Muhammad Farhan
27214217
1EB42
BAB I
Pendahuluan
Walaupun demikian, kapitalisme sebenarnya tidak memiliki definisi universal yang bisa
diterima secara luas. Beberapa ahli mendefinisikan kapitalisme sebagai sebuah sistem yang
mulai berlaku di Eropa pada abad ke-16 hingga abad ke-19, yaitu pada masa perkembangan
perbankan komersial Eropa di mana sekelompok individu maupun kelompok dapat bertindak
sebagai suatu badan tertentu yang dapat memiliki maupun melakukan perdagangan benda milik
pribadi, terutama barang modal, seperti tanah dan manusiaguna proses perubahan dari barang
modal ke barang jadi. Untuk mendapatkan modal-modal tersebut, para kapitalis harus
mendapatkan bahan baku dan mesin dahulu, baru buruh sebagai operator mesin dan juga untuk
mendapatkan nilai lebih dari bahan baku tersebut.
Kapitalisme memiliki sejarah yang panjang, yaitu sejak ditemukannya sistem perniagaan yang
dilakukan oleh pihak swasta. Di Eropa, hal ini dikenal dengan sebutan guildsebagai cikal bakal
kapitalisme. Saat ini, kapitalisme tidak hanya dipandang sebagai suatu pandangan hidup yang
menginginkan keuntungan belaka. Peleburan kapitalisme dengan sosialisme tanpa adanya
pengubahan menjadikan kapitalisme lebih lunak daripada dua atau tiga abad yang lalu.
Istilah kapitalisme, dalam arti modern, sering dikaitkan dengan Karl Marx. Dalam magnum
opus Das Kapital, Marx menulis tentang "cara produksi kapitalis" dengan menggunakan
metode pemahaman yang sekarang dikenal sebagai Marxisme. Namun, sementara Marx jarang
menggunakan istilah "kapitalisme", namun digunakan dua kali dalam interpretasi karyanya
yang lebih politik, terutama ditulis oleh kolaborator Friedrich Engels. Pada abad ke-20 pembela
sistem kapitalis sering menggantikan kapitalisme jangka panjang dengan frase seperti
perusahaan bebas dan perusahaan swasta dan diganti dengan kapitalis rente dan investor
sebagai reaksi terhadap konotasi negatif yang terkait dengan kapitalisme.
Adam Smith
Adam Smith adalah seorang tokoh ekonomi kapitalis klasik yang menyerang merkantilisme
yang dianggapnya kurang mendukung ekonomi masyarakat. Ia menyerang para psiokrat yang
menganggap tanah adalah sesuatu yang paling penting dalam pola produksi. Gerakan produksi
haruslah bergerak sesuai konsep MCM (Modal-Comodity-Money, modal-komoditas-uang),
yang menjadi suatu hal yang tidak akan berhenti karena uang akan beralih menjadi modal lagi
dan akan berputar lagi bila diinvestasikan. Adam Smith memandang bahwa ada sebuah
kekuatan tersembunyi yang akan mengatur pasar (invisible hand), maka pasar harus memiliki
laissez-faire atau kebebasan dari intervensi pemerintah. Pemerintah hanya bertugas sebagai
pengawas dari semua pekerjaan yang dilakukan oleh rakyatnya.
BAB II
Contoh Studi Kasus
Jakarta - Negeri ini sedang mengalami keguncangan. Kebijakan baru yang akan dikeluarkan
April 2012 nanti menuai respon yang sama dari rakyat, yakni penolakan.
Saat ini berbagai bentuk penolakan kenaikan BBM dilakukan oleh masyarakat sebagai bentuk
ketidaksetujuan naiknya BBM. Penolakan itu diekspresikan dalam berbagai bentuk, baik
demonstrasi, aksi, tulisan, audiensi ke DPR, DPRD dan berbagai instansi/lembaga, seminar,
diskusi, tabligh akbar, melalui survei, berbagai obrolan termasuk di warung dan bentuk-bentuk
ekspresi lainnya.
Hasil survei yang dilakukan oleh Lingkaran Survey Indonesia (LSI, 11/3/2012) menunjukkan
bahwa 89,20 persen masyarakat desa menolak kenaikan BBM. Adapun masyarakat kota yang
menolak kenaikan BBM sebesar 77,91 persen.
Rata-rata rakyat yang menolak kenaikan BBM adalah 86%. Hal ini berarti sebagian masyarakat
Indonesia menolak BBM. Namun mengapa pemerintah tetap menutup telinga, mata dan hati
untuk lebih memilih tetap menjalankan kebijakan tersebut?
Dampak dari kenaikan BBM tentunya akan sangat dirasakan oleh rakyat, terutama rakyat
miskin. Dengan BBM naik, biaya produksi akan bertambah, sebagian para pengusaha akan
gulung tikar karena tidak mampu untuk menekan biaya produksi yang melonjak.
Disamping itu secara alami kebutuhan pokok akan naik sehingga daya beli masyarakat akan
menjadi turun. Nasib rakyat miskin semakin tercekik karena tidak dapat memenuhi
kebutuhannya bahkan angka kemiskinan akan bertambah.
BAB III
Analisis
Naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) akan berdampak bagi masyarakat. Baik itu dampak
positif maupun dampak negatif. Dampak yang signifikan akan terjadi pada tingkat inflasi dan
pada kondisi perekonomian nasional. Dampak kenaikan harga BBM terhadap inflasi adalah
akan terjadi kenaikan pada tingkat persentase inflasi. Jumlah uang yang beredar di masyarakat
akan bertambah, dan akan berdampak pula pada harga berbagai jenis barang dan jasa. Kondisi
perekonomian akan mengalami goncangan, ketidakstabilan akan terjadi. Iklim investasi akan
menurun, sehingga berpengaruh pada jumlah pendapatan dan pengeluaran pemerintah.
Kebijakan pemerintah untuk mengatasi inflasi adalah dengan kebijakan moneter. Seluruh
instrumen kebijakan moneter efektif dalam mengurangi dan mengatasi inflasi. Jika semua
masyarakat meningkatkan konsumsinya terhadap BBM, maka tidak heran jika terjadi kenaikan
harga BBM, Ini dikarenakan permintaan yang membubung tinggi sementara penyediaan
barang mengalami kekurangan akan membuat harga barang tersebut menjadi naik dan
timbulnya inflasi. Apabila harga suatu barang mengalami penurunan, maka daya beli
masyarakat dan permintaan masyarakat akan barang tersebut menjadi naik. Sebaliknya jika
harga suatu barang mengalami kenaikan, maka daya beli masyarakat akan mengalami
penurunan. Sebagaimana yang tercantum dalam hukum permintaan. Berbanding terbalik
dengan penawaran, jika harga suatu barang sedang mengalami penurunan, maka penawaran
barang tersebut akan menurun pula, tetapi jika harga barang tersebut sedang mengalami
kenaikan, maka penawaran akan barang tersebut juga akan meningkat. Sesuai dengan hukum
penawaran. Terjadinya inflasi tergantung pada sejumlah faktor yang mempengaruhi naik
turunnya tingkat harga, juga tergantung pada kebutuhan masyarakat akan barang tersebut.