Anda di halaman 1dari 13

Penalaran

Disusun oleh:
Kelompok: 2
Nama Anggota Kelompok:
 Salma Dhela Shofia (202033258)
 Dina Zanuba Rohmah (202033274)
 Wahyu Budi Prasetyo (202033283)
Pengertian Penalaran
 Penalaran (reasoning) adalah suatu proses berpikir dengan
menghubungkan bukti, fakta, petunjuk, ataupun sesuatu
yang dianggap bahan bukti, menuju pada sebuah
kesimpulan. Bahan untuk membuat suatu simpulan dapat
berupa fakta, informasi, pengalaman, atau pendapat para
ahli.
Bentuk-bentuk Penalaran
 Penalaran Induktif
Penalaran induktif merupakan suatu proses berpikir yang bertolak dari hal-hal
khusus menuju sesuatu yang umum. Contohnya adalah saat kita membaca
beberapa buku dari cerita orang-orang besar yang sukses. Dari temuan-temuan
yang kita baca dari buku-tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa kesuksesan
mereka tidak diperoleh dengan instan, melainkan dengan kerja keras dan
kesabaran.
 Penalaran Deduktif
Penalaran Deduktif adalah suatu proses berpikir yang bertolak dari suatu yang
umum menuju hal-hal khusus atau penerapan suatu yang umum pada peristiwa
yang khusus untuk mencapai sebuah simpulan. Contohnya yaitu membuktikan
suatu kebenaran dengan mengumpulkan berbagai bukti terlebih dahulu kemudian
setelah itu ditarik suatu kesimpilan.
Penalaran Induktif dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:

 Generalisasi
Generalisasi atau rampatan adalah proses bernalar yang bertolak dari sebuah
gejala atau peristiwa yang serupa untuk menarik simpulan mengenai semua atau
sebagian dari gejala atau peristiwa yang bersangkutan. Sumbernya dapat berupa
kesaksian, dokumentasi, statistik, pendapat ahli, serta peristiwa yang terjadi.
 Analogi
Analogi adalah perbandingan yang sistematis dari dua hal yang berbeda, tetapi
memperlihatkan atau (menunjukkan) kesamaan segi atau fungsi dari kedua hal yang
dibandingkan.
Penalaran Induktif dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:

 Hubungan kausal (sebab-akibat)


Hukum kausalitas menyatakan bahwa semua peristiwa yang terjadi di dunia
terjalin dalam rangkaian sebab-akibat. Penalaran kausalitas dapat terwujud
dengan pola sebab ke akibat, akibat ke sebab, dan akibat ke akibat.
Bentuk penalaran Deduktif

Bentuk penalaran Deduktif bersifat spesifikasi (pengkhususan). Penalaran


Deduktif menggunakan silogisme atau entimen sebagai alat penalarannya.
 Silogisme
Silogisme adalah suatu proses penalaran yang menghubungkan dua proposisi
(pernyataan) yang berlainan untuk menurunkan sebuah simpulan. Silogisme
terdiri dari tiga premis yaitu premis mayor, premis minor dan simpulan.

Ada beberapa jenis silogisme diantaranya adalah silogisme kategorial, silogisme


kondisional (hipotesis), dan silogisme alternatif.
Bentuk penalaran Deduktif

 Entimen
Entimen adalah bagian silogisme yang dianggap telah dipahami, dihilangkan.
Hal itu dilakukan untuk kepraktisan bernalar dalam kehidupan sehari-hari.

Perlu dipahami, bahwa untuk mengetahui keabsahan sebuah entimen, kembalikan


pada silogisme asal yang lengkap dengan mengacu pada prinsip-prinsip silogisme
yang bersangkutan.
Salah Nalar

Salah nalar (reasoning atau Logical fallacy) adalah kekeliruan dalam proses
berpikir, karena keliru menafsirkan atau menrik kesimpulan. Salah nalar dapat
terjadi karena kekeliruan induktif, deduktif, penfsiran relevansi, dan penggunaan
otoritas yang berlebihan.
Jenis-jenis salah nalar diantaranya adalah:
 Generalisasi yang terlalu luas
Salah nalar ini terjadi karena kurangnya data yang dijadikan dasar generalisasi,
sikap menggampangkan, malas mengumpulkan dan menguji data secara memadai,
atau ingin meyakinkan orang lain dengan bahan yang terbatas.
Ada dua bentuk kesalahan generalisasi yang sering muncul
diantaranya yaitu:
 Generalisasi Sepintas
Kesalahan ini terjadi ketika seseorang membuat generalisasi berdasarkan data
atau evidensi yang sangat sedikit.
 Generalisasi Apriori
Salah nalar ini terjadi ketika seseorang melakukan generalisasi atas gejala atau
peristiwa yang belum diuji kebenaran atau kesalahannya. Kesalahan model
penalaran ini sering ditimbulkan oleh prasangka.
Jenis-jenis Salah Nalar

 Kerancuan Analogi
Terjadinya kerancuan analogi disebabkan penggunaan analogi yang tidak
tepat. Hal itu disebabkan dua hal yang diperbandingkan tidak memiliki kesamaan
esensial (pokok).
 Kekeliruan Kausalitas (sebab-akibat)
Salah nalar yang terkait dengan kekeliruan kausalitas, karena seseorang keliru
menentukan dengan tepat sebab dari suatu peristiwa dan hasil (akibat) dari suatu
kejadian.
 Kesalahan Relevansi
Kesalahan relevansi terjadi apabila bukti, peristiwa, atau alasan yang diajukan
tidak berkaitan atau tidak menunjang sebuah kesimpulan.
Bentuk-bentuk kesalahan relevansi

 Pengabaian persoalan
Salah nalar ini terjadi disebabkan oleh pengalihan suatu isu atau permasalahan
dan menggantikannya dengan isu atau permasalahan lain yang tidak berkaitan.
Contoh:
 Penyembunyian persoalan
Salah nalar ini terjadi disebabkan seseorang dalam memecahkan masalah yang
kompleks dia hanya memberikan satu jawaban, pendapat, atau solusi. Contoh:
 Kurang memahami persoalan
Salah nalar ini terjadi karena seseorang mengemukakan pendapat atau alas an
tanpa tanpa memahami persoalan yang dihadapinya dengan baik. Contoh:
Jenis-jenis Salah Nalar

 Penyadaran terhadap prestise seseorang


Dalam menyatakan atau memperkuat argument yang kita buat kita sering
menggunakan atau mengutip pendapat para ahli atau pakar sebagai orang yang
tahu dalam membahas suatu masalah keilmuan. Namun, sebelum menyatakan
argument hendaknya memperhatikan beberapa rambu-rambu berikut:
 Orang itu diakui kebenarannya oleh orang lain.
 Pernyataan yang dibuatnya berkenaan dengan keahliannya serta relevan
dengan persoalan yang dibahas
 Hasil pemikirannya dapat diuji kebenarannya.
Sekian dan Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai