Anda di halaman 1dari 7

https://pakarkomunikasi.

com/komunikasi-vertikal

Komunikasi Vertikal – Pengertian – Jenis –


Fungsi
Sponsors Link
Bidang studi ilmu komunikasi mencakup berbagai hal dan aspek dalam kehidupan,
salah satunya adalah organisasi. Kita tentu tidak asing lagi dengan istilah
komunikasi organisasi, yang mana di dalamnya terdapat bentuk komunikasi
berdasarkan alur interaksinya yaitu vertikal dan horizontal. Pada pembahasan kali
ini, kita akan mengulas lebih lanjut mengenai komunikasi vertikal yang terdapat
pada konsep komunikasi organisasi. (Baca juga : Teori Komunikasi Organisasi)

ads

Komunikasi Organisasi
Sebelum membahas mengenai komunikasi vertikal, tidak lengkap jika kita tidak
mengulas dari dasarnya yaitu komunikasi organisasi. Komunikasi organisasi
merupakan gabungan dari dua konsep ilmu yaitu komunikasi dan organisasi, dimana
keduanya memiliki maknanya masing-masing. Komunikasi secara sederhana bisa
diartikan sebagai suatu proses dimana pihak yang terkait di dalamnya mengirimkan
dan menerima pesan yang berisi simbol verbal maupun nonverbal untuk diberikan
makna atau disamakan makna antara pengirim dan penerima pesan.

Sedangkan organisasi dijelaskan oleh Robbins (2001) sebagai suatu satuan atau unit
sosial yang terdiri dari dua orang atau lebih dan dikoordinasikan secara sadar,
dimana unit tersebu memiliki fungsi dasar untuk mencapai serangkaian tujuan
bersama.

Berdasarkan dua pengertian dari konsep tersebut, maka bisa disimpulkan bahwa
komunikasi organisasi merupakan bentuk komunikasi yang dilakukan sebagai bentuk
perilaku organisasi yang terbentuk dan terjadi, serta bagaimana pihak-pihak yang
ada di dalamnya saling bertransaksi, berinteraksi, dan memberikan makna atas
kejadian tersebut. Komunikasi organisasi juga dijelaskan oleh Arnold & Feldman
(1986) sebagai bentuk dari pertukaran informasi yang dilakukan oleh semua pihak
atau orang yang berada dalam organisasi tersebut, dimana prosesnya mencakup
tahapan seperti attention, comprehension, acceptance as
true,  lalu retention.  (Baca juga : Komunikasi Kepemimpinan – Media Komunikasi
Modern)

Dalam praktek komunikasi organisasi, terdapat alur interaksi dan transaksi yang
kemudian membentuk komunikasi dalam organisasi ke dalam dua bentuk secara
garis besar. Yang pertama adalah komunikasi horizontal, yaitu komunikasia yang
memiliki alur interaksi dan transaksi yang mendatar, dimana biasanya terjadi antara
pihak atau anggota organisasi yang memiliki keduidukan dan status yang sama.
Sedangkan yang kedua adalah komunikasi vertikal, yaitu komunikasi yang terjadi
dimana alurnya ke atas atau ke bawah, dan akan dibahas lebih lanjut pada bagian
selanjutnya.

baca juga:

 Pengertian Studi Kasus Menurut Para Ahli


 Teori Semiotika Ferdinand De Saussure
 unsur Komunikasi Antar Budaya
 Komunikasi Antar Pribadi
 Komunikasi Antar Budaya

Pengertian
Pada prakteknya, komunikasi vertikal adalah hal yang sangat sering terjadi dalam
organisasi karena selalu ada tingkatan tinggi dan rendah dalam suatu susunan
organisasi. Bahkan beberapa ahli seperti Stoner dan Freeman menyatakan bahwa
komunikasi vertikal memiliki presentasae hingga dua pertiga dari total komunikasi
yang terjadi dalam organisasi. (baca juga: Jenis-jenis Interaksi Sosial – Teori Spiral
Keheningan – Literasi Media)

Komunikasi vertikal dijelaskan oleh seorang ahli yaitu Robbins (2001) sebagai
bentuk komunikasi yang memiliki aliran atau arus interaksi yang mengalir dari satu
tingkatan yang lebih tinggi ke tingkat yang lebih rendah, atau sebaliknya, dalam
suatu organsiasi. (Baca juga : Hambatan Komunikasi Organisasi –  Sistem Pers di
Indonesia)

Komunikasi vertikal dalam organisasi juga dijelaskan oleh Robbins sebagai bentuk
komunikasi yang mengalir dari satu tingkat dalam suatu organisasi ke suatu tingkat
yang lebih tinggi atau tingkat yang lebih rendah, atau sebaliknya, dimana komunikasi
atau interaksi ini terjadi secara timbal balik. Dalam lingkungan organisasi atau
kelompok kerja, komunikasi antara atasan dan bawahan menjadi kunci penting
kelangsungan hidup suatu organisasi.

Bahkan menurut Stoner dan Freeman (1994), dua per tiga dari komunikasi yang
dilakukan dalam organisasi antara atasan dan bawahan berlangsung secara vertikal,
sehingga peran komunikasi vertikal sangat urgen dalam organisasi. (baca
juga: Macam-macam Lensa Kamera – Prospek Kerja Ilmu Komunikasi)

Jenis Komunikasi Vertikal


Komunikasi vertikal bukan saja sekedar bentuk komunikasi yang terjadi pada pihak
atau orang yang berbeda tingkatan, namun memiliki jenisnya sendiri berdasarkan
arus interaksi yang terjadi. Berikut adalah dua jenis komunikasi vertikal:
A. Downward Communication
Jenis komunikasi vertikal yang pertama adalah downward communication,  yaitu
komunikasi yang dilakukan dari tingkat atau hierarki yang lebih tinggi (atas) ke
tingkat yang lebih rendah (bawah). Praktek yang paling sering terjadi pada
komunikasi atasan dan bawahan di kantor, atau bos dengan anak buah karena
hubungan tersebut yang memiliki tingkat yang jelas. 

Namun tidak menutup kemungkinan terjadi komunikasi vertikal downward  di luar


kantor atau organisasi resmi, seperti misalnya bisa saja terjadi dari guru ke murid
atau dosen ke mahasiswa. Karena hubungan tersebut juga memiliki perbedaan
tingkatan yang membuat salah satu pihak lebih tinggi dibanding yang
satunya. (Baca juga : Pola Komunikasi Organisasi)

Informasi yang disampaikan dan diberikan dalam jenis komunikasi vertikal ini
biasanya memang pemberian perintah beserta proses, prosedur, hingga tujuan
dilakukannya. Pemberian motivasi untuk meningkatkan produktivitas dan mencapai
tujuan bersama oleh atasan ke bawahan pun bisa dikategorikan downward
communication  ini. (baca juga: Model Komunikasi Laswell – Sistem Komunikasi
Indonesia)

Informasi lain yang biasanya disampaikan pada jenis komunikasi vertikal ini adalah
informasi mengenai bagaimana melakukan pekerjaan, kebijakan dan praktik dalam
organisasi, kinerja pegawai, penilaian terhadap pegawai, dan lain sebagainya. (baca
juga: Teori Agenda Setting – Metode Penelitian Komunikasi)

B. Upward Communication
Jenis komunikasi vertikal yang kedua adalah upward communication,  yaitu
komunikasi vertikal yang dilakukan oleh orang yang memiliki tingkatan atau hierarki
yang lebih rendah (bawah) kepada yang lebih tinggi (atas). Praktek komunikasi
vertikal jenis ini biasanya dilakukan saat bawahan melaporkan hasil pekerjaannya
pada atasan, atau menyampaikan kondisi dari pekerjaan yang sedang dilakukan.
Komunikasi jenis ini juga bisa dilakukan oleh murid atau mahasiswa kepada guru
atau dosennya, misalnya saat menanyakan pelajaran yang belum dimengerti atau
meminta ujian susulan. (Baca juga : Pengertian Media Massa Menurut Para Ahli)

Komunikasi vertikal jenis upward  ini cenderung lebih rumit dan tidak semudah
pelaksanaan jenis yang satunya yaitu downward,  karena komunikasi dari tingkat
yang lebih rendah tidak bisa dilakukan serta-merta dan langsung kepada yang
tingkatan lebih tinggi. Biasanya perlu melalui beberapa prosedur yang cukup menyita
waktu, seperti meminta janji untuk bertemu terlebih dahulu, melewati protokol
asisten atasan, dan lain sebagainya. Pihak atau orang yang berada di tingkat lebih
rendah pun cenderung untuk membatasi diri dalam mengkomunikasikan sesuatu
pada atasannya, karena merasa sulit berinteraksi dengan atasan dan merasa bahwa
pikiran mereka kurang dihargai.
Baca juga :

 Hambatan Komunikasi Organisasi


 Model-model Komunikasi
 Ciri-ciri Media Sosial
 Pers Pada Masa Orde Baru
 Teori Feminisme Menurut Para Ahli

Fungsi
Seperti layaknya bentuk komunikasi lainnya, komunikasi vertikal pun memiliki fungsi
yang berperan penting terutama dalam praktik di organisasi. Berikut adalah
beberapa fungsi dari komunikasi vertikal dalam organisasi sosial masyarakat:

1. Informasi, yaitu komunikasi vertikal berperan sebagai proses penyampaian


dan penerimaan informasi dari satu pihak ke pihak lainnnya yang mana informasi ini
berguna untuk kepentingan individu maupun kelompok. Robbins (2002) menyatakan
bahwa informasi yang diberikan dan diterima dalam suatu organisasi akan sangat
berguna sebagai data dan bahan acuan untuk mengambil keputusan maupun menilai
suatu pilihan. (Baca juga : Komunikasi Informal – Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Komunikasi)
2. Kendali, yaitu komunikasi berperan sebagai pengendali para anggota
organisasi dari segi perilaku dan tata krama yang tersampaikan melalui proses
komunikasi mengenai wewenang dan panduan yang harus dipatuhi oleh setiap
anggota. Peranan kendali ini dilaksanakan oleh para petinggi organisasi atau mereka
yang berada di tingkat manajerial untuk mengatur dan mengendalikan supaya
organisasi tersebut lebih rapi dan terarah. (Baca juga : Karakteristik Media
Massa – Pengertian Jurnalistik Menurut Para Ahli)
3. Motivasi, yaitu komunikasi berperan sebagai sarana menyampaikan dan
memupuk motivasi para anggota dengan disampaikannya apa yang harus dilakukan
dan bagaimana melakukannya. Fungsi motivasi ini dijalankan oleh mereka yang
berada di tingkatan lebih tinggi supaya dapat mendorong para anggota lainnya dalam
memperbaiki dan meningkatkan kinerja. (Baca juga : Komunikasi Dua Arah)
4. Pengungkapan emosi, yaitu komunikasi berfungsi sebagai sarana
mengungkapkan emosi yang dirasakan oleh para anggota sebagai bentuk dari
interaksi sosial dengan anggota lainnya; baik dengan menunjukkan rasa kecewa
atau justru puas dengan apa yang dilakukan pihak lain dalam organisasi
tersebut. (Baca juga : Strategi Komunikasi Politik)

Demikianlah pembahasan mengenai komunikasi vertikal, mulai dari pengertian, jenis,


hingga fungsi dari komunikasi vertikal tersebut. Semoga informasi ini berguna dan
memberikan wawasan yang lebih luas untuk kita semua.
Home » Jenis-jenis Komunikasi » Komunikasi Organisasi » 8 Contoh Komunikasi
Horizontal dalam Organisasi

https://pakarkomunikasi.com/contoh-
komunikasi-horizontal-dalam-organisasi

8 Contoh Komunikasi Horizontal dalam


Organisasi
Sponsors Link

Komunikasi menjadi kunci utama untuk mencapai kesuksesan dalam sebuah


organisasi. Komunikasi organisasi memiliki keragaman karena setiap organisasi
terdiri atas orang-orang yang memiliki latar belakang yang berbeda. Komunikasi
organisasi merupakan korelasi antara ilmu komunikasi dan organisasi. Komunikasi
adalah proses penyampaian dan penerimaan pesan yang dilakukan oleh seorang
komunikator dan komunikan dengan tujuan tertentu. Robbins mendefinisikan
organisasi sebagai suatu unit (satuan) sosial yang dikoordinasikan dengan sadar,
yang terdiri dari dua orang atau lebih, yang berfungsi atas dasar yang relatif terus
menerus untuk mencapai suatu tujuan atau serangkaian tujuan bersama. (Baca
juga: Komunikasi Organisasi)

ads

Menurut Arnold dan Feldman, komunikasi organisasi merupakan pertukaran


informasi diantara orang-orang di dalam suatu organisasi, dimana prosesnya secara
umum meliputi tahapan-tahapan yang berupa attention, comprehension, acceptance
as true, dan retention. Komunikasi organisasi dilakukan untuk menyusun
perencanaan kerja dan membangun visi misi dalam suatu organisasi agar tujuan
bersama dapat terwujud dengan baik.

Perbedaan dan ragam latar belakang yang dimiliki oleh anggota organisasi
menjadikan komunikasi bersifat kompleks. Hal ini menjadi sebuah tantangan dalam
komunikasi organisasi. Kesalahan dalam komunikasi organisasi dapat
mengakibatkan sulitnya pencapaian tujuan bersama dalam organisasi tersebut.
Seorang pemimpin memiliki peran penting sebagai pengkoordinasi dalam berbagai
kegiatan dalam organisasi. Hal ini berkaitan dengan fungsi komunikasi organisasi,
yaitu komunikasi organisasi berfungsi sebagai perintah, relasional, dan manajemen.

Sebelum melakukan komunikasi, seorang pemimpin bertugas untuk memahami apa


yang akan direncanakan dan diperintahkan kepada siapa informasi tersebut. Untuk
itu dalam komunikasi organisasi memiliki jenis-jenis komunikasi formal, salah
satunya adalah komunikasi horizontal atau mendatar. (Baca juga: Saluran
Komunikasi dalam Organisasi)

Komunikasi horizontal merupakan arah komunikasi dalam bentuk mendatar dimana


komunikasi dilakukan oleh dua orang atau lebih yang memiliki level yang sama,
jabatan yang sama, kedudukan atau posisi yang sama. Dengan demikian, komunikasi
dilakukan secara ke samping bukan ke atas atau ke bawah. Komunikasi ini lebih
cepat daripada komunikasi ke atas dan ke bawah, sehingga komunikasi lebih efektif
dan dapat membantu pengkoordinasian, menyelesaikan masalah, memberikan
informasi, dan kegiatan lainnya dalam organisasi. Selain itu, komunikasi mendatar
juga dapat terhalang apabila ada kecemburuan sosial antara jabatan yang sama,
kesalahpahaman, hambatan teknis, dan lain sebagainya. (Baca juga: Konsep Dasar
Komunikasi Organisasi)

Berikut ini merupakan contoh komunikasi horizontal dalam organisasi:

1. Komunikasi Antar Staff Akuntan

Komunikasi antar staff akuntan merupakan salah satu contoh komunikasi horizontal
dalam organisasi. Staff akuntan biasanya menggunakan komunikasi horizontal untuk
membahas masalah seputar pekerjaannya dan mencari solusi untuk
menyelesaikannya. (Baca juga: Etika Komunikasi Organisasi)

2. Komunikasi Antar Manajer

Seorang manajer memiliki tugas penting dalam menyusun strategi perencanaan


kerja. Tujuannya agar kegiatan dalam perusahaan berjalan dengan lancar dan
mencapai kesuksesan bersama. Tugas manajer adalah membuat perencanaan kerja,
penentuan kebijakan, pengawasan kerja, dan lainnya. (Baca juga: Hambatan
Komunikasi Organisasi)

3. Komunikasi Antara Direktur dengan Kolega

Komunikasi horizontal tidak hanya dilakukan di dalam perusahaan tetapi komunikasi


tersebut dapat dilakukan di luar perusahaan seperti komunikasi antara direktur dan
kolega. Komunikasi ini biasanya membahas tentang perencanaan untuk kerjasama
dalam suatu perusahaan. (Baca juga: Komunikasi Dua Arah)

4. Komunikasi Antara Sekretaris dengan Internal Audit

Sebuah perusahaan memiliki susunan atau struktur organisasi yang berfungsi


sebagai strategi perencanaan dalam komunikasi agar berjalan secara teratur.
Sekretaris dan internal audit memiliki kedudukan yang sejajar atau sama dalam
sebuah perusahaan. Diskusi yang dilakukan oleh sekretaris dengan internal audit
bersifat horizontal. Komunikasi horizontal ini bersifat non formal. (Baca juga: Teori
Komunikasi Organisasi)
5. Komunikasi Antar Kepala Departemen

Komunikasi horizontal ini merupakan diskusi anara kepala departemen. Kepala


departemen bertugas sebagai pengkoordinasi, penyebar informasi, dan penyelesaian
masalah. Beberapa kepala departemen berdiskusi untuk membahas konflik-konflik
yang sedang terjadi di perusahaan tersebut dan memberi solusi agar konflik dapat
terselesaikan dengan baik. Selain itu, diskusi juga dilakukan untuk membahas
kontribusi tiap departemen terhadap suatu sistem untuk mencapai suatu
tujuan. (Baca juga: Peran Komunikasi dalam Organisasi)

6. Komunikasi Antar Admin Gudang dengan Purchasing

Admin gudang dan purchasing memiliki posisi yang sama, yaitu sebagai staff.


Keduanya memiliki tugas yang berbeda. Admin gudang bertugas mendata barang di
gudang untuk dilaporkan ke bagian purchasingsedangkan purchasing bertugas
menerima laporan dari gudang, kemudian membeli barang atau mencari vendor
barang tersebut. Komunikasi horizontal menjadi penting untuk kelancaran tugas
masing-masing. (Baca juga: Proses Komunikasi dalam Organisasi)

7. Komunikasi Antar Direktur

Komunikasi antar direktur merupakan sebuah diskusi yang membahas tentang


prosedur dalam kegiatan di perusahaan. Tugas direktur adalah menetapkan dan
menentukan peraturan dalam perusahaan yang akan disebarkan ke bawahan seperti
manajer. Oleh karena itu, komunikasi horizontal menjadi penting untuk direktur
perusahaan. (Baca juga: Komunikasi Vertikal)

8. Komunikasi Antar Divisi

Divisi merupakan bagian di bawah departemen tergantung dari sebuah perusahaan.


Divisi memiliki banyak bidang seperti divisi facilities management, human capital,
dan lainnya. Hal ini membutuhkan komunikasi yang efektif seperti komunikasi
horizontal yang bersifat fleksibel, sehingga komunikasi ini mudah dipahami untuk
mencapai kesepakatan bersama. (Baca juga: Komunikasi Diagonal)

Sponsors Link

FBTwitterWALinePinterestG+LinkedIn

arah komunikasi, Komunikasi Horizontal, Komunikasi Lateral, komunikasi organisasi

RELATED POSTS
 6 Pendekatan Kritik Dalam 

Anda mungkin juga menyukai