
Dalam hal ini kampanye coporate social marketing bertujuan untuk mengubah perilaku orang
agar mereka lebih terlibat dalam kegiatan social masyarakat.

Kegiatan filantropi perusahaan (corporate Philanthropy)

Dalam CSR ini, perusahaan memberikan sumbangan langsung dalam bentuk derma untuk
kalangan masyarakat tertentu. Sumbangan tersebut biasanya berbrntuk pemberian uang secara tunai,
bingkisan/paket bantuan atau pelayanan secara Cuma-Cuma.

Kegiatan filantropi biasanya berkaitan dengan berbagai kegiatan social yang menjadi prioritas
perhatian oerusahaan, bebagai program comporate philanthropy yang melakasanakan perusahaan antara
lain,:

1. Program coporate philanthropy dalam bentuk sumbangan uang tunai.


2. Program coporate philanthropy dalam bentuk hiba
3. Program coporate philanthropy dalam bentuk penyedian beasiswa.
4. Program coporate philanthropy dalam bentuk pemberian produk.
5. Program coporate philanthropy dalam bentuk pemberian layanan.
6. Program coporate philanthropy dalam bentuk penyedian keahlian teknis oleh karyawan perusahan
dengan cara Cuma-Cuma
7. Program coporate philanthropy dengan mengijikan penggunaan fasilitas dan saluran distribusi
yang dimiliki perusahaan untuk digunakanbagi kegiatan social.
8. Program coporate philanthropy yang dilakukan perusahan dengan cara menawarkan penggunaan
kegiatan peralatan yang dimiliki oleh perusahaan.

Pekerja Sosial Kemasyarakatan Secara Sukarela (Community Volunteering)

Dalam aktivitas ini CSR ini, perusahaan mendukung serta mendorong para karyawan rekan
perdagangan eceran, atau para pemegang franchie agar menyisikan waktu mereka secara sukarela
guna membant organisasi masyarakat local maupun masyarakat yang menjadi sasaran program.
Bentuk dukungan yang diberikan perusahaan kepada karyawan untuk melakasanakan program
community valuntreering, antara lain:

1. Memasyarakatkan etiks perusahan melalui komunikasi korporat yang akan mendorong karyawan
untuk menjadi sukarelawan bagi komunitas.
2. Mengorganisir tim sukarelawan untuk kegiatan social.
3. Menyediakan waktu cuti dengan tanggung jawab perusahaan
4. Memberikan penghargaan dalam bentuk uang untuk jumlah jam ynag digunakan karyawan
tersebut sebagai sukarelawan
5. Memberikan penghormatam kepada para karyawan yang terlibat dalam kegiatan sukarelawan.
6. Pada karyawan yang terlibat Memberikan penghormatan kegiatan sukarela.

Beberapa benefit yang dapat diperoleh perusahaan melalui kegiataan community volunteering
anatra lain:
1. Membantu hubungan yang tulus antara perusahaan dengan komunitas
2. Kegiatan community volunteering dapat memberikan kontribusi terhadap pencapaian tujuan
perusahan
3. Meningkatkan kepuasan dan motivasi karyawan

Praktika Bisnis yang memiliki Tanggung jawab Sosial (Socially Responsible Busniess
Practice)

Dalam aktivitas CSR ini, perusahaan melaksanakaan aktivitas bisnis melampaui aktivitas bisnis
yang diwajibkan oleh hukum serta melaksanakan,investasi yang mendukung kegiatan social dengan
tujuan meningkatkan kesejahteraan komunitas dan memilihara lingkungan hidup.

Berberapa aktivitas yang termaksud ke dalam socially responsible business practice,mencangkup:

1. Membuat fasilitas yang memenuhi bahkan melebihi tingkat keamanan lingkungan dan
keselamatan yang di tetapkan.
2. Mengembangkan perbaikan proses produksi barang dan jasa, seperti berbagi kegiataan untuk
mengurangi penggunaan bahan-bahan yang bebahaya,mengurangi penggunaan bahan kimia
dalam proses peningkatan pertumbuhan tanaman pangan.
3. Menghentikan penawaran produk yang ditenggarai membahayakan kesehatan manusia meskipun
produk itu legal.
4. Memilih pemasok berdasarkan kriteriakesediaan mereka menerapkan dan memilihara aktivitas
sustainable development.
5. Memilih perusahaan menufaktur dan bahan kemasan yang paling ramah lingkungan dengan
berbagai criteria seperti; perusahaan tersebut memiliki tujuan mengurangi penggunaan sumber
daya secara sia-sia.
6. Melakukan pelaporan secara terbuka mengenai material produk yang digunakan berikut asal-
usulnya,potensi bahaya yang timbulkan dari penggunaan produk serta berbagai informasi lain
yang berguna bago konsumen.
7. Mengembangkan berbagai program untuk menunjang terciptanya kesejahteraan masyarakat.

Social Busniess Enterprise (SBE) Merupakan Wujud Konkret dari Skema Besar
Konsep CSR

Social Business Enterprise Enterprise (SBE) pertama kali digagasa oleh Muhammad Yunus
dengan. Ensensi dari konsep ini adalah mengotimalkan keuntungan social dari suatu bisnis yang akan
sangat berguna untuk kebaikan manusia tanpa harus terpaku mendapatkan keuntungan pribadi
semata. Konsep ini tidak lain merupakan bagian dari skema besar CSR yang telah dirancang dan
diimplementasikan selama ini dan tentu saja sangat di apresiasikan di seluruh dunia.

Dalam buku ‘menciptakan Dunia Tanpa Kemiskinan’ bab ‘secawan Yoghrt sekaligus,karangan
Muhammad Yunus terjemahan Indonesia (2008),dapat diambil suatu intisari tentang filosopi SBE
itu sendiri,yakni ‘keuntungan bisnis social ada daln bisnis’,sedangkan prinsip utamanya ialaha ‘sebaik
mungkin beroprasi tanpa menanggung rugi seraya melayani orang khususnya meraka yang diantara
kita paling kurang beruntung’.

Pertama,usaha yang diciptakan orang sengan bisnis social bersifat mandiri.Tidak perlu suntikan
dana setiap tahun. Bisnis social bsa bergerak sendiri menghidupi sendiri, dan berkembang sendiri.
Anda mendapatkan manfaat social lebiah banyak dari uang Anda.Kedua, investor dalam bisnis social
mendapat lagi uang mereka . mereka dapat menginvestasikan lagi uang itu dalam bisnis social serupa
bisnis social lai.

Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa SBE yang digagas Muhammad Yunus
tidak lain merupakan bagian perwujudan konkret dari CSR.
BAB 6
REWARD BAGI KORPORAT YANG MELAKSANKAN CSR

 Reward financial bagi perusahaan

Mungkin hitungan-hitungan incremental capital-output ratio untuk setiap rupiah yang dikeluarkan
untuk investasi CSR belum bisa dinuat secara baku, tetapi keterlibatan perusahaan dalam inisiatif CSR di
era sekarang ini tidak akan sia-sia oleh karena ada beberapa reward yang akan dinikmati.reward itu
berupa :

 Menurunkan biaya operasional perusahaan

Perusahaan sebagai organisasi bisnis dalam skema operasionalnya membutuhkan energi dan
sumber daya lainnya, dan itu mampu menyedot biaya yang sangat besar sekali apabila tidak disiasati
dengan cermat.

 Meningkatkan volume penjualan dan pangsa pasar

Hisdustan lever ltd (HLL) telah membuktikan bahwa dengan produk yang berwawasan CSR
mereka secara dramatis dan perencanaan yang itu bisa meningkatkan volume penjualan dan pangsa
pasar di india.

 Menarik calon investor

Menyangkut menarik calon-calon investor baru, grameen bank sebagai implementator konsep
serta projek SBE sebagaimana telah diuraikan di bab V bisa disajikan barometernya. Grameen bank
mempunyai segmen memberikan kredit mikro bagi masyarakat miskin di Bangladesh.

 Pertumbuhan nilai saham yang signifikan

New York stock exchange deng dow jones suntanability index (DJSI) dan London stock exchange
dengan socially responsible investement (SRI) INDEX menjadi pionir didunia pasar modal dalam
mengukur nilai saham atas dasar kinerja perusahaan dilihat dari penerapan CSR.

 Membuat kesejahteraan karyawan lebih baik

Sekali kali, CSR juga memperhatikan aspek dengan kepentingan serta kebutuhan atas assetnya
yang paling berharga bernama karyawan.
 Mencegah resiko dari dampak sosial

Yang paling ditakutkan oleh semua pelaku bisnis adalah terjadinya pemboikotan oleh konsumen
terhadap produk mereka, sehinngga menimbulkan kerugian yang sangat luar biasa, atau pengrusakan
inflastruktur bisnis seperti pabrik, gudang, kantor dan fasilitas lainnya oleh massa oleh karena itu terjadi
kerusuhan sosial atau tragedy politik.

 Mencegah resiko dan dampak alam

Selain sosial, CSR juga harus memperhatikan aspek lingkungan. Mengabaikan lingkungan kedepannya
bisa fatal oleh karena berpotensi untuk menciptakan kerugian perusahaan, seperti kecelakaan industry
akibat salah mengelola limbah (kasus indorayon yang digugat masyarakat dan pemerintah karena
limbahnya mencemari danau toba), atau kejadian bencana alam seperti banjir lumpur panas (kasus
lapindo brantas), longsor, kebakaran hutan akibat salah perhitungan dalam melakukan operasional
bisnis yang tidak berwawasan lingkungan, dan kedepannya memperburuk kinerja keuangan bahkan bisa
menuju kebangkrutan perusahaan.

 Reward non financial bagi perusahaan

Reward non financial bertendensi adanya pergerakan CSR dari suatu perusahaan yang menghasilkan,
tidak berbentuk uang tetapi berbentuk peningkatan kapasitas dan capability perusahaan tersebut secara
kualitatif, dan tentu sangat menguntungkan bagi perusahaan itu sendiri.
Ada lima elemen yang membantu proses “ memperkuat reputasi perusahaan” yakni :

1. Kepercayaan
2. Kredibilitas
3. Responsibility
4. Akuntabilitas
5. Mengelola resiko bisnis secara lebih tanggap dan terperinci

 Terobosan inifatif untuk keberlangsungan bisnis dan kontribusinya bagi pembangunan


berkelanjutan
Reward tingkat tinggi dan berjangka panjang serta bersifat kedepan dari pelaksanaan CSR adalah
keberlangsungan bisnis perusahaan atau yang biasa disebut corporate sustainability dan terlibat didalam
pembangunan berkelanjutan atau disebut juga sustainable development.

 Fenomena ISO 26000 dan undang-undang perseroan terbatas pasal 74

ISO 26000 bgitu brilian secara konsep dan begitu visioner, sehingga ISO ini telah mengantisipasi jauh-
jauh hari bagaimana memperlakukan serta mengelola isu-isu yang akan beririsan antara profit, people,
dan planet.

 Isu 1 tata kelola organisasi yaitu :


1. Proses dan struktur pengambilan keputusan
2. Pendelegasian kekuasaan
 Isu 2 Hak asasi manusia
1. Nondiskriminasi dan perhatian pada kelompok rentan
2. Menghindari kerumitan
3. Hak-hak sipil dan politik
4. Hak-hak ekonomi, sosial dan budaya
5. Hak-hak dasar pekerja
 Isu 3 praktik ketenagakerjaan
1. Kesempatan kerja dan hubungan pekerjaan
2. Kondisi kerja dan jaminan sosial
3. Dialog dengan berbagai pihak
4. Kesehatan dan keamanan kerja
5. Pengembangan sumber daya manusia

 CSR dan kontroversi undang-undang perseroan terbatas pasal 74

Indonesia adalah Negara pertama didunia yang meregulasi aktivitas CSR dalam bentuk undang-undang
perseroan terbatas atau singkatnya disebut UU PT. UU PT. Telah disahkan oleh pemerintah pada tanggal
20 juli 2007 silam.
BAB 7
MENGGAGAS POLA KEMITRAAN ANTARA PERUSAHAAN, PEMERINTAH, DAN
LEMBAGA PENDIDIKAN BAGI PENGEMBANGAN DAN KEBERLANJUTAN

Pemodelan Dan Elaborasi Menggagas Pola Kemitraan Antara Perusahaan, Pemerintah, Lembaga
Pendidikan, Dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Bagi Pengembangan Dan Keberlanjutan.
Dalam konteks pola kemitraan antara perusahaan, pemerintah, dan lembaga pendidikan, key
stakeholder dirumuskan secara arbitrer dan mengacu kepada stakeholder yang dianggap paling penting
secara kontekstual bagi kemitraan perusahaan, pemerintah, dan lembaga pendidikan, terutama ditinjau
dari sisi kepentingan perusahaan, karena kemitraan ini bertujuan untuk memelihara keberlangsungan
perusahaan jangka panjang.

Adapun badan independen yang bersifat taskforce :

1. Badan perencanaan CSR


 Perusahaan
 Pemerintah
 Lembaga pendidikan
 masyarakat
2. Badan pelaksanaan CSR
 Perusahaan
 Pemerintah
 Lembaga pendidikan
 Kelompok masyrakat
3. Badan pengendalian CSR
 Unsur perusahaan
 Unsur pemerintah
 Unsur lembaga pendidikan yang diwakili oleh perguruan tinggi
 Unsur masyarakat
 Kantor akuntan publik (KAP)
 Lembaga konsultan independen
 Bagi perusahaan
 Bagi pemerintah
 Bagi lembaga pendidikan
Microsoft memiliki tiga bentuk global citizenship initiative, yaitu :

1. meningkatkan keamanan dan keselamatan penggunaan internet bertujuan untuk meningkatkan


pemahaman masyarakat terhadap pengguna internet.

2. memajukan knowledge economi yaitu menyadari bahwa pengetahuan (knowledge) merupakan


“mata uang” yang sanggat berharga saat ini dan teknologi merupakan sarana yang dapat
digunakan untuk mentrsansfer.

3. melaksanakan praktik bisnis yang bertanggung jawab (Responsible Business Practice) microsoft
melaksanakan praktik bisnis yang bertanggung jawab terhadap masyrakat, baik dalam bentuk
kepatuhan terhadap aturan hukum yang berlaku di masing-masing negara dimana microsoft
beroperasi dan menghasilakn produk yang ramah lingkungan], dan memastikan bahwa produk
perusahaan dapat dioprasikan dengan baik bersama-sama produk perusahaan lain termasuk
pesaing.

Program CSR Untuk Pengurangan Kemiskinaan Masyarakat Kota/Kabupaten

1. Program micro financing perorangan

2. Program micro financing kelompok

3. Program pelatihan pengusaha mandiri

4. Program pembelian beasiswa

5. Program penguatan infrastruktur bisnis komunitas

6. Program filantropi stratejik

Pengangurangan Pengangguran Terutama Untuk Calon-Calon Sarjana Yang Berasal Dari Perguruan
Tinggi Yang Ada Di Kota/Kabupaten

1. Program CSR infantrepreneur

2. Program CSR untuk anak muda berbakat dan berpotensi tinggi

3. Program perekrutan tenaga kerja satu atap

Anda mungkin juga menyukai