Anda di halaman 1dari 12

Pendahuluan

Komunikasi merupakan salah satu bagian penting dalam manajemen proyek


khususnya dalam proses untuk melacak kemajuan, memonitor dan melaporkan
perkembangan proyek kepada para stake holder. Perencanaan proyek yang baik saja
tidak cukup untuk menjamin selesainya proyek dengan hasil seperti yang diharapkan,
namun diperlukan ketrampilan komunikasi yang baik dari anggota team agar rencana
rencana yang telah dibuat dapat di mengerti semua anggota team sehingga proyek
dapat selesai tepat waktu dan tepat anggaran. Ketrampilan dalam berkomunikasi
mutlak dipelukan mengingat bahwa dalam menyelesaikan suatu proyek IT proyek
manager secara eksternal akan menghadapi para stakeholder proyek sedang secara
internal proyek manajer harus mengelola para programer dan sistem analis dalam
menyelesaikan tugas pengembangan proyek IT.
Pengertian Komunikasi
Menurut Rosenblatt, S. Bernard dalam bukunya yang berjudul Communication in
Business (1985, p4) menyatakan bahwa komunikasi adalah pertukaran gagasan,
pendapat, informasi, instruksi yang memiliki tujuan tertentu yang disajikan secara
personal atau impersonal melalui simbol simbol atau sinyal sedangkan menurut
William C. Himstreet dan Wayne Murlin Baty (2009, p6) komunikasi diartikan
sebagai suatu proses pertukaran informasi antar individu melalui sistim yang biasa
(lazim digunakan) baik dengan simbol-simbol,sinyal-sinyal, maupun dengan prilaku
atau tindakan. Dari kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi
selalu melipatkan paling tidak dua pihak yaitu pihak yang mengirim gagasan atau ide
dan pihak yang menerima pesan (audience) dan diantara kedua pihak tersebut terdapat
media komunikasi sebagai saran untuk menyampaikan pesan.
Ada juga yang berpendapat bahwa gaya komunikasi itu tergantung pada kepribadian
seseorang.Artinya, apabila kita seseorang yang memiliki kepribadian terbuka maka
dengan sendirinya kita pun menjadi lebih mudah menjalin komunikasi dengan orang
lain. Orang memang memiliki kepandaian menjalin komunikasi dan relasi antarpribadi
sebagai salah satu jenis kepandaian dalam kecerdasan jamak (multiple intelligence).
Artinya, gaya gaya komunikasi seseorang tidak ditentukan kepribadian atau situasi
komunikasi yang dihadapinya melainkan lebih karena kepandaian menjalin relasi
yang dimilikinya.
Apabila kita memandang gaya komunikasi itu merupakan kepandaian maka tentu bias
kita latihkan. Kita bias mempelajari bagaimana cara menjadi orang yang memiliki

kecerdasan antarpribadi. Apabila gaya komunikasi itu juga merupakan akibat dari
situasi komunikasi yang kita hadapi maka tentu kita bisa pelajari dan latih untuk
berkomunikasi dalam dan iklim komunikasi yang berbeda-beda.
Namun, apabila gaya komunikasi seseorang itu merupakan fungsi kepribadian orang
tersebut maka akan sulit kita untuk mengubahnya akan membutuhkan waktu lama
karena yang perlu diubah adalah kepribadian bukan perilaku. Sebelum beranjak lebih
jauh, kita sekarang mengenali lebih dalam mengenai relasi manusia, yakni:
1. Investasi
2. Komitmen
3. Kepercayaan,dan
4. Rasa nyaman dengan dialektika relasional.
Investasi berkaitan dengan waktu, energi, perasaan, upaya, dan sumber-sumber daya
lain yang digunakan untuk membangun relasi. Sedangkan komitmen merupakan
pilihan pribadi kita terus melanjutkan relasi yang kita jalin dengan orang lain.
Keyakinan atau kepercayaan berkait dengan perasaan bahwa mitra relasional kita bias
mengembangkan relasi yang saling membutuhkan. Adapun rasa nyaman dengan
dialektika relasional berkait dengan adanya sejumlah daya-daya yang berlawanan
dalam relasi yang menimbulkan ketegangan dan membutuhkan kemampuan menjaga
keseimbangan sehingga bias terpelihara ekuilibrium relasional. Keempat elemen dasar
itu akan tetap kita pergunakan tanpa memandang gaya komunikasi apa yang kita
pakai. Baik gaya komunikasi itu merupakan watak bawaan atau kepribadian,
ditentukan situasi komunikasi yang kita hadapi atau merupakan kecerdasan yang kita
miliki, keempat hal tersebut tetap kita pergunakan. Bagaimana mungkin kita bisa
menjaga relasi antarpribadi yang sehat apabila kita tak berinvestasi dengan
menyediakan waktu, daya, tenaga atau apapun yang kita lakukan bias terpelihara
dengan baik.
Selanjutnya, kita menelaah perihal iklim komunikasi. Kita sudah mempelajari bahwa
komunikasi antarpribadi itu merupakan komunikasi yang dibangun dalam relasi setara

(mutual relational) dan prosesnya dibangun bersama (coconstructed) oleh orang-orang


yang berkomunikasi. Oleh karena itu, dalam komunikasi antarpribadi yang ideal aka
nada kejujuran, ketulusan, dan keterbukaan. Inilah yang dinamakan sebagai
momentum dialogis, dalam pandangan filsuf Martin Buber. Namun, komunikasi
antarpribadi tersebut akan dipngaruhi iklim komunikasi.
Soal iklim komunikasi ini yang mendapat perhatian Chatin (2003). Dengan mengutip
J.R Gibb, Chaitin menunjukan definsif ini ditandai dengan pembicara yang
menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mempertahankan dirinya sendiri,
berpikir bagaimana bias memenangkan percakapan, mendominasi, dan berusaha
member kesan pada orang lain, serta menghindarkan diri dari hukuman. Apabila
pembicara seperti ituberkomunikasi dengan komunikan defensive maka yang
berkembang adalah situasi komunikasi defensive. Gibb mengistilahkan keadaan
seperti ini sbagai iklim interaksi yang defensive yang ditandai dengan menguatnya
evaluasi dan control. Dalam iklim komunikasi seperti ini, orang lain hanya akan
dianggap dengan meminjam istilah permainan catur sebagai poin yang menjalankan
strategi orang lain. Oleh karena itu, Chaitin (2003) mengemukakan pandangan
pentingnya baik komunikator maupun komunikan akan sama-sama merasa nyaman.
Ruang komunikasi yang aman seperti itu akan sangat penting manakala konflik
antarpribadi terjadi. Dalam konflik, orang akan merasa dirinya terancam setidaknya
secara psikologis sehingga orang akan cenderung menjadi defensive. Apabila ini
terjadi maka konflik akan sulit untuk diselesaikan. Oleh karena itu, penting untuk
menciptakan ruang komunikasi yang aman. Ruang komunikasi yang aman itu bukan
hanya penting untuk menyelesaikan konflik, tapi juga untuk situasi pasca-konflik.
Dalam ruang komunikasi yang aman itu dikembangkan komunikasi antarpribadi yang
ideal tadi, yakni komunikasi terbuka, setara,jujur dan tulus. Apabila pihak-pihak yang
terlibat dalam konflik merasa nyaman maka akan berangsur-angsur iklim yang
defensive itu pupus. Masing-masing menjadi terbuka dan mau mendengar pihak lain.
Bukan defensive dan menutup diri atau berusaha mendominasi dan memenangkan
percakapan. Kini kita mulai menelaah gaya komunikasi. Dalam gaya komunikasi ini
akan selalu muncul penilaian soal apa yang benar dan salah serta baik dan buruk. Oleh
karena itu, gaya komunikasi dipandang tidak hanya bermakna bagi interaksi kita

dengan dunia, namun juga menjaga atau bahkan memperkaya konsepsi kita tentang
diri sendiri dan orang lain.
Dengan demikian, dalam gaya komunikasi ini secara implicit juga menunjukan cara
kita berkomunikasi dengan orang lain karena gaya yang kitapilih itu kan
memperlihatkan cara kita berkomunikasi dengan orang lain, misalnya ada orang yang
berkomunikasi dengan orang lain dengan banyak menggunakan gerak tangan yang
menunjukkan gambar sesuatu. Ada juga orang yang berkomunikasi dengan orang lain
dengan menekankan pemakaiian kata-kata yang begitu teratur dan sistematis.
Setidaknya kita mengenal ada tiga gaya berkomunikasi, yakni berikut ini.
1. Visual :Metode menciptakan gambaran untuk memahami stimuli. Kita
mengorganisaasikan pengalam kita dengan gambar citra. Gerak menjadi penting dan
sering kali gerak tubuk di pakai untuk melukiskan pengalaman, misalnya untuk
menceritakan betapa indahnya pemandangan di sabang, kita menggunakan gerak
tangan yang melukiskan keindahan alam sambil menyatakan betapa biri laut dan
egarnya hawa disana.
2. Audifit :mengorganisaasikan kata-kata atau istilah-istilah ke dalam stimulus dan
penyampaian informasi. Kita mengorganisasikan pengalaman kita dengan
menggunakan kata-kata itu, misalnya untuk melukiskan keindahan alam sabang kita
menyatakan, betapa damainya alam disana membuat hati menjadi tenang saat
mendengar angin, seperti berbisik
3. Kinestis : Kita mengorganisasikan pengalaman kita dengan perasaan atas asosiasi.
Emosi menjadi begitu penting dan kontak fisik sering dilakukan, misalnya saat
menceritakan keindahan alam sabang orang menyentuh lawankomunikasinya mpada
bagian-bagian dari kisahnya yang dianggap penting. Seperti menyentuh lawan
komunikasinya lalu berkata, Jernihnya air laut disana mengingatkan saya pada
kebeningan mata ibu.
Ada juga yang memberikan tipologi lain gaya berkomunikasi ini. Kita sekarang
berkenalan dengan 4 (empat) tipologi gaya berkomunikasi yan dikembangkan
berdasarkan Model Peran dari Virginia satir seperti berikut ini.

1. Pengalih, yakni gaya komunikasi yang menunjukkan apapun yang dilakukan atau
dinyatakannya selalu tidak releva dengan apa yang dilakukan atau dinyatakan orang
lain. Orang seperti ini jarang memberi respons langsung pada pokok masalah. Apabila
ditanya, biasanya orang seperti ini akan kembali bertanya.
2. Pendamai, yakni gaya komunikasi yang menunjukkan orang tersebut senang
mengambil hati atau bahkan menjilat orang lain. Selalu
mencoba menerima, member alas an, dan tidak pernah menunjukkan ketidaksetujuan,
dalam soal apapun. Orang seperti ini kerap dijuluki sebagai yes man.
3. Tukang menyalankan, yakni orang yang suka mencari-cari kesalahan, dan
gayanya cenderung seperti diktatoratau ada juga yang bersifat ingin selalu jadi atasan
atau bos (bossy). Orang seperti ini selalu bertindak dengan menunjukan kelebihannya.
4. Komputer, yakni orang yang merasakan dirinya benar-benar lemah batinnya.
Orang ini akan menutupi kelemahannya itu dengan menjadi orang yang begitu
rasional, begitu tepat dan menunjukkan tidak memiliki harapan apapun atas perasaan
yang diperlihatkannya.
Tentu saja, gaya atau cara berkomunikasi yang dipergunakan itu juga akan ditentukan
oleh lawan komunikasi kita. Oleh karena itu, penting juga untuk mengenali gaya
lawan komunikasi kita. Hal ini perlu diperhatikan, menginget dalam gaya komunikasi
itu tercerminkan juga cara kita berkomunikasi dan memperlakukan orang lain. Kita
bisa mengacu pada empat gaya yang dikemukakan Caron B. Goode seperti berikut ini.
a) Gaya Behavorial: komunikan yang memiliki gaya behavorial lebih menyenangi
kebebasan dan ekpresi diri. Orang seperti ini memeng mengakui pentingnya struktur,
namun tidak begitu suka ddengan control. Orang seperti inipun lebih senang
menyendiri ketimbang berada dalam kelompok, misalnyadalam pergaulan sehari-hari
kita bias saja berjumpa dengan orang yang kesannya sudah diatur, namun hidupnya
begitu teratur.
b) Gaya Kognitif: orang seperti ini membutuhkan pengakuan dan pemahaman.
Mereka termasuk orang yang berpikir serius. Orang seperti ini biasnya sangat
menghargai dan menghormati orang lain karena itu mereka pun dihargai dan

dihormati orang lain, misalnya dalam pergaulan sehari-hari kita bertemu dengan orang
yang begitu baik memperlakukan orang lain dan selalu berpikir sebelum berbicara.
c) Gaya Interpersonal: orang yang seperti itu membutuhkan apresiasi. Dlam
komunikasi orang seperti ini biasanyabisa menjadi juru damai yang baik, misalnya
dalam kehidupan sehari-hari kita bertemu dengan orang yang
sangat membenci kebohongan. Begitu lawan komunikasinya berbohong maka orang
tersebut sulit untuk mempercayai lagi lawan komunikasinya itu.
d) Gaya Afektif: orang seperti ini dinamakan juga sebagai seorang visioner atau
bahkan disebut juga pemimpi. Orang seperti ini biasanya sangat kreatif. Orang seperti
ini sangat memperhitungkan perasaan dirinya dan orang lain sebelum mengambil
keputusan, misalnya dalam kehidupan sehari0-hari, kita menemukan orang yang
snagat memperthitungkan perasaan orang lain sebelum bertindak.
Penting bagi kita untuk memperhatikan gaya komunikasi yang kita miliki. Bukan
karena gaya komunikasi itu akan membantu efektivitas komunikasi yang kita lakukan.
Melainkan, seperti yang dinyatakan oleh gunadi(2002), gaya komunikasi itu
merupakan bagian dari isi pesan yang kita komunikasikan. Lebih dari itu, tulis
gunadi(2002), orang yang berhasil dalam pergaulan sosialnya adalah orang yang
menyadari dmapak gaya komunikasinya pada orang lain. Apabila gaya komunikasinya
dipandang orang lain menjemukan maka dengan segera dia akan mengubah gaya
komunikasinya itu. Oleh karena itu, Gunadi(2002) mengingatkan gaya komunikasi
antarpribadi yang disebutnya sebagai gaya komunikasi yang tidak sehat. Gaya
komunikasi yang tidak sehat ini tentu saja akan mngganggu kehidupan dan pergaulan
social kita. Menurut Gunadi, ada 7 gaya komunikasi yang tidak sehat yaitu sebagai
berikut.
1. Si penganggap
Ungkapan yang biasanya terlontar dari dirinya adalah Saudara seharusnya sudah
mengerti maksud saya. Si penganggap umumnya melakukan satu kesalahan yang
cukup serius dalam komunikasi, yakni menganggap orang lain sudah menangkap
maksud kita, kita perlu mengecek ulang, apakah benar ia sudah memahami

pembicaraan kita. Gaya komunikasi seperti ini acap kali membuahkan kekecewaan
bahkan kemarahan.
2. Si Sepenggal
Orang ini berfikir, Bukankah sudah saya katakana semua itu?!.
Naman, sesungguhnya yang terjadi adalah dia memang belum mengemukakan seluh
pikirannya baru sepenggal saja. Sewaktu kita berbicara, kecepatan pikiran kita
bergerak dsatu topic ke topic yang lainnya tidaklah sama dengan kecepatan lidah kita
mengungkapkan isi pikiran itu sendiri. Bagi si Sepenggal, pikirannya bergerak terlalu
cepat atau lidahnya terlalu lamban sehingga maksud hatinya tidak tertuang
sepenuhnya melalui bahasa ucapan. Masalahnya ialah, ialah tidak menyadari hal ini,
sehingga dalam benaknya, ia sudah mengatakan semua yang ingin disampaikan. Si
Sepenggal rentan terhadap frustasi karena komunikasinya menjadi terpotong-potong
dan sudah tentu, membuka pintu terhadap kesalahpahaman.
3. Si Peremeh
Ucapan si Peremeh pada umumnya ditandai dengan kalimat sejenis ini, kenapa tidak
mengerti-mengerti? atau Memang bodoh kamu ! Si Peremeh memiliki satu
masalah yang lumayan seriusyakni ia memperlakukan semua orang sama seperti
dirinya. Alhasil, apabila orang lain tidak bias mengikuti kemauan atau pikirannya, ia
pun marah. Sewktu marah, bukannya ia melihat bahwa memang orang lain berbeda
dengannya, ia justru memandang perbedaan sebagai kekurangan di pihakorang lain.
Gaya komunikasi ini cenderung merusakkan hubungan dengan orang lain. Siapa saja
yang pernah disakitinya akan mnjaga jarak karena tidak mau terluka lagi.
4. Si Penyenang
Si Penyenang mempunyai satu misi dalam hidupnya, yakni menyenangkan hati semua
orang. Akibatnya, tema seperti ini sering keluar dari bibirnya, Saya akan lakukan apa
saja bagimu asal kamu bahagia. Bicara dengan Si Penyenang memang bias
menyenangkan karena ia akan mengangguk-angguk sja, namun biasanya gaya
komunikasi ini dapat mendangkalkan relasi pribadi. Sukar sekali untuk mengetahui

hati penyenag karena ia tidak terbuka. Ketidakterbukaannya itu cenderung


membuatnya menumpuk semua perasaan dlam hati. Jika tidak tertahankan, ia mudah
menjadi orang tertekan dan tidak bahagia.
5. Si Pelupa
Kita bisa lupa adakalanya sengaja melupakan peristiwa tertentu. Malangnya, Si Pelupa
lupa dan melakukan terlalu banyak hal dan frekuensinya terlalu sering. Ia acap kali
beujar, tidak, saya tidak mengatakan hal itu. Namun, kenyataanya ialah uia
mengatakan hal tersebut. Baik lupa atau melupakan informasi, akhirnyadibutuhkan
oleh orang lain cenderung melemahkan kepercayaan orang pada dirinya sendiri.
Orang lain dapat membentuk anggapan bahwa Si Pelupa meremehkan atau bias juga
orang lain menilai bahwa Si Pelupa tidak tulus. Ini bahaya! Komunikasi sangat
bergantung pada keprcayaan, tampa itu yang mendengar adalah suara belaka.
6. Si Pendebat
Repo juga berkomunikasi dengan Si Pendebat karena pembicaraan dengannya
cenderung menjadi araena balapan kebenaran.perhatikan kata-kata yang biasanya
keluar dari mulutnya, Apa benar sya berkata demikian? Apa kamu yakin? Bagaimana
dengan dirimu sendiri? Si Pendebat kaya dengan kata-kata dan gaya
berkomunikasinya mirip dengan taktik menyerbu orang laindengan bombardemen
kata-kata. Si Pendebat cenderung melemparkan focus masalah ke pihak lawannya
sehingga ia bebas dari kesulitan. Gaya komunikasi ini bias menimbulkan rasa tidak
suka dan jenuh pada orang lain karena bicara dengannya membuat diri merasa
diserang. Lebih jauh lagi, Si Pendebat akhirnya membuat orang beranggapan bahwa ia
senantiasa mengelak dari tanggungjawabnya.
7. Si Talenan
Rasa iba, kasihan, simpati adalah beberapa kata yang sering diasosiasikan dengan Si
Talenan karena perasaan-perasaan seperti itulah yang timbul tatkala melihatnya. Si
Talenan selalu menyediakan dirinya menjadi sasaran tudingan orang laintanpa benarbenar menyadari dimana letak kesalahannya (kalau memang ada). Ucapan seperti ini

cenderung muncul dari bibirnya, Betul, memang saya yang salah dan sudah
sepantasnya dimarahi. Masalahnya ialah, ia melakukan itu karena tidak berani atau
berkekuatan menghadapkan orang lain dengan kebenaran. Iatidak suka keributan dan
baginya silang pendapat tidaklah bijaksana, jadi harus dihindarkan. Gaya komunikasi
ini sangat merugikan dirinya dan bias mengundang penghinaan dari orang lain. Orang
lain semakin berani berbuat sekehendak hatinya tanpa memperdulikan perasaanya.
Namaun, bukankah ia jugalah yang memulainya?
Apabila kita dibandingkan, antara 7 (tujuh) gaya komunikasi dari Gunadi dan 4
(empat) gaya komunikasiyang dikembangkan dari model perannya Virginia Satir, ada
beberapa butir yang sama. Dalam model peran, gaya komunikasi yang baik dan yang
bias mengganggu pergaulan social dipersatukan. Tidak dikelompokan menjadi gaya
yang positif dan gaya yang negative. Sedangkan apa yang dikembangkanGunadi,
mengelompokkan gaya-gaya komunikasi yang dipandang akan menghambat atau
mengganggu pergaulan dan komunikasi seseorang dalam kehidupannya. Sekarang kita
membahas sisi lain lagi, yakni bagaimana orang berkomunikasi dengan seseorang
yang memiliki gaya komunikasi tertentu. Falokowski (003) menguraikan sejumlah
gaya komunikasi yang biasadipraktikan dalam komunikasi antarpribadi. Gaya-gaya
komunikasi tersebut adalah (a) gaya komunikasi ekstrovert, (b) gaya komunikasi
introvert, (c) gaya komunikasi indrawi, (d) gaya komunikasi intuitif, (e) gaya
komunikasi pemikir, (f) gaya komunikasi perasa, (g) gaya komunikasi penilai, dan (h)
gaya komunikasi pemersepsi. Gaya-gaya komunikasitersebut terbentuk dan di
pengaruhi oleh kepribadian orang tersebut. Dengan demikian, gaya berkomunikasi
yang diungkapkannya pada dasarnya menunjukkan jenis-jenis kepribadian manusia.
Memang cara termudah untuk mengenali apa gaya komunikasi yang digunakan lawan
komunikasi kita dalah dengazn memperhatikan caranya berkomunikasi. Pada awalawal percakapan kita bisa menduga, termasuk gaya komunikasi kita itu. Setelah kita
membuat dugaan, tentu langkah berikut nya adalah menyesuaikan cara atau gaya
komunikasi kita dengan oran tersebut.
Hal seperti itulah yang biasanya kerap dilakukan dalam dunia bisnis. Untuk petugas
yang menangani keluhan customer atau pelanggannya, dibekali keterampilan untuk
bias menembak dengan tepat kepribadian dan gaya komunikasi customer ny. Lalu,

menentukan bagaimana cara berkomunikasi yang baik, misalnya memperlakukan


customer yang bertipe kepribadian dan bergaya komunikasi penilai akan beda
diperlakukannya dengan customer yang bergaya perasa.
Namun, baik komunikasi itu berlangsung dalam latar social maupun llatar bisnis,
keduanya sama-sama merupakan komuniksi yang bertujuan menyampaikan pesan
untuk mencapai tujuan trtentu. Katakanlah dalam latar bisnis, keluhan customer itu
disampaikan untuk menyelesaikan maslah yang dihadapi customer. Gaya komunikasi
yang digunakan petugasyang melayani customer itu dilakukan untuk menyelesaikan
masalah itu, bukan untuk menunjukkan kepribadian atau siapa dirinya di organisasi
bisnis tersebut. Begitu juga hal nya dalam latar latar social, komunikasi dengan gaya
komunikasi tertentu itu dilakukan guna mempertinggi efektifitas komunikasi yang
dilangsungkan. Kita mempelajari gaya-gaya komunikasi tersebut juga karena kita
berharap bias melakukan komunikasi yang afektif. Oleh karena itu, gaya komunikasi
itu hendaknya lebih kita pandang sebagai fungsi iklim atau situasi komunikasi yang
dihadapi. Gaya komunikasi yang itu memang dipengaruhi oleh kepribadian orang
yang berkomunikasi, namun hendaknya tidak dipandang sebagai suatu gaya yang tak
terpengaruh iklim atau situasi komunikasi karena iklim dan situasi komunikasi
tentunya akan mempengaruhi cara kita berkomunikasi. Apabila kita memandang gaya
komunikasi sebagai fungsi dari iklim dan situasi komunikasi maka kita akan bias
melihat bahwa gaya komunikasi itu bias berubah sesuai dengan situasi atau iklim
komunikasi yang kita hadapi. Cara gaya kita berkomunikasi jadi lebih ditentukan oleh
situasi/iklim komunikasi, bukan oleh kepribadian kita. Maka, wajar apabila banyak
orang mengikuti berbagai pelatihan mengenai gaya-gaya berkomunikasi ini,
tujuannya, agar komunikasi yang dilakukannya bisa berlangsung efektif atau bisa
mencapai tujuan yang diinginkannya.
STRATEGI
Kita mesti cepat memutuskan strategi komunikasi seperti apa yang bisa kita jalankan
dalam menghadapi situasi komunikasi yang seperti itu. Keputusan strategi apa yang
gunakan itu tentu saja akan melibatkan gaya komunikasi yang kita gunakan. Gaya
komunikasi ini, seperti yang sudah kita bahas pada kegiatan belajar 1 Modul 9

merupakan cara kita menyampaikan pesan. Cara penyampaian pesan merupakan salah
satu bagian dari perumusan strategi komunikasi kita. Dalam berkomunikasi ,
setidaknya kita mengenal ada 4(empat) strategi dasar yang bisa kita pergunakan.
Pertama, strategi pemahaman. Dengan strategi ini kita menahan beberapa informasi
yang penting atau menjadi pokok pesan yang ingin kita sampaiakan .demi menjaga
situasi komunikasi yang tetap baik., misalnya saat kita hendak memberitahukan
musibah yang dialami seorang kawan kita. Kita tahu, ibunya mengalami kecelakaan
lalulintas. Kita menahan informasi tersebut saat berkomunikasi dengan teman kita itu
sampai kita menemukan waktu yang kita anggap tepat. Kedua, strategi control, yakni
strategi yang menempatkan kita menjadi pengontrol arus informasi. Kita berusaha
mengontrok topic pembicaraan sehingga akhir pembicaraan sesuai dengan maksud
kita melakukan komunikasi , msialnya dalam satu oerundingan kita sengaja
mengontrol arah pembicaraan sehingga keputusan perundingan tersebut sesuai dengan
tujuan kita melakukan perundingan. Ketiga, kita menggertak lawan komunikasi. Ini
merupakan strategi yang umum digunakan khususnya dalam dalam situasi konflik .
orang menggertak lawan komunikasinya dengan pertanyaan-pertanyaan yang
membuatnya tidak bisa memberikan argumentasinya. Situsasi komunikasi seperti ini
kerap kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Keempat, kontra-tindakan, yakni
strategi yang membuat kita memposisikan diri bertentangan dengan lawan
komunikasi. Dlam perdebatan, tindakan seperti ini biasanya banyak dilakukan orang
agar masing-masing pihak bisa sampai pada titik terbesar pandnagannnya masingmasing, kemudian menemukan kesamaan serta perbedaannya.
Strategi mana yang paling baik dalam komunikasi yang kita jalankan, banyak
ditentukan oleh situasi dan tujuan komunikasi yang kita lakukan. Alam situasi yang
relative tenan, strategi control bisa baik. Namun, bila komunikasinya berlangsung
dalam latar konflik, gertak mungkin saja bisa lebih baik dibandingkan dengan kontratindakan. Hal tersebut menunjukkan bagaimana strategi sebagai seni dalam
komunikasi menjadi terlihat jelas. Bagaimana kita memilih strategi yang akan kita
gunakan akan lebih banyak ditentukan oleh keterampilan kita dalam seni
berkomunikasi dengan orang lain. Strategi komunikasi juga akan banyak ditentukan
oleh tujuan komunikasi kita. Tujuan tersebut dapat dirinci menjadi:

1. Memperoleh informasi,
2. Memberi informasi,
3. Membujuk,
4. Memecahkan maslah,
5. Konsultasi, dan
6. Mendengarkan keluhan (Tubbs dan Moss, 2004:41).
Strategi komunikasi yang kita gunakan dalam upaya mendapatkan informasi tentunya
akan berbeda dengan strategi komunikasi yang kita pergunakan untuk memberi
informasi. Begitu juga dengan strategi komunikasi untuk membujuk atau mempersuasi
seseorang akan berbeda dengan strategi komunikasi kita untuk memecahkan masalah.
Dengan demikian, setidaknya kita akan mempertimbangkan dua hal dalam
menetapkan strategi komunikasi yang akan kita pergunakan , yaitu:
1. Situasi atau iklim komunikasi
2. Tujuan komunikasinya.
Kedua hal tersebut merupakan Tulang Punggung dari strategi komunikasi kita.
Apabila kemudian kitakaitkan dengan strategi kita kaitkan edngan strategi dasar
seperti yang diuraikan sebelumnya maka kita bisa menenukan begitu banyak variasi
strategi. Misalnya, dlam upaya kita mempersuasi lawan komunikasi kita bisa saja kita
gunakan strategi penahanan dan strategi control. Namun, bisa juga kita menggunakan
strategi gertakan agar lawan komunikasi kita bisa mengubah pandanngannya sehingga
sesuai dengan keinginan dan maksud kita melakukan komunikasi kita.
Kita juga bisa mendapatkan variasi lain dari strategi ini manakala kita memadukan
antara strategi dasar dan iklim atau situasi komunikasi. Strategi gertakan bisa kita
gunakan dalam situasi komunikasi yang terbuka dan tertutup. Begitu juga dengan
strategi-strategi lainnya, seperti control dan kontra-tindakan.

Anda mungkin juga menyukai