Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PERAN ORGANISASI KEMAHASISWAAN DALAM

MENUMBUHKAN NILAI – NILAI KARAKTER PEDULI SOSIAL


MAHASISWA

Diajukan untuk Memenuhi tugas Individu

Mata Kuliah : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan


Dosen pengajar : Asri Mariza Oktavia, S.T.,M.Ars

Disusun Oleh :

NAMA : Lusiana Tinambunan


NIM : 352210187
KELAS : IE.22.C3

UNIVERSITAS PELITA BANGSA FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI


PERAN ORGANISASI KEMAHASISWAAN DALAM MENUMBUHKAN NILAI –
NILAI KARAKTER PEDULI SOSIAL MAHASISWA

ABSTRAK

Untuk mendalami perkembangan nilai-nilai karakter peduli sosial, dilakukan investigasi terhadap
pengaruh organisasi. Menggunakan pendekatan kualitatif, penelitian ini mengintegrasikan metode
deskriptif dan disertai dengan taktik pengumpulan data seperti wawancara, observasi, dan
dokumentasi. Untuk memastikan keakuratan hasil, analisis data menggunakan teknik triangulasi.
Dalam temuan penelitian tersebut terlihat bahwa penanaman karakter peduli di dalam tubuh eksekutif
mahasiswa berhasil. Namun, keberhasilan tersebut hanya terbatas pada kepengurusan internal Badan
Eksekutif Mahasiswa Fakultas Teknik dan tidak menjangkau seluruh mahasiswa fakultas Teknik
Industri. Sebagai rekomendasi, Universitas Pelita Bangsa harus mengutamakan pengajaran afektif di
samping pembelajaran intelektual di kelas untuk membentuk karakter mahasiswa secara optimal.
Badan eksekutif mahasiswa dan fakultas pendidikan harus meningkatkan kegiatan pengembangan
karakter sesuai dengan silabus dan kurikulum organisasi. Terakhir, Fakultas Teknik khususnya
mahasiswa teknik industri dapat memanfaatkan organisasi sebagai sarana untuk menggali dan
mengembangkan potensi diri secara maksimal.

Kata Kunci : Organisasi, Pembentukan Karakter Peduli sosial, Mahasiswa.

Abstract
To explore the development of social caring character values, an investigation was conducted on
the influence of the organization. Using a qualitative approach, this study integrates descriptive
methods and is accompanied by data collection tactics such as interviews, observation, and
documentation. To ensure the accuracy of the results, data analysis uses triangulation techniques.
The research findings show that the inculcation of a caring character within the student executive
body was successful. However, this success was limited to the internal management of the Faculty of
Engineering Student Executive Board and did not reach all students of the Faculty of Industrial
Engineering. As a recommendation, Pelita Bangsa University should prioritize affective teaching in
addition to intellectual learning in class to shape student character optimally. Student executive
bodies and education faculties must promote character development activities according to the
syllabus and curriculum of the organization. Finally, the Faculty of Engineering, especially industrial
engineering students, can utilize the organization as a means to explore and develop their potential to
the fullest.

Keywords: Organization, Formation of Social Care Character, Students


BAB I

PENDAHULUAN

Pengembangan karakter dan peningkatan diri harus menjadi bagian dari setiap
organisasi kemahasiswaan. Melalui organisasi-organisasi inilah para siswa dapat
menemukan dan memupuk potensi mereka. Penanaman benih karakter dalam lingkungan
seperti itu sangat penting untuk perkembangan yang cepat dan efektif.

Sayangnya, banyak organisasi saat ini yang mengabaikan pendidikan karakter sehingga
menyebabkan merosotnya moral siswa dan kurang optimalnya pengembangan sumber daya
manusia di Indonesia. Dengan mengutamakan pembentukan karakter dalam semua
kegiatan organisasi, siswa dapat belajar dan tumbuh dengan cara yang akan mereka bawa di
tahun-tahun mendatang.
Salah satu upaya peningkatan sumber daya manusia melalui bidang pendidikan adalah
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional, yang
menjelaskan, “Fungsi pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan,
membentuk watak dan peradaban bangsa, serta bertujuan untuk mengembangkan peserta
didik yang berpotensi Menjadi manusia yang beriman dan beriman kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berbudi pekerti luhur, sehat jasmani, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis
dan bertanggung jawab” yang tujuannya agar pendidikan nasional tidak hanya
mengutamakan aspek kognitif, juga memperhatikan aspek aspek emosional dan
psikomotorik.

Kenyataannya, kondisi problematika di bidang pendidikan menyebabkan tidak


optimalnya realisasi tujuan nasional pendidikan nasional, karena perguruan tinggi kurang
memaksimalkan pendidikan karakter, sehingga kegiatan sosial pasif dilakukan oleh
organisasi kemahasiswaan. Kegiatan himpunan mahasiswa harus tetap melakukan kegiatan
sosial.Kegiatan sosial yang dilakukan oleh himpunan mahasiswa akan meningkatkan
kesadaran sosial mahasiswa.Sekarang kesadaran sosial mahasiswa sudah sangat
berkurang,kepasifan kegiatan himpunan mahasiswa semakin menarik perhatian.Hanya di
lingkungan situasi dimana nilai-nilai kepedulian sosial siswa mengalami penurunan
mengadakan kegiatan akademik.

Majid & Andayani (2013, p. 54) menjelaskan rendahnya pendidikan karakter di Indonesia
disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, sistem pendidikan kurang menekankan pada
pembentukan karakter dan lebih pada pengembangan intelektual. Kedua, kondisi
lingkungan yang tidak mendukung pembangunan karakter yang baik. Karakter memang
bukan prioritas, meski Ilmu tanpa karakter Majid & Andayani (2013) adalah salah satu dari
tujuh dosa mematikan. Diperlukan upaya yang berkelanjutan, dan pendidikan karakter bagi
siswa pasca sekolah menengah dapat dimulai pada anak usia dini melalui pendidikan
karakter. Selama ini pendidikan kita selalu berorientasi pada kognitif, sedangkan pendidikan
karakter terabaikan. Hal ini diperkuat dengan pendapat Supeni & Saddhono (2013, p. 156)
yang menyatakan bahwa “guru cenderung memberikan materi dan fokus pada aspek
kognitif tanpa mengembangkan sikap dan nilai-nilai kehidupan siswa. Siswa sebagai individu
kurang mendapat perhatian, sehingga ilmu yang dikuasainya tidak berarti bagi dirinya,
kehidupannya, dan menurut humanisme.” proses di dalam kelas biasanya hanya formalitas
dan hanya sebatas prestasi akademik.Hal ini berbeda dengan tugas dan tujuan pendidikan
nasional, yaitu tugas pendidikan nasional untuk mengembangkan keterampilan dan karakter
bangsa yang layak dan membentuk peradaban yang bermartabat. mencerdaskan kehidupan
umat, dan tujuannya adalah mengembangkan kesempatan peserta didik untuk menjadi
orang yang beriman kepada Tuhan dan bertakwa kepada manusia Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan demokratis serta menjadi warga negara
yang bertanggung jawab .

Pembentukan karakter dapat terjadi melalui berbagai metode, yaitu pengajaran nilai,
nilai keteladanan, pemajuan nilai dan kompetensi nilai (Kirschenbaum, 1995). Keteladanan
perilaku menjadi aspek penting dalam mengembangkan karakter peserta didik. Hal ini
disebabkan keteladanan perilaku yang menonjolkan perilaku aktual yang dapat dijadikan
acuan oleh siswa. Widyaningsih, Zamroni & Zuchdi (2014, p. 189) menyatakan bahwa
strategi pengembangan karakter merupakan bagian dari pendekatan holistik yang
merupakan sintesis dari dua metode tradisional, yaitu. H. menanamkan nilai-nilai
keteladanan dan metode modern melalui kecakapan hidup. Menurut Lickona (Lickona,
2009), pendidikan karakter memiliki tiga unsur utama, yaitu mengetahui yang baik (knowing
good), mencintai yang baik (desiring good) dan berbuat baik (doing good). Pendidikan
karakter tidak hanya tentang benar dan salah, tetapi juga tentang menanamkan kebiasaan
yang baik dengan harapan siswa memahami dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-
hari.

Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti menyampaikan bahwa penyelenggaraan


pendidikan hendaknya tidak hanya menitikberatkan pada pengembangan intelektual siswa,
tetapi juga pembentukan karakter, sehingga siswa memiliki karakter untuk mencapai
pembangunan bangsa yang lebih baik. Konseling siswa berfokus pada membangun identitas
dan kapasitas siswa. Hal ini tercermin dari sikap, perilaku, kepribadian dan karakter yang
baik. Perguruan tinggi sebagai penyelenggara pendidikan memiliki peran strategis dalam
pengembangan sumber daya manusia sehingga masyarakat memiliki harapan yang tinggi
terhadap lembaga pendidikan.
Oleh karena itu, pembinaan kemahasiswaan dapat dilakukan melalui organisasi
kemahasiswaan, yang diharapkan dapat menghasilkan mahasiswa yang berwawasan luas,
kreativitas, gaya kepemimpinan, dan kepekaan sosial terhadap masyarakat. Hakikat
kepedulian sosial adalah perilaku seseorang yang selalu bersikap atau bertindak sesuai
dengan kebutuhan dan bentuk pertolongan yang diberikannya kepada orang lain. nilai
karakter berjiwa sosial bagi mahasiswa fakultas teknik industri. Pendukung karakter peduli
adalah anggota Himpunan Mahasiswa Teknik Industri yang memberikan pemahaman atau
pendidikan tentang sikap peduli. . Sikap sosial terhadap HMTI bersifat peduli sosial. Dengan
latar belakang yang diuraikan di atas, ada kebutuhan untuk menyelidiki peran organisasi
dalam penanaman nilai-nilai karakter peduli sosial.

Metode

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.
Menurut Sugiyono (2012, p.13), metode penelitian kualitatif meliputi: “Metode penelitian
kualitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filosofi
postpositivisme, digunakan untuk mempelajari kondisi objek yang alamiah (berlawanan
dengan eksperimen), dimana peneliti sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data
dilakukan melalui triangulasi (gabungan ). Analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil
penelitian kualitatif lebih menekankan relevansi daripada generalisasi Menurut Sugiyono
(2012, p. 53), pendekatan deskriptif adalah: “Penelitian deskriptif adalah penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui keberadaan variabel bebas, baik hanya satu variabel maupun
variabel ganda, tanpa membandingkan atau menggabungkannya dengan variabel lain
(variabel bebas adalah variabel tunggal, tidak bebas, selalu berpasangan). dengan variabel
terikat ).Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif-
kualitatif, karena penelitian mengalami kesulitan untuk mendeskripsikan atau mencirikan
peran organisasi dalam mempromosikan nilai-nilai karakter peduli sosial.
BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAAN

Organisasi pada hakekatnya adalah tempat berkembangnya segala jenis potensi individu
dalam setiap proses yang berlangsung untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Organisasi
memiliki aturan bahwa kaum fundamentalis sendiri mengarahkan jalannya organisasi dalam
setiap gerakannya agar sesuai dengan aturan yang ditetapkan untuk mencapai tujuan
organisasi yang lahir dari rasa kesetaraan. setiap individu atau kelompok.

Standarisasi keberhasilan organisasi ditunjukkan dalam kesadaran orang-orang yang


memiliki tujuan bersama mengisi suatu majelis dan dapat bekerja sama dari ide apapun
yang memberi makan pencapaian tujuan organisasi itu sendiri, yang didasarkan pada gotong
royong dan kolaborasi. menghembuskan titik kekeluargaan dan profesionalisme dalam
setiap gerakan organisasi. Jika organisasi dikelola secara mandiri, ketika berbicara tentang
pengaturan organisasi, maka organisasi harus memiliki aturan yang memandu jalannya
organisasi sebagai dasar yang sangat mendasar untuk mencapai tujuan yang dapat dicapai
oleh setiap pengelola organisasi.

Derajat keberhasilan organisasi dapat dilihat pada setiap fase yang memiliki kaidah dasar
komitmen sekelompok orang, dalam hal ini sebagai wadah pengembangan seluruh potensi
yang mungkin dimiliki oleh masing-masing organisasi, untuk membahas pedoman-
pedomannya sendiri. masing-masing organisasi. langkah-langkah organisasi untuk mencapai
suatu tujuan, secara konseptual menciptakan model pembentukan ideologi dan kasta
sedemikian rupa sehingga kesadaran dalam bentuk gagasan dibentuk, disempurnakan, dan
ditanamkan di bawah nilai-nilai karakter yang ditransmisikan secara sosial.

Mahasiswa pada umumnya memiliki kepribadian dan karakter tersendiri, terbentuk


sebelum masuk universitas dan bergelar mahasiswa. Karakter dan perilaku setiap individu
kemudian menjadi ciri khas dari orang/individu itu sendiri, yang disebut sebagai karakter.
Pada dasarnya karakter adalah ciri, tingkah laku, budi pekerti, psikologi seseorang, moralitas
yang berlaku dalam diri seseorang dan ciri khas setiap individu.

Karakter siswa tentunya harus dilandasi oleh nilai-nilai yang tidak bertentangan dengan
norma-norma yang hidup dalam masyarakat, karakter yang dilandasi oleh nilai-nilai norma
yang hidup dalam masyarakat tentunya tidak menimbulkan penyimpangan sosial setiap
orang. perilaku individu. Pembentukan karakter setiap individu dapat dipengaruhi oleh
lingkungan, yang mempengaruhi pemikiran dan yang diucapkan setiap individu dalam
bentuk komunikasi dengan individu lain dan berbuah dalam bentuk tindakan dari masing-
masing individu itu sendiri. Tingkah lakunya, perbuatan dan tingkah laku selanjutnya, yang
dilakukan setiap individu secara terus menerus, menjadi kebiasaan hidup sehari-hari, dan
kebiasaan tersebut merupakan karakter individu itu sendiri.

Sebagai wadah organisasi untuk pengembangan seluruh potensi yang ada dalam diri
mahasiswa, maka harus mampu membimbing, membentuk, mempertajam, dan
menanamkan nilai-nilai karakter, salah satunya nilai karakter kepedulian sosial untuk
digalakkan dalam organisasi kemahasiswaan. Proses perancangan sistem keperawatan itu
sendiri dapat diwujudkan atau diwujudkan oleh organisasi dengan setiap kegiatan organisasi
yang harus mengandung nilai-nilai keperawatan, untuk menuntut dan memajukan
keperawatan dari mahasiswa itu sendiri.

Proses pembentukan karakter peduli sosial yang dilakukan oleh organisasi tidak hanya
diinformasikan oleh kegiatan yang diselenggarakan oleh organisasi, tetapi juga oleh aspek
lain yang dianggap sebagai kurikulum, kurikulum, aturan organisasi sebagai acuan dasar.
dalam menentukan langkah-langkah reguler. Dengan aturan baik yang diprakarsai secara
konseptual maupun yang diramalkan untuk menciptakan lingkungan yang selalu
menunjukkan komitmen sosial, maka setiap pengelola organisasi terlebih dahulu harus
mengimplementasikan nilai-nilai karakter peduli sosial yang terkandung di dalamnya.

Secara umum, pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar melalui proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya dalam kekuatan spiritual keagamaan, disiplin diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan kemampuan dirinya. . dan masyarakat. Dalam
pendidikan terdapat proses belajar yang dilakukan secara terus menerus agar seseorang
dapat menjadi manusia yang sempurna lahir dan batin. Jika proses diklat menghasilkan
kepribadian lemah yang suka KKN, tidak bertanggung jawab, tidak bermoral dan tidak
mandiri, berarti program diklat gagal. Hal ini mungkin disebabkan oleh kesalahan filosofi dan
manajemen pendidikan yang tidak sesuai dengan cita-cita pendidikan itu sendiri (Kadir,
2018, hlm. 25–26).

Pendidikan pada dasarnya membantu perkembangan karakter, kemandirian, sosial dan


kepribadian. Perguruan tinggi adalah lembaga akademik yang misi utamanya adalah
menyelenggarakan pendidikan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Jika hakekat pendidikan dapat tercapai, diharapkan akan membentuk karakter yang kuat
bagi generasi penerus bangsa sehingga korupsi di lembaga pemerintah dan swasta dapat
diminimalkan bahkan diberantas. Wren (2008) menekankan perlunya moral pendidikan
siswa dari luar dan dalam. Pendidikan moral dirancang untuk melakukan kontrol sosial
terhadap individu sehingga diharapkan terjadi perubahan perilaku. Dengan adanya
perubahan perilaku ke arah yang lebih baik, memperkuat karakter peserta didik dan
menjadi prasyarat fondasi integritas masa depan.Ini mungkin salah satu alasan mengapa
pendidikan Indonesia berada di titik hitam. Menurut survei skor tes Organization for
Economic Co-operation and Development (OECD) terhadap 76 negara, Indonesia
menempati peringkat ke-69.

Manusia, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok manusia, hidup dalam ruang
sosial dan menciptakan, memelihara, mengembangkan dan memelihara kebudayaan serta
hidup dalam warna atau corak kebudayaannya sendiri. Sejak manusia diciptakan,
pendidikan telah dipraktikkan, artinya usia pendidikan sesuai dengan usia manusia. Dalam
proses pendidikan dan pewarisan, ia juga merepresentasikan etika atau moralitas yang
berlaku dan terjadi pada masanya sendiri dimana ia selalu beramal dengan menyesuaikan
lingkungan dan budayanya dengan lingkungannya. Karena itu, visi, pengetahuan, dan
keterampilan diperlukan untuk bertahan hidup generasi berikutnya. Dalam konteks abad 21,
pendidikan harus mampu mengembangkan manusia dengan keterampilan untuk berhasil di
dunia sekarang ini, seperti berpikir kritis, pemecahan masalah, komunikasi dan kolaborasi
(Partnership for 21st Century Learning, 2015). Akan tetapi tujuan pendidikan bukan hanya
untuk mensukseskan dunia, tetapi juga untuk dapat menumbuhkan kecerdasan hati yang
mengantarkan manusia kembali kepada penciptanya dengan iman dan takwa, sebagaimana
tujuan pendidikan nasional Indonesia.

Pendidikan telah berkembang dari waktu ke waktu dari yang paling sederhana sampai
yang paling kompleks, sehingga dalam prosesnya mengalami perkembangan yang sangat
pesat dalam berbagai bidang kehidupan. Etika dalam proses pencapaian tujuan pendidikan
tidak dapat dipisahkan karena mengacu pada hasil akhir, dimana proses pendidikan
berlangsung secara etis dan berkesinambungan dalam kehidupan seseorang, dengan
penekanan pada pengajaran dan etika itu sendiri, sehingga bakat, keterampilan,
kemampuan dan minat dapat dikembangkan sesuai dengan etika yang baik dan benar dalam
kehidupan. Proses ini sudah terlihat pada awal pendidikan keluarga, di mana orang tua
mentransfer pengetahuan dan keterampilan kepada orang-orang di sekitarnya melalui
keteladanan, yaitu. sebagai contoh bagi anak-anaknya dalam hal akhlak yang baik menurut
etika yang baik dan pendidikan agama. , agar mereka tahu dan bisa hidup di tengah-tengah
kebaikan untuk menjalani kehidupan yang beretika dan bermoral. Demikian juga anak-anak
menjadi dewasa dan mewariskan kepada generasi berikutnya apa yang telah mereka
pelajari dan alami sejak kecil dan seterusnya. Tujuan pendidikan adalah untuk membantu
peserta didik mengembangkan potensi kemanusiaannya. Potensi manusia adalah benih dari
kemungkinan menjadi manusia. Pelatihan berjalan dengan baik dan berhasil apabila pelatih
memahami dan menerapkan konsep keteladanan yang dilandasi etika dan moral yang baik.
Pola hidup masyarakat sarat dengan nilai-nilai yang baik dan luhur dalam kehidupannya,
sedangkan tujuan pendidikan mengandung citra nilai-nilai kehidupan yang baik, mulia,
pantas, benar dan indah. Pendidikan memiliki dua fungsi untuk memberikan arah pada
semua kegiatan pendidikan dan itu harus dicapai dalam semua kegiatan pendidikan. Untuk
mencapai tujuan pendidikan yang lebih baik diperlukan kepastian dan jaminan hukum,
khususnya dalam pendidikan formal, maka diperlukan suatu peraturan atau undang-undang
untuk melindungi peserta didik, proses pendidikan untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam
proses pengembangan potensi manusia, pelatihan harus dirumuskan atau direncanakan,
yang dapat memberikan landasan bagi pengembangan berbagai potensi setiap individu.

❖ KESIMPULAN
Kegiatan organisasi merupakan wadah untuk menyalurkan minat dan bakat mahasiswa,
yang kemudian diarahkan pada pengabdian masyarakat, penelitian, pendalaman diri dan
peningkatan kapasitas keilmuan yang diselenggarakan oleh universitas, fakultas, dan
organisasi kemahasiswaan terdaftar. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan
pengembangan pribadi siswa yang sehat jasmani dan rohani, berdedikasi, peduli dan
bertanggung jawab melalui berbagai kegiatan positif di bawah naungan lembaga
pendidikan.

Upaya organisasi untuk menanamkan nilai-nilai karakter peduli terkait dengan polarisasi
perilaku para pengelola organisasi, dan mereka harus menanamkan nilai-nilai karakter
peduli dalam kehidupan sehari-hari yang kemudian menjadikan para pengelola organisasi
sebagai panutan bagi mahasiswa lainnya, yang tidak terlibat langsung Mahasiswa Fakultas
Teknik Industri paket belajar dan diklat. Aspek ketiga adalah bahwa organisasi pada
dasarnya harus memiliki landasan fundamental sebagai konsep untuk mengatur kegiatan
organisasi dalam pembentukan, penyempurnaan, dan pembinaan nilai-nilai karakter yang
ditransmisikan secara sosial. Mahasiswa yang terlibat dan terkoneksi dalam organisasi
terlihat lebih aktif dibandingkan dengan mahasiswa yang setiap hari hanya mengikuti
perkuliahan dan pulang kuliah. Organisasi kemahasiswaan mengajarkan cara berbicara yang
baik dan cara memecahkan suatu masalah. Hal ini tentu menjadi proposisi yang sangat
menarik setelah mahasiswa lulus dan terjun ke dunia nyata masyarakat.Keterlibatan
mahasiswa dalam organisasi kemahasiswaan mendorong terbentuknya sikap yang
mempengaruhi aktivitas kemahasiswaan dalam organisasi kemahasiswaan.
❖ Referensi

Coughlan, S (2015). Asia peringkat tertinggi sekolah global, Indonesia nomor 69 - BBC
News Indonesia. BBC.

Kadir, Y (2018). Kebijakan pendidikan antikorupsi di perguruan tinggi.Gorontalo Law


Review,1(1), 25-38.

Kirschenbaum, H. (1995). 100 ways to enhance values and morality in schools and youth
setting. Allyn & Bacon.

Lickona, T. (2009). Pendidikan karakter: Bagaimana sekolah kita dapat mengajarkan rasa
hormat dan tanggung jawab. Buku Banten.

Majid, A., & Andayani, D. (2013). Pendidikan karakter prespektif Islam. PT. Remaya
Rosdakarya. Kemitraan untuk Pembelajaran Abad 21. (2015). Kemitraan P21 untuk
pembelajaran di abad ke-21. dalam kerjasama untuk pembelajaran abad 21.

Sugiyono. (2012). Metode penelitian kualitatif kuantitatif dan R&D. Alfabet.

Supeni, S. dan Saddhono, K. (2013). Perilaku kognitif telah menggantikan nilai-nilai


tradisional Jawa di era global. Jurnal Ilmu dan Pendidikan Manajemen Asia, 2(2), 156-
162.

Widyaningsih, T.S., Zamroni dan Zuchdi, D. (2014). Internalisasi dan implementasi nilai-
nilai karakter pada siswa sekolah menengah dari perspektif fenomenologis. Jurnal
Pengembangan Pendidikan: yayasan dan Aplikasi, 2(2), 181-195.

Wren , T. (2008). Philoshopical mornings. In L.P. Nucci & D. Narvaez(Ed), Handbook of


moral And character education (hal.11-29).Francis Group.

Zuchdi, D. (Toim.). (2015). Pembuatan karakter: Konsep dasar dan penerapannya di


perguruan tinggi .UNY Press

Anda mungkin juga menyukai